coraline-y
coraline-y
Coraline
7 posts
@TautanRelung
Don't wanna be here? Send us removal request.
coraline-y · 5 months ago
Text
Eiran, adik kakak tersayang.
Maafkan kakak karena terlalu lama untuk kembali dan mencarimu. Setelah kakak kembali, kakak malah tidak dapat menemuimu lagi. Kira-kira sekarang kamu ada di mana dan berbuat apa? Apakah semuanya sudah lebih baik sekarang?
Tidak ada pembenaran atas perbuatan kakak yang terlambat ini. Tapi bukan berarti kakak berhenti berjuang disini.
Kakak terus cari kamu, sampai misalnya nanti kita bertemu lagi dan memutuskan untuk tidak berhubungan lagi denganku.
Sampai saat itu tiba, sampai kau mengucapkannya sendiri, kau masih adikku tersayang dan masih akan aku cari sampai kapanpun itu.
Semoga matahari menyinari duniamu lebih hangat dari sebelumnya dan menyertai langkahmu.
0 notes
coraline-y · 5 months ago
Text
Tumblr media
Kosong.
Coraline dan Eiran terdiam melihat ruangan yang semulanya berisi barang-barang ibu mereka hilang. Wanita itu benar-benar kabur untuk meninggalkan Ralin dan Eiran sendirian bersama lelaki bajingan yang suka menggunakan tangannya itu.
Hancur.
Bukan hanya Ralin, namun Eiran yang masih kecil itu sudah mengerti arti kekosongan itu. Ia sendiri sudah mengerti bahwa ia telah dibuang ibunya sendiri.
"Kak... gimana..."
Tidak ada yang bisa diandalkan dari seorang kakak yang baru menginjakkan umur ke 17 kala itu. Ia belum bisa melakukan apapun sendirian.
Hal yang terlintas dikepalanya hanyalah meminta bantuan. Bantuan yang selama ini sudah berusaha ia cari dan akhirnya dapatkan. Dinas perlindungan anak pun akhirnya menerima mereka berdua.
Sayangnya perlindungan itu tidak lagi bisa sepenuhnya membantu Coraline yang dianggap sudah dewasa karena sudah memiliki KTP sendiri. Ia diberikan sebuah lowongan pekerjaan di tempat yang cukup jauh, dengan harapan dapat menguasai skill dan memperbaiki hidupnya.
"Kamu bisa kembali nanti untuk menjemput adikmu, kalau kamu bawa sekarang yang ada kamu akan kesulitan untuk bekerja," ujar seorang wanita paruh baya yang merupakan pengurus.
Ralin menatap lekat adiknya. Pemilik tubuh kecil itu tersenyum padanya, "Pergilah, kakak. Jangan lupakan aku ya?"
Ia lebih hancur lagi melihat adiknya itu berusaha tegar dan bersikap dewasa menghadapi situasi mereka. Ralin tahu betul adiknya itu sedang menahan tangis dibalik matanya yang berkaca-kaca itu.
Tangis mereka pecah saat berada di dekapan masing-masing. Eiran tidak ingin memaksa ikut walau ia tahu ia tidak akan sanggup tanpa kakaknya. Sedangkan Coraline sendiri tidak mampu menolak pekerjaan tersebut karena membutuhkannya.
Mereka menghabiskan malam mereka untuk menangis bagai tak terpisahkan karena akhirnya mereka bertekad untuk menjalani jalan yang berbeda. Paling tidak untuk sekarang.
0 notes
coraline-y · 5 months ago
Text
"Mungkin lebih baik mati jadi gelandangan, mati karena kedinginan, mati karena kelaparan daripada mati di tangan bajingan itu." ucapnya pada dirinya sendiri.
Tidak ada hal yang lebih baik yang bisa ia ucapkan padanya. Matanya sudah kehilangan cahaya. Ia tidak punya tujuan lagi untuk hidup, ia tidak memikirkan hal lain selain untuk mati.
Ia duduk sambil memeluk kedua kakinya di tepi sungai tepat di bawah jembatan itu. Angin bertiup kencang, malam itu begitu dingin membuatnya menggigil. Baru saja ia hendak memejamkan matanya, ia teringat satu nama terlintas di kepalanya.
"Eiran..."
Kaki kurusnya itu sesegera mungkin berlari menuju tempat yang mereka tinggali dan menemukan adiknya menangis sendirian.
Tumblr media
Ralin tersenyum dan menghampiri adiknya itu. Dengan cepat kedua ibu jarinya menghapus jejak air mata di pipi Eiran.
"Kakak kemana aja?"
Saat itu ia tersadar, ia punya alasan untuk hidup. Satu-satunya alasan bahwa ia harus bertahan.
0 notes
coraline-y · 5 months ago
Text
"Lebih baik mati kelaparan dan terdampar daripada mati di tangan bajingan itu." gumam Coraline pada dirinya sendiri.
Hanya ada kematian dan kebencian yang memenuhi isi kepalanya.
Ia duduk dan memeluk kakinya dipinggiran sungai tepat di bawah jempatan. Tempat dimana dia biasa untuk bersembunyi disaat kabur.
Malam itu cuacanya dingin dan angin bertiup kencang. Hal itu membuat tubuh Ralin menggigil. Baru saja ia hendak memejamkan matanya, ia teringat satu nama.
"Eiran..."
Kakinya sesegera mungkin berlari meninggalkan tempat persembunyiannya dan menuju rumah yang mereka tinggali.
Coraline langsung mendapati adiknya itu menangis sendirian, entah takut atau kesakitan, namun ia tersenyum melihatnya.
Adiknya berhasil menyadari keberadaannya dan langsung mendekap tubuh kakaknya.
Tumblr media
"Kakak kemana aja?" tanyanya dengan isak tangis yang semakin membising walau senyum lega terpartri diwajahnya. Tangan Ralin bergerak mengelus rambut adiknya. Rasa hangat itu ia rasakan lagi dari manusia yang lebih kecil darinya itu.
Saat itu juga ia sadar, ia memiliki alasan untuk bertahan hidup. Ia tahu bahwa ia harus kuat demi Eiran.
"Kakak udah disini, ya. Udahan nangisnya."
0 notes
coraline-y · 5 months ago
Text
Selalu ada cara untuk kabur, pikir Coraline. Selain kabur, ia sering bersembunyi dalam lemari, menutup mulut dan hidungnya agar tidak dapat ditemukan oleh orang mabuk itu.
Semua berubah setelah keluarga yang tidak dapat dibilang harmonis itu kedatangan anggota baru. Eiran Yudono.
Bukannya keadaan makin membaik, Coraline mendapatkan satu lagi hal yang harus dilindungi selain ibunya.
Perubahan itu membuat Raline mau tidak mau tidak bersembunyi ataupun kabur karena takut adiknya akan mendapatkan bogeman keras itu.
“Kak.”
“Gapapa, kamu sembunyi di lemari dulu ya. Jangan keluar sampai kakak bilang aman.”
Tidak ada lagi kata kabur di kamusnya.
Setidaknya tubuh kecilnya yang saat itu masih berusia 15 tahun masih bisa menahannya bahkan disaat ibu mereka kabur untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Jika Raline kabur saat itu juga...
Siapa yang menahan ayahnya untuk memukul Eiran yang bahkan lebih kecil dari dia saat itu?
Aku harus kuat.
Aku harus kuat.
Aku harus kuat.
Selalu diulang oleh Coraline dikepalanya. Prioritasnya nomor satu adalah jadi kuat untuk melindungi Eiran.
Tapi kemana Eiran hilang sekarang setelah Raline akhirnya menyerah dan memilih kabur sesaat dirinya menginjakkan usia yang ke 17?
0 notes
coraline-y · 5 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media
0 notes
coraline-y · 5 months ago
Text
Bagaimana pun juga, hidup harus tetap berjalan.
Tumblr media
Setidaknya itu yang kerap orang-orang bilang dan membuatku mengatakan hal yang sama pada diriku sendiri mengulang-ulang setiap harinya. Hatiku hendak mempercayai bahwa tidak semua hal di dunia berjalan sesuai keinginan kita, apalagi setelah merasakan yang namanya kehilangan. Apalagi kehilangan yang secara terpaksa. Kehilangan yang seharusnya tidak pernah hilang sama sekali. Ikatan itu harusnya tetap ada sampai saat ini.
Orang-orang yang tidak mengenalku pasti berpikir, ah hidupnya tenang dan aman terus ya!, sedangkan pada kenyataannya aku terus dihantui bayang-bayang masa lalu itu. Jiwaku masih tertaut dengan masa lalu. Masa lalu yang kerap membuatku tidur tidak nyenyak dan bermimpi buruk seakan-akan kejadian itu berulang lagi setiap malamnya.
Rasa sakit dan perih yang aku rasakan setelah terpaksa melanjutkan hidup sendirian karena orang-orang bilang hidup harus terus berjalan itu terlalu besar dan sangat sulit untuk menutupinya dari orang-orang. Tapi mereka semua benar.
Karena disaat orang-orang mulai melupakan masa lalu, aku malah menetap disana.
Menetap di masa lalu.
Seakan-akan aku sedang duduk di halte bus untuk menunggu bus dengan tujuan 'Berdamai dengan Masa Lalu' namun tidak ada bus yang mau datang dan berhenti untuk membawaku pergi dari sini. Alhasil aku tetap di halte 'Bayangan Masa Lalu yang Menyakitkan' itu entah sampai kapan.
Tidak ada yang mengerti pahitnya karena hanya aku yang menjalaninya seperti ini. Orang-orang yang berlalu lalang mungkin melihatku dan tersenyum ke arahku namun mereka tidak melihat lukaku. Karena walaupun aku hancur aku tetap menyembunyikannya. Aku tidak pernah ingin rasa sakit ini menjadi titik kelemahanku disaat ada yang ingin menyerang.
Jika ditanya apakah aku ingin untuk melupakannya dan berdamai? Tentu. Jika tidak mungkin aku tidak akan duduk dan menunggu di halte. Mungkin aku akan berada jauh dari sana karena memang enggan untuk berdamai. Aku sangat ingin berdamai karena sesungguhnya bukan hal menyakitkan saja yang pernah ada, hal yang membahagiakan pun pernah ada saat bersamanya.
Mungkin rasa sakit ini terlalu besar untukku mengingat hal-hal manis yang mungkin tidak bisa dibandingkan karena tidak seberapa dengan memori yang menghantui itu.
Aku tetap bertahan hidup walaupun terkadang tetap ingin mengakhirinya.
0 notes