Text
seperti sudah ada di buku panduan, kalau sedih bisa membuat waktu tidur lebih lama.
3 notes
·
View notes
Text
ruang senang sering terisi,
ruang sedih selalu penuh.
2 notes
·
View notes
Text
duduk diantara ruang sepi,
berhadapan dengan kursi kosong
menunduk tenang
mengurai benang
menghela napas berkali-kali
berdebat sendiri,
dan bersedih.
rasanya hanya disini,
diantara ruang sepi
kita bebas merasa apapun
7 notes
·
View notes
Text
langkah teguh itu tetiba berhenti.
intuisinya mengatakan sesuatu, dia berbalik.
kabut terurai mengikuti irama angin.
dia sudah setinggi ini.
perasaan itu ternyata berada tepat di belakangnya.
selama ini.
sejauh ini.
5 notes
·
View notes
Text
sering takut dengan intuisi sendiri. bagaimana bisa dia begitu tepat?
7 notes
·
View notes
Text
aku selalu mengatakan pada orang-orang yang ingin mendekatinya, kalau mereka harus mahir membaca sorot matanya, rautnya.
dia seperti langit malam, tidak pandai menjelaskan perasaannya. bahkan hari ini pun, aku hampir tidak tahu kalau dia tengah sedih. langkahnya terlampau pelan, sesekali dia mengangguk, juga tersenyum kecil.
sampai aku menemukan setitik sendu di raut itu. rupanya hari ini dia tengah sedih sekali.
“ada apa?”
dia hanya menggeleng pelan, mengangkat bahu rendah.
dia pasti tengah sedih sekali. dia sedih, tapi tidak tahu cara mengutarakannya.
59 notes
·
View notes
Text
“akan aku pikirkan cara untuk membuatnya bahagia atas hidupnya.”
5 notes
·
View notes
Text
disuatu hari diantara celah cahaya sore.
“kenapa orang-orang selalu butuh alasan?”
“hm?” pertanyaanku sepertinya mengalihkannya.
“kenapa tidak terima saja tanpa alasan.”
dia memperbaiki duduknya, menatap jauh. “karena meraka butuh diyakinkan, meraka ingin percaya.”
aku meraih ujung mata.
“alasanmu mungkin bisa membuat orang lain yakin atas makna dirinya” sambungnya.
celah cahaya mengurai jeda.
“kenapa kamu menyukai sabit?” dia mengisi jeda.
“hanya saja.”
dia mendengus, “karena kamu menyukai gelapnya.”
aku tersentak.
tiba-tiba dia tersenyum, “kamu selalu begitu, disaat orang lain melihat cahayanya, kamu melihat gelapnya. gelapnya yang membuat orang-orang bisa sadar kalau sabit indah. karena itu kamu menyukainya, bukankah begitu?”
aku tertunduk, ketahuan.
“kamu punya alasan. kamu hanya tidak mengakuinya.”
satu helaan napas terdengar berat.
“kenapa terima kasih? padahal kamu merasa bersalah, bukankah kamu ingin bilang maaf?”
kali ini aku yang beralih, menatapnya.
“karena kamu khawatir kata maaf akan membebaninya.”
telak. aku kalah.
10 notes
·
View notes
Text
keramaian selalu punya energi yang aneh. saya terlalu sering menghela napas
9 notes
·
View notes
Text
untuk kali ini aku akan mengamatinya sampai selesai, tidak terburu-buru dan menyesal. aku akan berusaha menyemangati diri sambil berjalan pelan. sampai akhirnya selesai, aku akan berterima kasih. untukku. karena telah berusaha semampunya.
22 notes
·
View notes
Text
kenapa orang-orang selalu butuh alasan atas sesuatu?
9 notes
·
View notes
Text
akhir-akhir ini tidak tahu alasannya apa tapi mood sedang baik, tapi pusing karena banyak deadline menumpuk. pusingnya sampai bikin sedih tapi mood baik ><
5 notes
·
View notes
Text
suatu kali, diperjalanan pulang.
“apa kamu juga berencana cepat sampai di tujuanmu?” katanya tiba tiba.
“eh?”
“sepertinya semua orang begitu, kamu juga?”
“kamu tidak?”
dia tidak menjawab.
“…kenapa?”
aku memerhatikan langkah pelannya. mengikuti arah pandangnya. mengamati langkah cepat orang-orang.
“aku menyukai perjalanan ini.” jawabnya.
dia selalu sulit ditebak.
“menurutmu tujuan akan membuatmu berhenti?”
dia menghela napas. riuh ramai jalan semakin pekat.
mungkin benar, orang-orang sedang beradu cepat, tapi..
“… mungkin juga tujuan adalah awal dari perjalanan yang lain, bukan?
aku menatapnya, mata bulat yang penuh binar bening.
11 notes
·
View notes
Text
…
dia menengadah. langit berabu selalu menarik perhatiannya.
“hanya saja, dia terlampau baik.” jawabnya.
ritme langkahnya berubah pelan.
“apa itu masalah?”
dia menghela napas. tidak ada jawaban.
“seharusnya tidak, bukan?”
dia beralih, tertunduk. ada yang aneh. jangan-jangan… aku tercekat.
“… kamu tidak percaya diri?”
berhenti, dia berbalik menatap.
10 notes
·
View notes
Text
5 november, bapak sakit
6 november, bapak di rawat di rumah sakit
9 november, kata dokter besok bapak bisa pulang
3 notes
·
View notes
Text
suatu kali di akhir hari yang tenang dan hujan pertama.
“apa yang kamu pikirkan ketika melihat bulan?”
“hm? bulan?” dahiku bertautan, ikut menengadah. mengurai langit yang gelap, tidak ada bulan disana.
“bukankah cantik?”
“bulan?” tanyaku.
dia mengangguk pelan.
“kau tahu? di jepang orang-orang mengungkap rasa suka mereka melalui bulan.”
“… the moon is beautiful, isn’t it? artinya aku menyukaimu.”
“benarkah?”
reda mulai berirama tenang.
16 notes
·
View notes