Karena semua berasal dari ketiadaan, maka aku pilih menulis untuk mengabadikan
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Teleskopik
Menurut Sains, ukuran benda terkecil itu atomik2 senyawa kimia yg aku tidak mengerti. Proton, elektron, atau mungkin neutron yg ada di buku kimia. Menurutku Rumi dan Qais lebih hebat daripada Thomson dan Rutherford. Mereka mampu mendapati partikel yg paling kecil bahkan tidak bisa dilihat oleh siapapun.
Aku baru tahu kalau penyelam scuba hanya bisa menyelam lautan sampai ke kedalaman 332 meter saja. Terbayang dalamnya lautan sampai 8-11 ribu meter kita hanya mampu menyelami 3 persennya saja. Kalau begitu Qais menggunakan jenis oksigen apa sampai bisa menyelami lautan yg berbeda dikedalaman yg tak terbatas. Aku yakin oksigen tersebut tidak tersedia di apotik atau rumah sakit terdekat. Tapi akupun tau pada akhirnya ketika Qais berhenti dari penyelamannya ia mendapati badannya terkena beberapa gangguan, sungguh menakutkan.
Mikroskop, teleskop, periskop semunya digunakan untuk melihat sesuatu agar terlihat lebih besar dan jelas. Puluhan bahkan ratusan kali pembesaran mampu dicapai oleh berbagai alat itu. Apakah mungkin semua yg kecil bahkan tak terlihat mampu diperbesar? Akan kucari tahu jawabannya nanti malam kepada Samir.
Sejak kecil Samir bermimpi menjadi orang yg tahu akan segala sesuatu yg ada di alam semesta ini. Mulai dari kenapa bentuk bintang tidak beraturan, apakah mungkin bulan bisa bersinar tanpa adanya matahari, dan apakah langit benar terhampar menyelimuti bumi. Rasanya Samir akan menjadi org yg paling gila ketika menemukan semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya. Untuk saat ini hal yang paling ingin Samir tahu adalah hal-hal teleskopik yg ada dalam dirinya. Menurutnya memahami diri sendiri merupakan hal yg paling kompleks yg pernah ada. Seperti apa yg harus ia lakukan ketika dirinya sedang bahagia. Apakah ia harus mengadu kepada ibunya, bapaknya, atau kekasihnya. Ah Samir lupa kalau hampir seluruh kebahagiannya sudah diketahui orang tersebut.
Umur Samir yg hampir sama dengan lamanya Al Quran diturunkan menuntut Samir untuk semakin berpikir keras agar mengetahui semua hal-hal kecil yg Tuhannya masih rahasiakan. Hari-hari yg ia alami pastinya sama saja dengan yang lain. Mungkin yg membedakannya hanya ia suka sekali sarapan kebingungan dan ditutup dengan makan malam kedilemaan. Bagaimana tidak, Samir selalu berjalan beriringan bersama masalah dan keluh kesahnya. Bagi Samir kebahagiaan adalah mereka yg sudah terlihat dan belum terlihat. Sampai saat ini kebahagian yg baru bisa Samir lihat mungkin hanya dari kedua orang tuanya.
Sampai kapan ia tabu akan kebahagiaanya sendiri, ia pun tidak tahu. Pada akhirnya ia berharap ingin bisa secepatnya melihat hal-hal menakjubkan yg ada dalam dirinya.
5 notes
·
View notes
Text
About Loneliness on This Lonely Planet
Sometimes you don't want to be here.
You feel like you don't belong to anything or anyone on earth.
All you wanna do is dancing among the stars, wishing the moon is not too cold to embrace.
And perhaps aliens are not that scary.

You think isolation is the cure for your heartbreak.
You think loneliness is the consolation for your desperation.
You think detachment from disappointment will bring you to happiness.
You convince yourself to stop "saving the world" so you can save your own soul.
But the voices don't stop there.
There's another part of yourself who is mourning; missing something you never belong to; trying to reach out to somebody because turns out, loneliness suffocates you.
And suddenly you crave for a smile, hug, phone call, or thirty seconds chit chat on a bus stop.
You wish someone will notice your existence for once.
Just to make it clear, that you're not forgotten.

So here the contradictive part starts.
You miss the earth but you're too afraid to fall.
You miss the warmth of the morning but you're too afraid to wake up.
You miss the touch on your heart but you're too afraid to get hurt.
It's hard for human to maintain a good, stable, and interdependent relationship.
It's hard. Because it is important.
We'll never run out of disappointment. Because we, human, produce it.
We are also good producers for heartbreak.
Perhaps we could build Heartbreak Inc. for that.
I figured out the slogan:
"Prove you're not a robot!"

But no matter how hard, imperfect, or complicated human relation is, doesn't mean we don't need it.
Sometimes we need to accept the flaw to see the beauty.
Sometimes we need to lower the wall to connect with each other.
We already know how hard it is.
So, be grateful for relationship you grow from.
Forgive the imperfection.
Spread more compassion to each other.
No matter how far the distance, we all are bonded together as equal human being.
So, give your hand.
Give them another chance to gain your trust again.

301 notes
·
View notes
Text
01. Pertemuan Terakhir
Aku baru ingat besok aku harus pulang kembali ke kota perantauan-ku. Tepat pukul 20.39 aku duduk di halaman rumah tetangga-ku bersama ibu, bapak, serta bibiku dan anak-anaknya. Angin pada malam itu begitu menyejukkan, tidak lupa alunan musik mengiringi obrolan demi obrolan kami semua disana. Sampai akhirnya musik pun kami matikan karena obrolan semakin serius dan menyenangkan.
Kurang ajarnya aku waktu itu, aku ngobrol sembari bermain mobile game di hp-ku. Kujawab satu persatu pertanyaan, ya walaupun kadang jawabanku kurang memuaskan karena terganggu oleh asiknya bermain game. Dan tiba-tiba bibi ku mulai mengganti topik pembicaraan menjadi topik yg sangat aku hindari. Apalagi kalau bukan tentang wanita dan perasaan. Sebelumnya bibiku pernah melihat-lihat galeri hpku yg isinya semua gambar kerjaan di tempat kerja-ku. Maklum saja aku masih baru dan sedang semangat2nya belajar dan mencoba. Celetukkan dari ibuku pun keluar.
"tuh nya isinya kerjaan sadaya, teu kaburu we ka istri mah" sambil tertawa. Aku hanya terdiam sambil terus bermain game. Bibiku kemudian bertanya kepada ibuku "bu yg dulu beberapa kali aa bawa ke rumah perempuan itu gmana sekarang?" game-ku hampir selesai tapi kok rasanya semakin tegang. Haha. Ibuku menjawab "oh N*****, jauh skrg mah, kerjanya juga di luar pulau jawa" kulanjutkan "di J**** bu". "jauh oge nya" jawab bibiku, kukira jawaban bibiku akan mengakhiri topik pembicaraan itu. Namun tidak ibuku malah bercerita tentang satu kejadian yg pernah kualami.
Kurang lebih seperti ini isi ceritanya:
"nih dlu tuh N***** chat ibu bilang: bu maaf ya hari ini dateng telat ke acara wisuda SMA, ada acara dlu N*****nya" seketika aku yg bermain game tersentak. Jujur saja aku baru mendengar cerita itu dari ibuku. Ternyata dlu kamu dekat dengan ibuku. Aku ingat pada hari perpisahan itu kami sedikit mengalami pertengkaran. Ya maklum saja saya laki2 yg sedikit aneh. Aku tidak berani berkata apapun ketika ibuku bercerita itu. Didalam hatiku berisik "kok ibu gapernah cerita itu ya ke aku". Ah tidak apa2 sambungku dalam hati.
Setelah selesai bermain game, aku luruskan kakiku dan kuposisikan kepalaku tepat di dekat lutut ibuku sambil melihat langit di malam hari. Dan ibuku melanjutkan ceritanya "oh iya dlu juga pernah N***** pernah chat ibu isinya : bu N***** baru ketemu sama R**** di Bandung" ibuku bilang itu pada waktu aku awal berkuliah di Bandung. Ku ingat-ingat momen itu sampai akhirnya aku ingat baru saja kemarin aku bercerita tentang itu kepada teman-temanku. Akan kuceritakan hal yg terjadi di bandung ketika aku kuliah semester 1. Jadi waktu itu aku dan dia bisa dibilang LDR haha. Awal2 kuliah adalah awal yg sedikit berat bagi diriku bagaimana tidak aku masuk ke jurusan yg sama sekali tidak pernah ku ketahui bahkan hampir tidak ku sukai. Memang sedikit sibuk untuk mengimbangi mahasiswa lainnya sampai akhirnya aku tidak memiliki waktu buat dia waktu itu. Disuatu waktu dia pergi ke Bandung karena ayahnya bekerja disana. Kita pun membuat rencana untuk bertemu waktu itu. Hari itupun tiba aku bersiap-siap, pergi dan diperjalanan kusempatkan sebentar membeli bunga untuk dirinya. Aku masih ingat waktu itu kita bertemu di salah satu bookstore terkenal di kota Bandung. Kutemui dia yg sedang melihat-lihat buku di lantai satu bookstore tersebut. Kutemui dan belum ku kasih bunga tersebut, masih kubungkus rapat menggunakan kantong berwarna ungu kalau tidak salah. Kami pun mengobrol sambil melihat-lihat buku, setelah beberapa waktu aku pun berjalan ikut mengantarkannya pulang. Oh iya tempat tinggal ayahnya tidak jauh dari bookstore tersebut. Tiba didepan rumahnya aku berikan bunga tersebut dan berjalan pulang meninggalkannya. Sesekali aku menoleh kebelakang entah untuk apa maksudnya...
Ya begitulah mungkin pertemuan terakhirnya dengannya. Sebenarnya bukan itu poin yang ingin kusampaikan. Karena cerita ibuku aku jadi paham apa yg aku dapatkan dari dia sangatlah banyak. Jujur aku gatau kalau kamu bercerita tentang hal itu kepada ibuku, aku sebagai anaknya pun tidak bercerita itu kepadanya. Haha emang ya. Jadi siapa yg mencoba lebih dekat sebenarnya adalah dirimu bukan diriku. Entah kenapa ketika ibuku bercerita kudengarkan dari caranya bercerita begitu tulus, nampaknya kamu sudah berhasil dulu membuat ibuku yakin dan percaya. Kamu org yg sangat baik. Dan yg terakhir aku sadar, terkadang apa yg kita rasakan benar, belum tentu benar sebelum kita mengetahui kebenarannya dari org lain. Begitu juga kamu yg mengajarkan itu lewat ibuku. Terimakasih sudah memberikan banyak pelajaran kepadaku. Maafkan pula dulu aku belum sempat memperlakukanmu sama seperti kamu memperlakukanku, bahkan mungkin hanya menyakitimu. Visss.hehe. Banyak cerita baik yg baru saja kudengar dari ibuku. Yg kuceritakan hanya segelintir cerita saja. Terimakasih telah menjadi sosok baik yg ada dikehidupan aku yg dulu. Aku saja yg sedikit telat belajar ketimbang orang lain disekitarku. Sekali lagi terimakasih telah menjadi rumah bagi benalu yg sangat nakal..

1 note
·
View note