Text
Awal yang Baik untuk Menentukan
Apakah Kadar bahagia manusia itu bisa diukur? Lalu bagaimana kalau terkadang kita bertemu dengan rasa khawatir dalam berbagai keadaan padahal sejatinya ketenangan barulah bisa didapat ketika prasangka baik kita kepada Allah menjadi prioritas penentunya
Tulisan ini dibuat berdasarkan kajian ustadzuna Muhammad Nuzul Dzikri dengan tema "Problematika Pernikahan" dalam acara Jakarta Islamic Wedding fair x Half Deen series. Semoga apa yang disampaikan dapat menjadi pembelajaran baik untuk kita semua aamiin allahuma aamiin
.
Bermula dari buku salah seorang ulama dengan tema kebagiaan berumah tangga yang dibuat berdasarkan penelitian selama hampir 40 tahun bahwasanya dari buku pun kita bisa belajar ketika menghadapi kebahagiaan itu tidaklah mudah bahkan dalam buku ini butuh sekiranya 40 tahun untuk bisa memahami kebagiaan rumah tangga baru bisa didapat.
.
Mulai unutuk berfikir kearah yang lebih baik dengan mulai merubah cara pandang kita ketika ingin mendapatkan jodoh versi terbaik yaitu dengan menjadi wali Allah, dalam Surat Al- Furqan dikatakan bahwa "Wali Allah adalah orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah" dengan menjadi wali Allah seharusnya rasa khawatir tidak akan menganggu kita saat akan menentukan segala sesuatunya sebagaimana firman Allah Ta’ala “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus: 62-64).
.
Pernikahan adalah ikatan yang sangat kuat maka masalah pernikahan ini tidak sederhana seperti terlihatnya, butuh keseimbangan yang bisa dibangun, dengan kerja keras dan yang paling utama dari segalanya yaitu membangun hubungan vertikal antara seorang Hamba dengan Penciptanya. Apa yang akan didapat?
Pernikahan akan membuat Ujian menjadi sebuah Nikmat (QS. Al-Furqon: 20)
Mencari jodoh berarti mencari tujuan yang sama dalam berkeluarga, seperti; mendahulukan pemahaman dalam karakter keluarga yang akan dibangun baru nantinya mulai memilih pasangan yang sesuai bukan justru dibalik memilih pasangan yang sesuai tapi tidak tau (blind spot) dengan gambaran rumah tangga yang kelak akan dihadapinya.
.
Adapun hal lain yang harus diperhatikan yaitu mengenai kesetaraan, para ulama sepakat bahwa "Hendaknya seorang wanita tidak menerima laki-laki yang datang kepadanya kecuali laki-laki itu lebih tinggi atau minimum setara" yaitu
1. Akal sehat dan hati yang bersih,
2. Kecerdasan,
3. Akhlaknya lebih mulia, dan
4. Menjaga amanah (puasa, dzikir, ibadahnya lebih baik)
5. Ilmu
Para ulama berbicara seperti ini karena kaitannya dengan karakter dalam rumah tangga. Sebagaimana ujian rumah tangga seorang istri yaitu harus patuh dan taat kepada suaminya kecuali dalam kemaksiatan. Maka, ketika llima hal ini terpenuhi nantinya akan mudah bagi seorang istri menjadi patuh kepada suaminya.
Tentunya ini pun harus dibersamai dengan perbaikan kualitas diri kita dihadapan Allah dan meminta pertolongan Allah agar Allah ridha terhadap apapun yang akan terjadi pada diri kita salah satunya mendapatkan jodoh terbaik, in syaa Allah aamiin
Note: Tulisan ini sebagai pengingat dan pembelajaran bagi penulis semoga bisa bermanfaat
Wallahu a'lam
2 notes
·
View notes
Text
Jika Harus Memilih
Syaikh Shalih al-'Utsaimin rahimahullah berkata :
"Jangan engkau membenci sesuatu yang telah Allah pilih, karena sejatinya Allah memilihkan sesuatu yang padanya mengandung kemaslahatan besar yang engkau tidak mengetahui darinya." (Syarh Riyadh As-Shalihin, 3/309)
Murojaah Tarbiah Sunnah Learning
(Nasehat TSL)
Memilih seharusnya bukan menjadi sesuatu yang berat bagi seorang muslim jika sudah jelas terlihat di matanya mana yang lebih mendekatkan diri pada Allah, mana yang Allah ridhoi, mana yang mengundang murka Allah.
Jika kita mukmin, maka sesungguhnya ridho Allah-lah yang harus kita utamakan untuk dicari.
Allah berfirman,
"... Allah dan Rasul-Nya yang lebih berhak untuk mereka cari keridhoan-Nya." (Qs. At-Taubah: 62)
Mencari keridhoan Allah adalah keuntungan yang amat besar, sebagaimana yang pernah dituliskan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha kepada Mu’awiyah radhiyallahu 'anhu:َ
“Sesungguhnya barangsiapa yang mencari keridhoan manusia dengan mendatangkan kemurkaan Allah maka Allah akan murka kepadanya dan akan menjadikan manusia juga marah kepadanya, dan orang yang memujinya akan berubah menjadi mencelanya.
Dan barangsiapa yang mencari keridhoan Allah meskipun mendatangkan kemarahan manusia maka Allah akan ridho kepadanya dan akan membuat mereka ridho kepadanya”.
Selain itu, Allah telah berjanji, melalui sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, “Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad)
Semoga Allah memberikan kita taufik untuk hanya memilih hal yang Allah ridhoi.
Wallahu waliyyut taufiq
5 notes
·
View notes
Text
Akhir yang Indah
Husnul khatimah merupakan obsesi tertinggi seorang mukmin ketika ajal tiba. Merupakan kebahagiaan yang tiada tara ketika seorang hamba mampu meraih predikat mulia tersebut. Inilah sepenggal kisah orang terdahulu saat menjalani detik-detik yang menentukan. Meski deraan siksa fisik menghimpitnya, para terdahulu ini tetap tegar di atas al-haq, bahkan melantunkan ayat-ayat Al-Quran hingga lisannya basah dengan dzikrullah.
Abu Dzar al-Hafizh berkata, “(Ibnu Nabulisi) ia disiksa hingga mati oleh Bani Abid (dari Bani Fathimiyyun). Ia disalib karena berpegang teguh pada As-Sunnah. Aku sering mendengar Imam Ad Daruquthni sering menyebut namanya lalu menangis. Ad Daruquthni berkata, ketika (Ibnu Nabulisi) disayat, ia membaca, “Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauhul Mahfuzh).” (Q.S. Al-Isra: 58)
Abul Faraj bin Al-Faraj berkata, “Jauhar Abu Tamin, seorang komandan perang yang memerintah Mesir menggelar sidang terdakwa Abu Bakar An-Nabulisi, ketika itu ia singgah di Al-Akwakh. Dia berkata, “Telah sampai berita kepadaku bahwa kamu (Abu Bakar An-Nabulisi) pernah mengatakan, “Jika seseorang memiliki 10 anak panah, ia wajib membidikkan 1 anak panahnya ke bangsa Romawi dan 9 anak panah lainnya kepada Bani Fathimiyyun”. An-Nabulisi membantah, “Aku tidak pernah berkata demikian, tetapi aku mengatakan, “Seseorang yang memiliki 10 anak panah, ia wajib membidikkan 9 anak panahnya kepada kalian (Bani Fathimiyyun) dan anak panah yang ke-10 juga dibidikkan kepada kalian. Karena kalian telah mengubah-ubah agama Islam dan kalian juga membunuh orang-orang shalih. Kalian juga mengaku memiliki cahaya ketuhanan”. Maka An-Nabulisi langsung ditikam dan dipukuli. Atas sebuah perintah, seorang Yahudi lalu menyayat-nyayat tubuh An-Nabulisi.
Ma’mar bin Ahmad bin Ziyad Ash-Shufi berkata, “Aku dipertuturkan oleh seorang yang tsiqah (terpercaya) bahwa Abu Bakar (An Nabulisi) disayat dari kepala pada bagian rambutnya yang dibelah ke arah wajah, sementara itu Abu Bakar senantiasa berdzikir dan bersabar hingga sayatan tersebut sampai pada bagian dadanya. Pada waktu itu, si Yahudi merasa kasihan, kemudian langsung menusuk beliau dengan pisau tepat pada rongga hatinya, lalu beliau pun meninggal”. Begitu juga sampai kepadaku bahwa Abu Bakar seorang imam ahli hadits dan fikih, sepanjang hidupnya biasa berpuasa, terpandang di mata semua orang. Ketika tubuh beliau disayat-sayat terdengar senandung bacaan Al-Qur’an dari jasad beliau” (Siyar A’lamin Nubala, 16/148).
Allahu akbar..
Sungguh, adalah akhir yang bahagia ketika seorang hamba senantiasa dalam ketakwaan dan terbiasa membasahi lisannya dengan kitabullah maka di saat meninggal ungkapan terakhirnya pun adalah kalamullah.
Kemudian, tak kalah menggugah iman kita, kisah Sa’id bin Jubair ketika di hadapkan kepada Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Saat Sa’id bin Jubair akan dibunuh, beliau menghadap kiblat sambil membaca firman Allah Ta’ala,
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” (Q.S. Al-An’am: 79).
Hajjaj pun mengatakan: “Palingkan ia dari kiblat!”. Sa’id kembali membaca firman Allah Ta’ala:
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.” (Q.S. Al-Baqarah: 115).
Hajjaj berkata lagi, “Sungkurkan dia ke tanah!” Sa’id pun membaca firman Allah Ta’ala:
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (Q.S. Thaha: 55).
“Sembelihlah musuh Allah ini! Aku belum pernah menjumpai orang yang suka berdalih dengan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti dia”. Kata Hajjaj kemudian. Sa’id pun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, “Ya Allah jangan lagi Kau beri kesempatan ia melakukannya atas orang lain setelah aku”.
Sungguh dua penggal kisah yang mampu mencambuk keimanan seseorang untuk menjaga istiqamah di atas Islam hingga akhir hayat. Sungguh keperkasaan akidah dan kuatnya kesabaran dalam membela Islam telah menjadikan mulia di sisi-Nya. Dan saatnya kini kita berbenah diri menjadi pribadi lebih baik lagi, semoga Allah senantiasa meridhoi. Allahuma aamiin
0 notes
Text
Asiyah binti Muzahaim, Wanita yang Ditampakkan Surga Untuknya
Muraja’ah: ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar
Wanita, Allah tidak membebankan bagimu tanggung jawab perhal nafkah di pundak, oleh karena wanita banyak diberi keringanan dalam ibadah dan perkara lainnya. Mereka adalah sosok yang mudah mengeluh dan tidak tahan dengan beban yang menghimpitnya. Dengan kebengkokannya sehingga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk bersikap lembut dan banyak mewasiatkan agar bersikap baik kepadanya. Karenya, tidak mengherankan kiranya jika Allah Tabaraka wa Ta’ala dengan segala hikmah-Nya mengamanahkan kaum wanita kepada kaum laki-laki.
Namun, kelemahan ini tak harus melunturkan keteguhan iman. Sebagaimana keteguhan salah seorang putri, istri dari seorang suami yang menjadi musuh Allah Rabb alam semesta. Seorang suami yang angkuh atas kekuasaan yang ada di tangannya, yang dusta lagi kufur kepada Rabbnya. Putri yang akhirnya harus disiksa oleh tangan suaminya sendiri, yang disiksa karena keimanannya kepada Allah Dzat Yang Maha Tinggi. Dialah Asiyah binti Muzahim, istri Fir’aun.
Ketika mengetahui keimanan istrinya kepada Allah, maka murkalah Fir’aun. Dengan keimanan dan keteguhan hati, wanita shalihah tersebut tidak goyah pendiriaannya, meski mendapat ancaman dan siksaan dari suaminya.
Kemudian keluarlah sang suami yang dzalim ini kepada kaumnya dan berkata pada mereka, “Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah binti Muzahaim?” Mereka menyanjungnya.Lalu Fir’aun berkata lagi kepada mereka,“Sesungguhnya dia menyembah Tuhan selainku.” Berkatalah mereka kepadanya,“Bunuhlah dia!”
Alangkah beratnya ujian Beliau, disiksa oleh suaminya sendiri.
Dimulailah siksaan itu, Fir’aun pun memerintahkan para algojo untuk memasang tonggak. Diikatlah kedua tangan dan kaki Asiyah pada tonggak tersebut, kemudian dibawanya wanita tersebut di bawah sengatan terik matahari. Belum cukup sampai disitu siksaan yang ditimpakan suaminya. Kedua tangan dan kaki Asiyah dipaku dan di atas punggungnya diletakkan batu yang besar. Subhanallah… Siksaan yang lebih layak ditimpakan kepada seorang laki-laki yang lebih kuat secara fisik dan bukan ditimpakan atas diri wanita yang bertubuh lemah tak berdaya. Siksaan yang apabila ditimpakan atas wanita sekarang, mungkin akan lebih memilih menyerah daripada mengalami siksaan semacam itu.
Namun, akankah siksaan itu menggeser keteguhan hati Asiyah walau sekejap? Sungguh siksaan itu tak sedikitpun mampu menggeser keimanan wanita mulia itu. Akan tetapi, siksaan-siksaan itu justru semakin menguatkan keimanannya.
Iman yang berangkat dari hati yang tulus, apapun yang menimpanya tidak sebanding dengan harapan atas apa yang dijanjikan di sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala. Maka Allah pun tidak menyia-nyiakan keteguhan iman wanita ini.
Ketika Fir’aun dan para algojo meninggalkan Asiyah, para malaikat pun datang menaunginya.
Di tengah beratnya siksaan yang menimpanya, wanita mulia ini senantiasa berdo’a memohon untuk dibuatkan rumah di surga. Allah mengabulkan doa Asiyah, maka disingkaplah hijab dan ia melihat rumahnya yang dibangun di dalam surga. Diabadikanlah doa wanita mulia ini di dalam al-Qur’an,
“Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang dzalim.” (Qs. At-Tahrim:11)
Ketika melihat rumahnya di surga dibangun, maka berbahagialah wanita mulia ini. Semakin hari semakin kuat kerinduan hatinya untuk memasukinya. Ia tak peduli lagi dengan siksaan Fir’aun dan algojonya. Ia memberi senyum gembira yang membuat Fir’aun bingung dan terheran-heran. Bagaimana mungkin orang yang disiksa akan tetapi malah tertawa riang? Sungguh terasa aneh semua itu baginya. Jika seandainya apa yang dilihat wanita ini ditampakkan juga padanya, maka kekuasaan dan kerajaannya tidak ada apa-apanya.
Maka tibalah saat-saat terakhir di dunia. Allah mencabut jiwa suci wanita shalihah ini dan menaikkannya menuju rahmat dan keridhaan-Nya. Berakhir sudah penderitaan dan siksaan dunia, siksaan dari suami yang tak berperikemanusiaan.
Kemuliaan hanya akan bisa diraih dengan amal shalih dan pengorbanan. Maka tak ada kemuliaan diraih dengan memanjakan diri dan kesombongan.
Keteguhan hati dan keimanannya itu menjanjikan. Maka jangan sampai terlenakan bagi kita untuk meraih janji Allah Ta’ala atas surga dan kenikmatannya.
Marilah meneladani Asiyah binti Muzahim dalam mempertahankan iman. Jangan sampai bujuk rayu setan dan bala tentaranya malah menggoyahkan keyakinan. Janganlah penilaian manusia dijadikan ukuran, tapi jadikan penilaian Allah sebagai tujuan. Apapun keadaan yang menghimpit kita, seberat apapun situasinya, hendaknya ridha Allah lebih utama.
Mudah-mudahan Allah mengampuni kita semua
Maraaji’:
14 Wanita Mulia dalam sejarah Islam (terjemahan dari Nisa’ Lahunna Mawaqif) karya Azhari Ahmad Mahmud
1 note
·
View note
Text
Keindahan Akhlak Seorang Mukmin
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya manusia tidak pernah diberi sesuatu yang lebih baik daripada akhlak yang baik.” (HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir I/145. Hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih al-Jami’ No. 1973)
Perkara akhlak merupakan salah satu pilar Islam dan diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah guna menyempurnakan akhlak manusia. Sungguh, Allah sangat memuji hamba-Nya yang berhias dengan akhlak mulia.
Keutamaan lainnya adalah dengan akhlak yang baik akan memperberat timbangan di akhirat sekaligus ia mencapai derajat tinggi sebagaimana orang yang shalat malam dan berpuasa di siang hari serta mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik akhlaknya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesuatu yang paling berat di timbangan adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud no. 4778, al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no.270, dan Ibnu Hibban 2/481. Menurut at-Tirmidzi hadits ini hasan shahih)
Dalam hadits lain, beliau bersabda yang maknanya: “Sesungguhnya dengan akhlaknya yang baik, seseorang benar-benar dapat mencapai tingkatan orang yang bangun (shalat) malam dan berpuasa di siang hari.” (HR. Al-Hakim, I/60)
Ketika Sahl at-Tasturi ditanya tentang akhlak yang baik, dia menjawab, ”Yang paling rendah adalah tabah menanggung derita, tidak membalas keburukan dengan keburukan yang sepadan, berbelas kasih dengan orang yang menzalimi, memohonkan ampun untuknya, dan menyayanginya.” (Al-Ihya, 3/57)
Mereka adalah orang-orang yang jauh dari sikap sombong karena sikap tersebut bisa membawa petaka, baik di dunia lebih-lebih di akhirat.
Allah berfirman, Artinya: “Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat setiap tanda-tanda (kekuasaan-Ku), mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mendustakan ayat – ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya.” (QS. Al-A’raf: 146)
Juga firman-Nya, Artinya: “(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Sangat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan orang-orang beriman. Demikianlah, Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.” (QS. Gafir: 35)
Muhammad bin Wasi’, tokoh terpandang dan ahli ibadah berkata: “Kalau saja dosa itu memiliki bau, tentu tidak akan ada orang yang bersedia duduk di dekatku.” (As-Siyar, 6/120, Shifah ash-Shofwah, 3/268).
MaasyaaAllah, Begitu lembut dan peka hati-hatinya. Keimanan yang kokoh dan amal saleh yang dilakukan tidak lantas membuatnya sombong dan bangga diri.
Al-Husain bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tidak ada hati yang dimasuki oleh rasa sombong sedikit pun, kecuali pemahamannya akan terkurangi sesuai dengan rasa sombong yang malu, sedikit ataukah banyak.” (Al-Ihya’, 3/358)
Ayyub as-Sikhtiyani mengatakan: “Ketika orang-orang saleh disebutkan, aku merasa sangat jauh dari mereka.” (Tadzkiroh al-Huffazh, 10/131)
Imam Ahmad berkata: “Aku mohon kepada Allah, semoga Dia menjadikan kami lebih baik dari apa yang disangka orang dan mengampuni dosa kami yang tidak diketahui orang.” (al-Wara’, Imam Ahmad bin Hambal, hlm. 152)
Asy-Syafi’i mengatakan: “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah yang tidak memandang dirinya memiliki kedudukan. Dan orang yang paling banyak jasanya adalah yang tidak memandang dirinya memiliki jasa.” (As-Siyar, 10/99)
Demikianlah, ungkapan betapa para terdahulu sangat hati-hati dengan prestasi ukhrawi yang tak mereka raih. Semakin tinggi ilmu, maka hati mereka pun kian tawadhu’, mereka tak sungkan menebar kasih sayang kepada banyak orang dan ridha membalas keburukan dengan kebaikan.
Saya belajar dan bersyukur atas kisah-kisah penuh hikmah dan cermin ini.
0 notes
Text
Kadar Kebahagian
Seseorang menjadi sedih bukan karena dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Tetapi karena dia belum yakin bahwa Allah tidak pernah memberi yang kita ingin, melainkan apa yang kita butuh.
Seseorang sangat kecewa bukan karena orang lain berperilaku seenaknya. Tetapi karena dia terlalu bergantung pada manusia penuh dosa. Dia lupa bahwa sebaik-baiknya harapan adalah kepada Yang Maha Pemberi Kuasa.
Seseorang seringkali marah bukan karena sering sakit hati dengan apapun di hadapannya. Tetapi karena dia belum paham jika dia bersabar kelak apapun yang terjadi dalam hidup adalah sesuatu yang akan membuatnya lebih mulia.
Seseorang seringkali mengeluh bukan karena letih dengan apa yang dijalani. Tetapi karena dia belum khusyu dalam bersyukur pada Yang Maha Kaya. Bahwa apa yang ada dalam hidup adalah takaran yang sangat pas untuk dia pertanggungjawabkan kelak.
Terkadang kita merasa sedih dan penat bukan karena permasalahan kehidupan yang runyam. Tetapi karena kita lupa bahwa Allah ta'kan pernah meninggalkan kita sendirian. Kita lupa bahwa Allah selalu memberi kemudahan setelah kesulitan. Dan kita belum menyadari bahwa apapun yang terjadi dalam hidup adalah hal palingbaik yang Allah titipkan.
1 note
·
View note
Text
"Saat kamu sudah memutuskan untuk ikhlas, maka saat itu juga satu pintu kebahagiaan telah kamu ijinkan untuk terbuka."
0 notes
Text
Takut
"Dan kami tidak memberikan tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti". (QS. Al-Isra: 59)
Mukmin itu menjadi takut kepada Allah ketika melihat peringatan dari Allah ta’ala..
Ia akan segera tunduk dan mematuhi segala perintah-Nya..
Ia segera bertaubat dan memohon ampunan atas dosa dosanya...
Namun..
Ketika hatinya telah keras..
Peringatan itu tak lagi membuat ia takut dan tunduk..
Allah Ta’ala berfirman:
"Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. Al An’am: 43)
0 notes
Text
Lisan
Adalah lisan, satu satunya indera pemberian Rabb yang nanti akan dikunci. Bagaimana kita tak bisa melakukan pembelaan lagi atas diri, tak bisa mencari pembenaran atau alasan seperti saat ini, dan tak akan mampu membohongi keadaan layaknya sendiri.
Adalah lisan, salah satu anggota tubuh yang teramat sering mencelakakan banyak anak cucu adam dan menjerumuskannya ke neraka. Terlampau sering ingin tau masalah orang, kemudian merasa berbahagia diatas penderitaan yang mereka rasakan.
Adalah lisan, tidak bertulang namun sungguh sulit bagi kita untuk erat menjaga. Melawan keinginan untuk tak sekalipun berucap nasihat tak tepat. Melawan keinginan untuk tak usah mau tahu dan tak juga cari tau tentang hal buruk mengenai saudara sendiri. Melawan seluruh ego untuk tak usah melimpah ruah dalam bicara saat keadaan pun tak mendukung tetapi seolah berbalik giat dengan niat dilakukan.
Betapa banyak orang di dunia ini cerdas dalam pekerjaannya, cekatan dan pintar dalam berbagai urusan bisnis, namun ternyata sulit dalam mengelola lisannya.
Sedikit saja lisan kita salah, ada mata yang diam diam basah. Sedikit saja kita tak timbang timbang bicara, ada hati yang ternyata terluka.
Barangkali kita perlu berkaca kembali pada pribadi Rasulullaah shalallaahu'alaihi wa sallam dalam menjaga lisannya. Betapa, tak semua nasihat pantas ditempatkan pada setiap kondisi. Ada kalanya, lisan yang kita anggap fasih betul dan punya sejuta nasihat ini, kita tahan dan cukup pahami saja perasaan saudari kita yang sedang bersedih. Karena tak pada semua keadaan, kita perlu tampil berkomentar. Maka silahkan dekati dan pahami sebagaimana kamu ingin didengari
0 notes
Text
Perjalanan Istiqomah
Sungguh beruntunglah wahai diri, jika saat ini kamu dapati diri menjadi bagian dari sedikitnya orang-orang pilihan Allah. Bagaimana damai membersamai tiap langkah tergeraknya hati, berupaya tulus menjiwai berbagai peran hidup, maksimal bergerak dalam berbagai kondisi dengan tujuan hanya Illahi. Sekali lagi, itu adalah kebahagian hakiki. Betapa istiqomah di zaman fitnah itu teramat berat. Hawa nafsu senantiasa silih mengajak untuk terus bermaksiat. Terlihat indah oleh mata dan angan karena nyatanya ia disukai oleh syahwat. Kepada diri, maka ia harus tetap menjaga dengan penuh sabar agar tak kian pudar. Belum lagi dengan banyaknya syubhat keberadaannya selalu mengancam taat. Semoga diri kita tetap bisa kuat.
1 note
·
View note
Text
Peduli
Bertahan itu tanpa dengan arti
Bilik hampa kian maju semakin terisi
Melukis manis dekap erat nurani
Paham betul bagaimana genggam erat duniawi
Meski benar tak mungkin buat kekal abadi
Setidaknya lebih dekat bersama surgawi
1 note
·
View note
Text
"Maka menepi adalah cara bahagia untuk kembali menyadarkan hati, manakala lembar peristiwa yang hadir adalah ketidakbaikkan untuk diri barangkali adalah baik menurut-Nya. Kelihatannya Sang Ilahi ingin meng-ilhami energi baik dan menguji seberapa besar kadar mu untuk serius menggapai keridhoannya."
0 notes
Text
Do'a Nabi shallallahu’alaihi wasallam
يا مقلب القلوب, ثبت قلبي على دينك
“Wahai Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.“ (HR. Tirmidzi: 3522, disahihkan oleh Syeikh Albani).
0 notes
Text
Selangkah Lebih Berarti
Kicau dari barat senja nampak searah dengan gradasi membentuk piasan lukisan nan indah, sayang hanya sebentar walau berharap dapat menjalar. Mungkin seharusnya itu kenyataan karena sifatnya sementara pada hayalan.
Jadi,
Kalau sudah siap berubah cepat tolong hendak lebih cermat. Karena nanti, ada saatnya ketika diri mulai berhenti maka kamu pilih terus taati.
Nanti,
Memperbaharui orientasi, menyerahkan segala ambisi bukan berarti sedang rendah diri sebab kamu kan yakin bahwa sumber bahagia sesederhana terima setiap pemberian dari-Nya. Kini, cukup tulus dalam hati.
0 notes
Text
" Kepadamu yang hidupnya saling menguatkan penuh cinta dan ikhlas beribadah, bersyukurlah karena Allah senantiasa berada dekat. Dan hanya kepada sedikit golongan kelak kebahagiaan bathin tulus menghampiri. "
0 notes
Text
Rindu Rintik
Hai, Rintik
Padamu aku lirih berbisik
Di ujung atas biru, sepintas untai syahdu
Bagaimana bisa hilang pilu padahal nyaris terlalu sendu
Hai, Rintik
Adakalanya mulai mengadu
Walau banyak pihak lalai beradu
Tapi kamu kian unggu
Ternyata radar panggil biru
Hai, Kamu yang hanya mampu kenang keluh. Bukannya hidup tak melulu tentang masa lalu karena sedikit harus disisikan utuh. Sudahkah kembali jadi luluh kan sudah janji melangkah jauh? :)
0 notes