dedymurman-blog
dedymurman-blog
Tempatku belajar
9 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
dedymurman-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Perahu Asa Banyu biru membumbung, memghempas perahu kertas, menghantam cadas, laksana hati nan terombang-ambing bias wajah anggun tersusun. Sekelebat bayangmu melintas memantulkan aura magenta sepasang pipi merona. Aku terkesiap, lamat-lamat alis mata itu menyatu laksana jejeran semut hitam bersimpuh menghadap sang ratu. Lalu senandung lembut mengalir dari balik gingsul menyembul. Perahuku menahan deras rasa, hijau pesisir ragamu mendamaikan jiwa, semburat merah muda di ufuk memancarkan gairah, kilau kuningmu penuh pesona. Elok dengan segala warna, indah dengan segala rupa. Perahuku menyelam ke palung hati, cahaya manikam memantul melesakkan jiwa. Nun jauh disana dermaga cinta tegak kokoh angkuh berdiri. Ku lempar sauh sepenuh asa, tetapi daya tak lagi kuasa. DM, Bekasi, 10 Jan 2017
0 notes
dedymurman-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
HRD Team, ijo lumut, imut atau sok imut? 😄 #myoffice #myofficemate #HRDTeam #bakrietower Follow my IG @dedymurman 😜 (at Bakrie Tower)
0 notes
dedymurman-blog · 9 years ago
Text
180 - 003
180 – 003 Tere Liye didampingi seorang moderator yang akan memandu pada sesi tanya jawab nanti. Setelah moderator memberikan pengantar singkat, nara sumber mulai tampil memberikan materinya.
Seminar dan talkshow ini bertema “open your mind and think creative” Tidak banyak pembukaan basa basi dari nara sumber. Ia langsung memulai materi dengan menghentakkan kesadaran dan membuka wawasan pemikiran para audiens betapa menggairahkannya hasil yang dicapai oleh industri creative. Betapa sebuah film box office mampu menghasilkan revenue hingga ratusan milyar dollar yang setara dengan ratusan bahkan ribuan trilyun rupiah. Sebagai permisalan nara sumber menyebutkan bahwa untuk melunasi hutang negara ini, industri kreatif hanya butuh membuat 5 sampai 6 film seperti film “Avatar” saja. Suatu angka yang fantastis!
Para pekerja induatri kreatif pun memperoleh angka kekayaan yang menakjubkan tanpa harus terjebak dengan rutinitas yang membosankan. Industri kreatif bentuknya beragam, sebagian besar adalah karya seni, ada film, musik, desain, pembuatan aplikasi dan games, start up business, menulis dan masih banyak lagi. Industri kreatif juga tidak menghalangi kita untuk menjalani profesi lain, sebagaimana penulis yang juga seorang akuntan. Industri kreatif juga turut membentuk peradaban dan berkontribusi memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Karena hidup yang bermakna tak hanya mengulang-ulang rutinitas sampai jasad berkalang tanah. Namun, bagaimana hidup juga dapat menebar banyak manfaat bagi orang lain. Sejalan dengan nafas agama bahwa itulah ciri sebaik-baik manusia.
Gemuruh peserta yang hadir semakin ramai tercatat tidak kurang dari 1500 orang yang hadir pagi itu. Para dosen yang hadir pun tidak lepas dari ‘sindiran’ nara sumber. Sebagai dosen selayaknya mereka lebih aktif menulis, baik itu buku, jurnal maupun sekedar artikel ringan. Mereka yang tersindir tampak senyum-senyum sendiri. Saling lirik kanan kiri ke sesama mereka. Ada yang pipinya merona merah tertunduk malu, ada juga yang pura-pura tidak mendengar. Nara sumber lebih suka dipanggil dengan sebutan “bang” yakni panggilan yang berarti kakak laki-laki dalam bahasa Jakarta. Ia memanggil audiens yang sebagian besar mahasiswa mahasiswi muda dengan rentang usia antara 18 sampai dengan 24 tahun itu dengan sebutan “dek” kependekkan dari kata adek atau adik dalam bahasa Indonesia.
Presentasi telah berjalan satu jam lebih dan nyaris sampai di ujung materi. Perut saya mulai terasa lapar. Melirik ke kotak makan siang yang tadi diberikan panitia makin membuat cacing di dalam perut menari-nari. Paket ayam goreng instan dengan nasi dan dua sachet saus sambal dan tomat, juga segelas air mineral.
Sekarang masuk sesi tanya jawab. Para audiens dengan antusias berebut mengacungkan tangan. Moderator yang akan memilih dari sekian banyak orang yang menunjukkan jari. 3 orang terpilih, 2 dari bawah dan seorang peserta yang berada di balkon atas. Auditorium ini memang sangat luas, saya tidak tahu pasti berapa jumlah daya tampungnya. Di depan berdiri panggung dengan jarak sekitar 1,5 meter dari lantai, cukup tinggi. Dinding berwarna krem dengan pilar pilar kokoh merah marun. Setengah bagian belakang bertingkat yang mampu menampung sebagian peserta di lantai atas. Panitia yang bertugas menyerahkan microphone kepada penanya. Setelah ketiga peserta bertanya pada kesempatan termin pertama ini, nara sumber segera menjawab pertanyaan mereka satu persatu. Pertanyaan cenderung seputar kepenulisan, bagaimana menumbuh motivasi dalam menulis dan menjaganya. Bagaimana tetap mempertahankan idealisme penulis dengan tetap mengapresiasi permintaan daya beli pasar. Sesi ke dua pertanyaan berlanjut, di sela-sela menjawab pertanyaan inilah nara sumber memberikan tips untuk mereka yang ingin menjadi penulis. Sebelum pada sesi presentasi ia menyebutkan 4 syarat utama agar seseorang dapat eksis di industri kreatif: pertama, jangan malas karena hanya orang-orang rajin dan mau berbuatlah yang akan menuai kesuksesan, kedua pantang menyerah, mereka yang saat ini sukses di industri kreatif dahulu kerap kali ditertawakan saat pertama kali memulai ide mereka. Nara sumber terus memberikan motivasi dengan poin-poin berikutnya dengan penuh semangat.
Poin pentingnya kemudian nara sumber memberikan tantangan yang merupakan tips bagi mereka yang ingin bisa menulis, yaitu menulis sebanyak 1000 kata per hari selama 180 hari tanpa jeda! Bila terpotong 1 hari maka harus mengulang kembali dari hari pertama. Nara sumber memberikan garansi bagi mereka konsisten melakukannya, maka pada hari ke 180 ia akan mendapati dirinya akan dapat menulis sebaik nara sumber menulis.
Saya dan beberapa peserta lain mungkin tersentak kaget dengan tantangan ini. 180 hari, wow, itu sama dengan 6 bulan! 1000 kata itu setara tulisan 2 halaman lebih sedikit kertas A4 dengan font standar calibri ukuran 11.
Saya memahami maksud penulis memberikan tips ini sebagai latihan yang berkesinambungan sehingga dalam rentang waktu tersebut akan membentuk keahlian dengan sendirinya. Memang menulis adalah perihal keterampilan bukan sekedar pengetahuan. Ia sama laksana keahlian berolahraga atau bermain alat musik misalnya, yang semakin rutin dan dilatih secara terus menerus maka akan semakin lihai, semakin mahir. Ia bukanlah kemampuan yang diperoleh hanya dengan berbekal pengetahuan saja. Seseorang yang ingin bisa berenang maka ia harus terjun ke kolam pratik langsung cara mengapung, menggerakkan tangan kaki di air, tehnik mengambil nafas dan sebagainya dengan cara melakukannya langsung digabungkan dengan teori-teori yang telah diketahui. Seseorang tidak akan pernah bisa dan ahli dalam berenang hanya dengan membaca dan menghafal teori dari buku-buku tanpa terjun langsung ke dalam air.
Namun yang membuat saya terkejut adalah jumlah hari yang ditetapkan, belum lagi dengan jumlah katanya. Sepanjang pengetahuan saya yang pernah belajar sedikit hal tentang cara kerja fikiran, untuk mempelajari suatu hal baru maka kita butuh melatihnya terus menerus selama 40 hari, hanya sebulan ditambah 10 hari saja, bukan 180 hari atau 6 bulan. Memang suatu keahlian itu semakin sering dilatih akan menjadi semakin sempurna, practice make perfect!
Saya sendiri bukanlah berambisi untuk menjadi penulis profesional layaknya nara sumber. Sekedar ingin dapat berbagi dan menuangkan ide di kepala lewat tulisan. Saya akan coba menjalani tips yang diberikan nara sumber ini, itulah sebabnya tulisan ini berjudul 180 di ikuti dengan garis lurus bergandengan dengan angka berdasar hari-hari tulisan ini ditulis. Meski mungkin tidak akan genap selama 180 hari, tetapi paling tidak saya akan mencobanya selama 40 hari berturut-turut. Meski tidak seribu kata paling tidak ratusan kata. Semoga dengan latihan akan membuat saya bisa menulis dengan lebih baik.
Ini adalah tulisan terakhir dari tiga rangkaian tulisan awal sebagai pembuka. Esok saya akan menulis hal-hal lain, mengenai apa saja yang ada di kepala. Bisa soal, politik, ekonomi, sosial, pengembangan diri dan lain sebagainya. Tulisan juga akan saya buat dengan berbagai point of view atau sudut pandang. Kadang menggunakan sudut pandang orang pertama, kadang dengan sudut pandang orang ketiga tunggal. Apa yang tertulis kadang merupakan pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, juga fiksi. Tidak semua tulisan dengan menggunakan sudut pandang orang pertama seperti, saya atau aku adalah pengalaman pribadi, bisa jadi ia hanya fiktif semata. Begitupun sebaliknya tulisan dengan sudut pandang orang ketiga tunggal tidak selalu fiktif bisa jadi ia berangkat dari pengalaman nyata.
Dalam tahap awal tulisan ini hanya akan saya publish via akun tumblr dan blog pribadi dengan pertimbangan agar lebih percaya diri serta tidak membayangkan akan mendapat respon-respon negatif, karena dua akun ini tidak (ada) memiliki follower yang banyak. Tidak menutup kemungkinan suatu saat jika tulisan-tulisan ini telah saya anggap layak, maka akan dipublish ke media sosial yang jangkauannya lebih luas lagi.
Dedy Murman, Depok, 1 January 2017
0 notes
dedymurman-blog · 9 years ago
Text
180 - 002
180 Hari #002 Matahari telah terbit dengan sempurna, cuaca dingin berangsur-angsur menghangat. Jalan mendaki fly over lenteng agung tidak ramai sebagaimana hari biasa, saya terus memacu motor dengan kecepatan sedang, saya sempat melirik arloji di tangan, pukul 7 kurang sedikit. Spontan jari jemari menarik pedal gas lebih dalam memasuki tanjakan jalan Kebagusan, motor terus berjalan lurus hingga sampai di perempatan ragunan. Sejak di lenteng agung tadi kendaraan ini sudah memasuki wilayah Jakarta Selatan. Hawa sejuk dan damai itu kembali terasa meski daerah ini semakin berkembang pesat. Kiri kanan jalan gedung gedung bertingkat tumbuh bak jamur di musim hujan. Kendaraan semakin penuh sesak. Akses jalan terus ditambah, mulai dari jalan Toll dan kini mulai arah perempatan fatmawati telah berdiri tiang-tiang beton yang kokoh yang akan menopang jalan layang diatasnya kelak. Jakarta terus membangun dan berbenah memenuhi tuntutan kebutuhan yang tak kunjung usai. Pertambahan kendaraan tidak pernah sesuai dengan pertumbuhan jalan. Populasi penduduk tak pernah seimbang dengan perkembangan pemukiman. Apatah lagi jika terkena penggusuran yang mengakibatkan pemukiman makin bergeser hingga ke luar Jakarta. Tak terasa sudah sampai perempatan Lebak Bulus, saya segera menggeser tuas lampu sein ke kiri memberi tanda kendaraan yang saya kendarai akan berbelok ke kiri. Silang siur kendaraan semakin ramai, suara klakson mulai bersahut-sahutan. Sesekali terdengar makian dari mereka yang tak sabar jalannya terhalang. Memasuki kawasan Lebak Bulus kemacetan kecil tak dapat dihindari, beberapa angkutan umum tampak asik menurun-naikkan penumpang di pinggir bahkan tengah jalan membuat laju kendaraan di belakangnya tersendat. Belum lagi pembangunan jalan layang yang mengakibatkan penyempitan jalan. Kendaraan terus melaju kini melewati kampus UIN Syarief Hidayatullah, tempat dulu saya menimba ilmu dan di wisuda di Auditorium kampus ini. Melewati pasar Ciputat kini tak se-horor dulu saat belum ada jembatan layang. Laju kendaraan lancar tanpa hambatan. Oh ya, kini kita sudah memasuki kawasan Tangerang, provinsi Banten. Tepatnya Tangerang Selatan. Ya, masih di wilayah selatan. Perjalanan menyusuri wilayah selatan melintasi 3 provinsi, Jawa Barat, DKI jakarta dan Banten. Namun, satu hal yang menarik bagi saya pribadi, mulai keluar dari rumah sampai tiba di daerah Pamulang ini, rasa itu tetap sama, secara subjektif bagi saya wilayah selatan adalah wilayah yang sejuk dan indah yang berbeda dengan wilayah Jatabek lainnya. Memasuki jalan Surya Kencana di sisi kiri kita dapati situ yang membentang luas. Situ merupakan danau buatan yang berfungsi sebagai waduk penampungan air hujan. Di daerah ini konon banyak terdapat situ. Salahsatunya yang sempat terdengar adalah situ gintung. Saat tanggul yang menahannya jebol hingga air tertumpah menyambar rumah warga di tengah malam. Banyak orang tewas seketika, menghentak dan mengagetkan banyak orang. Melihat air-nya yang tenang serasa mendamaikan hati, menentramkan jiwa. Hamparan luas membiru memanjakan mata memandang. Dari kejauhan kampus yang dituju mulai terlihat, berdiri megah menyolok mata. *** Universitas Pamulang yang dikomandoi oleh yayasan sasmita jaya ini memang tergolong baru. Berdiri diawal tahun 2000an yang hingga kini konsisten untuk menyediakan biaya pendidikan yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat dengan tetap menjaga kualitas pendidikan yang diberikan. Suatu hal yang tidak mudah di saat Universitas-univeesitas negeri mulai melakukan komersialisasi pendidikan. Berlomba-lomba mengeruk keuntungan dengan dalih otonomi kampus. Berdiri di lahan yang cukup luas dengan bangunan utama yang dikelilingi beberapa bagian bangunan lainnya dengan warna krem cerah. Beberapa mahasiswa yang hilir mudik memakai jaket almamater berwarna biru solid. Saya memasuki gerbang depan, menatap sekeliling mencari tempat parkir motor. Disisi kiri gerbang beberapa motor terpakir rapi. Ingin rasanya turut memarkir kendaraan disitu. Namun, melihat cuaca yang masih mendung. Kumpulan awan hitam pun masih menggantung di langit. Saya pun mengurungkan niat dan mencari tempat yang terlindung ke dalam. Benar saja di dalam sebelah kanan dekat pintu masuk auditorium tempat acara digelar terdapat pakiran motor, demikian juga pada basement bawah. Saya memilih parkir di atas sisi kanan saja agar lebih mudah menjangkaunya saat akan pulang nanti. Pintu auditorium masih tertutup. Para peserta seminar sebagian telah berbaris berdiri di depan pintu, ada beberapa siswa yang asyik nongkrong pada besi penyangga sambil menghisap rokok. Ada yang sibuk mondar mandir kesana kemari bersama beberapa orang dwngan berseragam, nampaknya panitia acara. Name tag juga tampak bergelantungan di dada-dada mereka. Saya menghampiri meja yang dihadapannya terdapat beberapa orang berseragam panitia. Saya memang belum mendaftar resmi dan membayar biaya mengikuti acara ini. Hanya konfirmasi kedatangan lewat pesan singkat ke panitia yang nomornya tertera dalam pengumuman di fanpage Tere Liye beberapa waktu lalu. Pintu auditorium akhirnya dibuka. Saya termasuk yang berdiri dalam barisan depan. Setelah memperlihatkan karcis dan mendapat makan siang dalam kemasan kotak, saya segera masuk dan memilih tempat duduk di barisan depan. Di belakang sofa-sofa tebal yang tentunya diperuntukkan bagi tamu undangan. Hanya saya dan beberapa orang saja yang duduk di barisan depan yang membuat kami sedikit keheranan mengapa para peserta lebih memilih duduk di barisan belakang. Ternyata tak berapa lama kemudian seorang panitia berseragam meminta kami untuk pindah ke baris kedua. Karena baris pertama masih diperuntukkan bagi para dosen dan undangan. Saya pun bergeser ke baris kedua. Tak lama kemudian acara di mulai, swdikit yang berbeda dari perkiraan saya ternyata seminar ini merupakan seminar motivasi bukan tentang tehnik kepenulisan seperti harapan saya. Sebagaimana kegiatan resmi di kampus acara diawali terlebih dahulu dengan seremonial. Mulai dari sambutan-sambutan, menyanyikan lagu kebangsaan dan doa bersama. Pukul 9 lewat barulah nara sumber utama tampil ke panggung memberikan motivasi dan pencerahan dengan durasi lebih kurang 90 menit. Ini kali pertama saya melihat Tere Liye secara langsung. Apa yang selama ini tampak di foto ternyata jauh lebih buruk hehehe…aslinya ia cukup tampan, berkulit putih bersih khas orang-orang sumatera selatan. Saya sendiri baru mengetahui jika ia berasal dari daerah bahkan dulu sebelum dilakukan pemekaran desa kami masuk dalam satu kabupaten. Terbesit rasa bangga ada orang dari daerah kami yang menjadi penulis terkenal dengan imajinasi yang di luar batas dan gaya bahasa yang cerdas. Ia tidak gemuk dan berperut buncit dan tidak juga terlampau kurus. Tidak tinggi, tapi juga tidak terlalu pendek. Mengenakan jeans dan kaos oblong berwarna krem, dengan sweater tipis berwarna hijau tahi kuda yang dihamparkan di belakang punggung, yang bagian lengannya diikat mengitari leher. Ia setengah berlari menaiki satu per satu anak tangga menuju ke atas panggung, suara gemuruh peserta yang swbagian besar muda mudi langsung memenuhi ruangan.
0 notes
dedymurman-blog · 9 years ago
Text
#001
Bismillahi, kita mulai segala sesuatu yang baik dengan menyebut namaNya. Judul tulisan ini: 001, ini sebenarnya bukanlah judul, tetapi tulisan di hari pertama. Jika ada hari pertama tentu akan ada hari kedua, ketiga dan seterusnya, sampai kapan? Sampai 180 hari ke depan! Bermula dari keikutsertaan saya pada sebuah seminar motivasi yang diberikan oleh seorang penulis novel kenamaan, Darwis Tere Liye, penulis yang beberapa karyanya telah diangkat ke layar lebar, salah satunya yang cukup dikenal adalah novel hafalan shalat Delisa yang menceritakan sisi lain dari peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 2004 silam. Karena hobby membaca tentu saja saya menjadi suka juga bermedia sosial, membaca status dan tulisan-tulisan dari para penulis yang juga aktif bermedsos. Dari Fanspage Facebook Tere Liye-lah saya mendapat informasi mengenai seminar yang akan diadakan di Universitas Pamulang, sebuah perguruan tinggi yang terletak di Tangerang Selatan. Meski tanggal yang tertera 24 Desember bertepatan dengan hari sabtu yang merupakan hari libur kerja. Namun tidak menyurutkan langkah saya untuk mengikutinya. Apa lagi acara akan di mulai pukul 8.00 yang biasanya menjadi jam tidur saat libur kerja. Pagi cerah berawan, geliat mentari tampak enggan memancarkan sinarnya. Hawa dingin cukup membelai kulit, menggoda diri untuk terus menarik selimut. Cuaca kota Bekasi yang berada di pinggiran Jakarta ini masih sangat sejuk disebabkan masih banyaknya tanah lapang, kebun dengan berbagai tumbuhan yang membuat sirkulasi udara di pagi hari terasa menyegarkan. Setelah mandi dan berganti pakaian, saya mulai bersiap-siap, sarapan dengan telur ceplok dan nuget goreng tandas dalam sepuluh menit. Kopi pun mulai diseruput perlahan. Setelah tegukan terakhir, langsung saya menyambar jaket coklat yang tergantung di jemura belakang, sudah seminggu ini ia dipakai menemani perjalanan ke kantor. Hari ini harusnya jadwal si cokkat dicuci, tetapi karena ada acara seminar ini jadwal itu jadi tertunda. Motor Honda Blade kesayangan sudah menunggu, langsung stater dan tancap gas. Menyusuri pinggiran jalan Tol mentari perlahan menggeliat mengintip dari balik mega yang berselubung mendung. Hangatnya mulai memanjakan tubuh. Namun, desir angin dari arah berlawanan masih terasa menyejukkan. Semburat jingga di ufuk timur perlahan berubah kekuningan pertandan sang surya semakin menjauh dari ufuk. Acara sesuai jadwal akan dimulai jam 8.00 pagi. Sangat teramat pagi untuk sebuah seminar. Dari applikasi peta pada ponsel saya menjadi tahu jarak yang harus ditempuh dari rumah ke tempat acara kurang lebih 30 kilometer. Jam 06.30 saya sudah harus berangkat agar tidak terlambat dan juga terjebak macet! Hari sabtu sih memang, tapi kadang kondisi jalan jabodetabek ini sulit untuk diprediksi. Kita kira akan lancar ternyata macetnya nggak ketulungan, pun sebaliknya. Saya terus memacu sepeda motor dengan kecepatan sedang, sesekali melambat mengikuti laju kendaraan yang ada di depan. Tiba di perempatan bundaran pintu tol jati warna stang kubelokkan ke kanan. Melalui jalan Hankam yang cukup lengang pagi itu. Sesekali terdengar suara dari bagian bawah motor diikuti dengan terangkatnya jok karena membal-nya shock breaker saat roda menghantam lubang jalan. Badanku pun terasa terangkat beberapa senti ke atas. Tidak banyak kendaraan yang lewat karena selain sabtu, saat itu tanggal 24 desember, banyak orang yang sudah berlibur. Udara masih terasa sejuk, bulan desember sampai dengan februari adalah puncak musim hujan di daerah tropis. Memasuki daerah terminal kampung rambutan di sebelah timur Jakarta volume kendaraan semakin meningkat. Selain kendaraan pribadi berseliweran juga angkot dan bus berbagai ukuran dari yang kecil, sedang hingga besar. Ini salah satu terminal yang cukup tua yang seingatku mungkin mulai beroperasi sekitar akhir tahun 80an sebagai pengganti terminal Cililitan yang sudah terlampau sesak tak bisa lagi menampung angkutan umum di dalamnya. Sedari kecil tinggal di Jakarta membuat saya menjadi peka, bagaimana masing-masing wilayah Jakarta mempunyai ‘rasa' yang berbeda, rasa yang khas. Sewaktu kecil saya tinggal di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Bukan di daerah elit dan mewahnya. Namun, tepatnya di jalan Senopati dalam, sebuah perkampungan yang luas membentang dari mulai depan Ratu Plaza sampai dengan belakang kantor Polda Metro Jaya. Ada kampung Tulodong, Pencandran dan Senopati dalam. Meski penduduknya sudah bercampur dari berbagai daerah, tetapi banyak masyarakat betawi asli yang kita temui disini. Kerukunan, kebersamaan dan kekompakkan warga asli dan pendatang begitu kental turut menciptakan suasana damai nan tenteram. Dulu disana masih terdapat banyak tanah kosong juga kebun. Kami yang saat itu masih kanak-kanak tak pernah kekurangan tempat bermain. Berburu buah di kebun orang jadi rutinitas harian. Tak jarang kami dikejar-kejar bahkan ditimpuki dengan batu oleh pemilik kebun yang memergoki kami tengah memetik buah di kebunnya. Meski demikian kami tak pernah jera, selalu mengulangi setiap ada kesempatan. Kenangan masa kecil yang indah dan penuh persahabatan. Lingkungan yang saat itu masih asri nan damai membuat saya menyukai bagian selatan kota Jakarta ini. Saya pun mulai mengenyam bangku sekolah Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar dan Menengah Pertama disana. Teman-teman sekolah pun tentunya mereka yang tidak jauh berdomisli di sekitaran selatan Jakarta juga. Ada yang di Mampang, Kemang, Kebayoran Lama, Cilandak, Radio Dalam, Ciganjur, hingga area perbatasan dan luar provinsi DKI seperti Cileduk, Ciputat dan Depok. Motor yang saya kendarai mulai memasuki daerah kebagusan, kemudian ragunan. Suatu daerah yang juga merupakan bagian selatan Jakarta. Rasa tentram dan damai masa kecil itu kembali muncul laksana dejavu memutar kembali memori kenangan indah masa kanak-kanak hingga remaja tanggung. Saat yang indah kala semuanya berjalan tanpa beban, tanpa amarah dendam membuncah, tanpa rasa dengki yang mengikis jiwa, yang ada hanya cinta dan kedamaian. Setiap melintasi wilayah Jakarta Selatan, saya selalu merasa feel at home. Merasa disinilah tempat saya, disinilah rumah saya. Walau setelah dewasa ternyata takdir berkata lain. Saya kemudian dapat membeli rumah di daerah Jati Asih, Bekasi. Ya, Bekasi. Bekasi Selatan! Disini pun saya menemukan kedamaian itu, kedamaian laksana di kediaman saat saya masih kecil dulu. Kedamaian di belahan selatan. Tidak ada hal mistis apapun dalam hal ini. Wilayah bagian selatan lebih sejuk dan menimbulkan rasa damai besar kemungkinan dikarenakan daerahnya ada pada dataran yang lebih tinggi. Tidak seperti bagian utara yang lebih menjorok ke laut sehingga hawa panas anginnya pun terbawa sampai ke darat. Udara menjadi terasa panas menyengat ditambah aroma khas laut yang terasa menyejukkan namun sesungguhnya kering. Suasana panas kerontang ini mungkin berpengaruh pada prilaku, hingga orang-orang dari belahan utara menjadi terkesan angker dan menyeramkan. Daerah-daerah texas yang terkenal bronx dan ditakuti juga sebagian besar berada di wilayah utara Jakarta. Sebut saja misalnya daerah Tanjung Priok, Kebon Bawang, Warakas, Semper dan lain-lain. Mendengar namanya saja orang sudah bergidik ngeri. Wilayah utara juga memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Sedang semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk akan semakin rawan konflik pula. Ibarat sumber api yang menunggu pemantik, sekali terpicu akan beringas membakar, melumat semua tanpa sisa.
0 notes
dedymurman-blog · 9 years ago
Video
instagram
Parade tasmi’ Omah Quran Al Fatih
#quran #attin #fikri #18dec2016
0 notes
dedymurman-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
AKSI 212 Aksi super damai bela Islam 411 dan 212 merupakan moment bersatunya hati, jiwa dan raga kaum muslimin lintas madzhab, jama'ah, ormas, partai, suku maupun ras. Semuanya bersatu padu, tolong menolong, bahu membahu, bantu membantu. Mulai dari penyediaan alat transportasi, memberikan makanan dan minuman, Sajadah, Obat-obatan, kantong plastik, hingga koran bekas untuk alas shalat! Persatuan indah demi membela Al Qur'an dari penistaan. Betapa ia menggentarkan hati musuh-musuh Islam. Moment ini telah menyatukan mereka dalam satu barisan, satu ghirah terhadap agama yang menggugah jiwa, pun bagi raga mereka yang tak dapat hadir, tetapi hati-hati mereka tetap ikut menyatu dalam doa bersama kaum muslimin. Sungguh persatuan membela agama merupakan moment merekatnya hati-hati kaum muslimin dalam cinta dan kemuliaan. Jika moment seperti ini tidak juga menyatukan hati dan jiwa kita, maka kapan dan dengan cara apalagi kita akan dipersatukan? Ingat, ghuraba tidaklah berarti memisahkan diri dari barisan kaum muslimin! DM, Bekasi, 2 Dec 2016
0 notes
dedymurman-blog · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Aku laksana bidadari kecil, berlari-lari menyongsong pagi menyingsing. Menggapai asa terasing. Ditengah deru roda berdesing-desing.
Abah, aku ingin menjadi kupu-kupu dengan sayap yang indah, terbang tinggi mengelilingi semesta, menghinggapi bunga-bunga yang indah, menembus cakrawala tanpa batas.
Tapi deru angin membawaku menuju gedung tinggi menjulang, bekerja merajut mimpi, menghisap madu kehidupan, menggantungkan sayap harapan, menemui realitas kehidupan.
Mama, disini kutemui Peri bersenyum manis, pangeran tampan, begawan rupawan. Namun dibalik senyum manis tersimpan tatapan sinis, ada angkara tertutup maskara. Ada kurawa berlakon pandawa. Ada Drakula bertopeng Ksatrya.
Rupa yang terlihat baik ternyata mengandung racun arsenik, wajah yang terlihat jahat kadang membawa manfaat. Kulihat mereka saling jegal, saling sikut, menurut hawa nafsu sang penakluk.
Aku ikut tersungkur, jatuh, tersandung di bawah panggung. Perutku melilit, sakit, mengeluarkan semua yang terhimpit. Mataku binar berkunang-kunang, nafasku tersengal-sengal. Tubuhku melayang rebah terkapar.
Namun aku harus bangkit, melintasi jurang kehidupan yang membentang sempit, mengukir prasasti sejarah hidup, lalu terbang tinggi melintas awan, meraih prestasi laiknya kilau kerlip bintang di langit.
*****
Bersama semilir hembusan angin yang mengalir, teriring doa untuk bidadari kecil sahabat kami. Menyeruak ranting, menyelinap diantara gugur daun yang mengering, menerobos batang jati yang berjajar seiring.
Lekaslah pulih, karena esok lembayung fajar bersinar kembali.
Dedy ~ Bekasi, 16 Oct 2016 (at Rawasari Jakarta PUsat)
0 notes
dedymurman-blog · 10 years ago
Quote
Karbala Inilah peristiwa memilukan yang meninggalkan fitnah sangat panjang hingga zaman ini. Tak sedikit fitnah syubhat yang menyebar kuat di tengah-tengah ummat. Inilah peristiwa yang berujung terbunuh Al-Husain secara zalim sebagai syahid di Karbala. Dari peristiwa tersebut muncul 2 bid'ah yang paling buruk. Dan bagi ahlussunnah wal jama’ah, kedua-duanya harus kita tinggalkan sejauh-jauhnya. Bid’ah pertama adalah meratap-ratap, menampar-nampar pipi & melukai diri sendiri. Inilah bid'ah tathbir dari Mukhtar bin Abi ‘Ubaid Ats-Tsaqafi. Seperti apakah tathbir itu? Menyiksa diri, melukai diri sendiri. Meratap-ratap dan menyiksa diri sendiri seraya melaknati para sahabat radhiyallahu 'anhum ajma'in merupakan bid'ah besar Karbala yang terus dikerjakan oleh Rafidhah hingga masa kini. Sesiapa yang mengaku ahlussunnah wal jama'ah, maka ia harus menjauhi dan mengingkari bid'ah penyiksaan diri ini sejauh-jauhnya, Bid'ah Karbala yang kedua adalah merayakan, bergembira dengan tragedi dan melakukan penyambutan khusus. Ini bid'ahnya Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Bid'ah merayakan dan bergembira atas tragedi Karbala merupakan bid'ah yang sangat buruk dari Nashibah, yakni pembenci keluarga Nabi (ahlul bayt Nabi) yang kita wajib mencintai. Dan ahlussunnah menjauhi keduanya –Rafidhah dan Nashibah– sekaligus meyakini keduanya tercela. 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: لِيُحِبُّنِيْ رِجَالٌ يُدْخِلُهُمُ اللهُ بِحُبِّيْ النَّارَ وَيُبْغِضُنِيْ رِجَالٌ يُدْخِلُهُمُ اللهُ بِبُغْضِيْ النَّار “Sungguh akan ada orang-orang yang dimasukkan oleh Allah ke neraka karena kecintaan mereka kepadaku. Dan sungguh akan ada orang-orang yang dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka karena kebencian mereka kepadaku.” Kembali ke soal dua bid'ah yang sangat buruk dari peristiwa Karbala. Kedua jenis bid'ah itu sama-sama dimunculkan oleh orang dari suku Tsaqif. Ini mengingatkan kita kepada sebuah hadis. Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda: سَيَكُوْنُ فِي ثَقِيْفٍ كَذَّابٌ وَمُبِيْرٌ “Akan ada di suku Tsaqif seorang pendusta dan perusak.” (HR. Muslim). Para ulama mengatakan bahwa pendusta itu adalah Mukhtar bin Abi 'Ubaid Ats-Tsaqafi. Sedangkan perusak adalah Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Ahlussunnah wal jama'ah meyakini keburukan kedua-duanya, menjauhi dua bid'ah tersebut dan meyakini syahidnya Al-Husain di Karbala. Meyakini Al-Husain radhiyallahu 'anhuma syahid di Karbala bukan lalu meratapi dan menyiksa diri. Berduka iya, tapi bukan berduka tahunan. Bukan ahlussunnah wal jama'ah yang mengingkari syahidnya Al-Husain radhiyallahu 'anhuma. Bukankah ia pemuka pemuda ahli surga? Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda: الحسن والحسين سيدا شباب أهل الجنّة “Al-Hasan dan Al-Husain penghulu pemuda ahli surga.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan lainnya). Sangat tidak mungkin cucu Nabi ini wafat dalam keadaan durhaka, sedangkan ia pasti menjadi pemuka pemuda ahli surga. Jika seorang ahlussunah wal jama'ah merasa sedih dan pilu saat membaca sirah tentang Karbala, itu sangat wajar. Tapi ia menjauhi meratap dan menyika diri. Bukankah ahlussunnah wal jama'ah mencintai ahlul bayt Nabi? Tentang Karbala, Ibnu Taimiyah berkata di dalam Majmu’ Fatawa: وأما من قتل الحسين أو أعان على قتله أو رضي بذلك فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين “Sedangkan siapa yang membunuh Al-Husain, atau berperan dalam membunuhnya, atau merestui pembunuhan Husain, maka semoga dia dilaknat oleh Allah (Ta'ala), malaikat dan seluruh manusia.” Inilah sikap ahlussunnah wal jama'ah. Ibnu Hajar Al-Asqalani pernah mengkritik sikap Ibnu Taimiyah terhadap ahlul bayt yang dinilai kurang respek terhadap ahlul-bayt. Tetapi bahkan pada sosok pribadi yang dinilai sebagian ulama ahlussunnah wal jama'ah lainnya kurang respek, kita tetap melihat ketegasan sikap atas Karbala. Ahlussunnah waj jama'ah menegakkan sikap terhadap syahidnya Al-Husain sebagaimana sikap Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, seorang sahabat. Ia memberi teguran keras kepada 'Ubaidullah bin Ziyad yang menghinakan cucu Nabi terkasih ini, mengingatkan kepadanya bahwa wajah ia pukul-pukulkan pedang kepadanya itu adalah wajah yang sering dicium oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Dan siapakah yang mengingkari keutamaan Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu sebagai salah satu sosok penting ahlussunnah wal jama'ah? Tapi mengapa ahlussunnah wal jama'ah berpuasa Asyura, termasuk sehari sebelum & sesudahnya? Ini sama sekali tak berkait dengan Karbala. Sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam tentang puasa Asyura berikut sehari sebelum dan sesudahnya telah terucapkan jauh sebelum peristiwa Karbala terjadi. Demi Allah, aku tulis ini untuk menunjukkan kepada kalian tentang peristiwa yang para ulama ahlussunnah tidak mengingkari kesedihan atas wafatnya Al-Husain radhiyallahu ‘anhuma yang telah dinistakan oleh 'Ubaidullah bin Ziyad. Tengoklah sikap Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu tatkala melihat Ubadillah bin Ziyad menusuk-nusukkan pedangnya ke mata, bibir dan hidung Al-Husain. Perhatikan juga sikap jelas Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang ketika itu juga berada di sana dan memberi teguran kepada ‘Ubaidullah bin Ziyad. Apakah yang dapat kalian katakan tentang para sahabat Nabi yang mulia ini? Demi Allah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu adalah ahlussunnah. Tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang bodoh. Siapa yang mengingkari keutamaan Al-Husain radhiyallahu ‘anhu, hanya dua kemungkinannya: ia bodoh tentang agama ini atau ia seorang nashibi (pembenci ahlul bayt). Dan siapa yang karena kecintaannya kepada Al-Husain membenci para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in, maka dua pula kemungkinannya: ia bodoh tentang agama ini atau ia seorang rafidhi. Janganlah melampaui batas. Alangkah banyak orang yang dulunya berada di jalan yang benar, tetapi ia terlempar jauh dari kebenaran disebabkan sikapnya yang melampaui batas dan meninggikan diri. Bahkan setan pun, bukankah awalnya hamba Allah Ta'ala yang sangat taat? Tetapi kesombongan telah menjauhkannya dari kebenaran. Dan sungguh, ini merupakan pelajaran besar.
Mohammad Fauzil Adhim (via fauziladhim)
Sebuah tulisan yg bagus utk tidak bersikap berlebih-lebihan terhadap sesuatu
62 notes · View notes