brainchatterz
brainchatterz
An Anonymous Social Media Influencer
86 posts
A woman behind tons of likes, comments, followers, and fans. Well, i'm here only for #31HariMenulis and shitposting.
Don't wanna be here? Send us removal request.
brainchatterz · 5 years ago
Text
Terakhir Kali Bersenang-senang
Kapan terakhir kali kamu melakukan hal yang kamu senangi? Semalam? Dua minggu lalu? Atau saking embuhnya sampai nggak terlintas sedikit pun kenangan di kepala. Lebih buruk lagi, kalau kita udah mulai mengingat-ingat hal apa sih yang bikin kita happy. 
Pertanyaan sederhana di atas sebenarnya bisa jadi pengingat kalau kita perlu bersenang-senang. Tapi, nggak ku sangka kalau aku bakalan mental breadtalk mendengar pertanyaan itu. Kira-kira seperti ini gambaran mental breadtalk-ku:
“Kapan terakhir kali Mbak melakukan hobi Mbak?”
Isi kepalaku: Hobiku apa ya? Nonton? Terakhir kali nonton Endgame. Baca? Ntah lupa. Main puzzle? Terakhir kali waktu anakku usia 1,5 bulan. Jalan? Udah lama nggak ke mana-mana. Mungkin waktu jalan-jalan tahun baru itu, ya?
Yang terlontar dari mulutku: Oh iya Mbak, aku kayanya nggak ingat kapan terakhir kali aku melakukan kesukaanku.
Pada jawabanku sendiri, aku merasa kasihan sama diri ini. Satu pertanyaan itu selalu jadi refleksiku tiap hari: apa sih hal yang aku suka? Jawabannya ya kerja, tidur, dan makan. Iya, aku suka bekerja. Bahkan, my boyfriend bilang kalau nanti aku bekerja (setelah cuti melahirkan) pasti kamu akan lebih bahagia. Bukan karena aku nggak mau merawat bayi, tapi karena aku cinta bekerja dan pekerjaanku.
Tapi sepertinya hal-hal tersebut no longer sparks joy. Setelah cuti tiga bulan dan kembali ke kantor, kerja ya karena kewajiban dan tanggung jawab. Sesekali terhibur karena ngobrol bareng kolega. Seringnya pulang kelelahan dan merasa nggak bisa memberi waktu untuk keluarga. Kalau punya waktu luang cuma dialokasikan untuk tidur karena selalu merasa kurang tidur tiap waktu. Bahkan, dulu perjalanan dari rumah ke kantor itu selalu jadi waktu favoritku karena bisa terdiam dan ngobrol sama diri sendiri sepanjang jalan. Sekarang cuma jadi waktu kosong tanpa makna. I am not a good mom or good employer. I couldn’t have it all. 
Akibat nggak pernah merasa melakukan hal yang disenangi, aku jadi sering belanja. Wajar kalau kemudian jadi member Gold di Shopee, dapat reward Sociolla, dan pemburu resto dengan rating di atas 4,5 di Grabfood. Rasanya tiap waktu perlu mengapresiasi diri. Makan, beli skincare, nonton video motivasi di Youtube, pakai makeup. Sampai kemudian pada titik: Why you gotta to appreciate yourself this hard? Is it because no one appreciate you?
Mungkin. Bahkan aku sendiri nggak menghargai diriku sendiri. Makanya aku nggak pernah bersenang-senang dan nggak senang melihat orang lain bahagia. Why you could have it all when i couldn’t?
1 note · View note
brainchatterz · 5 years ago
Text
Seperempat Perjalanan Pulang
Pernah nggak kalian naik motor sambil nangis dan misuh-misuh di ringroad?
Entah, apapun itu perkaranya: patah hati, putus cinta, hutang piutang, keluarga, kerjaan, pasti pernah. Minimal nahan nangis lah di lampu merah sampai pandangan ini kerasa bruwet karena membendung air mata.
Terakhir kali aku menangis kurang lebih begini kronologinya:
Sore itu hujan cukup deras dan belum ada tanda-tanda akan reda. Aku dengan segala kenekatannya memilih untuk pulang melawan hujan. Bodo amat dengan prakiraan hujan yang diprediksikan berakhir satu jam kemudian. Aku harus pulang untuk anakku.
Tiga perempat jalan penuh dengan kehati-hatian karena khawatir jalanan licin dan kacamata berembun. Sesekali di lampu merah berpikir, “Hm, mandi air anget enak, nih.” Di seperempat perjalanan terakhir, hujan terlihat mulai reda. Pandangan mata lebih melegakan dan udah ngga kesakitan kena totok wajah alami dari air hujan. Yang tersisa hanya genangan air dan kendaraan roda empat & dua sedang berusaha menghindari jeglongan.
Saat tengah fokus melewati jalan berlubang, tiba-tiba aku nangis sambil mbatin:
“Ya ampun, jahat banget sih orang-orang [ini mengacu pemerintah ya halo dinas PU atau bina marga] ini. Dzalim banget sama perempuan. Susah sekali cari transportasi publik yang terjangkau dan aman. Jalanan juga rusak. Apa mereka nggak tahu kalau ada ibu yang juga bekerja dan commute? Apa mereka nggak tahu betapa tertekannya jadi ibu bekerja, harus bisa hadir buat anak, tapi waktu mereka habis di jalan? Atau jangan-jangan nggak ada perempuan yang ambil peran untuk bikin keputusan di sini?”
Bagi sebagian orang, jalanan yang lubang ya tinggal melipir agak mepet ke troroar aja insya Allah bisa lewat agak mulus. Tapi bagiku, jalan berlubang ini jadi sesuai yang sangat personal dan sentimentil. Semacam ada keadaan yang menunjukkan “Kamu nggak bisa jadi perempuan yang punya pekerjaan sekaligus ngurusin anak, pilih satu. Siapa suruh kerja jauh-jauh? Kenapa ga naik mobil aja? Paling bener, udah lah di rumah aja dulu anak juga masih kecil.”
Mungkin tidak semua orang sadar karena belum mengalami (sama seperti aku beberapa waktu sebelumnya). Makanya, di #31HariMenulis edisi tahun ini, aku ingin menuliskan the struggle of being a woman/working mom. Lucu juga setelah tiga tahun lalu cerita jadi admin, setahun sebelumnya nulis berita kuning. Sekarang, sudah beranak satu.
Ya, aku juga baru jadi ibu, sih. Tapi selama beberapa bulan menjadi ibu, aku belum menemukan support group yang membahas ini. Barangkali, tulisan di sini bisa jadi satu titik yang menghubungkan ke titik lain. Belum sampai untuk menguasai dunia atau mengubah sistem, ya. Hanya ingin sampai bertemu orang yang memiliki keluh kesah yang sama dan bilang “we’re all in this together.”
0 notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
(Still) A Bunch of Anonymous Social Media Influencer
“Cuk, iki wis hari kepiro sih?”
“Lah, embuh!”
Akhirnya, selesai juga! Maaf kalau selama sebulan terakhir ini saya terlihat sombong menceritakan kehidupan admin yang tentu biasa saja untuk kalian. Semua rangkaian tulisan ini hanya sebagai pengingat untuk tidak semena-mena pada admin, entah itu kalian sebagai rekan kerja, audiens, atau klien kami. Beruntungnya, saya mendapatkan rekan baru di kantor ya karena tumpukan tulisan ini. Semoga menginspirasi dan membuat kalian mawas diri tentang kehidupan di ahensi.
Wow.
Sebenarnya masih banyak kisah menjijikkan lainnya, tapi tidak saya tuliskan karena terlalu sensitif dan berbahaya. Salah-salah ada yang [TRIGERRED] kan membuat saya malas.
Sebenarnya admin OSIP memberikan mandat untuk membagikan foto jajaran para admin. Tapi saya malas dan terkesan menggelikan. Lagian, kami jadi tidak anonim lagi dong kalau rupa-rupa kami terpampang di sini.
Terima kasih atas atensinya! Dengan penuh kasih sayang, 31 Hari Menulis saya cukupkan.
Tumblr media
1 note · View note
brainchatterz · 8 years ago
Text
Drama Posting 22:
“Ingin belanja tapi tidak punya daya beli, ya Tuhan…”
“Ikut aja aktivasi barunya brand si OSIP!”
“Lah, emang aku bisa menang?”
“Coba aja, daripada dia pusing cari pemenang yang tulus.”
Dulu, setiap kali salah satu brand kami sedang aktivasi, pasti semua massa dikerahkan supaya aktivasinya terlihat ramai. Audiens selalu butuh pancingan untuk yang satu ini. Awalnya pasti mereka suka malu-malu, tapi melihat animo yang besar pasti makin banyak dari mereka yang ikutan. Usaha untuk mengajak teman-teman sendiri menjadi peserta kuis saja dilakukan dengan sungguh-sungguh lho oleh pihak kantor! Kantor sampai membuat kompetisi internal dengan hadiah voucher belanja. Ya, jelas sih, kalau nggak ada hadiah tentu merasa sia-sia kami.
Pada dasarnya, admin itu seringkali merasa tidak tahu diuntung. Kalau kuisnya sepi, otomatis admin panic dan mengajak teman-teman sendiri untuk berpartisipasi. Tapi kalau kuisnya ramai, otomatis admin juga panic karena pasti kewalahan. Sesungguhnya, di balik ratusan peserta kuis, justru tidak sedikit dari mereka yang merupakan quiz hunter.
Hal yang paling menggelikan dari aktivasi tentu saja akun-akun yang mendadak menyayangi admin. Setelah sekian lama admin ini monolog, gayung pun bersambut! Para audiens ini mendadak suka ndusel-ndusel ke admin. Tiba-tiba tidak sedikit yang sok kenal dan sok dekat dengan sosok admin yang bahkan dia tidak pernah tahu. Tujuan mereka hanya satu, yakni dinotice senpai admin agar dijadikan pemenang. Awalnya, admin sih senang-senang saja karena menemukan teman ngobrol di konten. Seperti ketika saya memegang akun Yupi, audiensnya menyenangkan sekali lho! Bahkan memanusiakan admin yang juga terkadang berbuat kesalahan seperti manusia pada umumnya. Misalnya saja pada saat peringatan Dirgahayu RI tahun lalu, saya menuliskan di caption seperti ini: “Selamat merayakan dirgahayu RI ke-77, Yupiers!” pada pukul 07.30 WIB. Tidak lama kemudian, beberapa Yupiers setia mulai membanjiri kolom komentar sambal berkata “Min, kan ini dirgahayu RI ke-71. Kecepetan enam tahun nih! Kayanya admin masih ngantuk yak arena posting pagi-pagi. Hihihi.”
Menyadari ada sesuatu yang salah dari mata dan otak saya, segera saya edit captionnya menjadi “Dirgahayu RI ke-71” dan menjawab komentar Yupiers dengan tone sok imut. Well, sejujurnya saat itu saya tidak mengetahui sudah berapa tahun Indonesia merdeka. Saya hanya melihat logo peringatannya dan mengambil keputusan kalau itu adalah angka 77, bukan 71. Suruh siapa bentuknya ambigu begitu desainnya!
Tumblr media
Memang mata saya saja yang siwer. Luar biasanya adalah, tanpa adanya kuis pun, mereka tetap menyanjung admin dan berpartisipasi dalam setiap gimmick receh yang disajikan. Mungkin inilah arti sesungguhnya dari unconditional love.
Itulah sepenggal kisah tentang audiens yang loyal dan tulus. Berbeda lagi dengan kisah OSIP yang kerap kali berhadapan dengan audiens sksd hanya untuk memperebutkan hadiah. Awalnya diapun senang karena banyaknya engagement. Lha, kok, lama-lama jadi jengah juga apalagi ia mulai merasa diteror dan diserang seperti ini.
Tumblr media
Semua mention di atas ini hanya berasal dari satu orang yang sama ya!
Tumblr media
Hahaha, maaf ya, Facebooknya menggunakan Bahasa Jawa. Kalau kalian butuh hiburan, boleh lain waktu dicoba mengubah akun FB kalian ke Bahasa Jawa.
Tumblr media
Bahkan ada yang saking berdedikasinya, ia justru ikutan menjadi asisten admin dalam menjawab pertanyaan sesama teman audiens.
Tumblr media
Sayangnya, mereka ini datang dan menjawab dengan pamrih yakni supaya bisa dapat hadiah gitu. Coba saja nanti periode kuisnya berakhir, pasti mereka tiba-tiba menghilang entah kemana. Memang, audiens dadakan itu fana, yang loyal abadi. Nah, kamu sendiri pernah ‘menjilat’ begini tidak? Awas saja komentarmu hanya akan menjadi bahan nyinyir para admin~ 
0 notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
Drama Posting 21:
“Biar terkesan lebih real, dikasih testimoni aja!”
“Hm, nyari testimony yang bagus di mana ya?”
“Coba cek aja kolom komentar gitu, atau kalua nggak ada ya pakai teman sendiri!”
Saya, sebagai admin, harus mengakui bahwa ada privileged untuk selalu bisa eksis di konten brand sendiri atau punya sahabat admin lainnya. Penasaran kenapa bisa demikian? Ikuti terus ceritanya ya!
Kembali ke cuplikais percakapan di atas, ide ‘Pakai teman sendiri’ ini merupakan jalan keluar paling praktis perihal menulis konten testimoni. Iya, kalian tahu tidak kalau di akun brand biasanya ada testimony yang menunjukkan bahwa produk dari brand itu reliable. Percaya atau tidak, metode ini cukup ampuh untuk menarik perhatian audiens. Saat ini beberapa audiens sudah mulai cukup pintar dan jeli. Sebelum menggunakan produk, mereka sudah ngeh untuk mencari review dari pengguna lain. Meskipun masih ada juga tipikla audiens yang malas, biasanya masih suka menanyakan harga barang yang sudah jelas tertera di visual. Itulah mengapa konten testimony itu punya peran tersendiri bagi audiens dan brand.
Imo, setiap konten yang diproduksi admin itu memiliki fungsi berbeda. Ada konten yang sebatas meningkatkan awareness gitu. Tetapi, di sini, admin sudah harus membuat konten yang menjual dan menjanjikan. Konten yang isinya testimony ini menurut saya sudah di tahap advocating yaitu mengajak orang untuk ikut menggunakan, jualan gitu deh, Sob.
Nah, dari mana admin mendapat konten testimony begitu? Tentu saja dari komentar yang lalu-lalang di media sosial atau akun Google Play Store. Ambil saja komentar yang bernada baik dan persuasif, cukup ditata lebih apik secara visual voila jadi, deh! Sungguh disayangkan ya, ngadmin itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Saya sudah beberapa kali berganti brand, tiga di antaranya benar-benar dirintis dari nol yang berarti tim harus membabat alas untuk membuat panggug jualan sendiri. Audiens jelas belum ada dan kadang terkesan monolog. Bahkan di brandnya OSIP yang sudah cukup stabil saja, ia masih sering monolog. Itu lho, kalau misal kalian lihat OSIP tiba-tiba membagikan konten di FB pribadinya dan ditambahkan komentar “Wah, ini ya rahasianya biar tidak keling-keling!”, itu artinya dia sedang memuji konten yang ia buat sendiri. Semua dilakukan demi reach dan engagement yang baik, bahkan para admin ini punya jiwa korsa untuk selalu meramaikan konten teman.
Dengan audiens yang masih sedikit, admin sudah mulai membuat konten yang harus menarik, salah satunya berbentuk testimony! Pada fase ini tidak bisa dipungkiri kalau admin kewalahan mencari review positif dari pengguna. Biar tidak pusing, admin ini menjadikan dirinya sendiri sebagai pemberi ulasan positif. Lumayan lho, saya bisa pamer foto dan nama di akun brand haha! Misalnya seperti di sini.
Tumblr media
Tapi, ada yang rupanya lebih tidak tahu diri dalam memanfaatkan privileged ini. Luna Linu, saat awal-awal memegang brand Avatar fire, membuat konten tentang dirinya sendiri yang mengaku sebagai finalis olimpiade sains. Olimpiade sains ya, Sob! Terlihat khayal tidak? Sayangnya ini hanya menjadi konten untuk pitching, berikut bentukannya.
Tumblr media
Hadeh banget ya. Sebagai gantinya, dia menaikkan konten tentang pengabdian masyarakat bersama teman KKN-nya. Beginilah penampakannya.
Tumblr media
Kalau adminya sudah muncul di akun brand sendiri maka tidak boleh naik lagi di kesempatan berikutnya. Jika masih belum ada konten yang user generated begitu, rekan sesame admin langsung dikerahkan untuk komentar di akun brand dan dijanjikan naik tayang pada minggu mendatang. Salah satu yang paling bergengsi sih, bunda kami, dulunya juga sesama admin dan dia tayang di brand terkenal!
Tumblr media
Kamu merasa membutuhkan panggung untuk menunjukkan diri, di sini kami sediakan! Nggak ding, ini karena masih minimnya interaksi saja, kalau ikatan dengan audiens sudah tinggi tidak perlulah admin sok eksis begitu~
0 notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
Tips Bertahan Hidup 6:
“Jangan lupa, keluhannya dikirim dan difollow-up...”
“Iya, Mbak. Dikirimnya hari apa ya?”
“Kamis aja, ya. Pokoknya semua komplain yang masuk di semua lini.”
“Mohon maaf?”
Kalian pernah komplain ke akun media sosial brand tidak? Pasti sekali dua kali pernah kan menghubungi akun brand untuk menanyakan produk/layanan. Biasanya, teman-teman dekat saya mengaku paling tidak pernah bertanya ke jasa pengiriman paket tentang paketnya yang tidak sampai bahkan nyasar. Dari sekian platform media sosial, sepertinya Twitter yang masih sering dijadikan tempat berkeluh-kesahnya konsumen. Mungkin karena mudah, cepat, dan ringkas ya di Twitter. Bahkan sampai ada beberapa brand yang memiliki akun layanan customer service sendiri, biasanya ada embel-embel kata “care” seperti @eleveniacare.
Nah, perlu diketahui kalau akun CS seperti itu tidak dikelola langsung oleh admin seperti saya dan teman-teman. Pihak perusahaan biasanya memiliki divisi khusus bagian pelayanan, mereka sudah menyediakan tim untuk layanan hotline, offline, dan online. Namun, jika klien ini merasa belum perlu untuk punya layanan pengaduan konsumen sendiri, mau tidak mau admin menjadi tempat sambat konsumen. Ya, bagaimana lagi, tentu klien merasa agak rugi jika harus hire banyak orang untuk berjaga menjawab keluhan yang jumlahnya masih bisa dihitung menggunakan jari.
Tumblr media
Saat saya menghandle brand nganu, si klien ini belum menyediakan layanan pengaduan konsumen yang memadai. Tentu dengan sedikit tidak rela, saya harus merangkap menjadi Mbak CS. Fyi, jadi Mbak CS itu tidak mudah karena kalain harus memiliki akses ke sistem dan sangat sabar. Sedangkan saya yang waktu itu hanya admin yang dianggap fana tidak punya akses sama sekali. Saya otomatis mati gaya kalau ditanyai perihal tata cara promo atau kegagalan transaksi. 
Lalu bagaimana saya bisa menjawab pertanyaan konsumen? Ya, saya harus menanyakan langsung pada klien, bisa secara langsung atau via orang DAH (Digital Account Handling). Tapi rupanya sedikit-sedikit bertanya ke klien membuat semua komplain dan pertanyaan yang masuk itu kecer. Untuk membuatnya lebih efektif, saya pun diberi jadwal untuk setor daftar pertanyaan dan komplain pelanggan agar nanti diselesaikan klien. Semua pertanyaan ini akan meluncur ke klien untuk diberi jawaban. Pertama, saya membuat tabel berisikan nama, nomor hp, isi keluhan, screenshot pertanyaan, dan dari media sosial manakah disampaikan. Kedua, saya sortir pertanyaan itu sesuai dengan urutan tanggal. Bayangkan jika sehari ada minimal satu pertanyaan di satu platform, dalam seminggu ada tujuh pertanyaan. Jangan lupa ada tiga media sosial yang digunakan, berarti dikalikan tiga menjadi 21 pertanyaan. Terlebih saat itu saya juga menghandle akses Google Play Store, itu lho tempat kalian biasa membeikan rating kan juga menjadi forum bertanya. Setiap hari kamis saya rasanya selalu ingin menangis. Memangnya kemana perginya daftar pertanyaan/keluhan yang saya buat? Supaya lebih mudah, saya berikan alur penyelesaian dari pengaduan ini ya!
Konsumen --mengadu di--> Linimasa --dibaca--> Admin --dikumpulkan tiap minggu--> Daftar komplain --diserahkan ke--> Strategist --diserahkan ke--> DAH
DAH --diterima oleh--> Klien --diserahkan ke--> Tim terkait (IT/promo) --dijawab--> DAH, Strategist, & Admin --follow up masalah ke--> Konsumen
Tumblr media
Semua proses ini bisa memakan waktu satu minggu, lho! Di e-mail klien tidak jarang daftar komplain dan pertanyaan ini nyangkut cukup lama. Padahal namanya konsumen kan sukanya tidak sabar ya. Selama menanti jawaban dari klien, saya harus pintar-pintar mengulu waktu sambil bilang “sedang diproses ya”. Tidak sedikit dari mereka yang saking tidak sabarnya sampai meledak dan mengancam saya, iya, saya, bukan perusahaan. Dikiranya saya menipu dia dengan kata-kata “sedang diproses”. Heu, saya pun juga sedang menunggu jawaban.
Paling kesal adalah ketika sudah sampai diklien, mereka menjawabnya dengan “mohon dikonfirmasikan ulang ke konsumen”. Terpaksa saya harus menanyakan kembali ke konsumen, kemudian akan saya informasikan lagi di daftar komplain berikutnya. Saya memang hanya lidah penyambung, Sob.
Momen paling canggung saat mengatasi komplain ini adalah ketika menemukan teman sekelas saya ikutan komplain. Rasanya saat itu juga ingin saya japri agar tidak perlu bertanya karena saya pun tidak tahu jawabannya dan jawabannya pasti lama. Tentu saya batal melakukannya dong! Semua pertanyaan dan keluhan yang masuk itu terhitung sebagai engagement yang baik. Kalau saya melarang teman saya ini, tentu saja saya kehilangan sedikit poin engagement.
Sejak saat itu, saya selalu berhati-hati saat komplain/bertanya ke akun brand. Karena saya sendiri tahu kalau prosesnya melelahkan, Sob. Kecuali kalau akun itu memang akun CS, sudah jelas akan saya kejar untuk segera menjawab hehe. Untuk kalian teman-teman yang suka bertanya ke akun brand, mohon untuk tidak terlalu keras kepada akun yang sepertinya tidak punya CS ya! Admin juga manusia yang sebenarnya sama-sama suka clueless dengan permasalahanmu~
0 notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
Tips Bertahan Hidup 5:
“Guys, Mas Say udah mulai keliling nih! Mau makan siang apa ya?”
“Waduh, apa ya? Mas Bambang (nama warung) aja po?”
“Ada yang mau (pesan) Harmoni nggak?”
“Halah, liat menu yang lainnya aja dulu!”
Bekerja 7x24 jam itu membutuhkan asupan gizi yang cukup tinggi, lho! Iya, kami para admin memang bekerja 7x24 jam karena harus selalu remote akun media sosial kami. Maka dari itu, setiap bekerja harus selalu ada makanan yang mampu menggugah kreativitas kami yaitu: micin. Saya kurang tahu apa bahasa baku dari “micin”, jangan-jangan itu sebenarnya sudah bahasa baku. Dari micin inilah, semua kecemerlangan kami muncul. Banyak ide menarik meletup-letup setelah kami menelan satu sendok batagor atau meminum minyak jelantah bekas menggoreng terong.
Admin pun tidak menyangkal kalau micin adalah pemicu kreativitas kami. Maka dari itu, jika kalian ingin belajar menulis dan bekerja dengan baik, mungkin kalian bisa ikut memakan apa yang kami makan! You are what you eat!
Tumblr media
Untuk urusan penyedia makanan micin ini, para admin selalu memiliki Mas Say yang siap sedia untuk berangkat membelikan berbagai panganan. Saat pukul 10.30 pagi, biasanya Mas Say sudah berdiri di salah satu meja sambil membawa kertas dan pena. Ia siap melayangkan pertanyaan pamungkasnya: “Permisi, hari ini mau titip pesan makan apa?”. Dari sekian divisi di kantor, mungkin gerombolan para admin (atau saya saja) ini yang cukup labil. Tiap kali Mas Say bertanya kepada saya, saya justru bertanya balik “Mas, hari ini pada pesan apa ya?”. Ini adalah strategi admin untuk mencari referensi makanan, barangkali kami juga ingin memesan menu/menuju warung yang sama.
Dari sekian teman admin kok kaya TemanAhok, OSIP adalah yang paling berlebihan untuk urusan makanan. Suatu ketika, kami memesan terong goreng dan tempe bakar di warung Mas Bambang. Meskipun hanya dua menu itu, tapi rasanya enak sekali, Sob! Saking enaknya, terong goreng adalah wagyu dan tempe bakar adalah rendang. Ini merupakan salah satu siasat untuk selalu bersyukur dan lapan dada atas apa yang dimakan. Jadi, meskipun itu adalah tempe, kami selalu merasa seolah makan sesuatu yang sangat lezat! Suatu ketika Mas Say mulai mendekat ke meja admin, namun OSIP belum ada di kantor. Ia pun mulai menitipkan pesan ke Mas Say untuk memberi rendang & wagyu. Suka-suka dia lah!
Semua menu yang dipesan ke Mas Say itu adalah santapan siang. Nah, ketika matahari mulai tenggelam, perut kami mulai kembali meronta-ronta. Karena tidak iba dengan perut sendiri, Luna Linu memutuskan untuk membeli batagor yang micinnya juara. Memang dasar anak kos yang uang makannya segitu-segitu saja, beberapa dari kami tentu tidak lagi punya daya beli untuk makan yang kedua kalinya. Kali ini kami mengakali dengan crowdfunding, yakni pengumpulan koin untuk batagor, bisa juga roti bakar. Orang yang investasinya paling rendah bertanggung jawab untuk berangkat membeli, ia harus menyumbang tenaganya dong! Percayalah, dengan crowdfunding, makanan yang sepertinya tidak terjangkau justru bisa didapatkan lebih mudah dan lebih nyaman disantap beramai-ramai.
Di lain hari, tepatnya mendekati akhir bulan, keuangan saya mulai menipis dan harus bernegosiasi dengan kebutuhan perut. Untuk meminimalisir pengeluaran makan, saya mulai membawa Energen sachet untuk diseduh di kantor. Penunda lapar, Sob! Terinspirasi dari saya, wow saya jadi sombong, OSIP pun mulai mengikuti dengan membuat morning coffee atau morning tea dengan kopi/teh kantor. Dia sudah jelas lebih kurang modal. Putri Ikan dan Luna Linu jadi ikut membawa susu, ovaltine, cokelat, apapun yang dipunya untuk diseduh di kantor. Bahkan kami berencana untuk beli satu renteng dan digantung berjajar seperti di burjo.
Hal ini sampai menjadi kebiasaan bagi kami setiap pertam kali tiba di kantor. Selasa kemarin, OSIP datang ke kantor dan langsung mencari gelas untuk menyeduh teh. Ia berdiri di depan dispenser untuk memenuhi gelasnya baru kemudian duduk dan membuka laptop. Fyi, sejak pertama ia datang, mencari gelas, dan menyeduh teh OSIP sama sekali belum menanggalkan ranselnya.
Passion kami untuk selalu menyeduh sesuatu ini makin membara ketika menemukan video Ms Yeah di laman Facebook. Coba kalian tonton video yang satu ini!
youtube
Dia juga masih memiliki jutaan video lainnya tentang memasak dan berkreasi di kantor. Idenya brilian dan kami ingin berguru padanya! Bahkan, secara terang-terangan kami ingin mencari pekerjaan seperti dia.
Kalian sudah menonton videonya, belum? Tonton dulu dong! Biar ngerasain geregetannya! Kami akan berusaha untuk segera sampai di level Ms Yeah! 
1 note · View note
brainchatterz · 8 years ago
Text
Drama Posting 20:
“Luna Linu, mana?”
“Ya, ada apa, Mas?”
“Ini maksudnya gimana ya visualnya?”
“Hehehe, anu...”
Untuk saudara Aef, yang rupanya setia membaca rangkaian tulisan ini, kisah kemarin itu ditulis oleh saya, kok. Apakah ada yang aneh dari cara menulisnya? Maaf jika ternyata cukup banyak salah ketik, semalam rasanya sudah kelelahan. Mungkin tulisan kemarin narasinya sedikit agak bagaimana gitu, karena topiknya pun sensitif bagi saya dan teman-teman. Namanya bersinggungan dengan klien dan dedengkot itu tidak selalu mudah dan menyenangkan, kemudian saya jadi kelingan sing (m)biyen-(m)biyen. Kali ini saya mau kembali menyenangkan dengan kisah dari Luna Linu saja~
Perlu Sobat ketahui, proses pembuatan konten oleh admin itu tidak mulus begitu saja. Mulanya, kami membuat konten untuk sepekan dan akan direview oleh bunda kami. Di tahap review ini konten kami rawan kena bredel karena salah EYD sedikit saja. Nah, karena ada (saat ini) sekitar sepuluh admin, tentu tidak mungkin bunda melakukan review dalam satu waktu. Agar lebih terorganisir, dibuatlah jadwal review konten yang harus ditepati. Kebetulan, hm katanya tidak ada yang kebetulan di dunia ini ada satu klien kami yang memiliki empat brand turunan yang harus kami kelola. Sebut saja nama perusahaan ini adalah Avatar, seperti yang di The Last Airbender itu ya! Avatar ini punya anak-anak yaitu: water, earth, fire, air. Untuk brand water, saya dimandati menjadi admin. Sedangkan earth dikelola oleh teman saya sebut saja Dokibun. Untuk fire berada di tangan Luna Linu. Admin air saya skip saja ya, hehe!
Karena berada dalam satu perusahaan, maka deadline untuk deliver konten yang sudah difinalize ke klien itu bersamaan yakni hari rabu. Waktu untuk mengeksekusi visual itu minimal membutuhkan waktu satu hari, kami juga harus memperhatikan antrian visual lainnya. Maka dari itu, konten sudah harus direview minimal dua hari sebelum dikirim ke klien.
Saya dan Dokibun mendapat giliran review konten pada hari Senin, sedangkan Luna Linu mendapat jadwal review hari Jumat. Biasanya nih, hari Selasa para desainer sedang sibuk-sibuknya menggarap antrian visual dari kami. Eh, kalian sudah tahu belum ya kalau admin ini juga bertugas mencari visual dan memberikan ilustrasi: visual seperti apa yang diinginkan. Semua detail tentang “ini fontnya dibuat berbeda dan lebih outstanding serta jangan sampai sama dengan brand Avatar lainnya” itu admin yang ditugasi untuk nge-brief visual. Jadi, bagus tidaknya hasil visual bisa disebabkan karena desainernya kelelahan atau brief dari admin yang kurang jelas.
Selepas konten saya beres direview Senin kemarin, langsung saya kirimkan ke Rangers (desainer) untuk disikat. Esoknya, sungguh luar biasa, sore harinya seluruh visual saya untuk konten seminggu sudah beres dong! Printilan seperti video untuk greeting pun dibabat habis, apalagi saya minta visual untuk kanal Facebook dan Instagram dibedakan. Totalnya bisa minimal 21 visual, selesai dalam waktu kurang dari 24 jam! Saya otomatis sedikit jumawa ke Luna Linu kalau visual saya sudah beres. Rupanya visual fire masih dalam proses pembuatan. Saya pun bertanya ke Luna Linu, “Kok visualmu suwe banget? Kan wis direview Jumat? Aku baru kemarin lho kirim e-mail ke Rangers..”. Dia hanya mengangkat bahu tanda tak tahu. Saat itu, saya langsung menoleh ke arah desainer Luna Linu, saya sebut Flash. Kalian perlu tahu bahwa Mas Flash ini kerjanya sigap dan tepat sekali! Benar-benar dalam hitungan menit brief dari OSIP sudah langsung dikirim balik karena sudah selesai, Sob. Tidak berselang lama, tiba-tiba Mas Flash ini memanggil Luna Linu, kurang lebih begini percakapannya.
F: Luna, ini maksud e-mailnya itu apa? Kok cuma link gambar? Ini briefnya apa?
L: Loh? Lupa aku kasih keterangan kalau ini itu gambarnya maunya diDI (singkatan dari DIY, maksudnya desainer diminta untuk memanipulasi gambar)..
F: Kamu itu, lama-lama aku yang nge-brief nih!
Bagaimana bisa si desainer hanya diberi link gambar tanpa brief? Memangnya desainer itu Xavier? 
Tumblr media
Usut punya usut, rupanya Luna Linu ini sering memberikan brief yang kurang jelas dalam Editorial Plan-nya. Misalnya dia hanya menuliskan: gambar dirework, gambar dire-touch, gambar diDI, gambar dibuat animasi. Padahal saya kalau menuliskan brief bunyinya: dibuat dua gambar berjejer dan ada lima perbedaannya, misal: lampu, spion, jaket, tulisan jonson, dan bendera, berikut referensinya. Apalagi si Boy Takis kalau membuat brief visual sampai dibuat dummy-nya! Apakah kalian melihat ada yang keliru di sini?
Dari situ saya langsung tercerahkan, jangan-jangan yang selama ini membuat Mas Flash ini lama saat mengerjakan adalah brief Luna Linu yang kurang beres. Jadinya, Mas Flash harus brainstorm dulu atau menanyakan pada strategist jika Luna Linu tidak ada di tempat. Luna Linu ini memang kerap dipanggil hanya untuk dibilang begini: “Luna, ini visual diDI itu maksudnya diapakan? DI itu banyak Luna, ada yang digabung, dipisah, dihapus, dipindah..” Luna hanya tertawa begitu saja.
Rupanya sudah cukup lama Luna Linu berlaku demikian, tapi tetap tidak ada perubahan. Dia lebih suka dipanggil ke meja desainer untuk menjelaskan langsung. Kalian tahu tidak apa alasan dia tetap nge-brief tidak jelas begitu? Jawabannya adalah “Ya, kan, Mas Flash itu sudah ngerti apa yang aku maksud. Aku cuma bilang dibuat icon-icon animasi saja jadinya bagus banget!”. Ya jelas hasilnya bagus banget, lha wong Mas Flash ini berkreasi sendiri masa bodoh dengan brief yang diterima.
Ini (mungkin) rahasia, tapi memang Luna Linu ini agak payah kalau berurusan dengan visual. Impiannya itu tinggi, tapi briefnya begitu saja. Kalaupun dia diminta membuat dummy pun hasilnya tidak bisa dibilang sebagai sebuah brief yang indah.
Teman-teman, tindakan Luna Linu ini tidak untuk dicontoh ya! Brief yang jelas adalah kunci kesuksesan. Kalau seandainya Luna Linu ini jadi klien, pasti dia tipikal klien yang menyebalkan karena cuma bilang “Saya mau dibuatkan kampanye tentang wanita pokoknya produk saya terjual”. Jangan mau kalau dia klien-nya, bahkan saya saja tidak bisa membayangkan dia menjadi AE. Bagaimana nasib ahensinya, Sob?
0 notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
Drama Posting 19:
"Ya namanya kerja di agency, klien nomor satu, kesejahteraan karyawan nomor 1.354" - @boyasboyas via Twitter.
Tumblr media
Karena pernah tidak bertemu orang yang sentimen karena urusan sepele? Mengingat sepertinya tidak sedikit teman-teman yang easily trigerred over some issues. Tapi kali ini tentu saja mereka yang mudah ngamuk untuk urusan yang benar-benar sepele dan tidak diatur dalam hukum atau norma apapun. Entah kenapa, bagi admin di dunia ahensi, orang yang sensitif di dunia ini adalah klien. Iya, klien.
Klien ini terkadang suka didewa-dewakan, soalnya tidak bisa dipungkiri kalau di ahensi itu menganut asas “Asal Klien Senang”. Terkadang agak jengah juga melihatnya, biar apa mendewakan mereka. Tapi kalau bertemu klien yang baik hati, rasanya ingin saya peluk dan saya kirimkan cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku karena kenapa tidak. Tenang saja, klien baik itu tersebar di muka bumi ini, salah satunya berwujud saya mungkin.
Selama satu tahun menjadi admin, saya sudah beberapa kali merasakan bersinggungan langsung dengan klien sensitif. Kabarnya. sehari-hari pun dia memang menyebalkan. Kalau misal klien itu ribut karena perkara konten, stretegi, dan desain yang perlu direvisi sih saya masih bisa agak maklum. Ya, walaupun, revisipun juga ada batasnya. Kali ini, eks-klien saya ini ngambek untuk urusan paling non-sense, silakan dicek di ilustrasi chat saya dengannya di sini.
A: Mba, ini ya untuk konten yang hari Sabtu besok. Mohon feedbacknya. Terima kasih..
K: Okay, Mas, (Dia menduga saya sebagai cowok) saya cek dulu...
A: Okay, siap, Mbaak..
K: Kamu, kalimatnya disederhanakan saja ya. Panggilannya dipersingkat, tidak usah terlalu banyak “a”.
Tumblr media
Hm, kok di sini saya aga bingung ya harus menjawab seperti apa. Padahal kesannya biar bisa “lemesin ae” begitu, lah kok dia-nya seolah tidak nyaman. Kan maksud hati agar terlihat ramah, eh malah ada yang marah.
Kalau saya tadi bersikap sok manis justru ditolak mentah-mentah, seorang kawan saya justru diserang karena kurang manis. Karena dia personil baru di kisah saya, maka saya namakan Erna. 
Sebelum bercerita lebih jauh, saya mau memberikan referensi bahwa klien yang dia handle saat itu anyil bingit. Tipikal klien rasa tuhan gitu deh, suka memberi revisi mendadak dan kadang otak dan omongannya tidak masuk di nalar. Nah, pada malam yang kurang bersahabat, tiba-tiba dia ditelpon si klien anyil ini dong! Posisi Erna saat itu baru saja merampungkan ibadah nonton bareng dan semua rekan kantor sudah pulang. Dengan kondisi repot dan lelah, dia dihubungi klien yang tiba-tiba minta revisi konten untuk aktivasi yang dijadwalkan naik dua jam kemudian. Fyi, aktivasi ini sudah diserahkan tiga minggu sebelumnya tapi tidak segera difeedback. Lah, sekarang kurang waktu dua jam naik tayang dari yang sudah dijadwalkan baru minta revisi. Tahi~
Masih dengan pusing menyimak omelan klien, tiba-tiba Erna dibuat makin pusing dengan perkataan “Itu brand template semua konten sebelumnya salah!”. Dia agak-agak kurang paham bagaimana ceritanya brand template A yang sudah diapprove itu bisa salah. Seperti biasa, klien itu ngeyel sambil bilang bahwa yang diapprove adalah brand template B.
Percakapan via telepon ini berlanjut ke chat WA dan si klien masih gigih dengan pendiriannya bahwa dia menyetujui brand template B. Erna pun menjawab bahwa di surel sebelumnya, terbukti bahwa si klien itu justru memilih brand template A. Dalam kondisi kewalahan dan lelah, Erna tetap menjawab chat secara komprehensif dan netral. Beberapa penjelasan ia jabarkan dengan serius, beberapa di antaranya dibalas dengan kalem diimbuhi emoticon lucu. Sayangnya, yang sempat terkirim hanya yang chat serius tanpa emoticon. Siapa yang menduga chat tanpa emoticon ini membuat klien [ T R I G E R R E D ].
Tanpa diduga, klien anyil ini menelepon dedengkot kami dan melaporkan bahwa Erna ini orangnya judes karena tidak adanya e m o t i c o n. Rupanya laporan klien anyil ini bikin dedengkot kami ini trigerred pula ke Erna dan langsung marah-marah tanpa cross-chek. Erna jelas tidak terima perkara tanpa emoticon ini seolah dia sudah menista perusahaan, apalagi semua approval juga ia sampaikan dengan tepat. Lha kok dedengkot kami ini justru tidak membela Erna dan menyebutnya hanya alasan. 
Gara-gara kasus ini, Erna sempat diskors untuk tidak berhubungan langsung dengan klien. Meskipun ujungnya Erna memang benar, si dedengkot memang dibutakan klien, si klien emang hHhAaaa4DddeeE3HhhH. See? Klien tuh bukan tuhan, Sob. Wajarnya, klien anyil memohon maaf dan si dedengkot ini juga minta maaf langsung pada Erna. Tapi kan kehidupan penuh dengan ketidak-wajaran~
Lagian, itu hanya sekadar emoticon lho! Coba lain kali si klien Erna itu satu grup dengan eks-klien saya. Grup eks-klien saya tanpa emoticon sama sekali, isinya pun sindir-sindiran dan justru sarkas. Mau tahu saya, akan mengadu pada siapa klien anyilnya Erna ini? Hahaha.
Untuk urusan seperti ini sih, kita sebagai sesama pekerja kreatif harusnya berserikat dan menghentikan aksi men-dewa-kan klien/perusahan/dedengkot. Sudah diperah habis-habisan tapi kok hidupnya gitu-gitu saja. Kalau kalian tertarik untuk mengawal isu pekerja kreatif mungkin bisa mengunjungi @SINDIKASI_ di Twitter! 
3 notes · View notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
Drama Posting 18:
“Besok langsung ikutan lembur ya~”
“Hah? Kok lembur?”
“Iya, kan ada live report konser!”
Kalian pernah tidak membenci seseorang? Iya, yang literally benci gitu, bahasan kekiniannya adalah haters. Kalau kamu adalah seorang haters, saya tidak merekomendasikan kamu menjadi admin. Apalagi admin yang memungkinkan adanya live report seorang figur publik, jangan. Nanti paling kalian jatuhnya seperti admin OSIP di kasus live report tepat pada dua minggu pertama kerja.
Dari sekian lingkaran admin ini, admin OSIP ini cukup ajaib dalam hal nyinyir. Semua hal sama dia dinyinyirin, orang yang bahkan dia tidak kenal dia benci. Sasaran kebenciannya ya tentu saja publik figur macam artis dan apa ya... setahu saya dia hanya menyimak berita hiburan dan kucing. Padahal, dari sekian jajaran brand yang dipegang para admin, brand-nya OSIP ini yang paling intens berkomunikasi dengan brand ambassadornya. Brand ambassadornya tentu seorang figur publik, kondang. Tentu saja, OSIP ini membenci brand ambassadornya, tapi si ambassadornya mana peduli dengan OSIP. Toh, dia pikir tidak akan ada interaksi langsung antara dirinya dan si ambassador. Ternyata dugaannya keliru dong.
Baru seminggu bekerja sebagai admin, dia sudah langsung diminta untuk lembur karena harus live report. Kalau live report biasa sih tidak apa ya, masalahnya terletak pada OSIP harus live report konser penyanyi kondang (si ambassador) yang sedang tur. Beruntungnya, saat itu OSIP tidak haru berangkat ke lokasi konser karena acara digelar di Solo. Ada dua atau tiga rekan kantor kami yang bertugas berangkat dan menjadi informan bagi OSIP untuk ngetweet. 
Selesai konser di Solo, rupanya si penyanyi kondang ini segera meluncur ke kota tujuan berikutnya yaitu Yogyakarta. Pokoknya, setiap kali penyanyi kondang ini konser, OSIP harus aktif ngadmin. Berhubung kali ini OSIP dan penyanyi kondang berada di satu kota, maka dengan segenap hati seluruh rekan kantor memerintahkan OSIP untuk berangkat live report sungguhan, benar-benar mengikuti si penyanyi kondang di belakang panggung dan bersorak-sorai dengan ratusan penggemarnya.
Tumblr media
Jika kamu adalah haters sejati, pasti kamu akan langsung malas mendengarnya. Tapi kan mau tidak mau ia harus tetap berangkat di konser penyanyi kondang. Tahukah kalian apa yang OSIP lakukan di konser tersebut?
Tumblr media
Ketika jutaan penggemar penyanyi kondang ini ingin berada di posisinya, OSIP justru menyiakan kesempatan yang ada. Dia justru memilih sibuk menjawab komplain audiens. Serunya lagi, OSIP juga mendapat akses backstage. Namanya juga haters, mau seperti apa dekatnya, OSIP tetap memilih duduk dan jauh-jauh dong. 
Tiba saat si penyanyi kondang ini menyanyikan lagunya yang populer. OSIP sudah bersiap untuk mengetik judul lagu apa yang kali ini dibawakan. Karena OSIP pun tidak tahu tentang musik penyanyi ini, maka sekilas ia mendengar “Usia di sini” adalah judul lagunya. Ia pun dengan mantap menuliskan pada cuitannya. Lah, yang jebul judul itu salah. Judul lagu yang tepat adalah “Usai di sini” wah ketahuan brandnya nih. Padahal, OSIP menduga “usia di sini” itu juga cocok dijadikan judul lagu. Berhubung haters jadi ya m a s a  b o d o h, terpenting cuitannya sudah dihapus dan admin terlihat baik citranya~
Tumblr media
OSIP sih maunya nonton konser penyanyi kondang yang ini.
Sampai kapan OSIP melakukan live report konser si penyanyi kondang? Ya sampai turnya selesai, saya tidak ingat kapan. Karena saya memang belum pernah live report  sungguhan, maka kali ini OSIP bersedia menceritakan pengalamannya. Kalau kamu ingin bertemu figur publik yang kamu kagumi, coba pilih pekerjaan yang sekiranya bersinggungan dengannya. Jangan justru kamu menjadi hatersnya~
0 notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
Drama Posting 17:
*Disclaimer: Karena ingatan yang sudah agak buram, cerita di sini sudah disesuaikan atas kebutuhan posting ini. Tentu saja saya lebih-lebihkan, karena kenapa tidak.
“Kalau live report  di Twitter aja ya, di Facebook dan Instagram cukup rilisnya aja.”
“Sip lah! Nanti aku dapat info live reportnya dari siapa?”
“Hm, bentar, siapa ya... Aku cek dulu deh!”
Di luar membuat konten terjadwal, saya dan teman-teman juga bertugas untuk live report acara si brand. Namanya live report ini bermacam-macam rupanya. Kalau klien regional dan masih bisa disambangi, biasanya admin akan berangkat ke lokasi dan langsung melaporkan langsung dari lokasi. Tapi kalau sudah berurusan dengan klien tingkat nasional yang Jakarta-sentris itu, admin tidak bisa berada di lokasi. Meskipun tidak bisa datang, laporan langsung tetap diproduksi dan naik tayang.
Bagaimana caranya live report kalau adminnya di sini dan acaranya ada di Monas? Nah, biasanya dari tim yang ada di Jakarta akan berangkat ke lokasi dan menginfokan detail acara melalui chat. Oh, kalau misal kalian belum tahu, kantor yang di sini itu merupakan cabang kantor Jakarta hehe. Setelah info acara diterima admin melalui chat, admin akan menyusu kata-kata dan terkadang sedikit mengedit foto agar lebih layak untuk dipost. Kalau dibuat bagan mungkin seperti ini ya:
Acara (Jakarta) ---diinfokan oleh---> Tim Jakarta ---disampaikan melalui---> WA grup internal ---diterima oleh---> Admin ---produksi konten---> Naik tayang
Tumblr media
Durasi pengerjaan konten pun tidak boleh lebih dari 15 menit (sepertinya tergantung padat/tidaknya acara) hingga maksimal 2 jam agar tidak basi. Makanya, saat live report biasanya admin akan berjaga di depan laptop dan handphone selama acara berlangsung. Internet cepat dan cemilan sangat dibutuhkan karena kami tidak boleh stres karena gagal mengunggah atau kelaparan.
Beberapa bulan lalu, saya sempat memegang brand telco pasca berurusan dengan brand lucu gemas gitu. Itu adalah kali pertama saya melakukan live report di kantor dan rasanya agak khawatir, Sob! Acara klien ini diselenggarakan di ibukota, otomatis kawan tim Jakarta akan turun tangan untuk menjadi lidah penyambung info acara ke saya. Saya merasa buta dengan jenis acara dan topik apa yang akan disampaikan dan rupanya ini menjadi awal yang buruk. Idealnya, sebelum live report dimulai, admin sudah memiliki materi acara. Apa saja sih materi acara itu? Info sederhana mulai dari tempat, tanggal, waktu, tujuan, pembicara, audiens. Setingkat di atasnya ada press release yang harusnya sudah dipegang dan beberapa referensi. Waktu itu acara yang dilangsungkan adalah konferensi pers penandatanganan kerjasama finance dengan pihak Pegadaian. Nah, terkadang ada istilah finance yang kadang kurang paham. Jadi, admin juga harus mempersiapkan bahan bacaan sebelum live report dimulai. Sayangnya, karena itu adalah kali pertama saya membuat live report, saya melewatkan semua tahapan ini. HaaaAAdeEeeEe3h.
Parahnya lagi, hehe tidak parah sih ini hanya hiperbol saja, tim Jakarta yang berangkat ke lokasi adalah orang baru. Benar-benar baru beberapa hari bekerja di ahensi yang suka agak-agak clueless. Mulailah saya menghubungi dia untuk selalu memberi info terkini dan kalau bisa fotonya dibuat sebaik mungkin agar feeds Instagram tetap rapih. 
Acara pun dimulai, saya sudah bersiap-siap untuk menerima pesan dan kawan ibukota ini. Dia pun mulai mengirim foto panggung dan antusiasme audiens, lumayah lah. Kemudian dia menjelaskan tentang apa tema acara hari itu dan menginfokan nama pembicaranya. Sampailah ke inti acara tersebut, saya bingung karena tiba-tiba kawan saya ini mengirimi beberapa slide presentasi. Otomatis saya bertanya “Maaf tapi ini penjelasannya bagaimana ya?”. Di bawah nomor WA-nya tertulis typing berwarna hijau cukup lama. “Ini orang penjelasannya panjang banget apa ya?” ucap saya dalam hati. Satu menit kemudian, pesannya saya terima dan berbunyi:
“Mbak, kalau dari foto slide tadi kira-kira penjelasannya apa ya? Mbak, maaf ya... Di sini saya lagi kebingungan nih karena ternyata presentasinya pakai Bahasa Inggris. Mana ngomong Bahasa Inggrisnya cepet juga, jadinya saya kurang paham. Tapi ini saya sudah mencatata beberapa poin yang mungkin bisa ditulis...” 
*terlampir foto dari notebook-nya*
Di summary presentasi itu ia mencatat:
“Good evening everyone”
“Welcome”
“Thanks for coming here”
Tumblr media
T O L O N G  Y A W L A. Ini summary atau daily conversation di buku Erlangga Bahasa Inggris untuk kelas 1 SD kurikulum 2006 ya? 
Saya harus menulis konten apa dong dari catatan itu? Kesal jadinya, kok saya jahat begini sih. Saya pun meminta tolong dia untuk pedekate ke teman-teman media yang juga hadir pada acara untuk meminta secercah harapan. Pasti teman-teman media kan lebih lihai untuk urusan begini dan tentu saja isi summary-nya membaik, Sob!
Saya kembali bertugas membuat beberapa konten live report  hingga acara selesai sekitar pukul 2 siang. Hidup damai itu fana, problematika kehidupan itu abadi, Sob. Sekitar pukul 4 sore, ributlah grup bersama klien, tiba-tiba beberapa rekan kantor menyindir “Kamu mau Pengadian(Pengajian) di mana, Cuk?”. Waktu itu saya yakin terlihat sangat bodoh karena belum membuka grup WA. Rupanya, konten yang saya buat saat live report tadi typo dong... di bagian yang paling krusial yakni partner bisnis klien saya. Harusnya saya tulis “Pegadaian” eh jatuhnya malah “Pengadian” yang terbaca seperti pengajian atau pengadilan. Nama brand kok malah salah, untuk tidak ada SP melayang hehe.
Live report ini njelehi, bahkan saya yang tidak laporan langsung saja lelah dibuatnya. Kebobrokan live report ini masih secuil dibanding live report sesungguhnya yang dilakukan oleh admin OSIP. Seperti apa ya kisahnya? Nantikan besok, Sob!
2 notes · View notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
Tips Bertahan Hidup 4: Krisis Final
(Sambungan dari kisah sebelumnya)
S: “Ya ampun Za! Kamu kok nggak bilang sih kalau udah liat video ini kemarin?” 
A: “Ng... Aku nggak tahu kalau bakal kaya gini, Mbak...”
Teruntuk admin OSIP yang penasaran siapakah orang di balik inisial S, S untuk strategist! Silakan dicari sendiri ya siapakah strategist Yupi waktu itu. 
Teruntuk kalian yang menebak-nebak kenapa saya diserang strategist, ini dia jawabannya: Saya diomeli beberapa detik tentang betapa saya tidak peka bahwa sebuah video itu bisa berpotensi disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Harusnya, kalau memang saya sudah berpikir sebagai orang brand, saya sudah bisa mencium bau-bau adanya krisis. Apalagi mengingat netizen kita yang ajaib, dikit-dikit teriak viralkan, kurang tabayyun kalau kata cuitan masa kini.
Nah, karena saya sudah skip tahap pencegahan potensi krisis, mau tak mau tim harus segera turun tangan mengatasinya. Saya sih waktu itu merasa sudah paham secara teori apa yang harus dilakukan, tapi kok tetap panik ya? Sembari tim dan klien ini pontang-panting mengurusi jempol ibu-ibu yang kurang tabayyun, angka share dan like di postingan itu terus meningkat. Artinya, semakin banyak orang yang harus kami kejar untuk klarifikasi kalau info itu hoax. 
Langkah yang tim ambil tentu saja menginfokan kalau info itu salah, disertai dengan beberapa bukti agar netizen tidak ragu. Detailnya apa saja yang perlu dilakukan? First thing first adalah mengomentari status si pemilik akun yang isinya menyatakan bahwa Yupi ini permen halal dan aman dikonsumsi, lho! Tentunya ini akan menarik perhatian orang-orang yang sebelumnya sibuk berdiskusi tentang bagaimana caranya menghentikan si anak dari jajan Yupi. Bersamaan dengan itu, klien menghubungi si pemilik akun untuk tidak sembarang menyebar info karena Yupi sudah memiliki sertifikat halal dari MUI. Pemilik akun diharap untuk segera menghapus dan juga mengklarifikasi kesalahannya karena menyebarkan hoax. Agar lebih manis, dikirimkan beberapa kantong permen Yupi.
Tahukah kalian apa yang sulit dilakukan di tahun 2017? Membuat netizen senang. Menyenangkan banyak orang itu sulit, Sob. Sehabis mengklarifikasi lewat kolom komentar, sepertinya masih ada beberapa netizen yang was-was. Tim pun segera membuat konten yang isinya tentang Yupi itu aman dikonsumsi dan halal karena terbuat dari gelatin sapi, jangan sekali-kali memancing dengan kata “video” atau “babi”. Produksi visual pun harus kilat karena jangan sampai mengatasi krisis ini lebih dari dua jam. Iya, dua jam saja waktu yang dipunya. Lah kan gampang membuat visual dan konten kok sampai dua jam? Perhitungkan kemungkinan revisi ya, Sob. Ingat itu.
Karena entah kenapa netizen kita tuh kurang suka membaca, maka kami produksi visual yang lugas berbunyi “Yupi itu halal, lho!”. Agar lebih puas dan menghentikan pertanyaan yang terus bergulir, maka ditambahkan pula sertifikat halalnya dong (ini juga request klien)!
Tumblr media
Jumlah like dan share-nya sih tidak seberapa dibanding dengan status si ibu. Namun, setelah kami cek kembali, rupanya status yang dishare justru dikomentari dengan nada negatif sambil berkata “ini hoax”. Wow, disitu saya takjub melihat jumlah audiens yang loyal dan tabayyun! Rasanya sedikit terharu ketika saya merasa jatuh, eh nyatanya malah diangkat oleh audiens brand. Kalau kalian cukup jeli, bisa dilihat bahwa komentar mereka itu bernada positif dan saya pun menjawabnya dengan ceria~
Meskipun sudah dibuat konten informatif dan berupaya menghentikan persebaran status ibu tadi, video dan caption tadi masih terus dilihat banyak orang. Hari itu, saya menerima banyak pesan di laman Fan Page dan inbox tentang “benar tidak sih kalau video itu adalah cara pembuatan permen Yupi?”. Nah, cara menjawabnya itu harus sangat hati-hati, Sob. Jangan sampai menyinggung produk lain atau membangun asosiasi dengan konten hoax tadi, kalian pasti tidak ingin kan brandmu justru lebih diingat karena adanya kabar miring. Karena itu, maka kurang lebih saya balas “Hai, Yupiers kenyalnya Yupi ini berasal dari gelatin sapi dan sudah mendapat sertifikat halal dari MUI, lho! Yupiers bisa cek logo halalnya di kemasan Yupi. Jadi, jangan ragu untuk ngemil Yupi ya hari ini! :)” sambil saya kirimkan visual di atas. Hari itu admin cukup sibuk membalas pesan dan hamdalah respon mereka pun baik-baik saja. Tidak seperti akunnya OSIP yang isi komentarnya komplain dan pisuhan.
Tidak lama kemudian, status si ibu tadi sudah dihapus dari laman Facebooknya, ia pun membuat permohonan maaf dan berfoto dengan berkilo-kilo bingkisan Yupi. Yang tersisa hanya konten Yupi tentang kehalalannya. Meskipun status hoax tadi dihapus, konten Yupi halal ini tetap bisa berdiri sendiri sebagai konten edukasi, which is bagus. Netizen lain yang baru pertama mengunjungi laman Yupi tentu tidak mengira kalau sebelumnya kami sempat dirundung krisis sederhana, mereka akan membaca konten tersebut sebagai info berguna untuk mereka.
Itu tadi sih langkah-langkah yang saya lakukan bersama tim. Secara mandiri, saya juga melaporkan status tersebut sebagai apa ya saya sudah lupa hehe. Mungkin harmful atau sesederhana spam. Hal semacam itu cukup berguna lho! Sekarang pun kalau ada status yang menurut saya palsu dan berbahaya bagi siapapun, tidak harus brand, maka akan saya report begitu saja dan jangan diladenin ya.
Krisis ini mengajarkan banyak hal dari semua teori yang sudah diobrolkan di kelas. Saya yang pertama kali mengalaminya ini merasa bersalah karena kurang peka dan panik. Beruntungnya, tim saya ini benar-benar baik dan sigap sehingga saya justru belajar banyak hal. Kalau misal kamu merasa ingin terjun ke dunia brand, entah itu dibagian branding atau advertising silakan lebih kritis dan peka lagi ya! Terutama peka terhadap siapa yang kamu hadapi, misalnya audiens rawan percaya hoax. Jujur, setelah menonton video itu saya tidak mengasosiasikannya dengan Yupi karena tahu kalau video tersebut diproduksi di luar. Sayangnya tidak semua audiens itu seperti saya dan teman-teman. Siapa yang menduga konten video di 9gag.tv yang jelas-jelas gambarnya itu bule dan kemasannya bukan Yupi malah dispin menjadi hoax? Sisi baiknya adalah, si ibu mengakui kesalahannya dan semoga tidak menyebar false news lagi.
Wow, panjang juga ya! Padahal sudah dibagi menjadi dua bagian. Maaf kalau dua konten terakhir ini sedikit berat dan kurang lucu. Saya hanya ingin membagikan kisah yang barangkali berguna haha. Halah, sok penting. Pasti nggak berguna kan? Nih Yupi buat kamu~
Tumblr media
Waduh, jadi ingin Yupi :(
4 notes · View notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
Tips Bertahan Hidup 4: Krisis
“Za, kamu kok nggak monitor sih kalau ternyata ada yang share hoax?”
“Hah? Hoax apa, Mbak?”
“Sini deh, sekarang sudah 30.000 kali dishare lho!”
Kalau kalian kuliah strategis, kalian pasti pernah duduk di kelas Komunikasi Krisis. Entah sekarang nama mata kuliahnya berubah atau tidak, dihapus atau tidak. Di kuliah Komkris ini pasti semuanya akan terkesima dengan penyelesaian krisis oleh Johnson & Johnson, minimal pernah merasa mendengar tragedi Bhopal di India. Krisis yang terjadi di kala itu memang sesuatu yang besar ya, sampai merenggut nyawa dan kerugian jangka panjang. Hari ini sih yang namanya komunikasi krisis itu disulut dari sesuatu yang lebih sepele kelihatannya. Tapi, dampaknya pun tidak kalah besar dan panjang bagi perusahaan.
Dari beberapa brand yang sempat saya pegang, produk permen kenyal ini merupakan salah satunya. Kali ini saya akan menyebutkan nama brand dengan alasan (1) lebih mudah bercerita, (2) masalahnya tertangani dengan baik, dan (3) semoga bisa menjadi learning.
Hampir setahun yang lalu saya memegang akun media sosial Yupi. Ini adalah brand yang cukup menyenangkan untuk diutak-atik karena secara kesuluruhan dia sudah memiliki karakter dan audiens. Poin plus-nya lagi, audiensnya Yupi ini ramah-ramah dengan target usia 15-25 tahun waktu itu. Meskipun menyenangkan, Yupi juga tidak bisa lepas dari kemungkinan krisis.
Sebagai makanan dengan tekstur kenyal, sepertinya semua orang cukup paham bahwa bahan dasar Yupi adalah gelatin. Tapi, mereka masih suka clueless dengan gelatin apa yang digunakan? Apalagi, di luar sana, gelatin yang umum digunakan berasal dari babi. Well, kalian tahu kan apa yang mungkin ditanyakan orang yang tidak tahu perkara ini? Tentunya “Yupi halal nggak sih?” Makanya tim punya pekerjaan berat untuk mengedukasi bahwa Yupi itu halal karena terbuat dari gelatin sapi. Sayangnya, tidak semua orang memperhatikan atau belum terjangkau kelas edukasi ini.
Malam itu saya cukup santai di kamar kos sambil mengakses 9gag.tv. Saya menemukan satu judul video yang cukup menarik: “Once You Watch How Gummy Bears Are Made, You’ll Probably Never Eat Them Again”. Karena saat itu saya admin Yupi, otomatis saya jadi penasaran sebenarnya bagaimana cara dagangan ini dibuat.
Tumblr media
Video berdurasi hampir dua menit ini menunjukkan cara permen kenyal diproses dari sudah jadi kembali ke bahan dasarnya. Tidak disebutkan mereknya, karena kemasannya hanya terlihat sekilas saja dengan huruf jepang imut-imut begitu. Video ini memang alurnya sengaja dibuat mundur gitu. Menjelang akhir video, ditunjukkan lah bahwa bahan dasar gelatin ini adalah bagian tubuh atau kulit hewan, dalam video ini adalah babi. Kalau mau lihat selengkapnya, klik ini ya!
Setelah menonton video tersebut, saya merasa pengetahuan bertambah dan tidur nyenyak. Hidup yang tentram itu fana bagi admin. Keesokan paginya, saya berkunjung ke kantor dan tiba-tiba mendapat info dari klien kalau ada krisis.
Klien mengatakan sebuah akun Facebook membuat status yang bunyinya kurang lebih seperti ini:
“Ibu-ibu dan para orang tua harus berhati-hati!!! Ternyata Yupi yang selama ini dimakan oleh anak-anak itu terbuat dari babi. Ini haram ya! Jangan lagi membolehkan anak membeli ini di warung. Untung saja anakku nggak suka, ternyata memang haram! Sebarkan!”
Kemudian akun ini memberikan tautan video tadi.
Rasanya ingin berteriak “HaaaAaadDdDddee33Ehhh”. Sambil memerhatikan status ini, saya berbincang ringan bersama strategist.
S: “Ya ampun, Za! Ini statusnya sudah dishare 30.000 kali, kita kalau bikin konten harus yang bisa mengalahkan sebarannya ini!”
A: “Waduh, susah banget, Mbak! Emang orang lain itu share secara positif atau negatif?”
S: “Belum dicek sih, kita haru segera bikin konten yang menyatakan kalau produk kita halal karena dibuat dari gelatin sapi! Eh, videonya kaya gimana sih? Aku belum lihat?”
A: “Eh, kemarin aku liat videonya, tapi bukan di edaran hoax ini… Dan aku merasa nggak ada yang salah dengan video ini…”
S: “Ya ampun Za! Kamu kok nggak bilang sih kalau udah liat video ini kemarin?”
Tumblr media
Menurut kalian, kenapa si strategist menyemprot saya dengan kalimat itu? Silakan ditebak ya, karena sesi ini akan bersambung. Kisahnya cukup panjang dan cukup bikin kaget bagi yang belum pernah handling krisis secara real. Nantikan lanjutannya besok!
1 note · View note
brainchatterz · 8 years ago
Text
Drama Posting 16:
“Visualnya disuruh ganti nih, katanya muka orangnya ini jelek!”
“Wah, ngawur tuh! Orang kulit gelap kan juga orang Indonesia juga. Dasar rasis kliennya!”
“Sudah lah, langsung diganti saja. Daripada urusan panjang.”
Mungkin beberapa dari kalian penasara, atau malah tidak, dari mana kantor ahensi itu punya berbagai foto. Tentu saja foto-foto cantik Raisa atau Isyana itu diproduksi sendiri oleh klien atau ph. Produksi foto sendiri itu memang menyenangkan, banyak kesempatan bertemu orang baru dan hasilnya tentu sesuai dengan keinginan. Namun, untuk memangkas biaya dan waktu produksi, terkadang ahensi memilih untuk membeli royalti foto yang ada di photostock, alamy, atau 123rf. Biasanya, ahensi sudah langganan salah satu di antar sumber foto tersebut.
Nah, untuk digital ahensi yang load kerjanya sungguh padat dan berputar cepat, kami lebih sering menggunakan situs penyedia gambar berbayar. Situs ini menyediakan gambar yang hi-res dan tentunya beragam. Sayangnya, situs ini tidak selalu up-to-date dan tentu saja sulit untuk menemukan gambar yang diinginkan. Apalagi konsep visual di otak para admin ini kadang suka muluk-muluk. Lebih susah lagi mencarinya.
Standar mencari visual sejatinya tidaklah banyak, hanya perlu berwajah Indonesia. Iya, klien kami semuanya adalah brand nasional. Tentu tidak mungkin dan pasti klien tidak mau kalau visualisasinya adalah sosok bule. Permasalahan inilah yang membuat kami kesulitan memasukkan kata kunci, sekaligus rasis.
Fyi, di sini para admin juga bertugas untuk membuat konsep visual sekaligus mencari materinya. Misalnya, saya yang sudah memiliki bayangan bahwa konten promo kali ini akan memunculkan gambar handphone di atas meja. Maka kuncinya: smartphone on table. Seringnya, hidup tidak semudah itu, kawan.
Bayangkan jika kalian memiliki konsep visual ada segerombol orang tertawa sambil melihat layar handphone. Kata kuncinya: People staring at phone -> Asian people looking at phone -> Group of asian laughing while pointing at phone -> Group of asian laughing while walking and pointing at phone.
Lainnya lagi, mencari gambar sekelompok orang berjalan dengan bahagia. Kata kuncinya: People walking together -> Asian people walking together -> Asian people look happy walking side by side -> Asian people look happy while walking on beach at sunset.
Tumblr media
Iya, kami harus selalu memasukkan kata “asian” agar memenuhi kriteria “muka Indonesia”. Terdengar sangat rasis, tapi kalau memasukkan kata kunci “Indonesia” justru tidak mendapatkan apa-apa. Beruntungnya sih, orang yang perawakannya mirip orang Indonesia tuh banyak. Coba saja masukkan kata kunci “Thailand”, “Vietnam”, atau “Phillipine”. Terutama untuk gambar yang mengarah ke kearifan lokal seperti “Farmer at village in Java”. Bisa dipastikan gambarnya sedikit dan kurang sip, maka dari itu bisa diganti dengan “Farmer at village in Thailand”. Hahaha.
Tantangan lainnya adalah kalian harus tahu bahwa tidak hanya satu ahensi di muka bumi ini yang menggunakan situs foto. Kesempatan menemukan foto dan talent mas-mas atau mbak-mbak yang sama antarbrand itu sangat besar. Haram hukumnya bagi brand untuk menggunakan visual utuh yang sama persis. Seperti kurang kreatif saja (ya bukan kurang kreatif juga, namanya juga kahanan). Rincinya lagi, brand tidak mau menggunakan talent yang sama dengan kompetitornya. Hadeh. Rutinitas mencari visual ini membuat kami menjadi jeleh dengan para talent dan jadi hapal dengan wajah mereka. Kami sampai mengenali wajah mbak-mbak iklan SayTaxi yang ada di belakang mobil sebagai mbak-mbak 123rf. 
Kalau situs penyedia gambar ini tidak lagi membantu, maka kami lari ke pencarian gambar di Google. Sebelum melakukan pencarian, kami harus mengatur setelah untuk hanya mencari gambar ukuran besar. Kadang senang sekali menemukan gambar yang bagus. Tapi yang namanya internet Indonesia tuh penuh misteri. Seperti kasus yang menimpa OSIP sore ini. Dia sedang asyik mencari visual waisak di Google dan berhasil menemukan gambar yang hepi! Setelah yakin dengan preview gambar di Google, ia pun memilih menu “Lihat Gambar”. Ajaibnya, yang muncul di halaman itu bukanlah gambar yang dimaksudm melainkan:
Tumblr media
HadeeEeEee3eHhhhh. Memang hidup admin itu nggak sipirili. Buat apa internet cepat? Buat apa internet sehat? 
P.s: Gara-gara internet positif ini, saya jadi teringat penobatan Miss Internet beberapa waktu lalu. Jujur, saya pernah iseng melihat formulir pendaftarannya karena penasaran. Kualifikasinya agak kurang masuk akal sih, menurut saya bahkan Miss Internet ini lebih pantas disebut Miss IT. Lucunya, pendaftaran Miss Internet ini masih menggunakan tinggi minimum 165cm. Saya batal daftar deh! 
0 notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
Drama Posting 15:
“Kok kamu keberanian (kewanen) ya ngehapus konten yang udah diboost?”
“Hahaha, lha gimana lagi?”
“Boosting tuh bayar lho! Kalau kantor ini bangkrut gara-gara semua yang sudah diboost dihapus gimana?”
Ya, sepertinya sih kantor ini nggak bodoh-bodoh banget hingga bangkrut karena kelakuan Luna Linu. Entah kenapa kesalahan bersumber dari dia. Beberapa waktu lalu, ia sempat salah post visual untuk konten greeting cerita selengkapnya ada di sini. Nah, ternyata kebobrokan dia nggak berhenti di situ saja. Di saat panik karena salah mengunggah visual, maka dia membuat keputusan untuk menghapus konten. Mari dipertegas menjadi, menghapus konten yang sudah diboost.
Apa itu diboost? Boost itu sama halnya dengan fitur promote, jadi kontenmu akan dipromosikan ke linimasa orang-orang yang jangkauannya lebih luas. Dengan catatan, semua aktivitas ini dilakukan oleh admin Fan Page ya! Biasanya kan orang yang melihat atau mengomentari status terbatas pada fans di Fan Page-mu. Kalau kamu mencoba boost/promote salah satu statusmu, kontenmu akan muncul di linimasa akun yang bahkan non-fans agar lebih menonjol gitu deh.
Jika kalian masih bingung seperti apa rupa boost ini, bisa dilihat penampakannya berada di sisi bawah post. Bisa terlihat kan angka reach dan “boost post” button.
Tumblr media
Sayangnya, boost ini tidak bisa dilakukan sembarangan karena membutuhkan uang. Ya, uang memang menguasai dunia. Misalnya saja untuk mempromosikan satu konten admin merogoh kocek Rp20.000. Uang Rp20.000 itu akan meningkatkan reach dan engagementmu. Semakin mahal, tentu semakin tinggi reach-engagementnya. Tanda konten yang diboost itu terlihat dari jumlah likes-nya yang tidak wajar, contohnya likes mencapai 1000 sedangkan konten lainnya mentok 30 likes. Boost ini bukan hal buruk kok. Justru terkadang boost memang dibutuhkan untuk lebih banyak orang terpapar iklanmu. Sayangnya, boost ini juga perlu didukung dengan konten yang outstanding agar lebih optimal.
Tumblr media
Itulah mengapa perkara boost ini tidak bisa diserahkan begitu saja ke admin. Ada tim khusus yang berfungsi untuk jualan konten, sebut saja tim media. Mereka nanti akan menimbang-nimbang konten mana yang cocok “dijual”. Karena kalau semuanya diboost tentulah mubazir. Eh, tapi ada ding brand yang nyaris semua akunnya diboost, kalau tidak salah sih Lazada. Pernyataan itu berdasarkan riset yang saya lakukan sendiri lho ya. 
Biasanya, setelah admin membuat EP, maka dipilih konten mana saja yang siap diboosting. Admin pun harus memastikan bahwa konten sudah benar-benar layak naik tayang, karena pasca diboost konten tidak bisa diedit lagi.
Tumblr media
Kiri: menu saat konten belum diboost | Kanan: menu saat konten telah diboost
Nah, kembali ke Luna Linu, berbekal kepanikan salah visual ia pun menghapus kontennya. Padahal, kontennya sudah diboost dong oleh tim media. Penghapusan konten yang sudah diboost ini bukan masalah besar jika memang sudah disepakati tim. Lah, Luna Linu sih seenak dia saja karena melakukan kebobrokan. Entah sih dia menceritakan kasus ini pada kantor atau tidak, tapi tetap saja tumblr ini terdepan mengabarkan kebobrokan jajaran admin.
Kalau tidak salah nominal boost-nya itu Rp15.000. Saking merasa tidak enak dengan tim media, dia berencana untuk membayarnya saat sowan ke Jakarta. Tapi y a k a l i Luna Linu menyambangi tim media sambil berkata “ini mau bayar boosting-an yang saya hapus...” dan menyodorkan uang receh Rp15.000. Mungkin tim media cuma kebingungan.
Saya sampai menyarankan dia untuk minta gajinya dipotong Rp15.000 kemudian ditransfer ke gaji tim media. Hahaha, so pathetic. Jika suatu saat nanti tim finance kantor mengalami kerugian, kantor harus segera menodong Luna Linu untuk membayar semua hutang boost. 
Kabar terbarunya, brand si Luna Linu sedang melakukan aktivasi. Bukan, bukan salah posting, hanya salah tulis caption. Sayangnya sudah terlanjur diboost dan tidak bisa diedit. Saya pun tergerak untuk komentar yang bunyinya: “Lho, min, habis 1, 2, kok 5? Nggak bisa diedit ya kontennya gara-gara udah diboost? Hahaha.”
Kemudian komentar saya dihapus. 
Dasar anti-kritik.
0 notes
brainchatterz · 8 years ago
Text
Tips Bertahan Hidup 3:
“Ingat ya, jangan yang quiz hunter!”
“Okay! Tapi kayaknya ini quiz hunter semua deh...”
“Pokoknya cari yang bukan.”
“Hhh, meninggal.”
Tulisan kali ini mungkin sedikit banyak membantu perbaikan kualitas hidup kalian ya. Karena saya akan menulis tips memperbesar peluang menang kuis. Seperti yang sudah pernah diceritakan sebelumnya, saya dan teman-teman ini suka kewalahan untuk mencari pemenang dengan kriteria utama quiz hunter. Asal kalian tahu, quiz hunter ini biasanya tergabung dalam satu komunitas, di situ merek berbagai info kuis dan hadiah kuis. 
Jika kalian cukup jeli nih ya, pasti di setiap kuis brand orang yang berpartisipasi itu kurang lebih sama. Seandainya kalian punya waktu lebih, coba dikepoin deh akun peserta kuis. Kalau isinya tidak jauh-jauh dari share/regramm/retweet-an kuis, bisa dipastikan dia quiz hunter. Maafkan kami ya para quiz hunter, kami tidak suka memberi makan ego kalian.
Andai kalian masih gigih menjadi quiz hunter, mungkin ini saatnya kalian untuk jadi lebih pintar dan moderat. Masih ingin kan berkesempatan memenangkan hadiah? Makanya, cari tahu caranya di sini!
Tumblr media
1. Dalam satu momen, ikutlah satu kuis saja. Kalau mau ikut kuis lainnya, silakan buat atau gunakan akun lain ya.
2. Kalau kuisnya sudah selesai, entah menang tidak, hapuslah tweet/share/regramm kuis sebelumnya. Kemudian kembalilah menggunakan media sosial selayaknya manusia lainnya, seperti update status, foto, atau artikel ringan seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
3. Perbanyak update di media sosial, karena akunmu akan terlihat natural dan nyata. Bukan seperti bot yang isinya kuis-kuis saja.
4. Selama kuis berlangsung, boleh lah sekali dua kali berinteraksi dengan admin kuis, tapi jangan menjilat. Geli.
5. Jangan pernah spamming! Kami para admin tentu merasa jenuh dan lebih ingin mengabaikanmu.
6. Hindari mengikuti kuis dari produk sejenis. Contohnya, kamu hari ini mengikuti kuis Lazada dan Tokopedia bersamaan. Apalagi statusmu tidak dihapus. Fatal akibatnya karena kamu bisa secara otomatis gugur sebagai kandidat pemenang.
7. Kalau bentuk kuisnya adalah share foto dan cerita, silakan buatlah yang unik tapi tetap alami dan terkesan nyata. Kami bisa punya sense cerita yang terlalu mengada-ada, kesannya dipaksakan begitu.
8. Kalau bentuk kuisnya tinggal jawab pertanyaan, silakan perhatikan mekanismenya dengan seksama. Kemudian berdoa yang banyak karena ini diserahkan pada peruntunganmu.
9. Kalau diminta milih hadiah, pilihlah yang rasional dan terkait brand ya. Jangan minta naik haji sekeluarga, jalan-jalan ke Turki, atau dipertemukan dengan jodoh.
Wow, ternyata banyak juga ya ada sembilan! Kesembilan tips ini sebelumnya sudah disampaikan OSIP dalam cuitannya. Namun, di sini saya rapihkan sedikit agar kalian lebih mudah membacanya. Admin OSIP ini memang sudah cukup lama malang-melintang di dunia per-kuis-an. Dia sendiri sebenarnya juga quiz hunter, saya pun, namun kami berdua menjalan kesembilan cara tersebut agar lebih profesional dan mulus saja jalannya.
Kamu juga quiz hunter dan ingin berbagai tips? Silakan! Selamat mencoba!
1 note · View note
brainchatterz · 8 years ago
Text
Drama Posting 14:
“Wah, hari ada kok nggak ada kerjaan ya?”
“Hus, kan milihin pemenang!”
“Oh iya ya, ntar aja lah!”
Itu tadi adalah sekilas percakapan antara OSIP dan Putri Ikan. Mereka berdua memang admin untuk brand yang sama, tapi berbeda platform media sosial. Kenapa brand mereka sampai membutuhkan dua/lebih admin? Ya karena memang kerjaan mereka padat. Salah satu kepadatannya disebabkan karena adanya kuis mingguan.
Fyi, kami para admin pada waktu-waktu tertentu juga memilih pemenang aktivasi. Seperti Luna Linu yang memilih pemenang sampai Jelitheng-nya njeblug. Beres dengan memberikan rekomendasi pemenang kepada klien, nama-nama yang sudah disetujui akan diumumkan. Para admin juga yang kemudian bertugas merekap data pemenang serta meneruskan info pemrosesan hadiah pada klien.
Nah, selama mengurusi data dan hadiah pemenang ini, selalu saja ada cerita-cerita konyol. Mulai dari yang berisik tentang kapan hadiahnya sampai, tukar hadiah, dan bingung sebenarnya dia ini ikut kuis apa. Kalau kamu pernah melakukan yang mana di antara kisah uwuwuwuwu di bawah ini?
1. Data Diri
Kalau kalian memenangkan suatu kuis, biasanya kalian diminta untuk mengirimkan data diri berupa nama, no.hp, alamat, bahkan foto kartu identitas gitu kan? Semua data itu digunakan untuk mengirimkan hadiah serta menjadi arsip ahensi. Ada juga yang hadiah kuisnya berupa pulsa, jadi cuma membutuhkan nomor handphone. Tapi, ada satu pemenang di brand otomotif yang waktu itu mendapat hadiah pulsa. Setelah ia memberikan nomor, kemudian dia curhat dengan admin, kurang lebih bunyinya begini:
“Min, kira-kira hadiahnya kapan dikirim ya? Soalnya nomor ini cuma nomor paketan. Jadi kalau paketnya habis ya saya buang... Nah, untuk beli nomor paketan yang baru, saya harus nabung dulu cari operator yang murah. Enaknya gimana ya, min?”
Padahal pemrosesan hadiah itu nggak bisa ujug-ujug dikirim. Harus nunggu semua data masuk, diverifikasi, baru kemudian datanya dikasih ke tim bagi-bagi hadiah. Lha kan kami juga tidak tahu kapan si pemenang ini paketannya habis dan beli nomor baru? :(
2. Tidak sabar
Beuh, kalau yang seperti ini tuh banyak banget, Sob! Biasanya, begitu ia mengirimkan data diri keesokan harinya sudah bertanya “Min, hadiahnya kok belum nyampe?”. Lah, padahal itu masih dalam periode pengumpulan data pemenang.
3.  Telat
Masih ingat kan dengan brand-nya OSIP yang tiap minggu mengadakan kuis? Nah, tiap kuis ini dipilih lima orang beruntung. Karena jadwal yang cukup padat, maka lima pemenang mingguan ini maksimal diberi waktu satu hari untuk konfirmasi. Seperti biasalah, pasti ada yang telat. Kalau sudah telat, mereka secara otomatis gugur menjadi pemenang. Tapi ada satu orang yang dia itu memohon-mohon. Setiap hari bilang “Min, aku butuh banget vouchernya!”. Kalau telatnya masih dalam jangka waktu 1x24 jam, sayangnya yang satu ini sudah telat sebulan~ Gitu juga mereka masih drama meronta-ronta via DM. Hadeh.
4. Ini kuis apa ya?
Kalian pernah tidak sih asal ikut kuis tapi berakhir jadi pemenang? Kalian malah clueless sebenarnya ini kuis apa dan apa hadiahnya. Karena tidak jarang para pemenang itu malah bingung sebenarnya apa rupa hadiah yang akan mereka terima. Ini biasanya antara dua kemungkinan: mereka benar-benar tulus (non quiz-hunter) atau quiz-hunter sejati (hanya peduli pada hadiahnya, masa bodoh dengan brand). Kamu yang mana nih, Sob?
5. Hadiahnya belum datang juga
Biasanya nih ya, Sob, para pemenang itu punya paguyuban gitu. Mereka saling bertukar informasi hadiah apa yang mereka terima dan waktu penerimaannya. Nah, sepertinya ada salah satu yang kecer. Ketika pemenang lainnya sudah mendapat hadiah berupa tiket nonton di tangan, cuma dia yang belum. Dia pun mulai meneror OSIP di akun brand.
Tumblr media
Tidak untuk dicontoh ya!
Tumblr media
Jeleh nggak sih?
Tumblr media
Tentu yang bisa disampaikan oleh OSIP adalah mohon bersabar menunggu. Lah, tapi si pemenang malah ngelunjak minta tiket nontonnya ditukar dengan voucher. Dia memohon-mohon, ya jelas tidak bisa dong Sayangku. Dia merajuk lagi dan bilang “Seenggaknya kasih saya satu buah Aloevera dari Nature Republic. Kamu kira ini warung yha~
Sebenarnya ada beberapa tips dan trik untuk menjadi pemenang lho. Mungkin selasa besok akan saya share! Nantikan!
0 notes