brianatampubolon
brianatampubolon
A half-blood woman
14 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
brianatampubolon · 3 years ago
Text
Pengen ga sih kembali ke masa single, hidup cuma mikirin diri lo sendiri dan ga perlu mikirin orang lain?
0 notes
brianatampubolon · 4 years ago
Text
Ketahui di mana tempatmu
Ketika ada seseorang yang memperlakukanmu seolah-olah kamu ini sampah, maka akan ada orang lain yang menganggapmu seperti berlian. 
0 notes
brianatampubolon · 5 years ago
Photo
Tumblr media
0 notes
brianatampubolon · 5 years ago
Text
Him
When he left me, i know i deserve a better person. And for the new person who’s coming to my life now: thank you for loving me. To be loved by you is more than enough for me. “And it cuts like a knife, he’s out of my life” - for the past.
0 notes
brianatampubolon · 5 years ago
Text
Tumblr media
0 notes
brianatampubolon · 5 years ago
Text
I, Isaac, take Thee Rebekah
Tumblr media
Sama seperti kekuatan adalah daya tarik pria, demikianlah daya tarik adalah kekuatan wanita.
Buku ini saya beli sewaktu saya masih di Bandung. Waktu itu sehabis ibadah minggu di GII Hok Im Tong, saya mampir ke toko buku yang ada di gereja itu. Tadinya saya hanya berniat membeli renungan harian, tetapi tiba-tiba saya melihat buku ini dan judulnya menarik, jadi saya putuskan untuk membeli buku ini. Kalau diingat-ingat lagi (ah sudah lupa sebenarnya) dengan isi buku ini. Maklumlah, sudah lama sekali saya membacanya. Namun karena sudah dua bulan ini saya BDR jadi saya punya banyak waktu luang. Kadang-kadang bosan juga berkutat dengan tugas-tugas mahasiswa. Karena itu sesekali saya bereskan buku-buku dan tumpukan kertas di kamar saya yang letaknya sudah tidak beraturan. Ketemulah lagi saya dengan buku ini. Entah kenapa jadi timbul lagi niat untuk membaca buku ini. Beneran nih cuman karena ini alasannya? Hehehe. Ehm sebenarnya saya sedang memikirkan tentang menjalani hubungan yang serius sih jadi saya baca lagi buku ini. Cuma saya pikir lebih baik kalau saya tuliskan kembali kalimat-kalimat menarik (quotes) yang ada di buku ini. Fyi, Bapak Ravi Zacharias baru saja dipanggil oleh Bapa di surga bulan Mei lalu. Beliau pasti akan tersenyum dari surga ketika apa yang beliau tanam berbuah manis karena semua yang beliau ajarkan dan tuliskan telah menjadi penyejuk rohani bagi setiap pembacanya. Rasanya akan lebih baik ya kalau bahasanya tidak saya tambahi atau kurangi. Berikut quotes menarik dari buku ini:
Allah telah menciptakan setiap kita dengan kebutuhan tertentu, yang adalah bagian terdalam manusia, yang hanya dapat dipenuhi oleh sesama manusia.
Allah telah merancangkan pernikahan untuk memisahkan hubungan manusia, berbeda dari yang lainnya. Itulah hal pertama yang perlu diingat dari penciptaan manusia.
Dalam diri-Nya, Allah adalah semua dalam semua. Tidak ada kekurangan di dalam kesempurnaan-Nya. Ia sepenuhnya cukup untuk semua kebutuhan kita, namun Ia memilih untuk membentuk sebuah hubungan yang dirancang begitu istimewa di mana hanya seorang perempuan yang dapat menyempurnakan ketidaksempurnaan seorang laki-laki.
Anak muda, berhati-hatilah ketika Anda mengikrarkan hidup Anda kepada seseorang jika orang tua Anda tidak simpati dengan keputusan Anda - khususnya jika orang tua Anda mengasihi Allah.
Jika Anda menikahi seseorang dan melawan kehendak orang tua Anda, Anda bermain dengan taruhan besar ketika Anda memasuki masa depan Anda. Setiap kali Anda mencemari otoritas yang telah ditempatkan oleh Allah, Anda harus merasa yakin sekali Anda sedang melakukan hal yang benar.
Setahun sebelum menikah, saya duduk di kelas pendidikan Kristen ketika sang dosen dengan dramatis memulai dengan berfilsafat tentang hidup. Ia berkata, “Saya ingin kalian tahu bahwa cinta itu adalah kerja keras.” Saya berdiri dan berkata, “Maaf, Pak, saya tidak terlalu setuju dengan pernyataan Anda bahwa cinta adalah ‘kerja keras’. Dosen itu menatap saya, “Zacharias, apakah Anda sudah menikah?” Sewaktu saya berkata, “Belum, Pak,” ia berkata, “Lalu mengapa Anda tidak diam dan duduk saja? Anda tidak mengerti apa yang Anda bicarakan.” Saya duduk. Satu tahun kemudian saya menikah, saya dapat berkata tanpa malu, beliau benar. Cinta adalah kerja keras. Inilah pekerjaan terberat yang saya tahu, pekerjaan di mana Anda tidak mendapat jatah cuti. Anda memikul beban dan kesusahan. Anda dihibahi masalah. Anda harus merasa melampaui kapasitas diri Anda.
Jangan membuat suatu keputusan dari diri sendiri hanya karena Anda memiliki perasaan romantis. Carilah hikmat dari pendeta, orang tua, dan teman-teman Anda dan sadarlah romantisme harus berada di bawah keinginan yang kuat dan tingkat komitmen kepada dan oleh Anda sendiri. Anda harus bersedia mati terhadap diri sendiri sebelum Anda memutuskan berjalan menuju altar. Apakah orang ini yang baginya Anda bersedia mati setiap hari? Apakah dia orang yang Anda akan katakan, “Saya bersedia” juga orang yang baginya Anda akan katakan, “Tidak” kepada yang lain? Yakinlah bahwa pernikahan akan membuat Anda banyak berkorban.
Tuhan mengingatkan kita bahwa meskipun tindakan seksual adalah tindakan fisik, ranjang pernikahan tetap tidak tercemar karena kehadiran Allah menguduskan tindakan itu. Itulah hak istimewa laki-laki dan perempuan yang datang bersama dalam menikmati aspek fisik dari cinta, mewakili ikatan rohani antara keduanya. Untuk Ishak dan Ribka, itulah perjanjian yang layak untuk dipertahankan. 
Marilah kita meminta Allah agar Ia memberikan kita pandangan mulia akan kedatangan Tuhan kita. Ia adalah Mempelai Laki-laki yang akan datang untuk Mempelai Perempuan dan Ia akan datang saat Mempelai Perempuan sudah siap untuk-Nya. Jika pernikahan seagung seperti yang Alkitab maksudkan, maka pantaslah untuk Anda menunggu sampai Anda siap akan waktu yang tepat dengan orang yang tepat.
Pernikahan berarti menyerahkan keseluruhan diri Anda, tubuh, jiwa, kebahagiaan, masa depan kepada orang yang Anda cintai. Tindakan iman yang luar biasa ini adalah sesuatu yang dapat membuka dalam diri masing-masing pasangan, kekuatan belas kasihan, ketabahan, kemurahan hati, sukacita, gairah, kesetiaan dan pengharapan yang tidak seorang pun menyangka ada di situ. Itu sebabnya keyakinan diri pasangan muda tidak arogan atau bodoh tetapi suatu ekspresi dari kenyataan mendasar mengenai natur manusia: suatu kenyataan bahwa pemberian terbesar manusia siap berkarya hanya waktu orang siap meresikokan segala sesuatu. Tetapi resiko seperti itu diambil hanya setelah Anda telah meresikokan segala sesuatu untuk Allah.
Menerima pasangan sebagai pemberian dari Allah adalah komitmen di mana seseorang seharusnya mulai. Satu orang sendirian di perjalanan cinta tanpa syarat akan menjadi perjalanan yang sangat melelahkan.
Menikah dengan orang di luar iman dan kebudayaannya merupakan suatu beban berat bagi pernikahan.
Pernikahan yang berdasarkan pada Kristus indah untuk dipandang dan indah untuk dinikmati. Romantisme yang sesuai dengan rencana Allah dapat bertahan seumur hidup.
June 19th, 2020
2 notes · View notes
brianatampubolon · 5 years ago
Text
Dear White Fella
By: Graham N. S. W.
Coupla things you orta know. Firstly: Wen I born I’m black Wen I grow up I’m black Wen I git sick I’m black Wen I go out ina sun I’m black Wen I’m cold I’m black An wen I git scared, jeez I’m black
But as for you white fella Wen you grow up you white Wen you get sick you green Wen you go out ina sun you go red Wen you git cold you blue Wen you scared you yella Wen you die you go purple
AND YOU GOT THE CHEEK TO CALL ME COLOURED!
0 notes
brianatampubolon · 5 years ago
Text
Inspirasi menulis
Karena ini adalah blog pribadi jadinya sebagian besar tulisan saya diilhami dari pengalaman pribadi dan sebagian juga terinspirasi dari hasil obrolan dengan beberapa teman. Blog ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2015 tapi saya sama sekali belum pernah memposting tulisan saya disini, gatau deh mungkin waktu itu masih sibuk bikin tesis. Dan ketika lulus, malah ga pernah disentuh sama sekali. Barulah sekitar tahun 2019 saya memutuskan untuk memposting pikiran-pikiran saya lewat blog. Kalo diinget lagi saya sebenarnya cukup sering menulis pengalaman pribadi saya, biasanya saya tuangkan di M. Word tapi tidak pernah saya publish karena kebanyakan isinya tentang pengalaman percintaan yang ya begitulah. Beberapa juga tentang novel favorit saya. Jadi semuanya tentang saya, saya lupa berterima kasih pada orang yang sudah menginspirasi saya untuk menulis di blog. Ya betul, dialah inspirator saya. Setelah membaca tulisan-tulisan di blog pribadinya saya akhirnya memutuskan mau menulis juga di blog hehehe. Hebat sekali ya orang itu sampai-sampai bisa menginspirasi saya. Saya suka pikiran-pikiran yang dia tuangkan lewat tulisannya. Terlihat sekali kalau dia memang senang membaca, literasinya kuat. Jadi ketika kami mengobrol, kentara sekali kalau dia ini punya wawasan yang luas. Terima kasih loh ya sudah berbagi pengalaman kamu waktu sekolah di luar, suka dan dukanya hidup di negeri orang yang budayanya berbeda sekali dengan kita. Saya sejujurnya ingin sekali bisa melanjutkan sekolah di luar, tapi akhir-akhir ini saya jadi banyak merenung. Apa betul itu yang saya inginkan. And now, i redefine my passion. Setelah direnungin, saya sadar kalau passion saya dulu adalah menjadi ibu rumah tangga. Tetapi kenapa makin kesini passion saya itu berubah. Bisa jadi karena faktor lingkungan pertemanan, saya dikelilingi oleh wanita-wanita yang sangat berdedikasi dengan pekerjaannya sehingga menginspirasi saya pula untuk menjadi seorang wanita karir. 
Beberapa hari yang lalu saya berbincang-bincang dengan pembimbing rohani saya (thanks Nav Malang), bahkan saya tidak menanyakan hal ini ke orang tua saya karena takutnya mereka malah menganggap serius sesuatu yang belum terjadi. Intinya, pembimbing rohani saya itu mengatakan bahwa menjadi wanita yang tetap bekerja setelah menikah itu tidak salah. Di kitab Amsal 31 pun, wanita (istri) juga melakukan pekerjaan lain selain mengurus rumah tangga. Tetapi yang mereka prioritaskan adalah keluarga. Beda halnya dengan menjadi wanita karir, menurut pembimbing rohani saya menjadi wanita yang memutuskan untuk berkarir (memprioritaskan karir) itu, berarti ia harus siap meninggalkan (menomorduakan) keluarganya demi pekerjaan. Tentu saja ini bukanlah kondisi yang saya inginkan jika saya menikah nanti. Biarin deh kalau nanti ada yang bilang: ini nih penyebab saintis wanita di Indonesia ga berkembang seperti di negara-negara lain. Hidup itu tentang pilihan sih. Kalau saya, saya tidak akan mengorbankan keluarga saya demi apapun apalagi pekerjaan. Jadi inget omongan rekan kerja saya di sosmed, katanya kalau kita sakit parah sampai semisalnya memaksa kita untuk istirahat lama di rumah, apakah perusahaan akan menolerir kita? Atau mungkin memberikan timbal balik atas apa yang sudah kita dedikasikan mati-matian sewaktu menjadi pegawai mereka? Mungkin di awal-awal iya, tapi dalam waktu yang lama apakah mereka akan tetap mensupport kita? Jangan-jangan kita malah disuruh membuat surat pengunduran diri (resign). Padahal dulu demi pekerjaan, kita rela kerja lembur, pulang malem bahkan weekend juga kerja. Perusahaan jelas ga mau rugilah. Ngurangin satu pegawai ga masalah bagi mereka, toh masih banyak yang ngantri buat nempatin posisi kita. Justru dalam kondisi terpuruk siapa lagi yang akan ada di sisi kita selain keluarga. Karena itu, saya tidak akan pernah mau mengorbankan keluarga demi pekerjaan. Ah stereotype orang Indonesia nih, ngikutin tradisi. Gapapalah, kembali lagi hidup ini tentang pilihan sih. Kita ga bisa milih kondisi yang sempurna, setiap keputusan selalu dibarengi dengan konsekuensi. Jika konsekuensinya adalah mengorbankan sesuatu demi sesuatu yang lain yang jauh lebih berharga kenapa nggak. Suatu saat nanti kamu akan menyadari kalau terlalu idealis juga tidak ada faedahnya karena tidak ada yang benar-benar ideal dalam hidup ini. Gas pun tidak ideal (sempurna) seperti yang kita pelajari dulu di sekolah. Rumus P V = n R T itu cuma hipotesis yang tidak nyata.
0 notes
brianatampubolon · 5 years ago
Text
Filosofi Ikatan: sedikit catatan tentang kimia dan kehidupan
Every compound is unique. Some of them are reactive, some of them are inert. They tend to be stable compounds that need less energy to be formed.
Setelah 12 tahun menekuni ilmu kimia, seringkali saya menemukan bahwa ilmu kimia itu sedikit banyak berkaitan erat dengan kehidupan kita. Apalagi jika berbicara tentang ikatan, erat sekali kaitannya dengan hubungan antarmanusia. Dikarenakan ini merupakan opini pribadi dan bukan opini seorang ahli jadi mohon maaf sekali rekan-rekan kimiawan kalau-kalau pendapat saya ini bertentangan dengan filosofi ilmu kimia yang sesungguhnya. Kalau kamu pernah belajar kimia, kamu pasti tahu kalau unsur-unsur di tabel periodik itu hampir jarang ditemukan sendiri atau dalam keadaan unsur itu saja. Mereka umumnya membentuk senyawa yang terdiri dari dua atau lebih unsur. Kenapa ya? Inilah yang sedang terlintas di kepala saya saat sedang menulis blog ini. Meskipun ada juga unsur-unsur di tabel periodik yang ditemukan sendiri seperti gas mulia (helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon), namun keberadaannya sedikit cmiiw. Ternyata setiap unsur punya kecenderungan untuk berikatan dengan unsur lainnya untuk membentuk senyawa baru yang sifatnya berbeda dengan unsur-unsur penyusunnya. Kebanyakan pula ketika unsur-unsur bergabung atau bereaksi istilahnya dalam ilmu kimia, maka masing-masing unsur ini akan menurunkan/ melepaskan energinya yang ditandai dengan pelepasan kalor (panas). Proses ini eksotermis dan terjadi secara spontan. Jika mengutip dari Brady et al. (2012) katanya “Tidak semua proses spontan itu eksotermis, tetapi semua proses eksotermis pasti spontan”. Waduh-waduh, tulisannya jangan terlalu kimiawilah, nanti pembacanya bingung. Intinya, untuk berikatan dengan unsur lain, masing-masing unsur akan menurunkan energi agar bisa bersama (cieee). Ini mirip kan dengan kita, penghuni alam semesta. Meskipun ada beberapa yang memilih untuk hidup sendiri/ selibat seperti gas mulia, tetapi lebih banyak lagi yang memilih untuk berikatan (berpasangan) dengan sesamanya. Dan ketika mereka memutuskan untuk berikatan, maka mereka akan menurunkan egonya masing-masing agar bisa bersama-sama. Buat kamu yang dulu SMA ngambil jurusan IPA, pasti tahu kalau ada beberapa jenis ikatan kimia. Salah tiganya adalah ikatan kovalen, ikatan ionik, dan ikatan kovalen koordinasi. Sebenarnya masih banyak lagi sih, tapi tiga jenis ikatan ini yang menurut saya paling relate untuk ngegambarin hubungan antarmanusia. Lagi-lagi ini pendapat pribadi ya.
Ikatan kovalen, ikatan yang terbentuk antara dua unsur di mana masing-masing unsur menyumbangkan minimal satu elektron untuk berikatan. Anak kimia itu pasti ga bisa jauh-jauh deh dari elektron soalnya elektron yang ukurannya sangat kecil inilah yang menentukan sifat dari semua materi yang ada di alam semesta. Sejauh ini (semoga belum berubah), ikatan kovalen dianggap sebagai ikatan yang paling kuat di antara ikatan lainnya karena untuk memutuskan ikatan ini butuh energi yang sangat besar. Biasanya kudu dipanasin dengan suhu tinggi dulu atau dikasi katalis (mak comblang-nya kimia) supaya bisa putus. Ada lagi ikatan ionik. Ikatan ini biasanya terbentuk dari unsur logam yang bermuatan positif dengan unsur nonlogam yang bermuatan negatif, jadi interaksinya tarik-menarik. Sayangnya, ikatan ini mudah banget putus. Kasih aja air, pasti langsung misah jadi kation sama anion. Gitu deh, ikatan yang terjalin karena ketertarikan semata biasanya lebih mudah putus begitu ada gangguan. Dan yang terakhir adalah ikatan kovalen koordinasi. Kalo diliat dari namanya, mestinya sama dengan ikatan kovalen. Memang iya, ikatan ini sama kuatnya dengan ikatan kovalen cuma bedanya pasangan elektron yang digunakan untuk berikatan disumbangin dari salah satu unsur aja. Jadi unsur lainnya cuman nerima doang. Kalo ini kita, seru ga sih kalo yang memberi (perhatian, kebaikan, kasih sayang) hanya dari satu orang aja? Menurut saya sih ga asyik. Meskipun bisa aja hubungan ini berjalan langgeng, tapi rasanya ga adil aja. Bahkan hanya menerima pun tak membuat hati ini lebih baik. Tapi saya juga tidak mau sok menggurui ikatan kimia mana yang paling baik kalo dihubungin sama kehidupan kita. Cuma kalo boleh berpendapat, saya akan memilih hubungan yang dilandasi oleh saling berbagi satu sama lain. Satu lagi, saling memberinya juga harus dilandasi dengan ketulusan dan bukan karena paksaan. Tentu saja rasa tulus untuk memberi ini tidak bisa dibangun secara instan, butuh waktu pasti untuk mewujudkannya. Karena seperti definisi ikatan kovalen tadi, ketika dua unsur memutuskan untuk berikatan, keduanya akan menurunkan energinya masing-masing. Kalo ga bisa nurunin ya ga jadi berikatan. Lucunya, setiap unsur itu unik sama kayak kita. Jadi mungkin aja ketika kita bertemu seseorang yang karakternya berbeda sekali dengan kita, tetapi demi bersama dengan dia kita berusaha menurunkan ego kita dan dia pun begitu. Tetapi mungkin juga nih kita ketemu seseorang dengan karakter, pikiran, goals yang sama dengan kita karena itu akhirnya bisa berikatan (bersama). Kalo di kimia, ada tuh molekul yang terbentuk dari dua unsur yang sama, contohnya O2, Cl2, N2, dsb. Uniknya, ketika dua unsur bergabung untuk membentuk senyawa, senyawa ini cenderung stabil. Stabil disini artinya energi pembentukannya kecil. Jika sangat stabil biasanya sulit diputusin. Cuma kembali lagi, proses penggabungan unsur-unsurnya dari ikatan apa. Kalo ionik ya gampang putus. Cuman intinya, dengan berpasangan tiap-tiap unsur jadi lebih stabil. Tapi, gas mulia ga punya pasangan stabil-stabil aja tuh. Iya sih, soalnya semua elektron yang dimiliki gas mulia udah berpasangan. Kembali lagi sih, ga semua orang juga memilih untuk berpasangan. Kalo kamu maunya berikatan ato nggak?
Malang, 9 Mei 2020
0 notes
brianatampubolon · 5 years ago
Text
Muara - Adera
Kau adalah puisi hati Di kala rindu tak bertepi Kuingin kau ada Saat 'ku membuka mata Hingga 'ku menutupnya kembali
Kau sirnakan kabut kelabu Di sabana pencarianku Bagai embun pagi Kau lepaskan dahaga kemarau hati
Kaulah lukisan pagi Yang kugambar untuk senjaku Kaulah selaksa bunga Yang warnai musim semiku Di kala hati ini gundah Kau membuatnya menjadi cerah
Kaulah matahariku Dan kaulah samudra Tempat hatiku bermuara
Kau jawaban dari doaku Yang akhiri penantianku Bagai bintang jatuh Kau hadirkan harapan di dalam hati
Kaulah deburan ombak  Yang pecahkan batu karangku Kaulah gugusan bintang Yang hiasi malam gelapku Di kala hati ini gundah Kau membuatnya menjadi cerah
Kaulah matahariku Dan kaulah samudra Tempat hatiku bermuara
0 notes
brianatampubolon · 5 years ago
Text
Bahasa Cinta
Baru-baru ini lagi suka nonton YouTube channel CATWOMANIZER punyanya cici Andrea Gunawan. Menurut cici influencer ini (dia ngutip dari Dr. Gary Chapman), ada 5 bahasa cinta tiap-tiap orang yaitu words of affirmation, quality time, physical touch, acts of service, dan terakhir gifts. Setelah nonton YouTube channel-nya kak Andrea, saya ngerasa bahasa cinta saya adalah words of affirmation, quality time, dan acts of service. Words of affirmation ini berbicara tentang verbal compliment. Saya sungguh merasa sangat dihargai jika diberi pujian yang tulus atas diri dan pencapaian saya. Bukan berarti saya seneng dipuji sih, cuma rasanya sesuatu aja kalo orang lain bisa mengapresiasi kita dengan tulus atas diri kita dan apa yang sudah kita lakuin. Btw, seneng digombalin ga kak? Jelas nggaklah. Percaya ga percaya nih, cewek itu punya insting yang kuat. Jadi, kalo lo cuma pengen modus dan ga ada niatan tulus, siap-siap deh lo tuh cewek bakalan nyadar. Kata-kata gombalan lo bakalan mental ke gue. Lanjut ke quality time, saya sangat menghargai orang-orang terdekat saya. Jika mereka membutuhkan, saya akan berusaha ada untuk mereka serta menjadi pendengar yang baik untuk kisah bahagia sekaligus sedih mereka. Maka dari itu, saya bakalan kesal ketika saya berbicara, lawan bicara saya itu tidak menanggapi omongan saya atau sibuk sendiri dengan gadget-nya. Ga ngehargain orang lain menurut saya. Nah yang terakhir, acts of service. Kalau kita sayang/ care dengan seseorang entah itu orang tua, saudara, sahabat, atau pacar, saya adalah orang yang akan lebih sering menunjukkan rasa sayang saya dalam bentuk tindakan dan bukan kata-kata. Jujur meskipun bahasa cinta saya adalah words of affirmation (verbal compliment) tapi saya bukanlah orang yang gampang memberikan pujian. Namun, ketika saya memberikan kata-kata pujian, percayalah itu adalah pendapat tulus dari saya. Karena saya tidak bisa berpuisi indah untuk orang lain, maka yang bisa saya lakukan adalah menunjukkannya dalam perbuatan. Terus gimana dengan physical touch dan gifts? Kakak ga suka gitu dikasi belaian, pelukan, ciuman, ato hadiah? Emm, suka sih tapi kadarnya tipis. Siapa sih yang ga suka skinship sama pacar atau cemceman, tapi kalau saya jujur nih ya malah risih wkwk. Apalagi kalo dia ngelakuinnya di depan temen-temen saya ato orang lain. Saya bisa marah besar dengan orang itu. But sometimes, usapan di ubun-ubun, ciuman di kening, ato pegangan tangan ama pasangan itu bikin nyaman sih (tuh kan jadi inget mantan). Yang penting ga di depan khalayak umum aja soalnya acts of love itu adalah ruang privasi yang seharusnya dinikmati pribadi tanpa harus dipertontonkan ke orang lain. Makanya saya risih banget sama pasangan yang demen PDA a.k.a. Public Display of Affection. Those relationship goal photos on your social media feed are neither a proof of commitment nor love. Loyalty is - Andrea Gunawan. Malahan kadang yang sering pamer/ pencitraan di sosmed kebanyakan dari mereka sebenernya lagi ngerasa insecure sama hubungan mereka. Kalo cinta dan percaya sama pasangan, cukup jadiin itu ruang privasi kalian berdua aja. 
Nah, kalau kamu bahasa cintanya apa? Sharing dong. Terus hubungan kita bisa berjalan ga sih sama pasangan kalo misalnya love languages kita beda sama pasangan? Kalo katanya kak Andrea sih bisa bisa aja selama kita bisa komunikasikan bahasa cinta kita ke pasangan dan selama kita atau pasangan bisa saling pengertian. Gitu deh. Seru sih kalo udah ngomongin soal cinta. Terakhir, saya pengen ngutip tweet-nya kak Andrea ah:
“Jadi bucin boleh, asal berbalas, karena hidup itu terlalu pendek untuk disia-siakan dengan orang yang nggak berminat ada di masa depanmu.” 
“Buat yang jatuh cinta dengan orang yang nggak seharusnya dicintai:  We can’t control our feelings, but we can control what we choose to do with it.”
“Jodoh itu bukan perkara takdir, melainkan pilihan - siapapun yang dengannya kamu pilih untuk mengusahakan dan memegang erat, setiap detik, setiap menit, setiap hari, meskipun kadang berat sampai maut memisahkan.”
0 notes
brianatampubolon · 6 years ago
Text
Tomorrow X Together
Tumblr media
Belakangan ini lagi suka banget dengerin lagu-lagunya adeknya BTS ini. TXT (baca: Tomorrow by Together), boyband baru asuhan Big Hit Entertainment yang merupakan agensinya biasku BTS. Kaget sih mereka umurnya masih kisaran 17-20tahunan, masih muda banget. Seketika inget mahasiswa-mahasiswaku di kampus ^_~. Sebagai kakak army pastilah kita ngedukung adeknya BTS ini buat berkarya di industri musik global. Secara kami kan army loyal wehehe. Tapi lebih dari itu, sebagai penikmat musik yang jujur saya sangat menikmati musik yang dihadirkan oleh TXT. Musiknya fresh, enerjik, ditambah visual tamvan mempesona. Untungnya saya bukanlah tipikal penikmat musik tertentu, saya menikmati lagu-lagu dari berbagai genre musik. Sebut saja pop, rock, bossanova, klasik, hip hop, dan RnB. Tapi kali ini saya mau menulis tentang TXT saja ya. Sebelumnya saya akan perkenalkan nama-nama membernya sesuai foto di atas. Dari kiri ke kanan ada Soobin, Hueningkai, Beomgyu, Yeonjun dan Taehyun. TXT baru debut tahun ini tepatnya pada tanggal 8 Maret 2019. Jika melihat MV (music video)-nya mereka, pasti kalian setuju Hueningkai sangat menarik hati kan? Maklumlah mukanya bule banget. Kalau melihat biodatanya sih, katanya dia ada keturunan Jerman sama Korea gitu. Bisa dibayanginlah ya anak gue nanti mukanya kayak gimana kalo gue nikah sama orang Jerman hihihi. Nah Huka (panggilan singkat Hueningkai) ini maknae-nya TXT. Kalian tau ga apa itu maknae? Maknae adalah member termuda dari suatu idol group. Masih 17 tahun (kaget). Kalo lagi tampil live keliatan cool, charming, dan pendiem. Tapi ternyata setelah ngikutin reality show mereka “One Dream TXT” dia ga pendiem banget sih dan sering dibully sama hyung-hyung (abang)-nya karena paling kecil ditambah dia satu-satunya member internasional yang tidak berbahasa asli korea jadinya lucu aja ngeliat dia ngomong pake bahasa korea. Keliatan agak terbata-bata dan kadang grammar-nya suka salah terus dibenerin dong sama abang leader, Soobin lol. Kalo boleh ngurutin member yang paling menarik dari sisi visual ya Huka sih. Tapi kalo dari sisi kepribadian saya suka banget sama Soobin. Yah mungkin karena dia leader jadinya dia keliatan paling wise dan menyenangkan. Gemes banget sama si little Bunny Soobin. Saya suka karena di reality show dia paling ga keliatan ambisius, suka ngalah, leader tapi bisa imut juga. Beda sama Namjoon, leader BTS yang dari pertama ngeliat kharismanya udah keliatan banget. Tapi Soobin dan Namjoon punya kesamaan loh. Sama-sama paling tinggi di grupnya dan punya lesung pipi yang kiyowo banget kalo lagi nyanyi.
Bicara soal TXT, kenapa sih tiba-tiba jadi kepincut sama mereka? Nah itu dia, saya jadi suka sama mereka abis dengerin lagu Run Away. Terus iseng-iseng aja dengerin full albumnya mereka dan langsung kepincut sama lagu Nap of A Star dan 20cm. Genrenya pop melankolis, dan ntah kenapa tiap kali ngedengerin kayak mendatangkan semacam perasaan sedih kayak orang baru diputusin. Dan agak sedikit shock sih karena Yeonjun yang setau saya masuk ke rapper line, tapi ternyata bisa juga di vocal line dan suaranya bagus banget. Warna vokalnya kayak ada RnB gitu dan sekilas mirip sama suara deep khasnya Taehyung BTS plus Baekyun EXO kalo lagi improvisasi. Si Yeonjun ini ya kalo diliatin tiap tampil live dia kayak punya daya tarik tersendiri. Wajahnya memang tidak setamvan Taehyung ato rekan sesama grupnya, Huka. Tapi begitu dia dance ampun dah, bikin terpana. Hasil stalkingan tentang Yeonjun mengatakan dia ini top membernya TXT atau legendary trainee of Big Hit. Gimana nggak, serba bisa banget anaknya. Jago nari, ngerap, nyanyi, masak, atletik juga (pantes badannya bagus) jadi sering menang kalo lomba, serba bisa kan. Ada juga Beomgyu yang mantan anak band aliran rock dan ada Taehyun, si spesialis high notes.
Bicara soal idol rookie (baru) tidak terlepas dari masa trainee yang sangat panjang. Mereka menghabiskan hari-harinya untuk latihan menyanyi, menari, modelling, mungkin sebagian berlatih akting. Para trainee dipersiapkan dengan begitu matang sehingga ketika mereka debut mereka benar-benar sudah siap masuk ke industri hiburan dengan segala tekanan dan tantangan dibalik sukacita puja puji para penggemar. Maka dari itu, saya gamau buru-buru menghakimi kalau musik mereka tidak bagus. Justru mereka bisa jadi inspirasi buat kita orang Indonesia untuk bekerja keras mengejar impian kita. Caranya mungkin beda tapi tetap harus mengedepankan kredibilitas dan bukan dengan cara instan. Sekian dulu, berikut daftar lagu TXT lainnya yang enak didengerin: Blue Orangeade, Cat and Dog, Angel or Devil, New Rules, Our Summer, and Crown. Just listen and enjoy the music!
1 note · View note
brianatampubolon · 6 years ago
Text
Wanita karir vs Ibu rumah tangga
Pernah suatu kali saya membaca sebuah majalah sains yang selalu dikirim ke kantor dosen saya. Saya lupa apa nama majalahnya, mungkin Chemistry World, terbitan RSC. Pada waktu itu saya tertarik dengan satu tulisan yang membahas tentang menjadi saintis perempuan. Majalah itu menuliskan bahwa seorang wanita hanya akan menjadi salah satu dari dua keadaan ini. Wanita yang sukses dalam pekerjaannya namun keluarganya biasa-biasa saja atau wanita yang hebat di keluarganya namun karirnya biasa-biasa saja. Saya agak tergelitik ketika membacanya. Mengapa? Karena menurut penelitian (https://pontianak.tribunnews.com/2018/05/28/ini-penjelasannya-kenapa-perempuan-multi-tasking), wanita itu lebih bisa multitasking dibandingkan pria karena corpus kolosum perempuan lebih tebal 30% dibandingkan pria. Bisa dibayangkan ibu kita dulu bisa mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Misalnya, menyuapi anak-anaknya makan sambil memasak dan membereskan rumah. Itu dilakukan oleh ibu saya dulu. Lalu, bagaimana mungkin wanita yang multitasking ini dikatakan oleh penulis di majalah tersebut hanya mungkin menjadi salah satu dari dua keadaan di atas? Meskipun ini tidak bisa digeneralisir namun beberapa contoh di sekitar saya cukup dapat membenarkan pernyataan penulis tersebut. Saya pernah melihat seorang wanita karir yang pekerjaannya sungguh menakjubkan. Jika melihat prestasi yang sudah diraihnya, saya sungguh minder. Namun karena lebih memilih berfokus di pekerjaan, keluarga menjadi nomor 2. Namun saya tidak perlu menyebutkan apa buktinya bahwa keluarganya menjadi nomor 2. Saya harus berhati-hati sekali menuliskan ini karena saya menghindari untuk menghakimi orang lain yang tidak saya ketahui kehidupannya. Namun ada pula contoh lain seorang ibu yang ketika menikah dan memiliki anak, ibu ini memilih untuk fokus merawat anak-anak dan keluarganya ketimbang berkarir. Alhasil, karirnya pun stagnan dan cenderung biasa-biasa saja. Bahkan mungkin beberapa memilih berhenti dari tempat kerjanya karena ingin fokus mengurus keluarga.
Lalu, kondisi apa yang akan kamu pilih nanti semisal kamu menikah? Saya akan memilih kondisi kedua. Dari dulu, cita-cita saya adalah menjadi seorang ibu yang menomorsatukan keluarga, menjadi ibu yang fokus mendidik anak-anak dan mengurus keluarganya. Mungkin sebagian orang akan berkomentar, “Lah sayang dong sekolah tinggi-tinggi, S2 tapi kok cuma jadi ibu rumah tangga”. Tentu saja keinginan ini harus dipertimbangkan secara matang mengingat kebutuhan pokok semakin meningkat. Harga susu dan popok bayi saja sudah mahal, belum lagi kebutuhan lainnya. Rasanya kita juga perlu realistis menyikapi kehidupan. Jadi idealnya, mungkin loh ya, menjadi ibu yang fokus untuk keluarga sambil berkarir seperlunya. Berkarir boleh, tapi itu tidak menjadi nomor satu. Saya membayangkan dengan profesi saya saat ini, mungkin ke depannya saya akan menjadi dosen luar biasa (honorer) atau dosen yang tidak mengejar jenjang karir lektor, lektor kepala ataupun guru besar. Atau lebih ekstrim lagi tidak menjadi dosen sama sekali. Wah apa kamu rela melakukan itu? Hoho, untuk saat ini saya belum bisa memutuskan tapi yang pasti setiap keputusan harus dipertimbangkan dengan matang karena semuanya mempunyai konsekuensi masing-masing. 
Jika tidak menjadi dosen, saya pernah berkeinginan untuk berwirausaha. Memiliki sebuah spa kecantikan dengan bahan-bahan yang berasal dari kekayaan alam Indonesia. Lempung (clay) misalnya, arang aktif, dan ekstrak bahan alam (seketika deja vu mata kuliah Kimia Organik yang sangat tidak kuminati itu). Harapannya sih spanya tetap bernuansa kimia. Saya rasa penting untuk mengedukasi masyarakat bahwa semua materi di sekitar kita itu adalah kimia. Bahan kimia tidak selalu berbahaya. Jadi jika berbicara bahan kimia, jangan lupa menambahkan bahan kimia berbahaya atau tidak. Karena air yang kita minum itu bahan kimia. Nasi, roti, buah-buahan dan sayuran itu juga bahan kimia dan justru sangat diperlukan oleh tubuh. Jika tidak menjadi pemilik spa saya ingin memiliki sebuah cafe yang bertemakan kimia. Cafe yang ornamen, perabotan makan dan minumnya didisain menyerupai alat-alat di laboratorium. Sepertinya sih seru. Saya sadar ketika seorang ilmuwan ingin beralih profesi menjadi seorang enterpreuner, ia perlu memiliki kemampuan berbisnis mulai dari manajerial, pemasaran, pembukuan dan lain-lain. Dan ini perlu dipelajari mulai dari sekarang. Kalau-kalau salah satu dari cita-cita saya ini terwujud, sepertinya saya perlu mencari rekan bisnis yang mengerti sisi bisnis dan saya lebih ke pemasok bahan bakunya :). Hahaha..maapkeun tulisan di paragraf ketiga yang agak halu ini.
Saya tutup dengan “Jalan aja dulu, ke depannya sudah ada yang ngatur”. Sekian dan terima kasih. 
0 notes
brianatampubolon · 6 years ago
Text
Mencari destinasi studi lanjut ~ Menemukan pasangan hidup
Kenapa saya beri tanda sebanding (~) ? Karena keduanya analog menurut pemahaman saya. Memilih kampus untuk melanjutkan studi doktoral sama saja dengan memilih pasangan hidup. Dapat melanjutkan sekolah ke luar negeri merupakan mimpi terbesar saya. Cita-cita ini muncul ketika saya sedang menempuh pendidikan sarjana. Bukan tanpa alasan saya memiliki cita-cita tersebut, dosen favorit saya yang pernah mengenyam studi di luar salah satunya, dan alasan lainnya, paman dan bibi saya dulu juga pernah menempuh pendidikan magister di Amerika dan Eropa, kenapa saya tidak bisa? Studi ke luar negeri pun menjadi topik yang sungguh menyenangkan untuk dibahas bersama rekan-rekan sejawat. Beberapa dari mereka menyebutkan destinasi negara-negara dengan universitas mumpuni seperti Jepang (Tokyo, Nagoya, Shizuoka) atau Korea Selatan (Busan, Seoul, Daejeon), tentu saja itu sungguh menarik minat saya. Meskipun begitu, dari lubuk hati saya yang paling dalam saya sangat ingin bisa mengenyam pendidikan di Eropa. Jerman, Inggris, dan Perancis menjadi destinasi negara yang saya idam-idamkan sejak dulu. Namun saya tahu dan seringkali menyadari mungkin impian saya ini terlalu berlebihan. Eropa? Kamu yakin dengan kemampuan bahasamu? Kamu yakin bisa beradaptasi dengan lingkungannya? Kan disana kehidupan individualisnya sangat tinggi, sementara kamu sangat tidak bisa hidup dalam kesepian tanpa komunitas untuk bersosialisasi. Ketakutan-ketakutan tersebut semakin lama semakin menyiutkan nyali saya untuk mewujudkan impian saya. Sampai suatu ketika saya berpikir, tentu saja untuk mendapatkan itu saya harus berusaha. Saya bisa mulai dengan mengikuti kursus bahasa Inggris atau bahasa Jerman/ Perancis, membuat penelitian yang bagus supaya bisa menghasilkan paper yang bagus pula (kan lumayan buat dipamerin ke Prof. pembimbing ^_^), mengontak dosen luar untuk mendapatkan LoA dlsb. Namun, meskipun saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai impian saya itu, saya juga menyadari ada satu faktor yang menentukan apakah saya bisa menggapainya atau tidak. “Luck” atau keberuntungan. Jika saya beruntung, saya bisa saja studi ke negara impian saya. Sebagai orang yang beriman, kita mengenal istilah takdir (destiny/ fate). Mau berusaha bagaimanapun kalau Tuhan tidak berkehendak kamu untuk pergi S3 ke negara impianmu, ya kamu tidak akan kesana. Mungkin bagi kita yang sudah berusaha mati-matian untuk mengejar mimpi kita akan merasa Tuhan sedikit keterlaluan, tapi jangan-jangan dengan kita tidak pergi ke negara itu Tuhan sudah menyiapkan tempat lain atau mungkin “rencana” lain yang jauh lebih baik untuk kita. Who knows?
Saya merasa ini sama saja dengan proses kita mencari atau menemukan pasangan hidup. Misalnya nih kamu sudah berusaha membuka diri untuk mengenal sebanyak mungkin orang dan berusaha menjadi teman ngobrol yang menyenangkan. Atau mungkin kamu sudah berusaha memperjuangin seseorang yang kamu suka sedemikiannya namun kamu menyadari this person is not worth the wait karena orang ini tidak punya ketetapan hati untuk berjuang. Sampai pada akhirnya kamu menyimpulkan bahwa usaha-usaha yang kamu lakukan itu sia-sia karena mungkin saja itu bukan kehendak Tuhan, bukan jodohnya kalau kata orang-orang. Ujung-ujungnya semua kembali lagi kepada takdir yang Sang Pencipta gariskan untukmu. Saya percaya bahwa ketika kita dipersatukan dalam ikatan janji suci dengan seseorang di altar gereja, maka dialah jodoh kita. Maka dari itu, ga perlulah merasa kecewa dengan orang-orang yang tidak berjuang, apalagi kalau alasannya hanya karena sinamot. Bagi saya yang berdarah setengah batak dan setengah cina ini sangat tidak penting besaran sinamot yang harus dibawa ketika si pria hendak melamar seorang gadis. Mungkin akan berbeda halnya jika nanti saya berjodoh dengan pria batak, tentu saja sinamot akan jadi pembahasan penting namun tentu saja besarannya tidak ditentukan dari seberapa tinggi pendidikanmu. Di jaman yang sudah modern ini semuanya bisa didiskusikan dan dikompromikan. Ga perlu jugalah menyelaraskan perasaan yang orang lain berikan atau sebaliknya kalau nyatanya tidak selaras. Mungkin sebagian orang akan berkata: “You are too picky, but why not if you have your own standard?” Tentu saja kita tidak ingin memilih orang yang salah untuk mendampingi kita seumur hidup. Saya percaya Tuhan akan temukan dia untukmu di waktu-Nya yang tepat. Go..find your destiny :)
0 notes