Text
INFORMASI KARAKTER.

Nama : Davika Adhikari
Umur : 17 tahun
Tanggal lahir : 17 Juni 2007
Tempat lahir : Jakarta
Tempat tinggal : Jakarta Selatan
Okupasi : Pengacara (pengangguran banyak acara)
Golongan darah : B
Zodiak : Gemini
MBTI : ISFP
Enneagram : 9w1
TRIVIA.
Davika alergi seafood.
Suka belajar dari umur 4 tahun; akhirnya disekolahkan di PAUD swasta.
Umur 5 tahun ribut mau masuk SD, tapi karena regulasi sekolah yang tidak mengizinkan, akhirnya Davika HOMESCHOOLING sampai SMP.
Sekolah publik pertamanya adalah saat SMA dan di suatu International School di Jaksel.
Lulus SMA di umur 16 tahun (2024).
Cita-citanya kuliah di FK UGM sesuai kemauan mama papa.
Suka jalan-jalan.
Punya kucing namanya Sakura, dikasih tetangga karena katanya si kucing mirip sama Davika.
Baru sekali pacaran dan langsung pacaran online (tolong...)
Papa mamanya pernah berantem hebat karena papanya diam-diam ngajarin Davika nyetir mobil waktu SMP.
Temannya cuma dua; yang satu seumuran dia, anak tetangga, masih kelas 2 SMA. Yang satu private mentor yang umurnya gak beda jauh— masih 21 tahun, semester 6.
Jadwal hariannya: jam 9-12 belajar sama private mentor alias kak Kelvin. Jam 2-6 bimbel. Jam 7-10 nganggur. Jam 10-11 tidur. Jam 12-3 belajar sendiri. Jam 3-8 tidur lagi. 👍🏻
0 notes
Text
Satu itu tunggal, pertama, dan selamanya.

Dulu ia kerap bertanya, mengapa disela seluruh bahagianya, selalu ada sepi yang menyelimuti raga. Perasaan konstan yang mengganggu suasana hati ketika ia sedang bersantap di meja makan seorang diri, diiringi sunyi karena kursi di sisi kanan dan kiri tak ada yang mengisi.
Davika sebenarnya tak pernah mengeluh atas absennya kehadiran kedua orangtuanya semenjak ia mulai tumbuh remaja— sadar bahwa kebutuhan manusia ternyata tidak berkutat di rumah dan menemaninya bermain gim saja. Ia pun tahu diri dan tidak pernah menuntut orangtuanya untuk memberikan saudara yang seharusnya bisa menjadi teman bermainnya. Tapi rasa sepi itu mulai mengganggunya; akhirnya, teknologi internet menjadi tempat pelariannya.
Relung sepi yang sebelumnya menyelimuti kini beranjak pudar karena hadirnya mereka yang selalu menemani— meski terhalang layar. Membuatnya tak pernah lagi melepas ponsel bahkan ketika kedua orangtuanya sedang libur dan hadir di sekitarnya, pun, tak ada keluhan yang selama ini Davika dengar dari keduanya.
Selama Davika masih menurut, orangtuanya akan selalu memenuhi kebutuhannya. Selama Davika masih menurut, maka hidupnya akan terus berjalan sebagaimana semestinya. Selama Davika tidak lupa akan kewajibannya ‘tuk membalas semua yang telah diberikan kedua orangtuanya, maka ia pun tetap nyaman hidupnya.
Karena ia adalah anak tunggal; seluruh harapan orangtua berada di bahunya, menggantikan darah dan keringat yang mereka habiskan demi bahagia si anak satu-satunya.
0 notes