coffeejourney
coffeejourney
Coffee Journey
27 posts
Perkenalkan ini lah aku, perempuan gila yang hanya bisa menumpahkan isi kepala dalam sebuah tulisan,dengan banyak kamu yang memenuhi isi kepala.
Don't wanna be here? Send us removal request.
coffeejourney · 27 days ago
Text
Night..
Tubuh teramat terasa lelah tetapi isi kepala begitu berisik membuat ku enggan menutup kedua mata. Ntah memori apa yang tersimpan dengan begitu kuat.
" ah sudah lama rasanya, tidak menulis di malam hari dengan ditemani beberapa lagu favorite serta minuman yang membuat badan menjadi sedikit lebih hangat " aku membatin sendirian.
Malam ini, di tengah rintikan hujan yang membuat aku harus menaikan resleting jaketku.
2 Tahun berlalu begitu cepat, dimana aku menitikan air mata untuk yang kesekian kalinya. Bahkan untuk tidur saja membuatku terasa sesak di dada. ya, aku memilih untuk pulang kerja dengan berjalan kaki ke arah tempat kost dulu, tempat kost pilihannya. Bebrapa kali aku harus melipir untuk mencari topangan tangan karena untuk berjalan saja aku tidak mampu
Ada luka sayatan yang tidak terlihat secara fisik, dan tidak ada obat penawarnya.
Aku memilih untuk tidak lagi dekat dengan pria manapun setelahnya, aku ingin sembuh sendirian tanpa harus mencari dan menyakiti hati yang lainnya. Seakan ada jarak yang tidak terlihat ketika aku berdekatan dengan lawan jenis.
Terkadang aku berfikir, apakah aku masih pantas untuk dicintai atau mencintai? Karena perihal mencintai aku tidak pernah main - main. Seumpama cinta itu sebuah perjudian, aku akan bertaruh dengan baik dan semampuku.
Saat itu, dia mengambil separuhku pergi, aku hanya bisa mematung melihat punggung yang semakin menjauh. Punggung yang dulu begitu nyaman aku peluk. Dan seolah tidak terjadi apapun aku masih bisa tersenyum dan tertawa lepas keesokan harinya di tempat kerja.
" kabarnya dia baik - baik saja kan ? aku jarang banget liat lagi ? "
aku hanya bisa tersenyum menanggapi kalimat tanya yang di lontarkan oleh sahabatku.
Ya, bahkan sahabatku pun tidak tahu apa yang sudah terjadi. Aku menutup begitu rapat tentang perpisahan kami, bahkan tidak ada terlintas untuk memakinya bahkan mengetik buruk tentangnya di sosial media.
Tidak ada perdebatan yang hebat kala itu, bahkan selama hubungan ini berjalan tidak ada perdebatan hebat. Semua orang di sekeliling kami sangat cemburu dengan hubungan kami yang selalu hangat setiap harinya.
" aku percaya dengannya. "
Kalimat yang selalu aku ucapkan begitu lantang seakan berbalik arah menjadi peluru yang bisa menembus dada.
Saat ini aku tidak percaya pria manapun, hanya datang dan pergi, penasaran, lalu apalagi?
dan aku berubah menjadi seorang perempuan yang menjadikannya objek permainan. Perempuan yang dulu begitu tulus mencintai laki-lakinya melebihi diri sendiri.
Ya, aku adalah seorang wanita yang hanya memiliki raga, namun jiwanya sudah lama mati.
0 notes
coffeejourney · 1 month ago
Text
Seketika ingatan yang sudah aku kubur dengan dalam kembali menyeruak kepermukaan.
Hampir 10 tahun yang lalu, laki-laki pertama yang berani berhadapan dengan kedua orang tuaku kala itu pergi.
“ aku janji pas liburan kuliahmu aku ajak kamu ke danau toba deh itu bagus loh. Mencoba menjadi warlok “
Bohong. Apa yang kamu ucap kala itu semua hanya omong kosong.
2 tahun yang lalu, aku memberanikan diri.
‘ dulu kamu pernah janji ajak aku ke danau toba, ternyata aku kesini bukan sama kamu jim ‘ batinku kala itu.
0 notes
coffeejourney · 1 month ago
Text
Boleh aku mengingat sedikit saja tentangmu ?
Seorang laki-laki yang pada awalnya tidak ku kenali mengajak bertemu. Seorang laki-laki dengan kacamata yang membuat wajahnya begitu indah dipandang.
Izinkan aku berteriak sebentar saja meluapkan segala emosi rindu dalam tubuh ini.
Aku rindu fer,
0 notes
coffeejourney · 2 months ago
Text
Hai Mr K..
Tiba - tiba ada memori yang memaksa keluar dari dalam ingatan, ditengah aktivitas ku membersihkan kamar yang urung terselesaikan.
Ada air mata yang kupaksa berhenti keluar malam itu, malam dimana ia datang meminta sebuah penjelasan yang cukup menyakitkan untuk kami berdua.
Disebuah tempat, tempat yang kini enggan aku kunjungi. Tempat dimana kali pertama kita bertemu
“ coba kamu shareloct, nanti aku buat alarm tanda kalau kamu udah deket “ katamu kala itu.
“ kamu perempuan cerdas, kamu bisa berfikir rasional 4 langkah kedepan. Pertahankan itu may “ katamu kembali di akhir percakapan kita.
Seorang laki - laki, bertubuh jangkung berkulit sawo matang. Mempunyai paras yang cukup manis. Laki - laki dengan gelar S2nya.
Terkadang aku menyebutnya atau memanggilnya my wikipedia, my ferdipedia. Karena dia mampu menjawab semua pertanyaanku dari segi pekerjaan hingga politik, bahkan sampai pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab
Aku merindukan tatapan matanya, tatapan mata yang selalu aku lihat ketika aku bercermin, tatapan yang tidak pernah lepas ketika aku merias wajahku.
“ kamu selalu cantik “ kalimat yang selalu bahkan setiap hari ku dengar.
Katanya, sibuk itu hanya sebuah alasan klise. Semua tergantung prioritas ? Ya aku mempercayai itu. Kami mempunyai jarak dalam hubungan ini, aku di sini sementara ia harus bekerja di negeri seberang. Ditengah kesibukannya ia selalu menelepon ku, apa yang ingin aku makan saat itu atau apa yang sedang aku lakukan kala itu. Aku tau pekerjaannya cukup sibuk, karena setiap ia kembali ke sini ia masih di sibukan dengan pekerjaannya. Bahkan setiap tengah malam tak jarang ia masih membuka laptopnya di sampingku. Menelpon rekan kerja atau atasannya dengan membelai rambutku yang terus menerus menuntut untuk terus memeluknya.
Katamu, hujan terasa lebih menyenangkan ketika rintiknya membasahi tubuhmu. Lucunya setelah itu, aku cemburu pada hujan.
“Bagaimana kalau hujan itu perempuan? Berarti ada perempuan lain yang menyentuhmu selain aku!“ kataku.
Lalu kamu tertawa seraya menyeruput kopi panas itu. Genggaman tangan yang tidak pernah sekalipun kau lepaskan dan pundak yang berusaha kuat untukku meskipun ku tau terkadang kau pun tidak sanggup dengan segala yang datang menghancurkan.
Bandara, ya bandara adalah tempat yang menjadi saksi setiap pelukan yang kami berdua terima. Pelukan selamat tinggal, pelukan rindu yang begitu tulus.
Aku merindukan tatapannya yang teduh setiap menatap ke arah ku. Aku merindukan tatapannya yang seolah menuntut setiap kami bertemu mengisyaratkan untuk memulai lebih dari itu, sial nya aku menjadi candu dengan tatapan itu.
0 notes
coffeejourney · 3 months ago
Text
I’ll be okay, for today
It's okay to cry for a little while, we'll just keep trying to find a way out. In another life, another time. Maybe we'll be alright.
Izinkan aku menulis sebuah pesan untukmu Tuan,
Aku adalah seorang perempuan yang pernah dengan lancang mencintai seseorang. Tanpa di sengaja dia memberikan banyak pelajaran tentang hidup, memberikan aku sesuatu yang bahkan tidak pernah terbayang sebelumnya bahkan untuk bermimpi pun tidak.
Seperti laron yang mempunyai sedikit waktu untuk hidup dan terbang, aku kehilangan separuh hidupku.
Ingin memberontak tetapi tidak bisa. Tanpa di sadari ternyata aku mencintai melebihi apapun.
Little Angel
Perasaan yang sudah dikubur dengan dalam terkadang kembali menyeruak ke permukaan hanya untuk mencari sebuah atensi, membuatku harus menghentikan aktivitas dan memejamkan mata merasakan bulir hangat mengalir disela doaku jika rindu itu datang. Merasakan dengan gemuruh di dada.
Tidak tahu bagaimana kabarnya, bahagia atau tidak ?
Tuan, aku disini sedang menipu diri bahwa aku bahagia seperti tidak pernah terjadi apapun. Tentang bagaimana aku saat ini, aku menutup dengan rapat. Tidak ada yang tahu Tuan bagaimana aku hancur dengan sebenarnya. Berusaha melupakan sedang aku lakukan. Aku sangat tahu diri siapa aku dan kamu.
Tuan, bisa kah aku berlari ke arah mu hanya untuk memelukmu dan menumpahkan air mata ? Itu keinginan yang teramat ada ada saja. Bahkan hanya sebuah notifikasi yang dulu selalu aku tunggu, kini tidak akan pernah ada kembali.
Bahkan Tuhan menghukumku tidak cukup hanya dengan kesulitan diagnosis itu. Tetapi juga mengirimkan seseorang yang sangat mirip dengan mu Tuan.
Maaf dan Memaafkan.
Ternyata aku bisa, mencintai dan menyayangi mu hanya dengan terus mendoakan yang baik - baik tentunya.
Aku sudah berdamai dengan hukuman Tuhan.
Aku sudah berdamai jika kamu tidak lagi ingin mengenalku.
When youre feeling low, i’ll be there too
0 notes
coffeejourney · 4 months ago
Text
Kau mungkin pernah menerka, aku melihatmu sebagai apa kiranya ? Kembang api yang merayu atensi, tapi menyisakan sepi di pukul satu pagi ? Atau belati yang ditikamkan Juliet pada dadanya sendiri, ketulusan yang membuat gilanya abadi ? Atau malah kau sesederhana hujan, dan aku adalah kemarau yang selalu menunggumu datang ?
Ah, bukan.
Entahlah, Tuan. Aku takut gila sebab bahagia dan picik sependek nafsu dan akal bedanya. Berhenti menerka. Izinkan aku menghidupimu lewat bahasa. Lewat kalimat yang maknanya hanya kita yang benar merasa. Bahkan jika kita tak pernah ada, biarkan ia tetap hidup dalam kata. Sebab di dalam kata kita melekat. Di dalam kata, kita jadi apapun yang merdeka. Dan jika besok aku kehabisan kata - kata. Kuharap ibu mengutukmu jadi lembaran buku. Biarkan aku menjadi pembaca yang mengembara di tiap halaman tubuhmu. Biar kalimatmu mampu ku peluk satu - satu. Atau lebih dari itu.
0 notes
coffeejourney · 4 months ago
Text
Ternyata cara Tuhan menghukum ku tidak ada habisnya.
Setelah aku berdamai dengan kesalahan ku dan menerima konsekuensinya sendiri. Perasaan bersalah dan ketakutan setiap harinya.
Kini Tuhan menghukumku dengan mimpi yang selalu datang.
Aku hampir gila.
0 notes
coffeejourney · 4 months ago
Text
Aku seorang perempuan yang dulu takut akan menikah, takut memilih pasangan. Banyak rasa trauma, sakit yang aku rasakan.
Saat ini malah aku takut menikah karena aku takut tidak bisa membahagiakan pasangan ku.
Terasa tidak adil bukan? Tapi ya hidup, toh jalani saja. Aku cukup keras memaksa untuk berdamai dan merasa sakit sendirian. Dulu aku berfikir bahwa aku tidak akan seperti ini, nyatanya? Kehancuran yang ku dapat.
Ketakutan seorang wanita.
Ya aku merasakan.
Tapi tiba - tiba aku tersadar, aku sudah berteman baik dengan ketakutan itu.
Mencoba untuk mengutarakan yang dirasakan, yang di dapat? Seperti sampah yang dibuang dan siap untuk dibakar. Menjadi abu.
Ketika selesai menulis, ada seorang perempuan yang mengirimiku sebuah pesan dan kami saling bertukar pesan. Ya, kami bertemu dan saling berpelukan seraya membagi rasa sakit yang kami rasa.
“ ini kesalahanku, apapun sudut pandangnya ini adalah kesalahanku “
0 notes
coffeejourney · 4 months ago
Text
Aku merindukan nya Tuhan,
Notif yang selama ini aku tunggu dan ntah kapan aku dapat melihatnya kembali.
0 notes
coffeejourney · 4 months ago
Text
02.03
Ternyata se menyakitkan itu ya, berusaha keras untuk melupakan tapi ternyata Tuhan tidak mengizinkannya. Mencintai dalam diam dan mendoakan nya ketika rindu itu menjadi peluk dalam pelik hati.
Memaksa untuk tidak menghapus sebuah percakapan, berusaha abai bahkan hanya untuk membaca kembali sekedar mengobati rasa rindu pun tak kuat.
“ aku antar kedokter ya nanti setelah office hour tapi aku bisa nya “
“ kamu kurusan jangan pikirin yang ngga perlu dipikirin “
Boleh ngga aku kembali dimana kamu mencari aku lagi ? Hanya sekedar menanyakan kabar bagaimana kabarku. Apa aku baik baik aja ?
Aku ngga suka coklat, tapi kamu selalu bawain aku coklat.
Aku sadar diri.
Aku rindu fer.
0 notes
coffeejourney · 4 months ago
Text
Ternyata merindukan dan mencintai seseorang yang sudah tidak bisa berkomunikasi lagi memang lebih baik mendoakannya.
Sebelum berdoa dan ngobrol dengan Tuhan dada rasanya sesek banget, akhirnya mencoba untuk meceritakan apa yang ada di hati kita.
Aku bilang bahwa aku merindukan satu nama dan mencintainya. Seketika lepas semua rasa sesak di dada.
Limpahkan selalu rasa syukur dan berkati rasa syukurku.
0 notes
coffeejourney · 5 months ago
Text
Jakarta, 06 Febuari 2025.
Tumblr media
Notifikasi dari seseorang yang aku rindukan.
Boleh aku mengemis kepadamu Tuhan, pemilik alam semesta dan seisinya? Berkali - kali aku mengemis agar seseorang tidak meninggalkanku. Tapi saat ini boleh aku mengemis kembali ?
Perayaan mati rasa
0 notes
coffeejourney · 6 months ago
Text
24 Desember 2024
04:36….
Sejak tanggal 23 Desember, perasaan ini mulai berkecamuk. Ntah bagaimana rasa sakit itu muncul berlomba menyeruak ke permukaan hati.
8 tahun lalu, aku masih menemani seorang laki - laki bertubuh jangkung yang membuatku harus mendongak kan kepala disaat ingin menatap matanya. Aku masih menemaninya pergi kesuatu tempat yang pada akhirnya selalu ku kunjungi di setiap kesempatan. Tempat per istirahatan terakhir seseorang yang tak lain adalah ayahnya. 8 tahun lalu, aku masih bersamanya untuk menemaninya ketempat itu yang saat ini selalu aku kunjungi hanya seorang diri. Bukan hanya mengunjungi ayahnya melainkan juga mengunjunginya.
Tahun lalu, Tuhan mengizinkan ku untuk menemuimu. Bercerita dengan lelehan air mata di dekat pusaramu. Banyak orang yang berlalu lalang melihatku menangis, ntah bingung atau iba aku tidak memperdulikannya. Aku hanya ingin menangis dan menangis lalu bercerita bagaimana kehidupanku saat itu.
“ jangan nangis, aku ngga suka liat kamu nangis “
Keinginan yang masih teramat ada - ada saja, berlari ke arah mu dan memelukmu.
0 notes
coffeejourney · 7 months ago
Text
Perjalanan ke kantor membawaku untuk melewati sebuah tempat dimana kali pertama aku bertemu dengannya. Sebuah tempat yang semenjak itu ingin sekali aku kunjungi setiap ia kembali pulang.
Aku mengingat dengan jelas warna pakaian yang ia kenakan pada saat kali pertama kita bertemu, tatapan yang mengisyaratkan membawa memori ini kembali mengingat.
Aku rindu, aku rindu saat ia menatap.
Tapi kenyataan yang pahit adalah kerinduan itu harus tersingkirkan dengan kasar oleh rasa benci yang sudah menyesak kan dada.
Aku ingin berteriak sekuat tenaga, ingin mengutuki diri sendiri. Mencoba untuk protes terhadap semesta pun akan menjadi keinginan yang teramat ada - ada saja. Setiap malam yang bisa aku lakukan hanyalah merapalkan sebuah doa untuknya, untuk seseorang yang berada di negeri seberang. Terkadang aku berfikir jika malam yang diterangi bulan yang sama dan kita sama - sama menatap bulan tersebut apakah ia akan sadar bahwa ada seorang wanita bodoh yang menunggunya pulang, menunggu ntah itu hanya seutas kabar melalu notifikasi telepon genggam.
Pernyataan yang konyol, iya konyol untuk aku keluarkan adalah “ awas ya jatuh cinta “. Bodoh !! Seharusnya kau tidak berbicara seperti itu.
Aku merutuki semua yang aku keluarkan saat itu sekarang, tapi apakah penyesalan itu bisa di ubah ? Saat ini yang harus aku lakukan adalah bernegoisasi dengan Tuhan, meminta kepadanya agar masa kami belum dan tidak akan pernah selesai.
Ya semoga,
Tuhan mengabulkan.
0 notes
coffeejourney · 7 months ago
Text
Jakarta, 21 November 2024
01:35,
Tengah malam yang ditemani seutas lagu Teramini dari Ghea.
Isi kepala yang berisik tentang hal - hal yang cukup rumit, mencoba protes tetapi tidak bisa. Yang dapat di lakukan adalah menipu diri.
Dipaksa untuk memberi makan ego orang lain, dan memaksa kan diri untuk melupakan apa yang kita inginkan. Apa boleh aku mengutuki diri untuk mengubah alur kisah ?
Sepi, aku sudah berteman dengan kesepian sejak saat itu, saat dimana yang bahkan si pemilik raga saja tidak tahu kapan pertama kali merasa sepi. Tak perlu khawatir aku sudah terbiasa.
Katanya keluarga adalah tempat dimana kamu ingin pulang dan mengadu ? Aku hanya di inginkan saat mereka melihat sebuah manfaat. Mencari sebuah ketenangan diluar yang dianggap sebuah kebodohan. Dipaksa selalu berdiri tegap tanpa di perbolehkan menangis seperti lainnya. Bahkan ketika dititik lemah sekalipun kau harus berjalan sendiri untuk menyembuhkannya.
Terbiasa berlari di tengah hujan hanya untuk mengkamuflase kan air mata yang jatuh bebas. Sampai kapan untuk membohongi diri ? Lelah yang teramat. Aku hanya ingin seperti yang lainnya, yang mempunyai kesempatan untuk mempunyai ruang yang pencahayaanya bahkan menyilaukan mata, tapi yang kudapat hanya sebuah ruangan yang bahkan aku harus bersusah payah untuk meraba mencari jalan keluar karena tidak mempunyai cahaya setitik pun.
Mereka bilang syukuri lah saja.
Aku ingin belajar menerima diri sampai aku menemukan sebuah rumah yang dapat aku pijak. Rumah yang setiap ruangnya memiliki cahaya jauh lebih terang di bandingkan dengan ruangan yang pernah aku inginkan.
0 notes
coffeejourney · 7 months ago
Text
Terkadang kita butuh tahu semua untuk belajar tentang kehidupan.
Ya, mengetahui sebuah kepahitan yang terkadang pahitnya lebih dari segelas kopi hitam tanpa gula. Kita tidak bisa mengubah cara pandang seseorang terhadap sesuatu apalagi menggiring untuk setuju dengan apa yang kita kemukakan, baik itu benar - salah, adil - tidak.
Aku adalah perempuan yang sudah terbiasa dengan segelas kopi hitam tanpa gula tersebut. Merasa sakit dengan suara yang selalu kita keluarkan. Aku sudah menyuarakan apa yang seharusnya dilakukan semampuku, ya semampuku. Aku tegaskan sekali lagi semampuku.
NIHIL
Aku sudah kehilangan separuh jiwaku.
Separuh ? Tidak layak di sebutkan separuh, lebih tepatnya adalah sepenuhnya.
Aku pernah mengaguminya, dengan cara pandangnya tentang dunia. Penilaiannya tentang apa itu dunia. Seketika kekagumanku luluh lantah tak tersisa. Kondisi dimana aku bahkan tidak menginginkannya walaupun di mimpi terburukku.
“ aku tidak akan menikah “
Kalimat yang pernah aku utarakan terhadapnya, karena lelah mempercayai seorang laki - laki pengkhianat, lelah karena mencintai seorang laki - laki yang tidak mensyukuri apa yang ia punya, lelah karena mencintai seorang laki - laki yang dengan entengnya mengangkat tangannya untuk memukulku. Ya aku lelah. Tapi mungkin aku bisa bangkit untuk lebih kuat nantinya.
Mimpiku sederhana, menikah - menjadi istri yang baik - mempunyai anak yang lucu - menjadi ibu yang baik.
Yang saat ini sudah tidak lagi dapat aku mimpikan, terasa hina jika berani memimpikannya saat ini.
Laki - laki yang seperti apa yang harus aku percaya ?
Aku lelah.
0 notes
coffeejourney · 9 months ago
Text
Perayaan Mati Rasa…
3/3
Saat itu aku sudah menyiapkan kado yang kubungkus dalam sebuah kotak yang akan aku berikan kepadanya. Satu buah Hoodie berwarna biru pastel, beberapa teh kotak kesukaannya, dan satu buah decolgen. Ntah apa yang ada di dalam fikiranku mengapa aku memberinya decolgen. Setidaknya itu obat yang cocok untuknya ketika pusing melanda kepalanya.
Aku sudah bertekad untuk datang ketempatnya untuk memberikan hadiah ini serta menyudahi hubungan kami,
“ kamu dimana ? “ tanyaku saat itu.
‘ kerjaan sayang tapi sebentar lagi pulang, ada apa leen ? ‘ jawabnya.
Sahabatku meminta menemaniku untuk ketempatnya, untuk berjaga jika aku kalut saat membawa kendaraan. Ya, dia tahu bahwa disaat saat seperti itu cara berkendara ku akan di atas batas normal.
“ leen “ panggilnya.
Semua terjadi begitu cepat,
Bahkan aku bisa melihat bagaimana matanya mengeluarkan air mata di depan ku. Laki - laki yang selalu aku lihat tegar, tegas, berdiri dengan tegap kini mengeluarkan air matanya di depanku, duduk di hadapanku. Tidak, tidak duduk, melainkan berlutut seraya menggenggam tanganku. Kami mulai berbicara kembali tentang apa yang selama ini menjadi titik permasalahannya. Dan sampai saat itupun kami tidak menemukan jalan tengah atau jalan keluarnya.
Aku melepaskan pelukannya dengan enggan, aku melepaskan laki - laki ini.
Langkah kaki membawa tubuh ini keluar dari pintu itu.
“ aku anter ya “ pintanya.
‘ gausah aku bawa mobil, ada rachel juga kan ‘ jawabku seraya memalingkan muka, aku tidak tahan melihat wajahnya yang sendu itu.
Untuk terakhir kalinya dia memeluk tubuhku, mencium kepalaku.
Hatiku sungguh ter iris.
0 notes