NIPPON CAHAYA ASIA, HAIK!
Siapa yang gak pengen liburan ke Jepang? Pasti banyak yang pada jawab pengeeen. Keindahan dan kemajuan teknologi di Jepang juga memotivasi saya untuk tidak jajan selama berbulan-bulan biar duitnya bisa ditabung buat explore Jepang, hahaha. Pertengahan bulan Juli tahun 2019, saya berkesempatan untuk jalan-jalan ke Fukuoka, Jepang. Fukuoka? Kok nggak ke Tokyo? Emang ada apa aja di Fukuoka? Well, iya sih biasanya destinasi paporit mah ke Tokyo, Kyoto, Osaka tapi gak masalah buat saya karena kesempatannya ke Fukuoka dulu, sapa tau besok dapet undian berlibur ke Jepang bisa explore kota lainnya (mimpi aja gak bayar kok hahaha).
Pertama, harus punya paspor dan visa. Untuk syarat-syarat pengurusan paspor dan visa, cukup sekali klik di google udah banyak artikel yang membahas.
Saya memulai perjalanan dari Terminal 2 Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo (kudu lengkap kan ya). Total perjalanan sekitar 14 jam karena harus transit di Kuala Lumpur sekitar 3 jam sebelum akhirnya landing di Fukuoka Airport. Note: bawa roti/makan sendiri saat transit biar hemat.
The journey begins …
Landing dengan syahdu ditemani cuaca yang sendu di Fukuoka pagi itu, Fukuoka masih musim panas namun sesekali hujan. Perbedaan waktu di Fukuoka 2 jam lebih cepat dari Surabaya.
1st day: Naik Shinkansen ke Osaka, karena katanya gak afdol kalo belum nyobain shinkansen di Jepang.
Rute: Dari Fukuoka International Airport, saya naik bus bandara menuju Domestic Terminal buat naik Fukuoka City Subway. Bus bandara free. Dari stasiun subway Fukuokakuko Airport saya ke Hakata Station. Hakata adalah salah satu stasiun besar di Fukuoka.
Sampai di Hakata, saya menitipkan koper di loker-loker yang ada di stasiun ini. Penitipan koper pakai koin 100-an, kalau tas kecil gitu bisa di titipkan di loker yang sedang aja harganya 300, kalau koper medium/besar seperti punya saya di loker yang besar seharga 700. Kalau bayar tinggal dimasukkan aja koin 100 sebanyak 7, ditutup, dikunci, udah deh kuncinya dibawa. Penitipannya 1x24 jam jadi kalau melebihi waktu itu, lokernya gak bisa dibuka, harus masukin koin lagi seharga lokernya. Jadi diperkirakan ya waktunya kalau mau nitipin koper. Saya ke Osaka hanya bawa tas ransel buat ganti baju semalam.
Tiket shinkansen bisa didapat dengan menunjukkan Japan Rail Pass (JRP), isi dari stasiun mana, tujuan kemana dan jam berapa. JRP adalah kartu buat turis yang mau explore Japan, yang pengen jalan-jalan gak hanya ke satu kota di Jepang aja selama beberapa hari, karena masa berlaku JRP ada yang 7 hari, 14 hari, 21 hari. Jadi, dengan JRP bisa gratis naik shinkansen (for more info googling aja). Selain shinkansen, kereta lokal dibawah naungan Japan Railway juga dicover JRP (Japan Railway kalo di Indonesia macem KAI gitu).
Perjalanan dari Hakata ke Shin-Osaka 2 jam 53 menit. Perjalanan sejauh 600 km ditempuh dengan waktu sesingkat itu dengan shinkansen. Edan. Sorry sobat qampunk norak naik shinkansen. Sesampainya di Shin-Osaka, saya naik Osaka Metro (sebutan untuk subway di Osaka) ke tempat penginapan di dekat Nishinakajima Station. Reservasi jauh-jauh hari di Airbnb biar dapet harga murah. Setelah mandi, beres-beres saya pergi ke Shinsaibashi. Shinsaibashi itu shopping street di Osaka. Ada banyak brand terkenal disitu macem Uniqlo, H&M, Onitsuka, Starbucks dan masih banyak lagi. Setelah puas berkeliling di Shinsaibashi (keliling doang, gak beli hahaha) saya pulang ke penginapan. Besok paginya, saya balik ke Fukuoka. Bye Osaka ~
TOTAL 2,890
Note: Colokan di Jepang bentuknya pipih gitu, jadi saya beli charger yang bentuknya pipih. Biaya makan sudah saya global. Begitu sampai di Fukuoka beli onigiri, di Osaka baru makan nasi, paginya makan roti aja. Untung kaga ada naga yang harus saya urus ya di dalam perut saya, jadi kalau traveling gini masih bisa nahan lapar hahaha.
Sampai di Fukuoka, waktu masih menunjukkan pukul 10:30. Saya langsung ambil koper di tempat penitipan koper. Saya janjian ketemuan sama teman saya—yang lagi sekolah di Fukuoka, dia bilang hotel saya dekat sama Gion Station jadi begitu sampai di Hakata saya langsung naik MRT ke Gion.
Setelah tanya ke petugas subway pakai bahasa isyarat, nunjukkin google maps hotel tempat saya menginap, geret-geret koper, menyusuri jalanan, tapi gak nemu-nemu hotelnya. Saya hampir give up sampai akhirnya setelah nunduk, terus mendongak mengedarkan pandangan ke sekeliling langsung hotel signage-nya keliatan. Sungguh pertolongan Allah amat dekat, alhamdulillaaaah.
Waktu check in masih jam 15:00, sedangkan jam 11:00 saya sudah tiba di hotel. Akhirnya teman saya datang, koper saya titipkan di hotel. Petugas hotelnya bilang kalau koper bakal dibawa masuk ke dalam kamar ketika kamarnya ready, orang-orang Jepang ini aseliik helpful banget.
2nd Day: Dazaifu Tenmangu Shrine – Kyushu National Museum – Don Quijote
Rute: Gofukumachi St. – Tenjin – Nishitetsu Futsukaichi St. – Dazaifu
Dazaifu Tenmangu Shrine merupakan kuil tempat ibadah pemeluk agama Shinto. Selain wisata religi, turis juga dimanjakan dengan toko-toko souvenir dan jajanan yang dijual berderet di sepanjang jalanan masuk kuil bisa. Kami jajan umegaemochi, mochi bakar yang dijual seharga 108 yen. Rela antri panas-panas dan ternyata rasanya awenaaaqqq.
Perjalanan ke Dazaifu sekitar 35 menit dan sempat ganti platform di stasiun Nishitetsu. Biaya masuk ke kuil Dazaifu gratis. Di dalam Dazaifu Tenmangu, ada Kyushu National Museum. Museum ini banyak menampilkan pertukaran kultur Jepang dan Asia. Bahkan, ada gamelan lho di dalamnya. Wow, proud to be Indonesian. Museumnya baguuus, bersih, setiap ruangan dijaga sama satu staf, dan tidak semua koleksi museum diperbolehkan untuk difoto. Setelah puas berjalan-jalan, kami kembali ke Hakata.
Teman saya mengajak makan saat kami sampai di Hakata Station. Jadi Hakata ini guedhee banget dan ada mall nya juga, jadi seperti kota tersendiri. Sore menjelang malam saatnya berburu oleh-oleh jajanan, kami pergi ke Don Quijote (baca: Don Kihote) di Nakasukawabata. Don Quijote ini toserba gitu, dari jajanan, magnet kulkas, hingga skin care juga ada. Kalaap, kalaaap dah hahaha.
TOTAL 8,317
Note: Selama di Jepang, saya bawa abon, mie instan, mie cup, kering tempe, susu bubuk, jadi cukup menghemat biaya makan disana. Beli makan saat diajakin temen saya aja, lagian disini gak semua makanan bisa dimakan. Sesekali kalo jalan keluar beli minum di vending machine, nyobain sih sebenernya terus kegirangan hahaha norak.
3rd Day: Hiroshima – Atomic Bomb Museum
Hari ketiga teman saya gak bisa menemani karena ada kelas, jadilah saya berpetualang sendiri. Setelah googling, sepertinya explore Hiroshima tampak menyenangkan. Pagi itu saya memilih jalan dari hotel ke Hakata, jalan di pedestrian gak berasa capeknya, tapi masih berasa sih, berasa gak ada yang gandeng. Baik. Di Hakata saya beli tiket shinkansen ke Hiroshima. Hakata – Hiroshima waktu tempuhnya 60 menit.
Sesampainya di Hiroshima, saya langsung ke … kemana lagi kalau bukan ke Tourist Information. Dengan Bahasa Inggris yang pas-pas-an saya minta tolong ditunjukkin jalan ke Museum Bom Atom. Karena saya bawa JRP, jadi saya bisa ke museum tersebut dengan gratis naik bus Meipuru~pu (Hiroshima Sightseeing Bus). Bus ini memang disediakan buat anter ke tempat-tempat ikonik di Hiroshima, salah satunya ke Atomic Bomb Museum. Oh ya, di Hiroshima masih ada trem juga lho di tengah kota.
Area Atomic Bomb Museum ini cukup luas, ada A-Bomb Dome, Children’s Peace Monument, Hiroshima National Peace Memorial Hall dan beberapa spot lainnya. Ada juga memorial hall yang berisi foto-foto sejarah, nama-nama korban bom atom. Jaman sekolah pas pelajaran sejarah pasti sering denger kan kota Hiroshima dan Nagasaki kena bom atom. Seharian saya jalan ke Hiroshima aja, baliknya naik shinkansen. Saya hanya keluar duit buat beli oleh-oleh dan tiket subway dari Hakata ke Gion, karena kalo jalan dari Hakata ke hotel rasanya pengen nyari kaki manaa kakiii.
TOTAL ��2,468
4th Day: Ohori Park – Fukuoka Castle – Fukuoka Art Museum – Fukuoka City Museum – Fukuoka Tower
Rute: Gion St. – Ohorikoen St. – Nishijin St.
Sebelum menentukan destinasi yang akan saya kunjungi, biasanya saya minta referensi dari teman, selebihnya googling, juga nama-nama stasiun subway yang akan dituju. Di Jepang, informasi di public place menggunakan 3 bahasa, Jepang, Mandarin dan English. Jadi cukup gak bikin tersesat. Google maps juga menjadi andalan, meskipun kadang saya dilewatin jalan muteeerr, gak masalah sambil jalan-jalan.
Ohori Park merupakan taman yang banyak dikunjungi warga lokal, Ohori juga menjadi destinasi wisata turis. Wisata gratis, sekalian bisa olahraga dan lihat pemandangan yang asri. Di dekat area Ohori Park, ada Fukuoka Castle dan Fukuoka Art Museum. Sayang, pada saat saya ke Fukuoka Castle, tempat tersebut sedang dalam renovasi. Fukuoka Castle dahulu menjadi benteng pertahanan kota, yang dibangun pada zaman Edo. Tidak jauh dari Fukuoka Castle sekitar 800 meter, ada Fukuoka Art Museum. Tiket masuk ke dalam museum seharga 200 yen. Museum-museum di Fukuoka, saya lihat sering mengadakan exhibition (pameran) dan itu tiket masuknya beda, bayar lagi sesuai dengan exhibition-nya apa. Lukisan-lukisan dan barang-barang yang berhubungan dengan seni ada di Fukuoka Art Museum.
Setelah puas berjalan-jalan di sekitar Ohori Park, saya melanjutkan perjalanan. Destinasi berikutnya adalah landmark Fukuoka yaitu Fukuoka Tower. Dari Ohori Park saya berjalan sebentar ke Ohorikoen station, setelah itu naik MRT ke Nishijin station. Saya jalan sejauh kurang lebih 2 kilo untuk ke Fukuoka Tower. Capeeekkk sih tapi happy aja gitu. Di tengah perjalanan 2 kilo itu, ada Fukuoka City Museum, sekalian mampirlah saya ke dalam. Fukuoka City Museum memperlihatkan sejarah kota Fukuoka dari jaman prasejarah hingga jaman modern. Baguuss, bersih, saya rasa keadaan museum yang seperti ini bisa meningkatkan kunjungan khususnya anak-anak karena selama disini saya sering melihat anak sekolah yang main-main ke museum. Keluar dari Fukuoka City Museum saya melanjutkan perjalan-kaki-an ke Fukuoka Tower. Landmark Fukuoka ini dibangun pada tahun 1989, dengan tinggi 234 meter. Wow. Karena saya terlalu lelah akhirnya ya cuma duduk-duduk dan foto-foto di depan Fukuoka Tower, tidak masuk ke dalam. Rintik hujan datang, sepertinya udah disuruh balik hotel aja dan saya pun berjalan ke Nishijin station ditemani gerimis sambil payungan gitu hahaha.
TOTAL 1,120
5th Day: Kushida Shrine – Canal City Hakata
Di hari kelima, awalnya saya mau blakrakan sampe Kyoto pakai JRP naik shinkansen terus kereta lokal, tapi saya tubuh saya sudah memberikan alarm, terlebih jarak Fukuoka ke Kyoto jauh, bisa-bisa sampai hotel udah malam, belum packing juga, karena besoknya pagi-pagi banget sudah harus ada di bandara. Padahal saat itu saya sudah ada di Hakata dan mau beli tiket untuk ke Kyoto. Jadilah saya putuskan untuk jalan-jalan di Hakata, AMU Plaza, Kitte (shopping mall di Hakata), beli kue Del Mignon. Kue Del Mignon ini kue croissant yang uwenaaaakk pake bangeeet, dibanderol dengan harga sekitar 90 yen tergantung dengan beratnya. Ada 3 varian rasa, original, coklat dan sweet potatoes. Puas berkeliling di Hakata, saya naik subway ke Gion. Mau balik ke hotel ya masih siang, akhirnya googling dan menemukan Kushida Shrine yang berjarak dekat dengan hotel saya. Kuil Kushida hampir sama seperti kuil Dazaifu seperti yang sudah saya kunjungi dengan teman saya di hari kedua. Sepanjang perjalanan ke Kushida Shrine ada sederetan rumah-rumah kuno yang disebut Hakata Old Town. Pengunjung bisa masuk kedalam, bayar, tapi saya lupa nominalnya, disana turis bisa merasakan atmosfer jaman baheula. Setelah puas foto dan jalan, saya melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki ke Canal City Hakata.
Siapa yang menyangka kalau Canal City Hakata adalah pusat perbelanjaan. Saya pun mengira itu destinasi wisata saat teman saya memberikan pilihan tempat jalan-jalan di Fukuoka. Ternyata mall sodara-sodaraaahhh. Tapi bentuknya artistik, seperti namanya Canal City, ada kanal buatan yang mengelilingi bangunan mall, menimbulkan kesan modern, sejuk dan indah. Seperti pusat perbelanjaan pada umumnya, di Canal City banyak brand ternama seperti Zara, H&M, Michael Kors, Onitsuka, Tiger, dan masih banyak lagi. Saya? Belanja? Ya Tentuuuu, tentu tidak hahaha. Menikmati pemandangan dan sore terakhir di Fukuoka saja rasanya sudah cukup mellow, apalagi belanja. Saya balik hotel dengan berjalan kaki lagi, karena memang cukup dekat.
TOTAL 306
6th Day: Fukuoka Airport
Pagi-pagi saya sudah geret koper dari hotel ke Gion station untuk menuju ke Fukuoka Airport. Sedih sih, liburan berakhir, tapi sudah kangen masakan emak. Begitulah cerita perjalanan saya ke Fukuoka, Japan. Amat berkesan, menyenangkan, lelah tapi seru. Tidak pernah menyangka bisa berpetualang jauh ke Jepang dengan hanya bermodal bahasa Inggris yang seadanya, google translate dan bahasa isyarat, tapi orang disini friendly, helpful, meskipun terbatas untuk memahami bahasa asing. Sign di public place juga jelas, jadi meskipun nyasar gak jauh-jauh banget.
TOTAL 260
Pengeluaran yang saya cantumkan kadang berbeda tiap-tiap orang, biaya-biaya itu diluar dari akomodasi. Jadi kalau ditotal, biaya selama di Jepang 15,361 yen (1 yen = sekitar IDR 135). Saya lagi bikin yang part 2, lengkap dengan foto-fotonya jadi sabar yaa hehehe. Arigatou ~
0 notes
Unforgettable Makassar (part 1)
Hey guys, how's your day?
Yep, ini baru pertama kalinya saya (mencoba) menulis tentang cerita traveling saya. Yaa masih amatiran sih namanya juga baru belajar. Oke this is the story begins...
Traveling saya kali ini bersama dengan keluarga, bapak, ibuk, adek. Jadi akhir bulan Ramadhan tahun ini bapak ambil cuti biar Hari Raya Idul Fitri bisa di rumah. Berhubung saya dan adek masih libur, jadi kita merencanakan sebuah trip menyenangkan, aman, sentosa dan tak terlupakan (duileee). Maka diputuskan kita bakal ikut bapak berlayar sekaligus liburan. Craaap, sambil menyelam minum air ini mah namanya.
Sehari setelah Sholat Ied, kita pergi ke Tuban. Kenapa Tuban? Yaa karena kapalnya bapak ada di Tuban. Fyi, kapal bapak itu bukan kapal penumpang, tapi kapal tanker sering juga sih awak-awak kapalnya itu bawa istri/anak/sanak saudara buat diajak berlayar (asal nggak ajak orang sekampung aja, yakeleees). Oke back to Tuban, perjalanan darat Sby-Tuban membutuhkan waktu 3-3,5 jam. Jadi pagi-pagi kita harus otw Tuban biar sampainya nggak siang-siang amat. Dengan dianter tetangga kami yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung (pliiiis deh -_-) sampailah kami di daerah yang disebut Awar-awar, Tuban.
Awar-awar ini daerah pesisir pantai, jadi ada sebuah desa nelayan gitu. Sesampainya di Awar-awar inilah dimulai perjalanan laut yang sesungguhnya. Di desa itu sebagian besar penduduknya bermata pencaharian nelayan tapi ada juga yang kerja sambilannya nyetirin boat buat awak kapal yang mau balik ke kapal. Karena kapal bapak nggak sandar dan ada di tengah so kami harus naik boat dulu sekitaran 45 menit. Bayangin aja deh gimana rasanya saat matahari masih bersinar terik, naik boat yang nggak ada tutupnya, membelah lautan lepas, berjuang dengan rasa mual, pusing, pengen muntah gara-gara terombang-ambing ombak (tsaaaah). Bagi saya itu pengalaman yang nggak terlupakan.
45 menit berlalu tetapi perjuangan belum berakhir. Yes, kita harus berusaha gimana caranya naik ke atas kapal dengan ombak yang lumayan tinggi. Disediakan tangga otomatis buat naik ke atas, intinya kita harus melangkahkan kaki ke tangga saat bibir perahu (boat) sejajar sama tangga itu. Susah? Banget. Perahu pasti naik turun dong ya gara-gara ombak. Dengan hati yang mantap, akhirnya satu persatu bisa melangkahkan kakinya dengan pasti (saya, ibuk, adek). Bapak mah terakhir aja kan udah professional. Kalau udah naik tangga nggak usah liat ke bawah laut deh ntar jadi takut, tetap menatap ke atas. Oke, terus backpacknya gimana? Itu mah gampang tinggal dikaitkan aja sama tali terus ditarik ke atas.
Menurut saya, naik kapal tadi juga ada filosofinya, dalam hidup kita nggak boleh ragu saat memutuskan mengambil langkah yang menurut kita udah tepat tapi tetap harus sadar semua keputusan itu punya risiko masing-masing. Tetap menatap ke depan and jangan ragu ya.
Alhamdulillah udah sampai di kapal dengan aman, selamat, bahagia lahir batin hehehe. Okay, malam harinya kapal bapak bakalan berangkat ke Makassar. Tuban-Makassar butuh waktu dua hari perjalanan laut. Yaaa, siap-siap terapung dilaut deh selama dua hari. Mau tau gimana sih rasanya di tengah lautan selama dua hari? Boring nggak sih? Ngapain aja di kapal selama itu? So, ikuti terus part-part selanjutnya yaaa. Byeee :)
-DM, 09.11.13
0 notes
Pupus Kasih Tak Sampai-Vidi Aldiano
Baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk seluruh hatiku
Indah terasa indah
Bila kita terbuai dalam alunan cinta
Sedapat mungkin terciptakan rasa
Keinginan selalu memiliki
ooh, namun bila itu semua
Dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
Tak semudah seperti yang pernah terbayang
Menyatukan perasaan kita
Tetaplah menjadi bintang di langit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
Agar menjadi saksi kisah kita, berdua
(semoga waktu akan mengilhami sisi hatimu yang beku)
Dan semoga akan datang kejaiban hingga akhirnya kau pun mau
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu
Meski kau tak kan pernah tahu :')
Sby, 20.03.13
0 notes