calmsharing
959 posts
Feed your mind with a good thought. English Education. Let's create a better generation.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Cerpen : Selepas Sekolah
Masa-masa remaja yang dulu kulalui dengan ragam cerita, cinta monyet, merasa paling tahu, ke sana kemari tanpa harus tahu bagaimana caranya memenuhi kebutuhan hidup - karena masih ditanggung sama orang tua. Kini telah sirna.
Ternyata selepas sekolah, seumur hidup kita akan bekerja. Paling tidak mencari cara untuk bertahan hidup dan membiaya hidup sendiri, jika kita masih sendiri. Kalau sudah berkeluarga, maka lain ceritanya.
Ternyata selepas sekolah, kehidupan orang dewasa yang dulu kusangka penuh dengan kekebasan karena bisa bepergian kemanapun tanpa izin, membeli apa yang disukai, jatuh cinta, dan segala hal yang dulu aku sangat tak sabar untuk segera dewasa. Kini telah menjadi kehidupan yang membuatku ketergantungan antidepresan, jamu tolak angin, minyak kayuputih, koyo, dan segala macam obat-obatan lambung.
Ternyata selepas sekolah, kita akan berusaha bertahan hidup. Bekerja apa saja yang halal selama bisa menghasilkan. Cita-cita yang dulu ditulis di buku gambar waktu TK banyak yang sudah dilupakan. Sementara dulu waktu aku kecil, aku berani bermimpi apapun, menjadi apapun. Kini, aku terlalu takut bahkan untuk bermimpi bisa menikah dan berkeluarga yang harmonis. Aku tak punya keberanian untuk mewujudkan mimpiku yang terasa kekanak-kanakan dan tak mau ditertawakan. Aku bahkan takut untuk menjadi diriku sendiri. Tidak menyangka, kalau jalannya seseru ini. Sampai-sampai aku tak sempat untuk merasakan banyak hal, karena badan sudah lelah dan pikiran sudah penuh. Waktu yang terus bergulir sering membuatku memiliki sesal, mengapa aku tak kunjung beranjak dari keadaan ini.
Apakah benar bahwa aku memiliki banyak pilihan dalam hidup seperti apa yang kusaksikan di Tiktok dan Instagram? Jangan-jangan memang aku tidak memiliki banyak pilihan, dan aku mendamba sesuatu yang tidak pernah ada sebagai takdirku.
Bukankah tidak apa-apa menjadi biasa saja dalam hidup? Apakah aku harus mencapai segala sesuatu seperti orang lain? (c)kurniawangunadi
108 notes
·
View notes
Text
Kehidupan orang dewasa?
Sedang berada di sebuah fase ketika hidup ini terasa berjalan sangat cepat dari biasanya. Ibarat menaiki kereta waktu, perputaran pagi dan malam terasa melesat dan seakan tak ada celah untuk melambat.
Ada banyak hal yang ingin di tuliskan sebagai kalimat-kalimat yang mewakili perasaan. Ada banyak momen yang ingin direkam melalui tulisan sebagai kenangan. Tetapi kenyataan berlaku sebaliknya, kalimat-kalimat itu menguap di telan rutinitas, pekerjaan dan tubuh yang lelah. Inikah kehidupan orang dewasa duhai ayah dan ibuku?
Kehidupan dimana manusia dituntut untuk terus berjuang menopang hidup dan bertahan di tengah tantangan realita kehidupan.
Kehidupan dimana manusia dibentuk oleh tantangan hidup dalam beragam rupa ujian tak terprediksi; yang kadang membuat hati perih, pikiran kusut dan tubuh ingin menepi sunyi dalam rebah.
Kehidupan dimana isi kepala seperti jalanan ramai oleh lalu lalang banyak kemungkinan juga kekhawatiran.
Kehidupan dimana diri ini dihadapkan pada banyak pilihan yang membingungkan juga keputusan-keputusan besar yang penuh tanggung jawab.
Duhai ayah dan ibuku, bagaimana caranya agar anakmu ini tetap tangguh dan mampu meredam khawatir juga menepis satu-persatu prasangka?
Duhai ayah dan ibuku, mampukah aku sekuat jiwa kalian dan bisakah hatiku selapang kalian memaknai kehidupan?
Duhai ayah dan ibuku, doakan aku, anakmu ini supaya tetap waras, dewasa dan sehat meniti titian demi titian kehidupan. Titian yang telah lebih dulu kalian tapaki, titian dewasa yang ternyata tidak mudah dan terus menanjak.
Duhai ayah dan ibuku, tanpa seluruh doa-doamu yang bercahaya juga peluh keringatmu dalam membesarkan serta mendidikku. Entah jadi apakah aku di tengah prahara hidup ini.
Duhai ayah dan ibuku, betapa beruntungnya aku hadir diantara kalian. Ditakdirkan Tuhan kalian menjadi orang tuaku, dan itu adalah limpahan rahmat dan karunia yang paling berharga.Kalian sungguh hebat karena berhasil membesarkanku juga menghidupiku dengan baik. Tak ada balasan setimpal, yang mampu kubayar dengan segenap hidupku.
Tetapi, semoga Allah senantiasa menaungi ayah dan ibu dengan limpahan rahmat, sehat, umur yang barokah dan kemudahan melaksanakan kebaikan. Aamiin ya Rabb..
Pagi; merenung; kicauan burung 18 Juli 2024 09.51 wita
114 notes
·
View notes
Text

Your prayer is the bridge between you and Allah, hold onto it.
2K notes
·
View notes
Text
Setipis Kertas Ijazah
“Tidurlah dirumah, tak usah dipikirkan panjang sebab jalan sempit, tujuan jauh, perbekalan sedikit.” (HAMKA)
Suatu kali Ibnu Hibban al Busti dalam bukunya raudlatul ‘uqala wa nuzhatul fudhala’ menyebutkan satu hikmah yang sangat mahal harganya. Beliau berkata, “Siapa yang kuat berangan-angan, maka akan lemah berbuat dan mengerjakan.” Dalam pembahasannya beliau mengingatkan bahwa orang berakal itu, tak panjang khayal, tapi lugas dan selesai berbuat. Dari hal-hal sederhana ia tidak luput, pada hal-hal yang besar sangat teliti.
Sore itu kami berkesempatan untuk duduk bersama para santri membaca salah satu karangan Imam Nawawi, Bustanul Arifin. Waktu yang kami gunakan tidaklah lama, sehabis ashar hingga sekitar pukul lima sore. Yang dibaca juga tidak panjang, hanya sekitar tiga halaman. Namun apa yang didapat dari majelis itu sangatlah memuaskan. Beberapa santri mengangguk dan tersenyum seakan ingin berkata, “kami haus, tambahkan lagi curahan ilmu itu.” Begitulah kiranya betapa manusia sangat membutuhkan pengetahuan dan tambahan ilmu.
Namun mengapa pula jiwa terasa berat untuk bergerak mencari dan mendatangi majelis-majelis ilmu? Mengapa para mahasiswa dengan sangat bersemangat melangkah menuju kampusnya, namun tak ada semangat untuk datang ke tempat-tempat diskusi, pengajian, seminar dan sebagainya. Bukankah yang dituju adalah sama, ilmu?! Namun mengapa semangat untuk itu, tidak sebesar semangat untuk yang ini.
Mahasiswa yang telah mentasbihkan dirinya sebagai abang tertua dalam dunia pendidikan kita hari ini, seharusnya punya semangat yang berlipat-lipat dari yang sebelumnya. Namun begitulah adanya, semangat menuntut ilmu ini, tipis. Setipis ijazah yang selalu kita banggakan. Apakah kita bersemangat dan rajin mendatanginya karena ada imbalan berupa ijazahnya? Pada hal itu, yang sejatinya kita membayar dan mengeluarkan dana yang cukup banyak, sangat semangat mendatanginya? Namun mengapa pada majelis-majelis ilmu dan tempat-tempat diskusi yang gratis itu sangatlah berat adanya.
Adakah kiranya jiwa yang malas, atau niat yang sudah amblas dan menerobos batas. Semangat yang tipis tadi semakin menipis ditambah dengan seabrek ‘kesibukan’ yang tak bertuan itu. Tepat apa yang disampaikan oleh salah seorang ulama bahwa perbedaan kita dengan ulama-ulama dan tokoh-tokoh hebat itu adalah perbedaan pada hitungan detik. Detik waktu mereka berkah dan menghebatkan, sedang detik waktu kita payah dan menghanyutkan. Detik mereka ibadah dan jihad, detik waktu kita pasrah dan penuh hasad. Hasad mereka pada ilmu dan ketaatan, hasad kita pada harta dan kepunyaan.
Segala kemudahan sudah didapat, namun semangat kami masih setipis ijazah. Semakin terkikis dengan semua kebodohan yang dibanggakan. Semangat semakin pipih, tersisih oleh rintih kesombongan yang terus ditumbuhsuburkan. Akhirnya jadilah kami manusia berpendidikan yang tak terdidik, manusia pendidikan yang tak menikmati ilmu dan pengetahuan. Semangat kami hanya mengejar secarik kertas, bukan segunung ilmu yang tak berbatas. Mungkin kalau ijazah kami agak sedikit tebal, kiranya tebal dan besar juga semangat kami yang belajar dan menuntut ilmu?!
366 notes
·
View notes
Text
Setidaknya mulai hari ini pikirkanlah dengan serius masa depan seperti apa yang kamu janjikan untuk dirimu sendiri. Jika menjanjikan masa depan untuk diri sendiri saja tak becus, lantas bagaimana kita menjanjikan masa depan kepada orang tua, keluarga, bangsa, negara, dan agama? Kenapa janji? Karena menepatinya berarti berusaha sebaik-baiknya dan bermalas-malasan adalah pengkhianatan.
— Taufik Aulia
980 notes
·
View notes
Text
Merantaulah
By: Imam Asy-Syafi’i
Orang pandai dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Pergilah kau kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air yang diam menjadi rusak kerana diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih jika tidak kan keruh menggenang
Singa tak akan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika sahaja matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman
Orang-orang tidak akan menunggu saat munculnya datang
Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan
Jika dibawa ke bandar berubah mahal jadi perhatian hartawan.
323 notes
·
View notes
Photo

Esok atau lusa, kita mungkin akan banyak bersyukur. Sebab hadiah terbaik dari setiap ujian bukanlah di hasilnya, melainkan di rangkaian prosesnya. Sesuatu yang membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bijaksana, lebih saleh, dan menjadi manusia yang lebih bernilai. - @kurniawan_gunadi #selfreminder • • dari jaman sekolah pinak suka banget ujian soalnya percaya everything shall pass dan naik ke level berikutnya biar cepat upgrade ke tahap berikutnya, tapi belajar yah jangan sampai ga nanti remedial. Nah kalau ujian hidup? Tanya ke diri masing-masing yaaaa belajar apa ajaaaa? Share ke pinak dong🍃🙏🏻 #dokterfina #finasife https://www.instagram.com/p/BsLNdHflieo/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1f0n799lfw3hy
39 notes
·
View notes
Text
Aku percaya. Dan aku percaya
“Saat engkau melakukan kebaikan, saat engkau memilih berbuat baik tanpa topeng, percayalah yang akan Allah hadirkan untuk bersisian dengan hidupmu adalah mereka yang sama - sama tidak menggunakan topeng. Setulus hati.”
—
Untuk siang ini.
Menyapa Mentari
285 notes
·
View notes
Text
...Rapuuh... Selama hati tertaut pada-Nya, maka tak ada yang harus kau kwatirkan. Selama kau terus berusaha mengubah keadaamu, InsyaAllah hasilnya tak perlu kau kwatirkan, Yang dibutuhkan adalah rasanya, maknanya, dan prosesnya, yang membuat kau tumbuh, dan tumbuhmu tak perlu sama dengan orang lain, bukannya kita sudah dicontohkan dengan hadirkannya tanaman? Pohon mangga tumbuh ke atas, sedangkan semangka? dia harus merambat ke tanah untuk bertumbuh menghasilkan semangka. So, different at all. Oleh karena itu, jangan biarkan harimu rapuh , jangan biarkan otakmu rapuh, jangan biarkan tubuhmu rapuh, jangan biarkan sekitarmu rapuh. Apalagi yang ini, "Jangan biarkan hatimu rapuh". Jangan, itu berat, kau tak kuat. Sayanglah pada semuanya, the power will come to you. InsyaAllah. Bismillah.. diatas percakapan antara dirisendiri.
0 notes
Text
Berubah baik.
Petikan nikmat dari-Nya yang selalu membuatku jadi lebih sadar yaitu dipertemukan orang2 yang membawa ilmu baru untukku.
Ya, hari ini telah banyak hal yang perlu ditulis, untuk diri dan semoga juga bermanfaat untuk pembaca.
Mulai kemaren memang aku tidak dirumah, sedang ada hal yang perlu di selesaikan dan sekalian untuk bersilaturahmi. Ringkasnya, Aku masih diberi kesempatan Allah ketemu Mbak, dia adalah salah satu motivatorku sejak aku SMA. Tadi pagi sempat berbincang banyak, salah satu poinnya yaitu
*Kita hari ini adalah bentukan perjalanan atau sejarah dimasa lampau*
entah itu pola asuh, karakater kita, sikap, cara berpikir, tingkah laku, pola makan, dan semuanya yang ada di diri kita sekarang adalah proses panjang yang kita alami dilampau.
Emang sih ya, yang aku rasakan juga seperti itu. so, I agree pendapat Mbak.
Ketika itupun aku menguatkan nasehat Mbak, disemester awal mendapat nasihat dari dosenku yang intinya juga sama dengan nasehat Mbak, adlah "Cara dosennmu ngajar sekarang itu adalah Refleksi dari dia dulu diajar oleh dosennya". That's true.
contoh lain juga ni ya, kita liat si anak A sifatnya pemarah, g mau diatur, dan lain sebagainya, kita jangan langsung menyalahkan dia, menilai dia salaaah, di g bener, kitaa itu tidak tau masa lalunya, kita g berhak menghakimi dia, tapi berpikirlah bahwa dia adalah salah SATU KORBAN, coba selidikilah masa lampaunya, pasti dia korban dari seorang pemarah dulunya, korban dari kurangnya kasih sayang. Dan itu semua memang Bisa Terjadi karena masa lampaunya.
Mungkin cara terbaik yaitu menasehatinya, memberikan dia pengertian, bertanya baik2. Dan lain sebagainya.
Contoh diatas menyabung cerita yang kudapat dari salah satu guru di Madura, beliau ceritanya sampai nangis karena mendengar si murid curhat dengannya.
Si murid ini terkenal jail dikelas, selalu aja punya cara usil dengan temannya, dikelas dia terkenal nakalnya. Akhirnya gurunya tidak semerta merta memarahinya, akan tetapi mendekati si murid, mengajaknya bicara, memberikan kesempatan untuk bercerita, memberikan rasa nyaman, akhirnya si murid bercerita bahwa ibunya sudah tidak ada lama, dia hanya hidup dengan seorang neneknya. Dan.. masih panjang critanya...
Guru ini akhirnya menemukan kesimpulan bahwa bertahun-tahun dia telah ditinggal ibunya dan kurangnya kasih sayang dari keluarga akan menjdi beban yang dia hadapi, dan menimbulkan perilaku2 seperti ini, dan itu. Guru akhirnya dengan semangatnya mencari cara agar bisa membantu anak ini menjadi anak yang baik lagi. Dan Lagi Lagi "Masa Lampaunya yang menjadikan dia seperti ini." Masa lampau yang menjadi sorotan utama di masa sekarang.
Jadi, semuaa hal yang kita kerjakan dan jalani sekarang bakalan ngefek ke depan, mungkin g sekarang, mungkin dua tahun kedepan, 7 tahun kedepan, g tahu kapan efeknya akan muncul.
Yoks, mulai sekarang berusaha mengupayakam semaksimal mungkin untuk berbuat baik untuk diri kita dan sekitar agar kedepan juga baik hasilnya apapun itu halnya.
InsyaAllah belum terlambat, karena kitalah yang bisa merubah diri kita sendiri.
Dan ingatlah " Sesungguhnya Allah tidak akan merubah kondisi suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang ada di dirinya (QS. Ar-Ra'd :11)"
0 notes
Text
Lagi Merindu
saat ini baru saja aku menginjakan kaki di kos-kosan. dan ku meras rindu kepada seseorang yang selama ini merawatku. Aku Rindu serindu rindunya kepada Bapak dan Ibuku saat ini dan selallu merindu.
Aku merindu dibelai rambutku, disisir dengan pelan. Aku rindu tidur disamping ibuku, aku rindu bercanda dengan bapaku, aku rindu serindu rindunya dengan kedua orang tuaku.
Saat ini memang mereka mungkin sudah tidur dirumah karena kecapekan kerja seharian, Dan aku disini juga mencari ilmu dan ku selingi watu untuk nyambi ngelesi.
iya aku hari ini ngelesi di Gunung Sari Indah Surabaya, . Terkadang mencurahkan rindu rumah, membagi keceriaan dengan murid-muridku. aku senang bertemu dengan mereka yang lucu-lucu, yang selalu membuatku semangat untuk hadir diantara mereka. Aku bersyukur dapat mengajar mereka, walaupunailmuku tidak sebaik yang mereka harapkan, mereka juga sangat mencintaiku, seperti aku menyanyanginya.
hari ini aku sedang merindu, merindu kepada sang Bapak yang sekarang fotonya sedang aku pandangi dekat laptopku, dipigora putih yang bersanding denganku. Aku sangat merindukanmu bapak, aku tahu kau juga merindu kan ku, jadi kalau kau rindu aku rindu pesamu adalah doakanlah bapak, biar rindunya terobati, sering sekali aku mengatakan “Bapak aku kangen, aku pengen pulang.” . Beliau pun menjawab, ya ditahan dulu, cri ilmu dulu baru nanti kalu ada waktu luang pulang.
Ibuk, Aku rindu serindu-rindunya..
iya ibu juga rindu, ibu selalu mendoakanmu, mendoakan sebaik-baiknya untukmu.
Makasih bapak ibuk yang selalu membuatku rindu padamu, Rindu ku selalu tertuju untukmu,,,,,,,,
0 notes
Quote
hujan bukan perihal bagaimana kau menahan gigil, tapi tentang bagaimana kau tetap merasa hangat didekap lalu-lalang kenangan
(via bulangerimis)
154 notes
·
View notes
Text
Terus Allah latih
hati ini nggak selamannya kuat,kokoh, dan baik-baik saja. ada kalanya hati kita itu tercabik-cabik, tergores oleh garis kecil, terpanah oleh hal-hal yang tidak diinginkan. Rasanya, ingin saja lepas dari semua itu...
Namun, semua itu yang akan membuat kita lebih dewasa lagi, yang akan melatih diri, hati, dan pikiran kita agr lebih siap lagi menghadapai kehidupan dimasa depan...
Yaaa.. hari ini aku sangat sedih karena hpku yang entah kenapa signya dan suaranya tidak keluar, sehingga aku tak bisa menghubungi kedua orang tuaku. mulai dari ini aku harus pinjam temanku hp untuk sekedar menghubungi bapak ibuku. tapi aku masih bersyukur hpku masih bisa di konekan dengan wifi.jadi aku bisa WA dengan teman-temanku.
sebelum aku servicekan itu hp, sementara memang harus gini dulu gak papa. kadang juga harus merasakan gimna rasanya tanpa bawa itu hp.
semoga hati ini terus dilatih Allah untuk lebih kokoh dan kuat. Aaamin..
1 note
·
View note
Text
ladang amal
Cakra
“Semua yang ada dalam hidup kita adalah ladang amal”
Manusia kadang saling menilai. Membandingkan takdir masing-masing kemudian mencari siapa yang paling beruntung dalam hidup. Padahal hidup itu seperti gunung es. Apa yang nampak hanya secuil dan mungkin hanya 10% dari yang tidak tampak.
Maka ada baiknya kita kembali pada hakikat, bahwa semua yang ada dalam hidup seseorang adalah ladang amal bagi pribadi masing-masing. Kita tidak pernah dapat memilih cobaan mana yang akan datang. Tapi kita bisa memilih, ke arah mana hidup kita akan berjalan.
Seperti hari ini. Tepat tiga hari sebelum saya berangkat ke Google Singapura, ibu saya mendadak pingsan. Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter bilang bahwa Ibu saya terkena mioma uterus stadium tiga. Saya akhirnya memutuskan untuk merawat ibu dan membatalkan kontrak saya dengan Google.
“Lo gila ya Cak? Mestinya kan lo berangkat ke Singapore sekarang? Lo nyari kerjaan itu susah”
“Ibu gue lagi sakit. Gue harus ngerawat beliau”
“Tapi kan ada adek lo Cak. Ntar kalo lo berhasil, lo kan bisa ngirim duit ke rumah buat orang tua lo”
Awalnya saya hendak memilih logika yang dilontarkan kawan saya. Tetap berangkat ke Singapura. Ibu dirawat dua adik saya dan saya mengirim uang yang banyak untuk biaya pengobatan ibu dan biaya sekolah kedua adik-adik saya. Tapi di saat-saat seperti ini, ketika tidak ada satupun laki-laki di rumah, saya harus mengerti bahwa tanggung jawab seorang anak laki-laki adalah menjadi tulang punggung keluarganya. Menafkahi keluarga, menjaga dan mendidik adik-adik saya hingga mereka menikah.
Pekerjaan bisa dicari lagi. Tapi kewajiban ini tidak bisa dilepaskan begitu saja.
Hidup adalah ladang amal. Dan perjalanan hidup kita hanyalah perpindahan dari satu ladang amal ke ladang amal yang lain.
Kata-kata itu yang diucapkan almarhum ayah saya ketika saya masih kecil. Ayah saya, seorang PNS golongan tiga yang menghabiskan seluruh waktunya untuk beramal.
“Ayah kenapa nggak kerja di perusahaan minyak aja sih? Kan gajinya besar?”
“Ladang amal ayah di sini Cakra. Lagipula meskipun ayah kerja di sini, rezeki kita cukup kan”
“Tapi teman-teman ayah kan sukses semua”
Ayah saya tertawa dan menjelaskan kepada saya tentang makna kesuksesan yang baru bisa saya cerna hari ini. Dulu ayah saya juga pernah diterima di perusahaan minyak. Namun nenek saya tidak mengizinkan karena nenek tidak mau ditinggal jauh. Ayahpun memilih untuk tetap tinggal. Menjadi PNS di lingkungan pemprov Jawa Timur serta menjadi guru ngaji di sore hari. Apakah ayah saya kurang fighting spirit sehingga harus menyerah pada titah ibunda? Apakah ayah saya bukan orang yang memahami bahwa seorang muslim sebaiknya kaya agar bisa beramal?
Ayah saya sangat memahami itu. Beliau berikhtiar untuk memberi nafkah terbaik bagi keluarganya. Namun bila di luar sana ada banyak rekan kuliah ayah yang lebih kaya dari ayah saya, itu berarti Allah mentakdirkan demikian. Bukan karena ayah saya malas. Bukan karena ayah saya tidak beruntung.
“Harta yang baik adalah harta yang dikelola orang shalih Cak. Itu yang harus menjadi motivasi kamu dalam berbisnis. Tapi kelak kalo Allah belum mentakdirkan kamu kaya, jangan pernah kehilangan kreatifitas dalam beramal. Dan jangan pernah membandingkan takdir kamu dengan takdir orang lain”
Saya berdoa untuk ayah. Setiap mengingat beliau, hati saya selalu rindu. Alhamdulillah Allah memberi saya kesempatan untuk dididik oleh laki-laki shalih seperti beliau. Hari ini sebenarnya seperti mimpi. Seminggu lalu juga seperti mimpi. Jantung saya rasanya berhenti berdetak ketika saya mendapat kabar bahwa saya lolos rekruitmen Google yang njelimetnya minta ampun. Hari ini saya harus dengan lapang dada melepas semua kesempatan ini dan merubah kembali road map hidup saya. Dulu saya berharap bisa bekerja di Google tiga sampai lima tahun untuk tahu budaya kerja di sana lalu melanjutkan sekolah bisnis di MIT kemudian menjadi pengusaha. Sekarang?
Saya harus merawat ibu dan mencari kerja di Surabaya. Selanjutnya? Saya harus bersemedi terlebih dahulu untuk menentukan kelanjutan hidup saya. Apakah tahun depan mencoba ke Google lagi? Atau mengambil master untuk menjadi dosen? Banyak pilihan. Tapi dengan hati yang setengah kecewa, setengah melayang, saya belum bisa memutuskan apa-apa.
Keputusan ini, bila dijalankan dengan ikhlas pasti diganti dengan pahala yang baik.
*Beep* *Beep*
Handphone saya berbunyi. Ada nama Alfin di sana.
“Helloo Bos Alfiin”
“Assalamualaikum Ustadz Cakraaa. Tante Ratna sakit? Gimana kondisinya?”
“Waalaikumussalam. Iya Ibu sakit. Gue di Dr Soetomo. Alhamdulillah kondisi beliau membaik tapi masih belum sadar”
“Lo jadi ke Google?”
“Barusan gue putusin enggak. Gue kerja di rumah aja. Sambil nungguin Ibu sama jagain adek-adek gue”
“Moga keikhlasan lo diganti sama yang lebih baik Cak. Terus habis ini lo mau ngapain? Lo udah ada biaya buat Tante Ratna?”
“Alhamdulillah ada BPJS sama tabungan gue. Tapi kayaknya gue harus cari projek di Surabaya Fin biar bisa kerja sekalian ngerawat ibu.”
“Ehm…..Kalo gue ngomongin kerjaan dalam kondisi kayak gini sopan nggak ya? Gue pengen jenguk Tante Ratna sambil ngobrol sama lo tapi ini masih di Jakarta”
“Wkwkwk….Dasar Alfiin….Iya nggak apa-apa Fin. Gue seneng kalo lo mau nawarin kerjaan ke gue”
“Iya Cak. Gue ada projek sama Pemkot. Gue pengen lo jadi Business Ownernya. Development Team yang lain udah siap. Insya Allah orangnya cekatan jadi lo nggak berat kerjanya”
“Thanks ya Fin”
“Anytime Cak. Lo punya ladang amal ibu lo. Gue punya ladang amal temen gue yang lagi ngerawat ibunya hoho. Meskipun kalo dipikir-pikir lagi, nyuruh lo kerja di tempat gue itu sebenernya bukan pertolongan. Lebih tepatnya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Kapan lagi gue bisa nikung Google? Wkwk. Orang kayak lo terlalu keren buat ditolong”
“Haha…Lo bakat banget ngambil hati orang Fin. Makasih banyak. Setidaknya tawaran lo bikin gue nggak repot muter-muter cari projek. Anyway, gue tunggu di rumah sakit”
“Insya Allah besok gue kesana. Take care Cak”
158 notes
·
View notes