Tumgik
bungawidrayani · 3 years
Text
Pahlawan Tak Dikenal
karya Toto Sudarto Bachtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda.
3 notes · View notes
bungawidrayani · 3 years
Text
Tumblr media
Jalan Menuju Fajar
Tidak ada yang mampu menghentikan langkah Bari untuk keluar dari lingkungan tempat ia dibesarkan, meskipun rumah itu adalah oeninggalan almarhum kakeknya, namun, lingkungan itu dirasa hampir mengganggu mentalnya belakangan ini, dengan oerlengkapan sederhana, Bari membawa lari mobil milik ayahnya, sementara itu ibu angkatnya sedang menjaga bayi yang baru lahir itu.
Ya bayi yang baru lahir itu
Mobil Bari bergerak melewati jalan sempit diantara deretan rumah yang memiliki balkon mini, sekumpulan anak laki-laki dan tiga orang dewasa sedang duduk di pinggir jalan, semak belukar yang kini menggantikan sebagian tembok beton yang membatasi pekarangan rumah, Bari memijat pelipisnya kemudian menghidupkan radio mengalun lagu-lagu slow rock dan kemudian diganti dengam musik tahun 60an
Memasuki daerah perkotaan, jalanan saat itu terlihat lengang dan basah usai hujan, bangunan-bangunan tua yang kini dikelola oleh negara, dan beberapa pohon ditanam sebagian rusak oleh badai dua hari yang lalu, Bari melewati sekolah lamanya, lalu membuang muka, sekelebat bayang akan kenangan serta coretan di bangku di dekat lapangan bulu tangkis, rambut ikal warna kayu eboni dan mata sebening air danau. Suara klakson mobil membuyarkan ingatan Bari, kemudian menginjakan gas memasuki tengah hutan.
Apa yang sebenarnya aku lakukan adalah kalimat yang terus menggema di dalam benak Bari, setelah pernikahan besar ayahnya, malam itu Bari menghubungi Dema sahabatnya di bangku sekolah, pemilik toko piringan hitam di seberang jalan dekat rumah Bari yang lama, menjadi pendengar keluh kesah Bari, dengan setia sambil menghidupkan sebatang rokok, Bari bercerita tentang kecantikan istri baru ayahnya dengan nada ketus dan aneh, wanita itu baru sekali ditemui ayahnya, dan seketika ayahnya jatuh cinta dengannya, butuh waktu beberapa tahun untuk bisa mencintai seseorang seketika Bari merasa jijik dengan ayahnya, dema menuangkan anggur ke dalam gelas Bari, Bari ingat saat itu pukul tiga pagi, tak seorang pun menghubunginya, saat-saat seperti itu, rambut ikal berwarna kayu eboni dan mata sebening air danau kembali memenuhi kepala Bari
Melewati hutan saat ini adalah yang paling gelap, melewati ribuan pohon maple, hembusan angin paling dingin, Bari menutup kaca jendela dan membunyikan radionya lebih keras lagi, Bari mencoba memahami apa yang sedang terjadi kemudia tersenyum, ia ingat nasehat ibunya dengan membiarkan dirimu tersenyum, hati sepedih apapun akan terasa membaik seiring waktu, mengingat ibunya yang sering menjemur pakaian dibawah balkon rumah, dan memotong buah semangka untukknya, air mata Bari mulai berlinang, bagaimana bisa ia satu atap dengan wanita yang bukan ibunya, wanita itu sebaik apapun tidak akan bisa menggantikan ibunya, sama seperti wanita manapun tidak akan bisa menggeser ingatannya tentang rambut ikal berwarna kayu eboni dan mata sebening air danau itu, bahkan wewangian cendana yang menguar di kamar ibunya masih tercium seperti sebuah catatan bisu tentang kenangan ibunya yang sampai kapanpun akan ia bawa sama seperti mobil hasil curian dari ayahnya yang kini membawanya keluar dari hutan dan masuk ke sebuah jalan membelah bukit tiada pohon dan rerumputan, Bari melihat kompas, jalan itu menuju arah timur, dimana ia akan melihat fajar
Melihat barang bawaannya, dengan perlengkapan sederhana, dan beberapa pakaian, serta satu botol air mineral, Bari akan melakukan sebuah perjalanan tanpa tujuan, Dema pernah berkata bahwa jalanan ini akan membawa Bari ke sebuah desa dan beberapa kilo ke arah barat ia akan memasuki sebuah kota kecil, memakan waktu dua hari satu malam, dan Bari memutuskan untuk menginap di dalam mobil, malam ini cuaca akan cerah menurut ramalan cuaca yang ia dengar di radio, akan ada taburan bintang, disekeliling Bari hanya ada pasir, tanpa rumput dan pepohonam, bukit-bukit tinggi dan langit malam, bergantung bulan sabit di ujung jalan, seolah membawa Bari ke dalam angin dingin dan aura bulan malam itu terasa merasukinya hingga ke dalam sukma, Bari melambatkan mobilnya dan membiarkan mobilnya melaju sementara pikirannya melambung, ia merasa bulan sabit itu seperti berbicara padanya bahwa dia akan menemaninya dalam perjalanan singkat ini
Berbagai ilusi mebayang di dalam benak, membawanya kembali pada rambut ikal berwarna kayi eboni dan mata sebening air danau, Bari hanya menatapnya dari kejauhan, sering menyelipkan setangkai mawar di bawah bangkunya, setelah sekian lama akhirnya Bari tahu, rambut ikal berwarna kayu eboni dan mata sebening air danau itu bernama Gita, Bari menyimpan kenangan dengan rapi di dalam benak, hingga suatu ketika kabar itu berhembus, ditemukan seorang gadis bergantungan tali di hutan tempat Bari melintas, seiring serpihan hati Bari lalu tertiup angin bulan juli, seseorang telah mematahkan hati gadis itu, meninggalkan janin di dalam perutnya kemudian pergi meninggalkannya, seandainya saja Bari mampu mengutarakan isi hatinya, belum terlambat untuknya menatap mata sebening air danau itu lebih lama, kesempatan itu terlewat atau memang kesempatan tidak ingin bersahabat dengannya, rambut ikal berwarna kayu eboni dan mata sebening air danau milik Gita tetap hidup dalam ingatan, seandainya ia mampu memutar waktu, kesempatan untuk menuju Gita seperti sebuah awan, terlihat mudah namun sulit digapai, ketika digapai tak mudah untuk digenggam, menguap lalu menghilang, Gita adalah awan yang berarak diatas langit, membentuk gulungan lalu menggantung, ketika hujan ia berwarna hitam, ketika terik ia menghilang, namun rekaman itu tidak akan pernah menghilang dan selamanya selalu ada, bahkan di saat Bari memasuki bangku kuliah, Bari memacari tiga orang wanita, semuanya berambut ikal, meskipun tidak berwarna seperti kayu eboni, mata bening seperti air danau sulit ditemukan dan tak tergantikan.
Jam menunjukan pukul 12:30 musik di radio berganti menjadi musik jazz klasik, Bari membuka air mineral lalu meminumnya, bulan sabit mulai menaiki langit dan kini tepat di atasnya, Bari mengurungkan niatnya untuk menghentikan mobilnya, keinginan untuk berhenti dan memandang bulan bukan ide yang baik, udara dingin berhembus kencang diluar sana, gugusan bintang mulai terlihat, di kanan kiri hanya ada bukit dan hamparan pasir, Bari terdiam cukup lama, di pikirannya terbayang wajah marah ayahnya, kehilangan mobilnya, lalu membayangkan wajah ibu angkatnya dan bayinya, semenjak kedatangannya, wangi cendana kesukaan ibunya berganti, tata letak ruangan pun berubah, namun foto ibunya masih menggantung di kamar ayahnya, Bari ingat saat malam pernikahan ayahnya, foto ibunya masih bergantung di kamar pengantin ayahnya seolah menyaksikan sendiri semuanya dalam kebisuan
Bari tersenyum, menyadari sudah berapa lama ia memendam kebencian terhadap ayahnya, sejak ia dipukuli karena terlambat pulang, saat Bari ketahuan mencuri permen di toko seberang rumah, ayahnya menyebut Dema binatang, saat itu Bari menyelinap masuk ke dalam garasi, kemudia paginya terjadi kehebohan, motor ayahnya terbakar di depan rumah dan tidak ada satupun yang menyadari Bari pelakunya. Saat itu ibunya berada di dapur kemudian lambat laun menyadari melihat Bari duduk dengan santai di meja makan sambil mengolesi selai dan tersenyum ke arahnya sambil mengucapkan selamat pagi, sementara ibunya berdiri mematung sambil memegang pisau, ayahnya dengan wajah merah padam dan memarahi seisi rumah, mengepalkan tangannya dan bertekad mencari pelakunya, menelpon semua teman-teamn dan mengerahkan seluruh preman yang ada di sekitar rumah, Bari merapikan piring sarapannya, kemudian mengambil tas dan memakai sepatu lalu membuka pintu rumah sambil bergumam
"Bodoh"
Naluri seorang pemberontak tumbuh subur dalam dirinya, mendengar tangisan ibunya dan pukulan yang selalu melayang diwajah ibunya dan keesokan harinya ibunya tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa terpikir untuk memasukan cairan cuci baju ke dalam kopi ayahnya namun Bari mengurungkan niatnya, naluri kebaikan yang diturunkan ibunya masih mengalir di dalam darahnya saat itu Bari masih berumur delapan tahun, hingga seiring jalannya waktu musim berganti musim perselingkuhan itu terjadi dan perceraian itu pun terjadi. Ibunya menyambut sukacita dan itu hanya di awal, lalu ibunya jatuh sakit memendam kebencin dan rasa sakit, patah hati dan cinta yang terlalu besar akhirnya meninggal oleh karena pria berpikiran dangkal dan tak punya hati, membakar motornya pun tidak membuat pemikiran ayahnya berubah, kesabaran Bari akhirnya habis, setelah pernikahan ayahnya, Bari memutuskan pergi dari rumah, tersenyum membayangkan nasib wanita baru pengganti ayahnya, keindahan hampa yang disuguhi ayahnya, perlahan akan menghilang bagaikan awan
Bari mengendarai mobilnya perlahan, lamunan Bari melayang, sewaktu ia memasuki umur belasan tahun, Bari bertemu dengan seorang kakek tua yang duduk di sebuah bangku taman, kakek itu menemani cucu perempuannya bermain tersenyum ke arah Bari, seperti magnet, Bari duduk di sampingnya. Kakek tua itu menawarkan roti Bari menolaknya kemudian kakek itu bercerita banyak hal pada Bari, ternyata kakek itu adalah seorang prajurit, mata yang di sebepah kanan adalah mata palsu sementara yang di sebelah kiri masih berfungsi dengan baik, lalu bercerita tentang masakan tradisional yang hingga kini masih ia kuasai lalu mengundang Bari untuk ke rumahnya sesekali namun Bari hanya mengucapkan terima kasih, saat itu hari mulai senja, Kakek dan Bari masih duduk di bangku taman sementara cucu kakek tertidur di pangkuannya, kakek itu hanya duduk seperti tenggelam dalam lamunan dan Bari pun tidak beranjak sedikitpun dari bangku taman. Lalu kakek itu berbicara panjang lebar dengan dongeng negeri utara yang setiap harinya hanya ada salju, musim dinginnya panjang dan hanya melihat matahari sekali dalam satu tahun, negeri yang diselimuti es bahkan bunga pun tak mungkin tumbuh di sana. Bari hanya mengangguk dan membayangkan seperti apa negeri utara, lalu kakek berbicara memecah lamunan Bari dan berkata, jika suatu saat nanti kau kehilangan harapan dan merasa hidupmu tiada guna, pergilah ke arah timur, disana kau akan melihat matahari terbit, dimana matahari terbit melambangkan hari baru, kesempatan baru dan kehidupan yang baru, sekali berjalan tetaplah berjalan dan jangan sesekali menoleh kebelakang, semasih matahari terbit di arah timur, dan tenggelam di arah barat, kesempatan selalu ada. Bari merenungkan ucapan kakek lalu tertunduk menatap kedua tangannya, hatinya yang dingin mulai terasa hangat, ia mampu menggantikan hidupnya yang pilu dan mengecewakan ini dengan kehidupan yang baru, yang selalu menawarkan cerita baru dan ia pun dapat menuliskan hidupnya sendiri dengan tangannya sendiri, Lalu Bari beranjak dan mengucapkan terima kasih pada kakek kemudian berbalik menuju rumahnya, saat itu Bari bertekad untuk mengubah arah hidupnya jika saat itu sudah tiba, ia akan melangkah menuju arah timur dimana matahari selalu terbit, seiring hela nafas dan darah yang mengalir di dalam tubuhnya.
Sebentar lagi, Bari akan melihat matahari terbit di ujung jalan sana, langit mulai terang, bintang pun menghilang, bulan sabit yang bergantung dilangit mulai lenyap digantikan oleh cahaya keemasan di ujung jalan sana, perlahan naik matahari pagi yang dinantinya, seberkas cahaya keluar diantara bukit, jalan masih sepi, mobil Bari melaju diiringi keyakinan yang terpatri dalam hati, bayangan ayahnya mulai lenyap, sambil mengucapkan selamat tinggal pada rambut ikal berwarna kayu eboni dan mata sebening air danau miliki Gita, wangi cendana ibunya seolah menemani Bari menuju gerbang kehidupan baru, matahari mulai terbit naik perlahan memberi cahaya emas penuh kehangatan do hati Bari, untuk pertama kalinya Bari tersenyum penuh ketulusan menatap sang fajar yang seolah berucap selamat datang.
1 note · View note
bungawidrayani · 8 years
Text
Bayangan bintang timur
Berpijak setiap derap langkah kosong dan sepi, menembus angin di bayangi mimpi harum daun bunga kasturi bersemayam jiwa yang melayang melambung hingga batas cahaya, Derap langkah pasti itu mengejar barat dipersimpangan jalan merasuk kedalam jiwa terdalam, Hingga kini masih mencari di dalam sebuah sajak cerita Tanpa disangka merpati itu berjalan beriringan tanpa satu sayap. Hingga sampai pada persimpangan jalan berbelok ke arah yang berbeda. Diantara ratusan bunga mawar dengan semerbak wangi lily, Berlari mengejar kilau bintang timur Yang ditemui hanyalah kekosongan Dan jejaknya yang telah terpatri diatas daun maple muda kembali berkilau mutiara Hembusan angin bulan juni Meremangkan bulu roma melantunkan nada indah Merpati itu kini terbang ke arah selatan Bintang timur pun berkedip manja Seolah mengikuti tulisan diatas kertas takdir Seolah berbisik pada sang raja waktu Jarum di jam itu masih terdiam dan tidak berdentang Takdir dan waktu saling berkejaran Merpati yang beriringan itu terbang ke arah yang berbeda
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Photo
Tumblr media
20 Ajaran Welas Asih Dewi Kwan Im 1. Jika orang lain membuatmu susah, anggaplah itu tumpukan rejeki. 2. Mulai hari ini belajarlah menyenangkan hati orang lain. 3. Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu dengan suatu tujuan, itulah bahagia. 4. Lari dan berlarilah untuk mengejar hari esok 5. Setiap hari kamu sudah harus merasa puas dengan apa yang kamu miliki saat ini. 6. Setiapkali ada orang memberimu satu kebaikan, kamu harus mengembalikannya sepuluh kali lipat. 7. Nilailah kebaikan orang lain kepadamu, tetapi hapuskanlah jasa yang pernah kamu berikan pada orang lain. 8. Dalam keadaan benar kamu difitnah, dipersalahkan dan dihukum, maka kamu akan mendapatkan pahala. 9. Dalam keadaan salah kamu dipuji dan dibenarkan, itu merupakan hukuman. 10. Orang yang benar kita bela tetapi yang salah kita beri nasihat. 11. Jika perbuatan kamu benar, kamu difitnah dan dipersalahkan, tapi kamu menerimanya, maka akan datang kepadamu rezeki yang berlimpah-ruah. 12. Jangan selalu melihat / mengecam kesalahan orang lain, tetapi selalu melihat diri sendiri itulah kebenaran. 13. Orang yang baik diajak bergaul, tetapi yang jahat dikasihani. 14. Kalau wajahmu senyum hatimu senang, pasti kamu akan aku terima. 15. Dua orang saling mengakui kesalahan masing-masing, maka dua orang itu akan bersahabat sepanjang masa 16. Saling salah menyalahkan, maka akan mengakibatkan putus hubungan. 17. Kalau kamu rela dan tulus menolong orang yang dalam keadaan susah, maka jangan sampai diketahui bahwa kamu sebagai penolongnya. 18. Jangan membicarakan sedikitpun kejelekan orang lain dibelakangnya, sebab kamu akan dinilai jelek oleh si pendengar. 19. Kalau kamu mengetahui seseorang berbuat salah, maka tegurlah langsung dgn kata-kata yang lemah lembut hingga orang itu insaf. 20. Doa dan sembah sujudmu akan aku terima, apabila kamu bisa sabar dan menuruti jalanku.
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Text
Mungkin hari berganti ibarat albun foto yang bersih kini tersimpan ribuan memori, kembali terbuka lagi dan lagi penuh warna dan abu-abu. Senja demi senja dan fajar berganti sepanjang hidup. Manusia diciptakan kedunia untuk menerima hal yang belum sempat tercapai di jaman dulu.. Memori itu kini telah tersimpan rapi dalam sebuah album foto. Yang kini kututup dan kusimpan hingga esok hari dapat kubuka kembali. Membawa haru dalam hidup membawa tawa serta tangis pilu malam itu. Percaya bahwa dari sekian banyak cerita yang telah terjadi kugantungkan harapan dan terus berlari hingga menembus cakrawala Tegar, kuat, sabar, Dan berjiwa besar
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Quote
Dari sekian cerita yang terukir di dalam hidupku yang ke 25, telah mengajarkanku arti jiwa besar. Terima kasih tuhan.. aku percaya kau memiliki rencana lain dalam hidupku ini.
Bunga Widrayani
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Photo
Tumblr media
Seperti sebuah buku yang terdiri berlembar kertas putih ditulis dengan pena hitam bertabur keemasan menulis jingga yang terlukis membalut senja Bercerita tentang sepasang burung yang tengah berdiri tegak di ranting yang daunnya meranggas dari musim ke musim Membaca arti tulisan yang tertuang didalam sebuah sajak menyelami arti dari desau angin yang kembali meniupkan sebuah nama yang sempat terlihat di sayap salah satu burung itu.. Datang dan pergi adalah kepastian yang tentu Waktu berjalan mengejar detik dan merayam disetiap angka yang menunjukan kembalinya pergantian hari.. Tentu nya kicau burung menyiratkan agar segera berlari keutara menyambut angin dingin yang membeku kan bibir sehingga memanggil sebuah namapun tak sanggup Kembali kini sajak menuliskan kisah warna jingga itu Yang terkadang menandakan hari kan berganti Sejuta bintang misterius itu berkedip manja seolah menyiratkan agar segera mencari kepastian
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Text
Entah jalan atau tiada jalan lagi di antara ribuan jalan yang harus kutempuh, dunia memang selalu adil karena kita bergerak oleh karma masa lalu semakin banyak karma masa lalu yang kita pupuk baik ataupun buruk akan tetap kita terima sampai kapanpun Sudah tak ada waktu menyesali segala yang terjad Mungkin karma itu telah terjawab sudah dengan klimaksnya rasa sakit yang mengisi relung Andai percaya diri itu kembali muncul akankah kuat kumenghadang angin kencang dari samping? Kudoakan semua berbahagia dengan segala pencapaian Tuhan selalu memiliki jalan yang baik untuk karma2 yang telah terjawab sudah
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Quote
- Jika ada seorang terlanjur menyentuh inti jantungmu, mereka yang datang kemudian hanya menyentuh kemungkinan. (Rangga, AADC 2)
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Photo
Tumblr media
Dengar Dengar irama tak teratur itu. Dibawah temaram jingga Semakin redup semakin tenggelam dalam lautan waktu take terbatas Dengar Dengar irama tak teratur itu Irama yang tiap debarnya Memanggil satu nama Tiada pilihan lain selain mengikuti arah angin berhembus Yang sekali berhembus tak mengenal kata kembali Bahkan lembutnya hati yang tulus itu mulai memeluk irama tak teratur Itu semakin lama semakin dalam Andai Kau mendengar Irama tak teratur ini
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Photo
Tumblr media
Engkau selalu menjadi alasan mengapa atas yang terjadi detik detik terbenamnya matahari dan kemunculan rembulan Engkau selalu menjadi alasan mengapa atas hubungan antara pikiran dan hati Engkau selalu menjadi alasan mengapa atas terhentinya waktu seiring detak jantung Engkau selalu menjadi alasan mengapa hati ini selalu berteriak memanggil satu nama Engkau selalu menjadi alasan mengapa baju merah rok hitam dan sepatu hak tinggi hitam beludru itu berderap memantapkan langkah menerobos kerumunan Engkau selalu menjadi alasan raga ini selalu ingin ke kota itu dan ke tempat itu
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Photo
Tumblr media
Untaian sajak menunggu di depan pagar semak mawar, menunggu datangnya semilir angin membawa nyanyian alam berbisik lewat gerakan indah bunga cempaka. manusia itu duduk diatas batu tulis bersuara merdu penuh penantian panjang sepanjang abad. Wangi bunga kacapiring memenuhi ruang hati yang kala itu bermandi embun dan menari tenggelam dalam cahaya rembulan. Andai senja itu mau menunggu sebentar saja, akankah fajar kan datang dengan penuh bahagia.. rembulan datang membawa aura mistis pekat malam diiringi dekut gagak membelah langit garis cakrawala tak tampak lagi. Cita terpendam sebuah sajak adalah dapat mengunjungi dunia cakrawala yang penuh legenda Dunia cakrawala Dunia yang hampa dan luas tanpa batas, hanya ada pertemuan antara langit dan bumi.. sebagai insan lengkaplah sudah jika kita dapat merasakan tarian api, mendengar bisik angin, berselimut air, bermain diatara hijau daun hutan dan kaki berbalut tanah usai hujan Sebagai insan lengkaplah sudah Merasakan bekunya pipi oleh air mata, merasakan kakunya sudut bibir tuk tersenyum pegalnya otot wajah usai tertawa, penuhnya hati ketika jatuh cinta Sesalkan telah menjadi insan teman dunia semesta tanpa batas? Dunia cakrawala selalu punya jawaban
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Photo
Tumblr media
Best GIFT ever thx you so much :D
1 note · View note
bungawidrayani · 8 years
Photo
Tumblr media
Thank you to everyone who remembered my birthday and spent a second or more in typing down “HAPPY BIRTHDAY” what more can I ask for? I have everything in the world can offer. The best family (I cried while reading my mom’s birthday message), great siblings, the sweetest partner in the whole world, amazing set of real friends, fabulous blogger friends. For me, it is the best GIFT ever. And THANK YOU from the bottom of my sweetest heart. I love you all. -Ni Putu Bunga Widrayani, 25th-
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Photo
Tumblr media
Sayangku.. Dengarkan hatiku ingin bicara padamu. Jangan khawatirkan soal kekuranganmu. Baik buruk masa lalumu. Setiap manusia pasti punya kesalahan. Tidak ada manusia yang sempurna. Aku yang mencintaimu menerima segala kekuranganmu. Aku pun manusia yang tidak seutuhnya baik Aku datang dikehidupanmu juga banyak memiliki banyak dosa. Kemarilah sayang. Kita berjuang bersama membenahi. Jangan takut Jangan malu Kita saling memperbaiki. -Surat cinta untuk kekasihku di masa depan-
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Photo
Tumblr media
Sepertinya aku melakukan sebuah kesalahan besar. Dimana aku berhasil membuat diriku hancur seperti orang kehilangan harapan. Aku termakan egoku yang meyakini tidak ada manusia yang dapat dipercaya. Bahkan untuk sebait sajak indahpun aku tak mampu kubuat kini.
Inikah yang dinamakan kehilangan asa? Inikah yang dirasakan seseorang yang kehilangan semangat dan harapan? Apa yang kulakukan telah berhasil membunuh semua mimpi yang kurangkai selama ini.
Kekecewaanku terhadap diri sendiri membuatku sulit bahkan membuka jendela tuk melihat fajarpun hatiku sakit Melihat wajah sendiri di cerminpun aku tak mampu
Yang kulakukan saat ini hanya bisa menangis Sakit teriris karena kekecewaan besar Ini adalah titik terendah dalam hidupku Tubuh pun lunglai, bahkan berjalanpun aku tak mampu Seperti terjatuh ke dasar jurang terdalam
Aku lelah bepergian menggunakan topeng Aku lelah harus selalu memamerkan senyum kepalsuan Aku lelah menahan luka yang tak kunjung sembuh Aku lelah melawan segala ketakutan tanpa batas Aku lelah mendengar kata mereka aku lelah dihina Aku lelah diremehkan Aku lelah harus menahan tangis melihat pandangan mereka Aku lelah harus menutup telinga agar suara mereka tak dapat kudengar Aku lelah aku lelah dan lelah
Aku pergi sepanjang hari tanpa arah Aku bawa diriku keluar dari lingkaran itu Aku sadar yang kulakukan malah membuatku semakin jatuh tersungkur Aku harus selalu belajar tuk bisa cuek dengan ini Namun bukan karakterku mudah melupakan. Aku berubah menjadi orang yang arogan Aku berubah menjadi orang tidak mudah percaya dengan orang Aku berubah menjadi orang yang kaku dan dingin Aku bukanlah aku yang dulu
Keadaan membuatku semakin jatuh Aku berusaha berdiri selalu berusaha berdiri Namun pertahanku kini runtuh Hari kehancuranku semakin mendekat
Aku semakin hari semakin lupa bagaimana tersenyum Semakin hari harus selalu bercanda dengan bayangan Aku semakin masuk dalam kesendirian
Aku tidak percaya dengan siapapun lagi Aku kecewa dengan hidupku Aku putus asa Aku patah semangat Aku kehilangan harapan Aku telah menghancurkan hidupku Aku membunuh masa depanku Aku benci hidupku
Bahkan saat ini memegang kalung rudraksha pun aku tak mampu Bahkan melihat diriku di depan cerminpun aku malu Bahkan setiap kali aku ingat akan kenyataan Aku selalu berusaha menutup mataku Namun batinku selalu berteriak padaku
Apa yang terjadi denganku Ini bukanlah diriku… Bukan diriku
Tubuhku terjatuh lunglai Menangisku teriakku tajam Air mataku luruh seketika Wajahku memerah karena marah Badanku menghangat Tanganku menggapai gapai hendak bangun Namun tanganku hanya menggapai kekosongan Kakiku lunglai Helai demi helai rambut ini luruh Kusadari atas kenyataan pahit ini
Aku terjatuh kini Tak bisa bangkit kembali Mataku kosong Aku pergi tanpa arah Pikiranku berkelana Menjauhi kenyataan yang seharusnya kuhadapi dengan berani
Namun belenggu putus asa sedang menghinggapi….
Sungguh Aku benar-benar terjatuh-
-B.W-
0 notes
bungawidrayani · 8 years
Quote
Sudah saatnya menjadi wanita berkelas. Wanita yang nggak akan pernah mau diperlakukan seperti layangan. Tarik ulur seenaknya. Oleh seorang pria yang tidak tegas akan keputusannya sendiri
0 notes