ESFJ - Excited to meet new people. Find me at @cndmeilita or ask.fm/cinmei
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
One day after the happiest day of your life.
YOU LIED.
I hate the fact you better catch your sleep instead of say hi to me.
This distance....
Hard to say it's easy to handle.
I hate the fact that I miss you like crazy but maybe you didn't.
Or maybe you did.
Or maybe in between.
I don't know anymore.
That doesn't matter because you say I was the one that selfish and mad.
If loving and missing you would be this hard, please give me the strength to hold on......
Just tell me that there's still a thin strings to hold onto.
Before I fall and never get up.
8 notes
·
View notes
Quote
Apa nama satuan untuk rindu? Waktu dan temu.
Cindy Meilita.
4 notes
·
View notes
Quote
What's the point of crying, trying, and forgetting if you never could rewrite his name on your mind?
Jakarta, 02 Januari 2019.
Cindy Meilita.
2 notes
·
View notes
Quote
Kadang, hidup dan takdir bisa sebercanda itu. Kamu merasa sudah berusaha sekuat tenaga. Nyatanya orang lain yang berleha-leha dan sempurna malah mendapatkan segalanya. Kamu merasa harimu diterpuruki orang lain. Nyatanya dia melenggang bangga dengan sepatunya yang penuh tanah liat. Kadang, ini bukan soal memandang orang lain rendah, atau memandang mudah jalan takdirnya. Ini soal keadilan. Kapan waktu kebahagiaan seseorang ditentukan? Mungkin, hidup memang hanyalah sebuah permainan di atas papan. Dan dari awal, memang tak pernah ada yang kalah ataupun menang.
Cindy Meilita
27 Maret 2019
0 notes
Text
Waktu itu mereka bertanya, "Kenapa harus dirinya?" Aku tersenyum -- tepatnya senyum bangga, sembari memikirkan dirimu. Kukatakan dengan mantap.
"Waktu itu kami hanya dua orang bocah bau kencur yang tak tahu artinya cinta. Bukan, lebih tepatnya artinya pengorbanan. Kami bermimpi untuk memiliki sebuah rumah pohon sendiri. Kami yang membuatnya dari nol -- Kami membeli bibit terbaik kala itu. Uangnya jelas saja, masih merengek minta jajan orang tua. Tetapi dari hari pertama kami memilikinya, kami tak henti siangi setiap hari dengan air dan pupuk agar bibit itu tumbuh besar dan kokoh. Tak pernah sedikitpun kami ragu. Ia tumbuh pelan sekali. Suatu ketika, ia pernah hampir mati membusuk. Tapi entah bagaimana, ia bisa bertahan dan hijau kembali.
Semenjak hari pertama, aku rasa kami hanya berusaha saja. Nyatanya, dia berbeda. Dia tak pernah menjanjikan apakah rumah pohon kami akan besar atau kecil, rimbun atau tidak, kokoh atau ambruk, tumbuh besar atau layu. Tapi dia menanamkan keyakinan dan kerja keras. Dan itulah yang membuatku berpikir, orang yang mengajakmu berusaha bersama dan melibatkanmu dalam setiap rencana hidupnya memang patut untuk dipertahankan.
Kamu tahu, kini pohon itu sudah tumbuh sangat rimbun. Daunnya hijau, batangnya kokoh berwarna coklat. Pohon yang bagus untuk dijadikan tempat tinggal. Tempat berteduh, beristirahat, dan berpulang. Dalam masa masa menunggu, kami berproses bersama. Pohon itu tumbuh bertahun tahun lamanya."
Aku berhenti sejenak, merasakan hatiku yang menghangat. "Kepercayaan kami bagai bibit pohon yanh kuceritakan tadi. Mulanya kecil, lama lama tumbuh dan menguat. Banyak hal lain yang membuatku kagum sendiri. Dan aku berpikir, 'mau mencari yang seperti apalagi, sih?' Dia adalah definisi ideal. Dan aku tak mungkin melepaskannya lagi."
Cindy Meilita 4 April 2019 7 months to go to the H-day
1 note
·
View note
Quote
kamu adalah salah satu pelanggan setia bualan kata-kata yang selalu aku ketikkan. kamu sangat menyukainya -- seperti kamu menyukai masakan ibumu, atau menyukai warna biru. kamu menantikannya bagai anak kecil menunggu ayahnya pulang. kamu bagaikan terbius oleh semua kalimat itu. kalimat yang biasanya tak terucap saat lidahku menjadi kelu atau saat kata lebih merasuk dibanding suaraku. yaitu saat bahagiaku tak ingin melelahkanmu, lalu aku diam. saat sedihku tak ingin mengusikmu, lalu aku termenung. saat khawatirku berlabuh di ragu, lalu aku tertegun. memikirkannya kembali, seringkali aku hanya tersenyum kecut. dalam hati, aku berkata, "denganmu, semua jemu menjadi lalu, diam menjadi makna, sedih menjadi pergi, dan kata menjadi berharga. untuk aku apa menulis jika semua rasaku sudah tersampaikan padamu?"
Cindy Meilita 05 April 2019
0 notes
Quote
So tell me, Where's the poetic, And those sarcastic notes, That usually glimmering, In your bones. Now it's just a listed of bills, And a unintended promises, And soon, Our name -- Or my name, is Gone.
Cindy Meilita.
1 note
·
View note
Quote
There is always be a perfect gown for every bride. Take your time and get the best of it!
Cindy Meilita.
0 notes
Quote
Ketika suara dan kata tak lagi kau hiraukan, maka di sinilah aku -- meracik serangkaian kalimat yang aku harap merasuk dalam sukmamu.
Cindy meilita.
0 notes
Quote
Kau harus mengerti, aku bukan sedang meninggalkanmu. Tapi jika yang biasanya selalu peduli lantas sekarang memilih pergi, maka baiknya tanyakan pada dirimu sendiri perihal apa yang membuat mereka enggan kembali.
(via mbeeer)
1K notes
·
View notes
Quote
Karena kita ibarat botol dengan surat usang di dalamnya. Walaupun sudah dihempas jauh ke samudera, tak peduli sejauh apapun ombak menerjang, ia akan kembali mencari daratan. Seperti hukum alam yang saling menemukan.
Cindy Meilita.
1 note
·
View note
Quote
Kita terbiasa menjual elegi murah seharga caption pendek di sosial media. Payahnya, kita terbiasa mengumbar kesenangan dan kesedihan berlebih yang menjadi memabukkan untuk dikomsumsi publik. Entah apa yang diinginkan -- apakah perhatian, pencitraan, atau hanya pameran singkat hidup?
Cindy Meilita, yang masih membagikan keresahannya sendiri di sosial media.
0 notes
Quote
Kamu bilang, indah tak harus pelangi, kuning tak selalu mentari, dan jingga tak melulu meneduhi. Kamu pun bilang, hitam tak selamanya pekat, masa lalu tak hanya cokelat, sedangkan abu tak bisa membuat rekat. Lalu aku bertanya, apa sebenarnya warnamu? pada hatiku, aku ingin tau, tunjukkan warnamu.
Cindy Meilita, dalam keyakinan akan keharusan dalam menunjukkan emosi dan rasa.
0 notes
Quote
What’s the best revenge? To improve yourself.
roibitussin (via wnq-writers)
15K notes
·
View notes
Text
Pukul 01.43
Surat itu ‘lahir’ saat insomnia tak bisa berkompromi dengan lelah. Tapi bagiku, surat itu lebih sebagai jelmaan keegoisan dan penyesalanku di masa lalu. Tak banyak kata yang bisa kau baca di dalamnya. Surat itu hanya berisi beberapa bait basa-basi dan tiga buah lagu: satu lagu kesukaan kita, satu lagu mengenai betapa bodohnya aku yang mencampak cintamu, dan sisanya lagu klise tentang kehilanganmu. Sayang, surat itu tak pernah benar-benar hidup: tak pernah sampai pada jemarimu, dibaca oleh bola matamu, apalagi diucap oleh mulutmu. Pesan perasaan tak tersampaikan ini hanya akan jadi bulan-bulanan candu gundahku. Tuhan sepertinya tahu, tak semua yang telah lalu bisa diperbaiki seperti dulu. Atau aku harus bilang, aku dan kamu sudah terperosok jauh pada jalan setapak berbeda arah. Bedanya, aku selalu menengok kebelakang dan berharap melihat pundakmu. Lambat laun, semua itu terbias kabut dan akhirnya menghilang di ujung jalan. Akhirnya suratku berakhir tragis, menjadi usang dan terlupakan.
Based on @alyanisrinana’s True Story.
2 notes
·
View notes
Quote
Taraf kebersyukuran orang memang berbeda-beda. Ada yang bersyukur saat hari ini bisa makan, ada pula yang baru bersyukur saat lulus wisuda dengan gelar cumlaude. Tidak ada yang salah. Hanya saja, bukanlah setiap kebersyukuran pasti mendatangkan rezeki lebih? Jadi, golongan yang manakah kamu?
Cindy Meilita.
0 notes
Quote
Bahagiaku, tak usah mengusik dirimu. Bahagiamu, tak butuh mengusik bahagiaku. Jika bahagiamu mengusikku, bukankah bahagiamu semu?
Cindy Meilita.
0 notes