Tumgik
cacanice · 4 years
Photo
Tumblr media
[Part 2] BER-GILIRAN ————— MasyaAllah... Tabarakallah... Alhamdlh... . Lanjut ya cerita di postingan sebelumnya. . Sesungguhnya, diberi buah hati, pasangan, atau harta berlimpah, dsb, cepat atau lambat, bukanlah suatu takaran pencapaian keberhasilan dalam kehidupan. Bukan pula Allah pilih kasih. . Mgkin, yg lama hanya sedang berada pd barisan antrian paling belakang. Sedangkan yg cepat diberi, telah berada di antrian terdepan. . Ini hanya masalah waktu, yg semuanya mutlak ketentuan-Nya. . Jadi, beliau yg belum juga dikaruniai buah hati setelah setahun lebih menikah, lantas ingin mencarikan istri ke dua bagi suaminya. MasyaAllah...! Diluar jangkauan logika sy, ada wanita yg siap tersakiti demi kebahagian suaminya. . Sedangkan sy, mgkin akan mengambil opsi lain; adopsi anak, misalnya. Dan mungkin bny wanita lain akan memilih opsi lain, selain harus dimadu. Namun ia berbeda. . Atau pilihlah jalur kesabaran, ikhtiar, dan doa. Sy rasa itu lebih baik. . Kita semua ini hanya sedang mengantri. Menunggu giliran dan kejutan. Jadi, persiapkanlah apa yg perlu dibenahi. Jika waktunya tiba, maka semuanya akan terasa indah. . Jangan seperti membeli tiket. Ketika berada di antrian terdepan, kita tidak mempersiapkan uang. Sehingga kita pun sibuk dgn diri sendiri dan akhirnya justru berakhir kecewa. Lalu mengulang kembali ke barisan antrian belakang dgn persiapan baru. Jadi, kebayangkan berapa lama kita harus menunggu lagi?? Sama halnya dgn persiapan menikah, mencari jodoh, dan kematian. . Adapula kisah dari keluarga Nabi Ibrahim a.s; Syayyida Siti Sarah belum dikaruniai anak, lalu beliau mencarikan istri ke-2 untuk Ibrahim a.s, yaitu Syayyida Siti Hajar. . Lalu, apa yg terjadi? Kecemburuan. Syayyida Siti Sarah justru cemburu dgn Syayyida Siti Hajar, sebab Allah menitipkan buah hati terlebih dahulu kepada madunya. . Dan pada akhirnya...Syayyida Siti Sarah juga Allah titipkan buah hati padanya. . QS. Ibrahim; 39. “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” . Lanjut di blog ah. (di Banda Aceh, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CBBKrofg26Q/?igshid=w5ag2adjz9oy
4 notes · View notes
cacanice · 4 years
Photo
Tumblr media
BER-GILIRAN (1) —————————— Namanya kehidupan, sejatinya memang ada yg berubah, berganti, bertambah, berkurang, ada yg datang dan pergi. . . Kita biasa menyebutnya ‘sunatullah’. . . Memang sudah ketentuanNya; ada yg berubah dari yg jahil menuju akil (sebaliknya) tergantung pilihan. Bergantinya hari ke minggu, bulan menjadi tahun. Dari anak2 menuju dewasa, menjadi tua dan kemudian tiada. . . Ada yang bertambah; jumlah usia. Namun jatah kontrakan dunia, sejatinya semakin berkurang. Ramdhan datang, lalu pergi, kemudian Syawal berganti. . . Intinya, kehidupan Sunatullahnya akan silih berganti, semuanya akan bergiril, dan akan saling bertukar. . . Langit cerah akan bertukar mendung. Sedih akan berganti bahagia. Malam akan terang ketika giliran matahari bertugas. Kamu yg sendiri juga akan berdua ketika gilirannya sudah tiba. . . Dan yg sudah berdua, akan bertukar menjadi bertiga, dst (entah si suami nambah istri, atau bertambah buah hati), entahlah. Hanya perlu nunggu giliran saja. . . Seperti sekarang, giliran bumi kita diserang penyakit (Covid), terlepas dari “konspirasi” atau apa pun itu, kondisi dunia akan mengalami pergantian; masa kedatangan Dajjal, Dukhan, peperangan, dsb. Akan ada masa silih berganti. . . Semua akan ada gilirannya. Tenang lah, teman. . . Lalu, ada cerita dari seorang teman yg sedang gundah dgn dirinya yg belum kunjung diberi giliran titipan amanah dari Allah (buah hati) pada rahimnya setelah setahun lebih menikah. . . Next Story, Part 2 . 2 Syawal 1441 H. . Banda Aceh, 28 Mei’20 (di Banda Aceh, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CAu3dyPgvhf/?igshid=ij5pyg1knarq
0 notes
cacanice · 4 years
Video
Can’t Move On —————————— . . Awalnya ngajakin dua anak kakak ipar kesini; Zidan&Zayn. Sebelum kita pulang. . . Dan sebenarnya, kita nih; Pak Mam dan Buk Ca nya cuma pencitraan aja; dikira mereka (Zidan n Zayn) kami ni baik kali traktir mereka main. Hehehe... padahal, Mamah nya yg sepongsorin (traktir) Pak Mam dan Buk Ca nya main juga.😁🤣 . . MasyaAllah... senang banget pas Pak Mam bilang, “Mainlah, biar awak yg jaga anak-anak nih.” Hehehehe... . . Langsung awak eksekusi permainannya. . . And then, pas dikirimi vedio ini sama Pak Mam, jadi terharu. Dia sibuk ngurusin mereka berdua. Eh, awaknya malah seru-seru sendiri.😁🙏🏻 . . . Semoga Pak Mam jadi suami yang pengertian sama istri. (Eh emang udah top banget sih). Hehe... tapi semoga Allah istiqomah kan hati Pak Mam seperti sekarang hingga ke Jannah-Nya . . Sesimple ini aja kok Me-time awak, dah bahagia kali. Makasi Pak Mam udah ngawasin Zidan dan Zayn pas awak lagi main. . . Lagi ya... @imam_iedris . . Binjai https://www.instagram.com/p/B7mg0MGg-e5/?igshid=1as7xukop5mu7
0 notes
cacanice · 4 years
Photo
Tumblr media
MISS; ———————— Sebuah kata dalam bahasa inggris yang berarti ‘kehilangan’. Tetapi bisa juga diartikan ‘rindu/kangen’. . . Ternyata, kedua makna ini memiliki hubungan erat. Yang biasanya arti kata dalam bahasa inggris adalah ‘persamaan’ dari kata sebelumnya. Contohnya; ‘Love’ yaitu cinta, bisa juga kasih, bisa juga sayang, dsb. . . Sedangkan kata MISS ini memiliki banyak makna, tetapi ada yang tidak terkait dengan persamaan. Contohnya “hilang & rindu”. . . Pembahasan yang absurd ya... Hehe... . . Jadi, HILANG dan RINDU itu ada hubungannya, yaitu ‘sebab-akibat’. . . . ‘Sebabnya’, hilang; kehilangan moment kebahagian/ sedih, kehilangan sesuatu yang biasa dikerjakan, dst. Sehingga ‘akibatnya’, rindu; rindu akan moment yang hilang tersebut. . . Ah, memang absurd banget ya... receh banget tulisan saya. . . . Iya... gitu lah. Lagi Miss sama Pak Mam. @imam_iedris . . Dia lagi hilang (maksudnya, jauh) jadi dech timbul RINDU dech. . . Jadi kalau I MISS YOU; artinya???, aku kehilangan kamu/ aku rindu kamu. Hehe...(mana yang lebih tepat(?)) . . Kata Dilan: Rindu itu berat. . . Iya memang, berat banget. . . RINDU ITU BERAT. BERDO’ALAH, BIAR ALLAH YANG AKAN MENYAMPAIKANNYA. (di Bur Telege) https://www.instagram.com/p/B7cLVSRg6Ke/?igshid=1eblpoaamgawp
0 notes
cacanice · 4 years
Photo
Tumblr media
Ketika Doa Menjadi Aamiin-3 (Part-2 nya di @chacha_dot_id ) ——— JODOH adlh 1 hal yg pasti Allah takdirkan pd setiap hamba-Nya. Entah berjodoh dgn makhluk hidup, atau pun berjodoh dgn kematian. Keduanya PASTI akan menjadi takdir kita. Oleh sebab itu, persiapkan diri dgn sebaik-baiknya. Jika suatu saat tiba-tiba JODOH kita telah sampai masanya; baik berjodoh dgn makhluk hidup atau pun kematian, kita sudah punya persiapan saat bertemu dgn-Nya. Nge-bhas mslh jodoh, memang tdk bisa dipungkiri bila sbg manusia biasa yg diberi perasaan, ada rasa khawatir dan galau menunggu jodoh hidup yg tak kunjung tiba. hal itu adlh manusiawi (krn sy jg gitu, Hehe).Hny saja, rasa itu perlu diarahkan krn Allah telah beri kita AKAL. Jgn sampai klah dgn rasa tsb (baper), lalu berpotensi ke hal2 unfaedah. Terkadang, hal sepele unfaedah seperti; VC (vedio call) dgn teman cowok, jalan2/ nongkrong, stalking akun2 mantan, lalai dlm ibadah, baca qur’an gak pernah, dsb. Tanpa kita sadari, jika hal tsb berlanjut terus menerus, nanti JODOH kita juga sama dgn apa yg kita ikhtiarkan setiap harinya. Katanya mau jodoh yg sholih/ah. Lantas mengapa tdk men-sholih/ah-kan diri sendiri terlebih dahulu? Agar cita2/ keinginan seseorang di seberang sana (yg ingin dpt jodoh sholih/ah) terwujud melalu perantara diri kamu. Dulu sy cuma brharp kalau jodoh (impian sy) mendukung/ membolehkan sy pakai cad**. Dan sejak itu sy bljar menggunakannya. Lalu, bbrp thn kemudian, Allah pertemukan sy dgn seseorang yg juga cita2nya memiliki jodoh yg cuma nampak matanya. Hehe...(kata Pak Mam, begitu). Iya, memang kita ini bukan manusia Ma’sum, bukan pula org yg tak pny masa jahiliyah. Namun, kita pny pilihan; mau hidup hny dihabiskan dgn hal yg sama dari thn ke thn (tanpa perubahan) hingga tutup usia? Atau mengambil satu langkah (hijrah) dgn dekat kpd Allah (ikuti aturan-Nya) utk menjadi lebih baik hingga ke Jannah? Jadi, Jodoh hidup kita akan sama dgn ikhtiar keseharian yg kita jalani. Begitu pula dgn jodoh kematian. Seseorang akan dikembalikan kpd-Nya sesuai dgn ikhtiar (kebiasaan) semasa hidup kita. Semoga Allah kembalikan kita dgn sebaik-baik kematian (husnul khotimah). . . 09-11-19/RM99 https://www.instagram.com/p/B6HElhwgTxW/?igshid=7z8grj766zzj
0 notes
cacanice · 5 years
Photo
Tumblr media
Ketika Doa Menjadi Aamiin-1 ——————————— . . Hingga detik ini, 3 pekan berlalu bersamanya. Terkadang, masih ada rasa tidak percaya, kalau dia yang bersama saya adalah orang yang saya cuekin. Yang tidak pernah ada rasa terhadapnya. Yang tidak pernah terlintas dipikiran, bahwa dia adalah jodoh saya. . . . Ketika flashback dengan perjalanan yang kemarin-kemarin. Kadang suka baper dengan skenario Allah. Suka meleleh haru saat mengingat semua yang saya doakan, Allah ijabah, bahkan diluar ekspektasi. . . . . Kadang, suka berkaca ke diri sendiri (yg penuh dosa) seperti ini saja, masih Allah perkenankan menikmati segala kebaikanNya, bagaimana nikmat-Nya orang2 yg taat (se-level) Ulama, Tabi’in, Sahabat, dan Para Nabi, ya?? MasyaAllah... . . . . Bireuen- Aceh, Ahad, 1 Des 2019 . . Cerita selanjutnya, di akun sebelah @chacha_dot_id (di Panatapan brastagi) https://www.instagram.com/p/B5hF4RsAEwT/?igshid=goy04ykze50b
0 notes
cacanice · 5 years
Photo
Tumblr media
Sumber foto; tag’an kawan di fb. Karena kami gak kepikiran utk selfie atau ambil foto pake hp pribadi😄 jadi koleksi yg ada, adalah hasil imajinasi hp teman2 yg telah di kirim ke kami. —————————— MasyaAllah.... Tabarakallah..... Jazakumullah...!!! . . . Terimakasi atas kerja keras para family squad yang tidak bisa di utarakan satu persatu. Ada mereka2 yg tetap berjuang disaat lagi sakit. . . . Untuk para team pekerja keras di balik layar (org dapur) kemeriahan ini terjadi karena ada begitu banyak sosok super hero dalam menyukseskan acara kami. Terimakasih❤️ . . Dan untuk para tetamu yg telah hadir, Terimakasih atas kedatangan dan doanya... tanpa kalian semua, kami tak ada apa2 nya. . . . Dan... pada akhirnya semua akan cie...cie... pada waktunya.😘 . . T. Beringin, 9 Nov 2019 #sah https://www.instagram.com/p/B5Ao5rSgPBO/?igshid=zjzk9mzssw46
0 notes
cacanice · 5 years
Photo
Tumblr media
Assalamu’alaikum Wr. Wb Maha Suci Allah yang telah menciptakan hambaNya berpasang-pasangan. . . Tanpa mengurangi rasa hormat kami melalui pesan ini, izinkan kami mengundang Bapak, Ibu, Saudara/i, Teman dan Sahabat sekalian yang jauh di mata namun dekat dihati. . . Untuk dapat hadir di acara WALIMATUL ‘URSY kami; Sabtu, 9 Nov 2019. . . . Alamat; Pasar 3 Tanjung Beringin. Dusun III Desa Muka Paya. Kec. Hinai Kab. Langkat. Sumatera Utara. . . . Merupakan kehormatan dan kebahagiaan bagi kami, atas kehadirannya dan dapat memberikan do’a kepada kami. . . Ttd: Kedua Mempelai😊 . . 🎬me 🎫 @afikaadv https://www.instagram.com/p/B4ctA6AAsLz/?igshid=wmdzu7jad4pq
0 notes
cacanice · 5 years
Text
0 notes
cacanice · 5 years
Text
Refleksi Postpartum
“istri-istri kamu adalah ladang/tempat kamu bercocok tanam” QS Al Baqarah: 223
Pagi ini saya membaca kembali buku Quraish Shihab yang berjudul Pengantin Al-Quran. Mungkin dulu saat pertama kali membuka lembar demi lembarnya, saya belum terkoneksi dengan baik karena seingat saya, saya membacanya di awal usia dua puluh tahun, atau bahkan belasan?
Kini ketika beberapa bagian dibuka kembali, menelusur tiap katanya, jadi ada internalisasi yang cukup terlebih setelah mengalami sepotong demi sepotong kisah berumahtangga. 
Adalah kejadian pascamelahirkan yang begitu saya ingat saat Quraish Shihab menuliskan pembahasan ayat yang tersebut di atas. 
Beliau memaparkan, “Ayat ini tidak hanya berbicara tentang hubungan seks dan perintah untuk melakukannya, atau sekadar mengisyaratkan bahwa jenis kelamin anak ditentukan oleh sperma bapak, sebagaimana petani menentukan jenis buah dari beih yang ditanamnya, Tetapi yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa bapak harus mampu berfungsi sebagai petani, merawat tanah garapannya (istrinya), bahkan benih yang ditanamnya (anak) sampai benih itu tumbuh, membesar, dan siap untuk dimanfaatkan.”
Lalu ingatan terbang saat detik-detik setelah melahirkan. Saya merasa menjadi seorang yang kuat sekaligus lemah dalam satu tubuh dan jiwa. Saya merasa begitu rapuh sekaligus terpenuhi dalam satu waktu. Dan saya menjadi seperti induk singa sekaligus anak burung yang ditinggal ibunya sebentar di sangkarnya dalam satu kelindan. 
Saat itu secara fisik belum pulih total, secara batin senang sekaligus berkecamuk, kadang cemas, takut kehilangan, merasa bersalah, dan resah datang tidak pakai aba-aba. Misalnya ketika menggendong bayi, takut sekali rasanya tulang-tulangnya patah, “betul tidak ya caraku? dia menangis, apakah aku salah menggendongnya? berkali-kali aku mengangkatnya dari lengan terlebih dahulu, apa tidak masalah?” dan pertanyaan-pertanyaan konyol lainnya jika dikenang, padahal dulunya sangat amat krusial bagiku. Saat itu saya butuh kejelasan, benarkah cara saya? Cukup becuskah saya menjadi ibu? Itu baru urusan menggendong. Belum terkait ASI, jahitan yang tidak kunjung kering, nifas yang berkepanjangan, merasa insecure karena perbedaan pola asuh, stress jam tidur yang berantakan, dan banyak hal lainnya sebagai ibu baru dan perempuan yang bertambah peranannya. 
Dan saya begitu tertolong karena salah satu nikmat yang Allah beri yaitu suami, yang saya tahu tidak sempurna dalam perjalanannya, tapi berusaha menunaikan ayat tersebut. Berusaha menjadi sebaik-baiknya petani. 
Masih saya ingat sampai sekarang betapa sebalnya saya saat kontraksi datang dan saya buru-buru mengajaknya ke Rumah Sakit karena merasa sudah tidak tahan lagi, beliau masih saja mengurusi soal halaman belakang rumah yang belum jadi. Beliau mengontak tukang untuk menggarapnya agar saat saya pulang dari Rumah Sakit, sudah terpasang kanopi sesuai rencananya. Alih-alih mengelus punggung saya atau mengingatkan saya mengatur nafas, beliau sibuk dengan sesuatu yang harus berjalan dengan matang itu: memasang kanopi untuk anak istri.
Rasanya saat itu jika saya boleh marah-marah kepada suami, bapak dari anak yang akan saya lahirkan ini, saya akan marah semarah-marahnya. Tapi saya tahan. Waktu itu seperti tidak ada daya untuk marah saking sakitnya kontraksi yang datang. Sepulang dari Rumah Sakit, saya mensyukuri ketidak marahan saya pada waktu itu, dan memaafkan diri saya sendiri yang memaki suami habis-habisan dalam hati. Alhamdulillah kanopi belakang sudah jadi, saat hujan datang, kami tetap bisa menjemur baju anak, saat pagi dan matahari sudah naik saya bisa menggendong anak saya untuk berjemur tanpa terlalu kepanasan, saat siang saya bisa memasak tanpa harus terlalu takut angin bisa mematikan kompor seperti sebelum-sebelumnya. Dia berusaha maksimal sebagai petani. 
Pun saat kebutuhan kami menjadi dua kali lipat. Aku tahu setiap anak akan ada rezekinya sendiri, tapi juga perlu diikhtiarkan. Dan suamiku begitu gigih berjuang demi popok-popok, kelancaran ASIku, dan benda-benda stimulasi tumbuh kembang anak yang lainnya seperti buku, mainan, kursi, gendongan, dsb. Beliau memutar otak membuka keran-keran rezeki yang lainnya mengingat bertambahnya kebutuhan kami.
Beliau juga menjadi teman terbaik saat aku nyaris terkena baby blues. Meskipun saat itu hanya kata “sabar” yang keluar dari mulutnya, tapi tangannya tiap malam memijat punggungku, kehadirannya utuh membelaku saat mertua, orangtua, keluarga, dan kerabat meremehkanku atau pola asuhku. Dia menjadi benteng yang kokoh sekaligus pintu keluar masuknya unek-unek maupun kata-kataku yang terlontar kurang pantas mungkin saat itu. Kalian tahu, kadang ibu habis melahirkan seberapi-api itu, yang jika tanpa support bagai orang kesetanan. 
Saya jadi paham mengapa para praktisi parenting begitu getol mengajak Ayah untuk kembali dan maksimal dalam perannya di keluarga. Mengapa mereka begitu galak dalam bersuara Ayah harus ikut mengasuh. Karena keluarga yang fatherless memang serapuh itu. Begitu dekat dengan kekerasan, kehampaan, kemiskinan, dan menurunnya kualitas kehidupan. 
Itulah mengapa ayat ini semestinya menjadi bahan renungan kita bersama, tidak semata soal seks dan betapa suami berhak atas istrinya dimana saja, kapan saja, tapi juga berkewajiban atas istri dan keluarganya dimana saja dan kapan saja. 
Para suami, kembalilah pulang, peluk, dukung, dan upayakanlah terus keluargamu…sebagaimana kamu mengupayakan impian dan ambisimu. 
Para suami, temanilah istri-istrimu, bercocok tanam dan perhatikan garapanmu meski itu saat hujan, badai, kemarau, maupun pancaroba. Jangan hanya berharap cuaca bersahabat setiap saat. 
Para suami, para ayah, para lelaki, saya menuliskannya sebagai perempuan yang merasa bahwa saya tumbuh sampai detik ini, juga atas jasa petani saya bercocok tanam meski kadang dia juga kurang betul dalam menyirami, kadang lupa memberi pupuk, pernah juga kepanasan dan agak layu, tapi tak mengapa, dia tengah berupaya. Tak henti doa saya, supaya petani saya senantiasa ada dan berkarya maksimal di ladang garapannya. 
Semangat berjuang petaniku, dan untuk benih-benihnya semoga tumbuh kuat mengakar, juga kian merunduk ketika kian berisi, bagai padi,
1K notes · View notes
cacanice · 5 years
Link
0 notes
cacanice · 5 years
Text
0 notes
cacanice · 5 years
Text
Seni berlomba dalam mencari pahala
Menikah
Jika ada yang bertanya apa rasanya menikah? Bagiku, menikah itu seperti ujian dua keluarga jadi satu. Namun di saat yang sama, kekuatan dua keluarga jadi satu pula. Terbayang menariknya akan seperti apa? Pahalanya bagaimana? Dan butuh sekuat apa mental untuk menghadapinya.
Jika dipikirkan secara logika, ngga akan ada yang sanggup menjalani pernikahan. Namun karena semua ini adalah bentuk ibadah dan ada ridha Allah di sana, sehingga Allah ngga mungkin tega membiarkan kita melaluinya tanpa didampingi oleh-Nya.
Menikah itu seni. Seni untuk bersabar. Seni untuk ikhlas. Seni untuk banyak bersyukur. Seni untuk saling meleburkan kekuatan agar mampu menghadapi segala ujian. Seni untuk saling mengalah dan memaafkan. :)
301 notes · View notes
cacanice · 5 years
Text
0 notes
cacanice · 5 years
Text
0 notes
cacanice · 5 years
Text
0 notes
cacanice · 5 years
Photo
Tumblr media
Pada dasarnya, kita tidak akan pernah siap. Dan kita tidak pernah tahu, kapan kita benar-benar siap. . . Siapa yang bisa menjamin dirinya sendiri untuk siap akan; kematian, kehilangan harta, kehilangan orang yg paling berharga, kesulitan, dan segalanya. . . Tidak ada siapa pun yang dapan menjamin, kapan KESIAPAN itu datang. Bahkan diri kita tak mampu, menentukan. Hari ini, esok atau lusa kah, kesiapan itu ada pada kita? . Kecuali atas izinNya, dengan dorongan diri untuk berusaha terus belajar, belajar, dan belajar. . . Untuk itu, jika kita merasa belum siap MATI, maka belajarlah utk mempersiapkan itu. Jika kita merasa belum siap melakukan hal baru, maka belajarlah bagaimana caranya. . . Kita tidak akan pernah siap, bila kita tidak pernah belajar, cari ilmunya, dan bertanya, atau berdiskusi. . . Analoginya, saat kita jadi sarjana (kuliah), pasti kita merasa belum siap dan takut menghadapi skripsi dan sidang. Tapi, seiring berjalannya tingkat semester yang kita lalui dan terus menerus belajar, bimbingan, bertanya, dan diskusi. . . Pada akhirnya, kesiapan dan keyakinan itu muncul. Karena kita telah belajar. . . Ini utk mengingatkan diri sendiri. Karena saya tahu kelemahan saya, dan kebebalan hati dan otak saya yg terkadang tidak selalu kondusif. . . Kesiapan utk menjadi sempurna, tidak ada. Yang ada siap belajar introspeksi diri. . . On the way... one day, will be change. (di Tribun alun alun Amir Hamzah Stabat) https://www.instagram.com/p/B2ZZ02WAg35/?igshid=34rlghsi1npe
0 notes