Ya Rabb, jadikanlah aku orang yang paling bermanfaat bagi manusia dan terimalah seluruh kerja keras ini sebagai ibadah.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Jangan karena kebiasaan, lalu dibiarkan, kita selalu punya pilihan.
Ada satu kebiasaan yang sedang dan terus saya upayakan dalam membangun bangunan 'muamalah yang baik', yaitu mengurangi perbincangan soal aib. Mengapa ini penting? Sebab terkadang, dampak dari topik perbincangan ini sungguh sangat merusak.
Tidak heran jika ada pembahasan sendiri tentang آفات اللسان (bahaya lisan), sebab betapa destruktifnya ucapan yang keluar dari lisan jika tidak dikendalikan. Dari aspek diri, ketika mendengar aib orang lain bisa menimbulkan ujub (rasa bangga diri yang tidak pada tempatnya); dari segi orang lain yang diperbincangkan, ada perasaan kecewa, amarah, bahkan trauma? Aib yang sudah bertahun-tahun ia tutupi, dan sejak sadar akan kesalahan itu ia berjuang dengan penuh "darah dan air mata" untuk memperbaiki diri, bangkit, dan menjalani hidup yang lebih baik, bisa runtuh kembali hanya karena satu ucapan yang tak terjaga. Mudah bagi kita untuk melontarkan cerita yang kita anggap biasa, tanpa sadar bisa menghancurkan bangunan 'pertaubatan' yang telah ia susun dengan susah payah.
Itulah kenapa, penting kiranya untuk kita yang memahami betapa besarnya dampak lisan, juga memahami bahwa terhadapnya, kita selalu punya pilihan. Pilihan untuk diam. Pilihan untuk mengalihkan topik pembicaraan. Pilihan untuk menyahuti dengan kalimat yang bijak, atau bahkan cukup dengan senyum dan menghindar. Pilihan untuk tidak ikut dalam arus obrolan yang menjatuhkan.
Bukan perkara mudah, tapi inilah bentuk tanggung jawab kita terhadap lisan. Jangan karena sudah menjadi kebiasaan, kita menganggapnya wajar. Karena lisan yang tak dijaga bisa meruntuhkan, sementara satu kata bijak bisa menyelamatkan.
Nasihat untuk diri sendiri, dan yang membutuhkan. 08 Juni 2025.
193 notes
·
View notes
Text
"Di Antara Dua Jawaban"
Kadang hidup tak datang dengan aba-aba. Ia muncul seperti tamu asing membawa kabar yang tak selalu ingin kita dengar.
Ada hari ketika langit begitu berat, dan segalanya tampak memudar. Ada pula hari ketika semuanya terasa mudah, seolah semesta sedang tersenyum.
Tapi apa yang sebenarnya sedang diuji?
Bukan hanya ketahananmu di tengah luka, tapi juga kesadaranmu saat segalanya berjalan lancar.
Di tengah kesulitan, manusia diajak untuk diam sejenak mencari makna dalam derap langkah yang melelahkan.
Dan di tengah kemudahan, ia diuji dengan keangkuhannya sendiri:
apakah ia masih ingat dari mana semua ini berasal?
Lalu tersadarlah kita, bahwa hidup hanya mengenal dua jalan yang selamat: sabar dan syukur.
Yang satu menuntunmu di tengah badai.
Yang lain membimbingmu di bawah cahaya.
Cobalah menjawab hidup dengan cara lain—dengan mengeluh, melawan, menyangkal, atau berpura-pura kuat.
Yang kau dapat hanyalah kebuntuan.
Kemarahan yang tak selesai.
Kehampaan yang makin dalam.
Karena sejatinya, bukan keberhasilan atau kegagalan yang membentukmu,
tapi caramu menjawab keduanya.
Dengan jiwa yang berserah, dan hati yang tahu diri.
@clichemistry
#SabarDanSyukur #RefleksiHidup #MaknaKehidupan #CatatanBatin #UjianDanNikmat #HidupAdalahUjian #RenunganMalam #JiwaYangTenang #MaknaDibalikTakdir #SeniMenjalaniHidup #AntaraDeritaDanAnugerah
0 notes
Text
doa untukmu
jika ada, semoga Allah mengangkat semua rasa sedih, marah, kecewa, takut, curiga, dendam, dan khawatir dari dadamu. semoga Allah menggantinya dengan kelapangan dan kesabaran. semoga Allah menghapus dosa-dosamu dari datangnya perasaan-perasaan itu.
semoga Allah memberimu petunjuk hidup yang terang benderang. semoga hidayah selalu turun kepadamu. semoga kamu mendapatkan undangan dari Allah untuk senantiasa bertaubat.
semoga kamu bisa menerima kenyataan, memperoleh kemenangan. semoga kamu bisa memeluk dirimu sendiri dengan kejujuran---dan menjadi lebih kuat setiap harinya. semoga Allah menyembuhkan semua luka.
semoga kamu bisa memaafkan orang-orang yang menurutmu jahat, yang menurutmu telah merebut kebahagiaanmu. orang-orang yang melukaimu. orang-orang yang kamu tertawakan, kasihani, benci. tolong maafkan (kami) ya.
semoga kamu segera dipertemukan Allah dengan seseorang yang baik, yang menyayangi segalamu dengan segenap jiwa dan raganya, dengan ketaatan dan keimanan yang semestinya. yang menghargaimu dan selalu cenderung kepadamu, hanya kepadamu. yang janjinya selalu ditepati. yang membawamu ke tempat-tempat jauh itu.
semoga semua mimpimu terwujud satu per satu. semoga kamu mencapai semua garis finish. semoga kamu menaklukkan semua puncak. semoga yang kamu cintai tumbuh dan mekar dengan hebat.
semoga kamu menemukan ketenangan dan kebahagiaan. di dunia. di akhirat. selamanya.
708 notes
·
View notes
Text
Sayyidah Hajar tidak tahu apakah di Bukit Shafa dan Marwa itu benar-benar ada air atau tidak?. Yang ia tahu, ia harus terus berikhtiar, berjuang, bergerak!. Demi menghilangkan dahaga bayinya yang menangis berteriak. Sehingga ia kerahkan ikhtiar terbaiknya, berlari menyusuri Bukit Shafa dan Marwa hingga Allah ridha untuk menurunkan pertolongan-Nya.
Dan Allah yang Maha Rahiim itu tahu, batas kemampuan Sayyidah Hajar adalah di putaran yang ketujuh. Ketika Sayyidah Hajar telah sampai di ambang batasnya, Allah turunkan pertolongan baginya dari arah yang tak di sangka-sangka. Bukan dari mata air yang muncul di Bukit Shafa dan Marwa, melainkan mata air yang Allah takdirkan hadir di dekat Sayyidah Hajar meletakkan bayinya.
Begitulah. Kadang, pertolongan itu sengaja Allah letakkan di detik-detik terakhir, untuk menguji siapa yang tetap menjaga prasangka baiknya pada Sang Maha Penggenggam Takdir dan tak putus asa untuk terus berjuang sampai akhir.
Rizqan Kareema
171 notes
·
View notes
Text
Dari 12 bulan hijriyah, ada 4 bulan yang kita di warning betul sama Allah untuk bersungguh-sungguh meninggalkan maksiat. Bulan-bulan itu adalah Dzulqi'dah, Dzulhijjah, Al-Muharram dan Rajab.
"...maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu... " (QS.At Taubah:36).
Menariknya, Allah letakkan warning itu di surat At Taubah. At taubah artinya pengampunan. Dinamakan surat At-Taubah, karena kata At-Taubah (pengampunan) disebut berulang kali di surat ini.
Maka, sejatinya warning yang Allah beri di ayat ke 36 surat At-Taubah ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi justru sebagai bukti betapa sayangnya Allah pada kita, para pendosa yang sedang ditutupi aib-aibnya.
Bahkan, saat seisi dunia menghujat dan melabelimu sebagai ahli maksiat, Allah tetap menunggumu di pintu taubat.
Bahkan, saat seisi dunia tak lagi percaya dan tak lagi sudi memberimu kesempatan kedua, Allah tetap percaya kau layak diberi kesempatan-kesempatan selanjutnya.
Bahkan, saat seisi dunia tahu segala aib-aibmu dan satu persatu mereka menjauh darimu lalu meninggalkanmu, Allah tetap sudi menerimamu dan menyebutmu; "hamba-Ku" 🥺❤
"Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah..." (QS.Az-Zumar:53).
Sungguh, tak ada yang menerima kita dengan penerimaan yang lebih indah daripada penerimaan Allah.
Allah tahu, akhir-akhir ini kedua mata itu sering basah karena menyesali langkah-langkahnya yang salah di masa lalu.
Allah melihat, sekecil apapun ikhtiar hamba-Nya untuk bertaubat. Meski tak jarang, dosa yang sama masih saja terulang.
Allah mendengar, berisiknya isi kepala hamba-hamba-Nya, yang mereka sendiri pun bingung dari mana harus mengurainya.
Maka, bulan-bulan haram ini adalah momentum yang tepat untuk kembali mendekat dan bersungguh-sungguh meninggalkan maksiat.
Mendekatlah pada-Nya, sumber di mana ketenangan yang selama ini dicari-cari itu bermuara.
Bersungguh-sungguhlah meninggalkan maksiat, akar dari segala kegelisahan yang selama ini merenggut ketenangan.
Semoga Allah mampukan kita.
@rizqan-kareema
55 notes
·
View notes
Text
Menemukan (Lagi) Titik Awal Perjalanan
Semakin dewasa, saat mimpi-mimpi ini dibenturkan dengan berbagai macam realita. Ada masanya kita diberikan pilihan untuk terus memaksakan mimpi-mimpi itu, atau memberinya jeda. Ada jarak yang dengan sadar kita buat, untuk memulai lagi nanti memperjuangkan impian kita.
Jarak itu mungkin berupa satuan waktu, entah setahun, bahkan sepuluh tahun. Tapi kita sadar betul bahwa mimpi-mimpi kita itu, tetap akan kita wujudkan, meski nanti.
Meski setahun lagi.
Meski sepuluh tahun lagi.
Saat ini, kita sedang ada urusan lain yang lebih penting untuk menyelamatkan diri dan kehidupan. Alih-alih kekeuh dengan impian, kita memilih berdamai dengan diri dan pikiran sendiri. Tetap memiliki impian itu, saat ini kita memiliki alasan yang sangat kuat untuk menundanya.
Entah karena keluarga.
Entah karena anak.
Entah karena keadaan ekonomi.
Entah karena kita memang merasa belum waktunya.
Sembari menegaskan sekali lagi, kita tidak menghapus impian itu. Kita tetap menggenggamkan, dan menjadi dewasa menyadarkan kita untuk tidak hanya berpikir tentang diri sendiri sekaligus bertanggungjawab pada hal-hal yang berdampak kepada lebih banyak hal.
Dan kita masih percaya, bahwa suatu hari nanti, kita bisa mencapai itu. Saat kita akhirnya tiba di titik untuk memulainya lagi. Nanti. (c) kuniawangunadi
182 notes
·
View notes
Text
Cerpen : Jatuh Cinta di Umur Matang
Lebih rasional.
Langsung menganalisa, apa tujuan dari jatuh cinta ini. Kalau hanya sekedar bermain rasa, lebih baik bekerja aja mencari uang buat membeli kesenangan. Karena jika jatuh cinta hanya untuk menerka-nerka mau ke mana ujungnya, lebih baik beli tiket kereta dan pergi berkelana sendirian, lebih minim risiko daripada jatuh cinta. Langsung mengkonfirmasi, apa aja yang kamu miliki dan aku miliki serta apa yang tidak. Untuk hal-hal yang tidak kamu miliki, bagaimana kamu mengupayakannya? Apakah kamu termasuk orang yang tidak peduli dengan harta halal dan haram selama bisa mendapatkannya atau orang yang hati-hati? Sebab aku sangat hati-hati. Untuk hal yang sudah kamu miliki, apakah kamu bersedia untuk berbagi? Langsung menyaksikan, bagaimana tabiatmu yang terbentuk selama puluhan tahun. Karena aku tidak bersedia jika aku menjadi alasanmu untuk berubah menjadi lebih baik, apalagi jika kamu berharap aku bisa menjadikanmu lebih baik. Bagiku sejak awal sangat realistis, aku ingin jatuh cinta pada orang yang baik. Karena tidak ada jaminan aku bisa mengubahmu yang telah hidup dengan caramu selama puluhan tahun dalam sehari semalam apalagi beberapa hari saja. Aku memang tidak cukup sabar untuk menemanimu berubah, silakan berubah dulu menjadi baik kalau kamu memang berniat. Langsung pada intinya, tidak perlu terlalu banyak seremoni yang uangnya bisa kita pakai untuk pergi umroh atau membeli rumah. Daripada harus lelah menyiapkan banyak ritual, bagaimana kalau kita beramal saja, misal berbagi kebahagiaan dengan mengundang keluarga dan juga berbagi ke orang-orang fakir dan miskin. Biar doa-doanya buat kita, tidak ada penghalang untuk sampai kepadaNya.
Tidak perlu banyak basa basi, kalau kamu memang berniat untuk jatuh cinta. Jelaskanlah tujuanmu hingga sejauh mana, kalau kamu tidak ada tujuan, lebih baik hilang.
Karena aku tidak punya banyak waktu untuk mengulang-ulang kesedihan yang serupa. Karena aku pun sekarang lebih rasional, bukan lagi rupa menawan yang membuatku terpesona dan berkata "iya". (c)kurniawangunadi
644 notes
·
View notes
Text
Seperti Musa dalam Penjagaan Harun
“Betapa indahnya jika engkau menemui hati yang tidak pernah menuntut apa-apa darimu kecuali sebatas keinginan melihatmu dalam keadaan baik.”
Ada kasih yang tidak perlu digenggam atau dilihat dengan mata dunia. Ia hadir dalam diam, menjaga dengan cara yang paling halus: menginginkan keselamatan yang utuh—pada raga, jiwa, dan iman.
Keadaan baik, dalam pandangannya, bukan sekadar senyum yang tampak atau keberhasilan yang bisa diceritakan. Ia lebih dalam dari itu. Ia menghendaki ruh yang tetap hidup, hati yang tidak asing dari zikir, dan langkah yang selalu berada di jalan yang benar, meski dilanda lelah dan keraguan.
Ia ingin yang disayang tetap utuh, bukan hanya dari luka dunia, tapi juga dari keretakan batin yang menjauh dari Sang Pemilik Hati. Seperti Harun yang selalu menjaga Musa, meski tak tampak, ia memastikan langkahmu tetap berada di jalan yang benar, tanpa kata yang terucap.
Ia tidak meminta peran dalam cerita hidupmu. Ia tidak merengek untuk ditempatkan dalam ruang khusus. Rasa pedulinya adalah langit yang luas, tidak membatasi, hanya menaungi. Ia tidak menuntut untuk dikenali, cukup tahu bahwa dalam setiap malam, nama yang dicintainya tetap disebut dalam doa yang tak pernah putus. Ia adalah senja yang tak menahan matahari, hanya mendoakan agar cahaya itu kembali pulang dalam damai.
Ia tidak hadir untuk menjadi tujuan, namun menjadi saksi bisu yang berharap: semoga langkahmu selalu menuju kebaikan. Semoga bahumu tetap kuat meski ia tak bisa menyandarkannya. Semoga hatimu tetap lapang, meski tak ada tempat baginya di sana. Dan yang paling dalam—semoga Tuhan tak pernah melepas genggaman-Nya darimu.
Pada akhirnya, kasih yang paling tulus adalah yang merelakan, namun tetap setia dalam harapan. Yang tidak membungkus diri dengan kepemilikan, tapi membalut namamu dengan doa-doa yang tak diminta untuk dibalas. Seperti Harun yang setia dalam diam, meski tidak mendampingi setiap langkah, ia tetap menjaga dan berdoa agar Musa selalu dalam penjagaan Tuhan.
Jika di sepanjang perjalanan ini kita tak dipertemukan dengan hati yang seperti itu—yang menyayangi tanpa menuntut, yang hanya ingin melihatmu dalam keadaan baik, yang mendoakan tanpa pernah menyapa—semoga kita sendiri yang tumbuh menjadi sosok yang demikian.
Sebab dunia ini terlalu sempit untuk harapan yang serakah, namun cukup luas untuk ketulusan yang merdeka. Mungkin bukan tugas kita untuk selalu dipedulikan dengan cara yang tenang, tapi mungkin Tuhan menghendaki kita belajar menjadi pribadi yang meneduhkan.
Menjadi hati yang tidak menggenggam, tapi menuntun. Yang tidak menuntut balasan, hanya berharap kebaikan dibalas Tuhan. Menjadi pelita yang tak ingin dikenali sumber cahayanya, cukup menjadi terang bagi yang tengah dalam gelap. Seperti Harun yang tidak mencari pujian, tapi hadir untuk menjaga dalam diam, kita pun dapat belajar memberikan yang terbaik dalam hening, untuk orang-orang yang kita sayangi.
Dan semoga, jika tidak ada jiwa yang setia mendoakan kita dalam diam, kitalah yang diam-diam mendoakan dunia—agar semakin banyak kasih yang tidak menyesakkan, perhatian yang tidak memberatkan, dan hati-hati yang tidak ingin memiliki apa pun selain melihat sesamanya dalam keadaan benar-benar baik: lahir, batin, dan iman.
Yogyakarta, April 2025 || Kaderiyen
188 notes
·
View notes
Text
0 notes
Text
0 notes
Text
Mengapa masih menghakimi orang lain hanya dari persepsimu. Padahal, hanya Allah yang maha tahu segala sesuatu.
0 notes
Text
Waspadalah dari 2 jenis tipu daya setan;
Yang pertama, mengkhawatirkan apa-apa yang belum terjadi di masa depan.
Yang kedua, meratapi apa-apa yang sudah terjadi di masa lalu.
Sebab terlalu mengkhawatirkan apa-apa yang belum terjadi di masa depan hanya akan menjadikanmu diliputi rasa takut sepanjang waktu. Bahkan engkau dibuat takut sekali kehilangan sesuatu yang belum tentu menjadi takdirmu. Hingga akhirnya bukan keridhaan Allah lagi yang kau tuju, tapi kau mulai disibukkan dengan berbagai macam upaya untuk mengejar keridhaan dan validasi manusia. Alangkah ruginya. Lalu, saat yang kau harapkan ternyata tak berjalan sesuai dengan rencana, engkau akan begitu mudah dihasut setan untuk berburuk sangka kepada Allah. Wal iyyadzu billah.
Pun juga, meratapi apa-apa yang terjadi di masa lalu hanya akan menjadikanmu sedih berkepanjangan. Menjebakmu dalam sudut pandang bahwa selamanya dirimu adalah korban. Membuatmu sulit untuk melangkah ke masa depan. Jangankan memaafkan orang lain, untuk memaafkan dirimu sendiri saja rasanya berat sekali. Hingga kau pun terus-terusan menyalahkan dirimu bahkan engkau mulai berani menyalahkan takdir yang Tuhan tetapkan untukmu. Hatimu merasa begitu lelah dan akhirnya setan berhasil membuatmu berputus asa dari rahmat Allah. Wal iyyadzu billah!
Lalu bagaimana caranya agar kita tidak terpedaya oleh 2 jenis tipu daya setan itu?.
Belajarlah untuk terus berbaik sangka kepada Allah terutama saat rencana-rencanamu tidak seiring sejalan dengan skenarionya Allah. Yakini bahwa Allah yang paling tahu skenario terbaik untuk masa depanmu.
Dan belajarlah untuk ridha pada setiap takdir yang Allah pilihkan terutama saat takdir itu tidak sesuai dengan yang kau harapkan. Yakini bahwa itulah takdir yang terbaik untukmu meski engkau belum tahu hikmah dibalik penetapan takdir itu.
Tentu tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa diupayakan. Mintalah pertolongan Allah dengan terus meningkatkan ketaqwaan.
Wattaqullah, wa yu'allimukumullah!
Allahu a'lam bishawab.
rizqan kareema
187 notes
·
View notes
Text
Terkadang, Allah menunda karunia-Nya untukmu karena Allah ingin menganugerahkan karunia itu lewat skenario-Nya yang istimewa.
Misalnya, lewat do'a-do'a orang baik yang sengaja Allah undang ke Baitullah, lalu Allah gerakkan hatinya untuk mendo'akanmu di tempat-tempat istijabah itu.
Tidakkah itu istimewa?. Washilah sampainya karunia Allah untukmu adalah do'a dari hamba-hamba-Nya yang Allah undang sebagai tamu.
Atau bisa juga karunia itu Allah berikan lewat do'a orang-orang yang pernah engkau tolong, yang engkau sendiri bahkan tidak mengenali mereka. Plot twist-nya, ternyata mereka adalah para kekasih Allah yang rahasia. Di keheningan sepertiga malam, Allah gerakkan hati mereka untuk menengadahkan kedua tangan, lalu dengan tulus mendo'akan banyak kebaikan untukmu tanpa sepengetahuanmu.
Tidakkah itu istimewa?. Washilah sampainya karunia Allah untukmu adalah do'a dari para kekasih-Nya yang rahasia, yang setiap kali mereka meminta, Allah akan langsung mengijabahkan do'a-do'anya.
Maka, untuk setiap karunia yang masih tertunda, yakinilah bahwa Allah yang paling tahu tentang waktu, cara dan skenario terbaik untuk mengaruniakannya.
Bisa jadi jalannya memang berliku-liku, namun ada banyak sekali keberkahan dalam proses menjemput karunia itu.
Bisa jadi karunia yang kau harapkan sengaja Allah tunda, karena Allah ingin menggantinya dengan sesuatu yang lebih istimewa.
Bisa jadi pula, Allah tidak karuniakan di dunia apa-apa yang engkau harap, sebab Allah ingin memudahkan langkahmu menjejak surga tanpa hisab.
Tidakkah itu istimewa?.
Mari terus berbaik sangka pada tiap skenario-Nya ataupun plot twist dari-Nya. Karena Allah sesuai dengan prasangka baik hamba-Nya.
Kelak, akan ada masanya di mana Allah bukakan hikmah-hikmah di balik setiap penundaan, yang akan membuat hatimu ridha dan sujud syukur penuh keharuan.
Andai engkau tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hatimu akan meleleh karena cinta kepada-Nya. (Ibnul Qayyim al Jauziyah).
Wallahu a'lam bishawab.
@rizqan-kareema.
112 notes
·
View notes
Text
Biasakan, kalau lagi terzholimi atau lagi dapat musibah, setelah beristirja (mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rooji'un) langsung do'a yang baik-baik ke Allah. Karena ketika sedang terzholimi atau sedang diuji dengan suatu musibah, itu salah satu waktu do'a-do'a diijabah.
Penting sekali membiasakan hal-hal seperti ini. Apalagi bagi perempuan, karena perempuan suatu saat nanti akan menjadi seorang ibu, yang mengandung, menyusui, melahirkan, mendidik dan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Biasakan dari sekarang, latihan dari sekarang. Semarah-marahnya kamu ke orang, apalagi ke anak-anakmu nanti, usahakan kata-kata yang keluar dari mulutmu adalah kata-kata yang baik. Sebab kata-kata bisa menjadi do'a.
Ketahuilah, Imam Sudais itu bisa menjadi imam Masjidil haram, salah satu washilahnya adalah ucapan ibunya saat ibunya marah kepada beliau ketika beliau melakukan suatu kenakalan di masa kecilnya. Ibunda beliau berkata "Pergi sana kamu! Jadi Imam Masjidil Haram sana!". Kata-kata yang atas izin Allah ternyata menjadi do'a dan Allah ijabahkan pada akhirnya.
Rizqan Kareema
48 notes
·
View notes
Text
Teguhkan dalam hati kita
Yang haram tetaplah haram
Meski seluruh dunia melakukannya
Nemu kutipan ini di Ig rasanya Jleb, yg langsung keinget adalah fenomena beragama, orang2 yang menjaga kemurnian Alquran dan sunnah, amat berat tantangannya di ibaratkan Rasulullah seperti menggenggam bara api, tapi coba kukuhkan hati ga apa2 sendirian, memilih jalan berbeda dari kebanyakan jika itu demi mempertahankan kebenaran karena Allah juga ber-firman “Jika kamu mengikuti 'kebanyakan' orang-orang yang di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah..." (QS; Al - An'am 116)
Ya karena jalan kebenaran itu bukan yang paling banyak pengikutnya atau yang paling mulus titiannya, melainkan yang paling sesuai dengan ajaran Allah dan Rasulnya.
38 notes
·
View notes