| Muhammad Fahmi Trisnadi | Mimpimu akan menjadi nyata ketika kamu mempercayainya
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Sediakala
Di tengah amuk rasa yang bergejolak Raung sirine ambulans menyuluh langit yang sengit Jiwa-jiwa takut dan kedinginan Membisikkan doa-doa yang bergumam Dalam engap udara yang terhirup Di antara syahdu ruang rindu orang-orang terkasih dan derit-derit pintu langit yang mengucur tangis
Banyak kata penuh tanya terlipat dan terselip dalam rongga-rongga harapan Pada diri yang kuat bertahan Pada hati yang lapang bersabar Pada jiwa yang mampu meredam duka
Jangan lelah menenun doa Meski air mata basah menggenang Dari semoga yang sudah-sudah Semoga yang membuat lara berubah seperti sediakala
Fahmi Trisnadi
3 notes
·
View notes
Text
Untukmu, Cantik
Kamu cantik, tapi aku tidak tertarik. Entah mau bagaimana kamu jungkir balik berusaha untuk tampil cantik. Rasanya tidak pernah menarik, bagiku. Entah bagi yang lain.
Biar kain penutup kepalamu berkibar diterpa angin atau baju panjangmu menjulur hingga tanah, memesona ribuan mata di akun media sosialmu. Dipuji ribuan mata karena keindahannya. Aku menutup mata untukmu.
Entah bagaimana pun caramu untuk terlihat demikian. Lebih baik aku mencari tahu bagaimana caranya memberitahumu dengan baik-baik. Biar hatimu tidak patah karena nasihat yang salah memilih kata, agar kehormatanmu tidak jatuh karena kata-kata yang salah memilih nada.
Aku tidak tertarik dengan kecantikanmu, aku tertarik dalam upayamu berubah hari ini. Dari upayamu untuk memahami bahwa setiap kali perempuan keluar dari pintu rumahnya, maka setan akan membuat indah pada pandangan manusia segala hal yang ada padamu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dan kamu semakin mengerti bahwa segala hal itu patut dijaga dengan cara-cara yang memang tidak mudah dilakukan.
Di tengah setiap orang begitu ingin menampilkan eksistensi, kini kamu memilih menutup diri. Aku tertarik pada upayamu menjaga diri. Cantikmu muncul saat imanmu menguasai dan membentuk kepercayaan baru dalam diri bahwa cantik adalah ujian dalam bentuk anugerah. Dan kamu menjadi khawatir kalau laki-laki memilihmu karena kecantikanmu, bukan agamamu.
©kurniawangunadi
1K notes
·
View notes
Text
Bacaanku hanya Qulhu
Baru saja aku berpikir, bagaimana jika aku menikah nanti.
Bukan, bukan masalah akan memberi mahar kamu apa, mengundang berapa banyak tamu undangan, menggelar pernikahan dimana ataupun bulan madu dimana setelah menikah.
Berumah tangga itu berarti menjadi imam, menjadi pembimbing atas istri. Menjadi penggenap setengah dien dari pasangan, siap menanggung atas dosa yang dilakukan perempuan yang dinafkahi.
Yang selalu mengusik pikiranku adalah kata imam, imam dalam arti sebenarnya seperti saat kita sedang shalat berjamaah.
Bagaimana jika aku menikah nanti.
Bacaanku hanya Qulhu tiap kali aku mengimami kamu. Tajwidnya pun alakadarnya, belum lagi panjang pendek bacaanya.
Bagaimana aku akan mengajarkanmu al-Qur’an, mengaji bersama seusai sembayang Magrib. Membaca sendiri saja aku masih terbata-bata.
Dulu sewaktu kecil aku pernah hafal hampir setengah juz ‘ama, tapi waktu selalu melenakan manusia, dan aku termasuk di dalamnya. Waktu kecil ya memang harusnya begitu, pikirku.
Kini saat usiaku mendekati masa-masa melepas masa lajang, aku menjadi merasa belum pantas menjadi seorang imam keluarga. Bacaanku hanya Qulhu, aku akan malu tiap kali mengimami kamu.
“Sebaik-baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” – HR. Bukhari.
Sebelum masa itu tiba, mungkin beberapa tahun lagi, aku ingin menjadi orang yang baik, yang memperbaiki diri dengan mempelajari Al-Qur’an. Supaya nanti aku bisa mengimami dengan Ar-Rahman yang katanya surah favoritmu.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qu’ran untuk pelajaran, maka adakah orang-orang yang mengambil pelajaran?” – Al-Qamar : 17
Selamat belajar Al-Qur’an.
Magelang, 8 Juli 2015
3 notes
·
View notes
Text
Sebuah Pertemuan
Sudah sewajarnya,
Setiap pertemuan itu menimbulkan kesan dan mungkin juga pesan. Terlebih ketika bertemu dengan seseorang untuk pertama kalinya. Rasa sungkan dan malu merupakan hal yang biasa terjadi ketika duduk berhadapan, bingung akan memulai pembicaraan. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelum bertemu juga menguap begitu saja saking groginya. Pertemuan pertama bisa menjadi penentu apakah akan ada pertemuan-pertemuan berikutnya. Kesan yang ditimbulkan pada saat bertemu akan menjadi isyarat pada apa yang akan terjadi setelah pertemuan. Apakah tercipta hubungan yang semakin dekat atau justru saling menjauh.Pertemuan pertama berilah kesan yang istimewa jika kamu memang sudah lama mengidamkan pertemuan itu, siapa tahu dia yang kamu temui adalah bagian dari masa depanmu, tapi tanpa harus dibuat-buat dengan gaya lebay.
Manusia itu makhluk yang pandai menyembunyikan apa yang dia rasakan, termasuk perasaan. Cenderung lebih senang berasumsi dengan apa yang dilihat, apa yang dia rasakan dari pada harus menanyakan secara langsung. Mungkin gengsi, mungkin malu, apalagi perempuan, jangan sampai memulai duluan –katanya-. Pertemuan dapat mengungkap penasaran meski tidak semua, terhadap apa yang dirasa sebelumnya. Lalu akan membandingkan ekspektasi dengan realita yang terjadi saat pertemuan.
“Oh ternyata”, “Hmm.. memang benar” – batinmu.
Pertemuan bisa sekaligus menjadi sebuah perpisahan, tergantung kesepakatan. Namun, tak perlu dipermasalahkan, bagaimanapun juga pertemuan dan perpisahan itu ibarat sebuah garis lingkaran. Terjadi titik balik, akan ada pengulangan, meski harus menunggu. Tak mengapa jika dalam pertemuan (terlabih jika itu kali pertama) banyak bertanya. Karena asumsi manusia itu sering salahnya. Tapi juga harus jaga sikap, jaga diri, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Kamu juga harus mempertimbangkan bagaimana dia, siapa tahu dia terpaksa menemuimu karena tidak enak hati. Jika pun kamu tanyakan juga pasti jawabannya “tidak”. Manusia itu suka berpura-pura dan menyembunyikan perasaanya. Namun, dari gestur tubuhnya kamu seharusnya bisa menebak apakah dia nyaman atau tidak.
Sebenarnya tak ada yang perlu dirisaukan dari sebuah pertemuan (terlebih jika itu kali pertama), semua tergantung sudut pandangmu, semua tergantung pikiranmu. Berteman itu bisa dengan siapa saja, dengan penjahat sekalipun. Selama kamu menganggapnya baik-baik saja, tidak akan terjadi hal yang aneh-aneh, aku yakin semesta juga akan mendukung. Apalagi jika sebelumnya kamu sebelumnya juga pernah bercakap meski di dunia maya atau melalui pesan selular. Anggap saja itu teman lamamu yang sudah lama tidak bertemu.
Kamu tak perlu menemuiku jika belum siap untuk bertemu.
Jangan sampai aku mencuri waktumu hanya untuk menuruti kemauan sepihakku.
Pertemuan itu bukan paksaan yang akan menimbulkan penyesalan.
Aku harap pertemuanku denganmu seperti bintang bertemu malam.
Indah dan penuh kebahagiaan.
Semarang, 13 Mei 2015
0 notes
Text
Bagaimana jika itu dia
Bagaimana jika itu dia..
Orang asing yang tiba-tiba masuk dalam kehidupanmu adalah jawaban dari doamu selama ini kamu rapalkan. Seseorang yang sebelumnya kamu pun tak mengenalnya, dari mana asal usulnya, benar-benar asing. Semesta memang susah ditebak, dengan segala konspirasinya membuat pertemuan dan perpisahan makhluk-makhluk bumi yang terkadang di luar nalar. Seperti perkenalan pada seorang asing, yang tiba-tiba hadir dalam perjalanan hidupmu saat ini. Perkenalan dari dunia maya yang berlanjut pada perkenalan secara langsung. Kamu yang masih terheran-heran dan masih menebak-nebak siapakah seorang asing ini, apakah dia orang yang baik-baik, apakah hanya ingin menggoda, atau hanya memang ingin berteman. Tapi apa iya, orang yang berkenalan lewat dunia maya, kemudian dia sok akrab adalah orang baik-baik? Dan sekadar ingin berteman? Padahal kamu bukanlah artis dan meskipun orang asing itu berkenalan lewat temanmu.
Semesta selalu punya cara sendiri untuk membuat seseorang saling mengenal.
Bagaimana jika itu dia
Orang asing yang tiba-tiba ingin mengajakmu bertemu untuk kenalan secara langsung. Apa ini masih normal? Dia siapa kamu siapa? Aku yakin kamu dengan penuh keraguan akan melakukan hal ini, meski kamu tahu dia teman dari temanmu juga. Apa iya se-frontal ini? mungkin pikirmu. Hal-hal yang terjadi di dunia ini kadang memang aneh, kok ada ya seperti ini? Tidakkah terlalu jauh untuk sebuah awal perkenalan? Otakmu pasti akan terus berpikir dan menebak-nebak apa yang dimau orang asing ini.
Namun,
Bagaimana jika itu dia
Orang yang baru berkenalan denganmu lewat dunia maya selalu mendoakanmu? Selalu mengagumimu dalam setiap postingan-mu di dunia maya? Selalu berdebar-debar setiap kamu membalas comment-nya?
Bagaimana jika itu dia
Orang asing yang ternyata suka denganmu? Entah dari sisi mana dia menyukaimu?
Semarang, 13 Mei 2015
1 note
·
View note
Text
Merindu-mu
Ada rindu yang tak mampu terekam oleh hujan
Ada rindu yang tak mampu tersampaikan oleh malaikat malam
Ada rindu yang tak mampu terlukis oleh senja
Merindumu.
Bagiku, rindu tak bisa terwakili apapun selain bertemu. Meski tak keluar sepatah kata ketika bertemu yang penting aku memandangmu. Bola mataku seakan juga minta ditatap dan memberi tahu kalau aku sangat merindumu. Aku tak perlu bertanya dan menunggu jawaban darimu apakah kamu juga merinduku. Rindu itu kadang sepihak. Rindu tak memandang waktu dan suasana. Rindu tak memandang apakah kamu sedang sendiri atau bersama teman-temanmu. Seperti hujan yang kadang turun tanpa mendung atau pelangi yang manis tanpa gerimis.
Dalam hati semacam ada resonansi yang menggema meneriakkan namamu berulang-ulang.
Dulu sewaktu kecil Ibu pernah bilang padaku saat aku menanyakan kapan bapak pulang,
Kalau kamu rindu pada seseorang teriakkan nama orang yang kamu rindukan ke dalam genthong air nanti orang itu akan pulang dan menemuimu
Bimsalabim...
Seperti dalam cerita sulap.
Benar saja hari berikutnya bapak pulang. Semenjak itu aku percaya kalau sedang rindu pada seseorang aku pergi ke dapur, membuka genthong air lalu meneriakkan namanya dengan keras sampai genthong itu bergetar. Meski keakuratanya tidak setepat trial pertama, aku tetap percaya bahwa orang itu akan pulang. Memang, sejatinya setiap orang pasti pulang entah kemana ia pergi.
Sekarang aku hampir saja terpengaruh, pergi ke dapur meneriakkan namamu di genthong air. Dan aku baru sadar tindakan tak masuk akal ini ketika tak ku jumpai genthong air, yang ada adalah bak mandi. Aku lupa sudah hidup di zaman modern, mungkin rinduku sudah tak terbendung seperti bak mandi yang terisi air penuh-penuh.
Kamu tak akan tertawa-tawa jika kamu merasakan rindu yang sama.
Ada seorang lelaki muda tertawan rindu
Di sudut hati kecilnya
Meminta untuk ditebus dengan temu
Yaitu kamu
Yang selalu disebut dalam doanya
Jika kamu bertanya mengapa aku merindumu? Itu sama halnya dengan seorang anak yang bertanya kepada ibunya “mengapa aku dilahirkan ke dunia?”. Karena rindu melampaui logika hanya butuh keyakinan bahwa itu benar adanya tak perlu menjawab dengan kata.
Hal paling membahagiakan ketika seorang yang kita rindu juga merindu, berada pada titik temu dan tak bisa dijelaskan dengan teori koordinat maupun kurva keseimbangan. Jika diibaratkan rindu itu adalah titik didih maka ketika bertemu denganmu secara dramatis akan langsung menjadi titik beku hanya sepersekian detik saja.
Aku akan mengatakan kepadamu
Sebelum musim hujan berganti kemarau
Sebelum langit menggantung mimpi dalam kalbu
Sebelum tanah memendam rindu
Aku akan mengatakannya sebelum kamu menanyakan mengapa
Tahukah kamu, tingkatan rindu paling tinggi adalah ketika merindu seseorang tidak bertemu tetapi diam-diam mendoakan. Aku melakukannya, entah kamu juga melakukan hal sama atau tidak, yang jelas aku merindumu.
Rindu bukanlah racun, tetapi kamu bisa menjadi obatnya.
©detraumer
2 notes
·
View notes
Text
Siapa yang jadi juaranya...
Karena kau tak lihat
Terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlap tak rupawan...
Hanya satu perempuan di dunia ini yang punya hak membuat laki-laki tangguh menangis..
Tak ada teori manapun yang mampu menjelaskan kasih sayang dan seberapa besar hatinya..
Tak akan pernah selesai ku ceritakan tentang perempuan tegar yang setiap pukul 3 dini hari bangun untuk menunaikan sembahyang dua rakaat. Lirih-lirih terdengar rapalan doa untuk kebaikan anak-anaknya, sesekali dengan sesegukan air mata. Selepasnya akan mengalun suara merdu lantunan ayat-ayat suci yang menentramkan jiwa hingga kumandang adzan subuh. Usai subuh, perempuan yang tak pernah mengeluh di depan anak-anaknya itu menuju dapur untuk menyiapkan sarapan keluarga. Kamu mana mau dan mampu melakukannya tiap hari?
“Le.. hidup itu harus banyak bersyukur, masih banyak orang-orang yang lebih menderita dari pada kita, makan sehari-hari hanya pakai sambel korek”.
Begitulah perempuan yang selalu makan paling akhir setelah semuanya makan mengajarkan cara mensyukuri hidup, meski hidup sederhana.
Namun kasih ini..
Silakan kau adu..
Selalu ada senyum meski hanya lewat ujung telepon, selalu ada kehangatan saat bersama-sama. Tak ada yang lebih perhatian dari seorang perempuan selain dia yang selalu menanyakanmu sudah makan apa belum? masih punya uang atau tidak?, yang selalu mengingatkan untuk tidak meninggalkan sholat, jaga kesehatan. Hal yang tak akan pernah ku pikirkan sudah dia rencanakan hanya tinggal melaksanakan, hal yang ku khawatirkan sudah dia siapkan solusi terbaik tanpa harus merasa ketakutan. Selalu dan selalu tak pernah bosan, hanya aku saja yang menganggapnya berlebihan dan sering mengabaikan.
Dia bukan malaikat tapi selalu melindungi. Dia siap mengorbakan dirinya demi kebahagiaan anaknya.
Marahnya kepada anak-anaknya wujud kasih sayang yang tak pernah padam. Namun, anak-anaknya sering kali menanggapinya dengan kekesalan. Aku tahu, pasti dalam hatinya sering merasakan getir kepahitan menghadapi anak-ananya, namun dia tetaplah perempuan tersabar yang ada di dunia ini yang justru mendoakan anak-anaknya.
Yakinlah setiap keberuntungan yang kamu peroleh hari ini, bukanlah seseuatu yang kebetulan, doa dari ibumu dikabulkan.
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya..
Ibu.
©detraumer
0 notes
Text
Renungan : Kapan Menikah?
Menikah itu bukan suatu perlombaan, bukan lebih cepat lebih baik. Menikah itu menggenapkan agama, tak sembarangan tanpa persiapan. Menikah itu pada saat waktu yang tepat, bukan karena teman-teman atau orang-orang di sekitarnya sudah menikah. Menikah itu jika kamu telah mampu, bukan karena paksaan dan malu karena melihat orang-orang sudah menikah.
Tak usah buru-buru, ibarat berias diri kalau dilakukan dengan buru-buru tentu akan membuat diri kita menjadi aneh. Begitu juga dengan memperbaiki diri sebelum melangsungkan pernikahan, setahap demi setahap, Tuhan itu Maha Mengetahui keadaan hamba-Nya.
Biar saja diluar sana orang-orang mencemoohmu karena dianggap tak laku-laku, kita tak butuh penilaian mereka. Mengharap penilaian dari makhluk akan melelahkan hati.
“Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita” – An-Najm (45)
Teruslah memperbaiki diri, jika waktu yang tepat itu datang, kamu sudah siap. Sekarang ini percayalah Tuhan sedang mempersiapkan jodoh terbaik untukmu. Menikah itu dengan orang yang terbaik, tidak asal pilih. Jika saat ini belum mampu menikah maka berpuasalah.
Sibuklah memperbaiki diri, bukan sibuk mencari.
Teruslah berdoa karena sesungguhnya Tuhan amat dekat rahmat-Nya lagi mengabulkan doa hamba-Nya.
1 note
·
View note
Text
Nasihat Seorang Sahabat
“Benar memang kata orang bahwa pekerjaan yang sia-sia di dunia ini adalah memberi nasihat pada orang yang sedang jatuh cinta. Cinta itu memang melemahkan logika, apapun alasannya. Tapi, aku hanya ingin kamu merenung barang sejenak. Apa kamu yakin itu cinta? Bagaimana mungkin kamu menerima cinta seseorang yang dulu pernah menyakitimu? Tidak ingatkah kamu sesegukan semalaman saat kamu tahu dia bukan lelaki baik-baik, selingkuh dengan wanita lain?
Hati itu bukan benda sirkus yang bisa dimainkan dan ditertawakan. Percuma waktu itu sahabat dan keluargamu menghibur luka di hatimu. Lelaki baik-baik itu tak akan menyakiti atau melukai perempuan yang dicintai. Tapi kenapa sekarang kamu kembali kepadanya? Lelaki di dunia ini yang lebih peduli untuk melindungi dan menyayangimu itu masih banyak. Seakan-akan dialah satu-satunya, dialah tempat pelarianmu. Hati perempuan itu memang lembut, tapi bukan berarti pula mudah menerima laki-laki yang dengan kata-kata gombal terlebih jika laki-laki itu pernah menyakitimu. Kamu tahu, gula pasir itu untuk menjadi lembut tak hanya disaring sekali. Begitu juga hatimu, ajarlah untuk menjadi lembut. Hati itu kadang harus kuat seperti batu untuk mempertahankan kelembutannya, jangan seperti ranting pohon yang mudah patah.
Yakinlah di luar sana masih ada lelaki baik-baik yang mampu menjaga kelembutan hatimu, bukan malah mematahkannya. Aku ini sahabatmu, tolong dengarkan aku sekali ini saja. Aku sudah tak sudi mendengar sumpah serapahmu tentangnya jika kamu disakiti lagi. Aku sudah bosan mengusap air matamu usai kamu dibohongi dia lagi. Jangan terlalu menuruti perasaanmu, gunakanlah akal sehatmu, karena itu sebagian rahmat dari Tuhan. “
Zanra menghentikan perkataannya, dipandanginya sahabat perempuanya itu lekat-lekat.
“Al.. Alya lihat aku Al”
Ayla terus memunggungi Zanra.
“Sudah selesai ceramahmu? Zan, kenapa sih kamu mencampuri urusanku? Aku tahu dia pernah menyakitiku tapi aku yakin dia sekarang berubah Zan. Kamu bukan sahabatku yang kaya dulu Zan, sekarang kamu sering banget ngatur aku, nglarang ini itu. Jangan-jangan kamu suka denganku?”
“Al.. bukan gitu Al, justru karena aku sahabatmu aku pengen kamu itu berpikir laki-laki di dunia ini ga cuma dia Al..”
“Maksud kamu, kamu Zan?”
“Berapa banyak sih air mata yang bakal kamu korbankan untuk dia lagi? Apa waktu itu belum cukup? Al, sadar dong Al. Berbulan-bulan kamu coba mengembalikan kelembutan hatimu, tapi kini dia merayu sedikit saja hatimu sudah luluh. Tidak semudah itu Al, untuk urusan hati.”
“Jadi kamu pikir aku ini gampangan?”
“Oke terserah kamu Al sekarang, yang jelas aku sebagai sahabatmu sudah berkali-kali mengingatkanmu, dan ini yang terakhir. Aku harap kamu tidak akan pernah menyesal dengan apa yang lakukan. Jangan temui aku lagi jika kamu disakiti lagi”
“Baguslah kalau begitu!” Alya meninggalkan Zanra begitu saja.
Di dunia ini yang membuat suatu hubungan menjadi tidak baik selain harta adalah cinta. Cinta memang hak setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan. Meski cinta itu sering kali tak memiliki logika tapi tetap peliharalah hatimu dan ajarlah dia dalam menentukan pilihan. Paku yang menancap meski sudah dicabut tetap akan meninggalkan bekas. Begitu juga dengan hati jika telah tersakiti meski kamu sudah memaafkannya dia tetap ada bekas luka. Bagaimana mungkin bekas luka itu kamu korek-korek lagi hingga akan menjadi luka yang menganga? Butuh waktu lama untuk menyembuhkannya.
Pernahkah kamu mendengar jika kamu mempunyai kekasih dan ketika kamu meminta pendapat tentang kekasihmu itu pada sahabatmu lalu salah satu sahabatmu berkata jangan, maka tinggalkanlah orang itu. Orang yang tengah mabuk tak akan tahu bahwa dirinya mabuk, makanya butuh sahabat yang tidak akan membiarkan mabuk lebih jauh dan jatuh terkulai.
Maka ajarlah hatimu untuk melabuhkan cintanya, jangan sampai ia terkena badai untuk kedua kalinya. Cinta itu bukan petualangan yang akan menjadi pengalaman, tapi cinta itu suci yang harus kamu jaga dan hanya kamu berikan pada dia yang menyayangimu dengan hati bukan janji. Karena cinta yang dimulai dengan janji sering berujung sakit hati.
©dertraumer
4 notes
·
View notes
Text
Belajar Ikhlas
Meninggalkan dirimu sama saja seperti beranjak dari kasur kala musim hujan dengan balutan selimut. Kamu sudah memberi kehangatan pada hati yang sering diabaikan. Memberi ketenangan bagi jiwa yang dirundung kegelisahan. Matamu pancarkan keceriaan seperti sinar mentari setelah turun hujan pagi hari. Bersamaku kan kita lukis pelangi dengan mimpi warna warni.
Meninggalkan itu sebuah pengandaian. Ditinggalkan itu sebuah kenyataan.
Tidak akan menyangka jika akan ada orang yang terluka. Adalah aku ditinggalkan seseorang yang sangat berarti, yang diharapkan setiap malam duduk bersama di teras rumah menghitung bintang. Lalu berdoa semoga Tuhan mengabulkan impian aku dan kamu.
Sudah seharusnya manusia itu belajar ikhlas, mengikhlaskan cinta yang tak bisa dimiliki. Kan dikejar sekalipun, tak akan sanggup karena mungkin kamu tidak akan ingat lagi diriku. Jika kamu mencintaiku pastilah kamu tak akan pergi. Mungkin mengalah adalah jalan terbaik, sebelum aku dibuat lebih susah dengan pengandai-andaianku sendiri. Harus terima bagaimanapun caranya, meski sakitnya harus aku tanggung sendiri.
Kamu pasti punya alasan yang belum sempat terungkapkan, meski alasan sederhana. Mungkin hanya doa yang baru sempat kamu lakukan di tiap ujung malam.
Bukan mentari jika datang di malam hari. Bukan hati jika tak pernah tersakiti.
Ikhlaskan. Ikhlaskan. Seperti seusai hujan deras menerjang.
Meski kenangan tak bisa dihapuskan dari pikiran. Kenangan adalah kenangan, yang bisa datang kapan saja tanpa dipinta sekalipun. Sedih dan senang adalah bagian tak terpisahkan.
Menganggap diri sendiri sebagai manusia bodoh hanya akan membuat malaikat-malaikat malam berhenti mengamini doa-doa.
Hidup masih harus dilanjutkan. Pelangi tidak selalu muncul seusai hujan bukan? Begitu cara Tuhan membagi kebahagiaan. Dia memberi apa yang manusia butuhkan bukan yang manusia inginkan.
0 notes
Text
Lelaki dan Seseorang di Sampingnya
CERITA-CERITA DIANTARA HUJAN DAN SENJA
Lelaki dan Seseorang di Sampingnya
Memandang senja, duduk menunggu seseorang datang. Debur ombak yang makin mengganas tak menghalangi lelaki itu beranjak dari bibir pantai. Di antara karang dan kenangan yang membayang. Sesekali tangannya mengambil batu kerikil, lalu dilemparkannya ke arah ombak yang datang tapi tak bertenaga. Terlihat tak bernafsu, tak seperti ia biasa melihat ombak menghantam karang. Berdiri lalu berteriak dengan suara lantang,
“Aku cinta kamuuuuu...”, menyaingi suara deburan ombak.
Lalu seseorang di sampingnya akan menarik-narik bajunya.
“Sssttt... udah ah malu dikira orang gila nanti”
“Emang aku sedang gila, tergila-gila padamu”
“Dasar gila”, sembari mencubit manja lelaki itu.
Nelayan sekitar sudah hafal dengan mereka. Kalau Jumat sore akan ada “orang gila” dengan seseorang di sampingnya melakukan hal-hal bodoh, yang kadang mengingatkan nelayan saat mudanya dulu bersama pujaan hatinya. Namun, Jumat sore ini berbeda. Lelaki itu dari tadi sendiri, padahal sudah menjelang magrib. Tak biasanya lelaki itu menghabiskan sorenya selarut ini. Dia seperti mencemaskan sesuatu, beberapa kali mengedar pandangan ke sekeliling, nampak mencari sesuatu. Sesudah itu wajahnya tertenduk lesu, sembari membetulkan letak kaca matanya.
Nampak di bibir pantai para nelayan mempersiapkan perahu yang hendak dipakai untuk melaut nanti malam. Musim dimana laut sedang melimpah ikan, tampak raut sumringah dan semangat dalam mengurai jaring, mengisi bahan bakar dan memaku bagian kapal yang rusak. Tak seperti lelaki itu yang tak bersemangat sama sekali.
“Kak, kok belum pulang?”, sapa Tina, gadis penjual gorengan anak nelayan setempat.
Tina biasa menghampiri lelaki itu dan seseorang di sampingnya tiap Jumat sore. Dia sedikit heran karena jam segini belum pulang juga.
“Eh... Tina...”, jawabnya sedikit kaget karena mengusik lamunannya.
“Belum pulang kak?”
“Mmm.. iya masih betah di sini, langitnya bagus”, jawab sekenanya dan sedikit terbata-bata.
“Nggak bosen ya kak tiap Jumat sore ke sini? Kan pemandangannya juga sama, itu-itu aja?”
“Enggak. Kakak kan suka banget sama pantai, suka banget sama senja dan suka banget ...”, kalimatnya menggantung tak selesai.
“Dan suka banget apa kak? Kok ga diterusin?”, tanya Tina dengan wajah serius.
Meski baru berumur 9 tahun, kelas 3 sekolah dasar, namun pemikirannya lebih dewasa dari teman-teman sebayanya. Mungkin karena dia dituntut mandiri dengan berjualan gorengan pada pengunjung pantai, yang nota bene rata-rata usianya di atas Tina.
“Dan suka banget kalau ada Tina datang ke sini, karena kakak bisa beli gorengan Tina”, jawab lelaki itu dengan senyum yang dipaksakan dan berusaha menyembunyikan kegundahan hatinya, sembari memainkan pipi Tina dengan kedua tangannya.
“Yee.. kirain apaan, kakak lebay ih”, sembari menghindar dari tangan lelaki itu.
Lelaki itu menjulurkan lidahnya.
Setidaknya Tina sedikit membuat lelaki itu lebih ceria. Melupakan seseorang yang seharusnya di sampingnya beberapa menit.
“Kok kamu tumben baru nyamperin kakak, biasanya kan jam setengah lima-an”, tanya lelaki itu sembari mengambil gorengan dari tampah1 jualan Tina.
“Aku sebenarnya mau ke sini tadi kak, tapi aku lihat dari kejauhan kakak lagi seedih banget kayaknya. Yaudah aku tunggu aja di bawah pohon ujung situ karena nggak mau gangguin”, tangannya menunjuk sebuah pohon berdaun rindang.
Lelaki itu menghentikan makannya. Diam dan suasana menjadi hening. Tidak ada jawaban. Lelaki itu melanjutkan makannya.
“Kok nggak dijawab kak? Ohya, kakak yang biasa di samping kakak mana? Pasti sedihnya gara-gara itu ya?”, tanyanya polos.
Tanpa menghentikan kunyahan di mulutnya lelaki itu hanya menggeleng.
“Kakak kenapa sih dari tadi Tina tanya nggak dijawab? Tina mau pulang aja ah, pasti sudah ditungguin mamak sama bapak”.
“Tina, kamu kalau sudah besar nanti akan mengerti sendiri apa yang kakak alami sekarang. Ketahuilah bahwa tak selamanya yang menunggu itu perempuan, tak selamanya yang memberi kepastian itu laki-laki. Seperti kamu sekarang, jam segini belum pulang pasti mamak sama bapak Tina cemas karena orang yang disayanginya belum pulang. Padahal Tina udah janji sama mereka kalau akan pulang ke rumah sebelum magrib meski gorengan belum habis terjual.
Mata lelaki itu menerawang jauh dan sedikit berkaca-kaca namun tak tampak Tina karena terhalang kaca mata.
“Tina... Janji itu adalah kepercayaan. Orang akan menghormatimu karena kamu menepati janjimu. Kepercayaan itu harus kamu gunakan dengan baik, jangan sampai ada orang yang terluka karena janjimu. Jangan sampai orang terlalu lama menunggu karena kamu tak kunjung menepati janjimu. Karena itu sama saja kita telah memberi harapan kepada seseorang. Meski kadang menyakitkan kamu harus segera memberi kepastian orang yang sudah menghabiskan waktunya hanya untuk menunggu. Janji itu mudah diucapkan tapi sering kali terlupakan.”
Dadanya sesak menahan gejolak di hatinya. Sebelum Tina tahu apa yang dia rasakan saat ini, lelaki itu menyuruhnya segera pulang.
“Salam buat mamak sama bapak ya”.
Sepanjang perjalanan pulang Tina masih mencerna-cerna maksud dari perkataan lelaki itu. Sampai rumah pun dia tak juga mengerti apa yang diucapkan lelaki tanpa seseorang di sampingnya itu.
***
0 notes
Link
Menjadi anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga bukanlah perkara yang mudah dalam menjalani kehidupan, ada sebuah tanggung jawab yang harus dipikul. Mungkin dulu saat belum dewasa hal itu tidak menjadi masalah, namun ketika sudah dewasa dan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga menjadi...
baru tahu kalau ternyata dimuat diblog Mas Gun :D
138 notes
·
View notes
Text
Perempuan dan Penantian
Suatu ketika, kau merasa gelisah siapa sosok yang akan berdiri satu shaf di depanmu. Dirundung tanya tentang siapa yang akan mengucap janji sehidup semati denganmu. Berandai-andai sosok seperti si fulan yang akan menggenapi tulang rusukmu. Kadang, namanya kau sebut dalam doa-doamu.
Namun, seseorang itu tak akan datang kepadamu dengan tiba-tiba. Sebelum pada akhirnya Tuhan menakdirkan seseorang itu untukmu.
Kau akan menghadapi namanya penantian, menunggu dia datang menjemputmu. Namun, kau tak akan pernah tahu kapan penantian itu akan berakhir. Tak jarang dalam penantian kau akan merasa suka dan duka, senyum dan air mata.
Penantianmu akan menjadi percuma jika kau hanya fokus mengharapkan dia datang tanpa berbuat apa-apa. Tanpa mempersiapkan diri menjadi perempuan yang bisa menyenangkan pendamping hidupnya kelak. Perempuan yang memahami dan mengerti fitrahnya sebagai perempuan yang lembut meski tak selembut ‘Aisyah, perempuan yang suci meski tak sesuci Maryam.
Jadi jika pada suatu ketika seseorang yang kamu harapkan tak juga mengerti bahwa kau menantinya dan lebih memilih orang lain, kau tak akan menjadi orang yang merugi selama penantian. Karena kau mengisinya dengan hal-hal yang sejatinya meningkatkan martabatmu sebagai seorang perempuan.
Tak perlu kau risau, Tuhan sejatinya menyediakan untukmu seseorang yang lebih baik. Hanya masalah waktu, tinggal seberapa sabar kau menunggu akan pengharapan itu. Bukankah Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan? Sesungguhnya waktu yang dijanjikan Tuhan untuk itu pasti datang!1
Tak perlu juga kau menjabarkan rasa cintamu pada seseorang, karena seseorang yang tahu kau mengharapkannya akan datang tanpa kau pinta. Karena seseorang yang cinta padamu tak akan membiarkanmu menanti. Percayalah tak ada yang lebih kuasa menyatukan dua hati menjadi satu kecuali Kuasa-Nya.
“Semoga kau diberi ketenangan hati dan kesabaran dalam masa penantian. Semoga penantian ini menjadi ikatan suci dan indah pada waktunya. Dan disegerakan untukmu seseorang yang akan menemani dengan segenap ketulusan hati”.
©dertraumer
_______________ 1 Q.S. Al-'Ankabuut: 5
4 notes
·
View notes
Quote
Jangan mencari pasangan yang bisa melengkapi. Karena dalam membangun sebuah hubungan butuh dua orang yang solid, yang saling kuat bukan saling mengisi kelemahan. Karena untuk menajdi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang, bukan tanggung jawab orang lain. Misal mencari pasangan yang kuat agamanya, maka akan habis waktunya yang kuat melengkapi yang lemah. Padahal setiap orang sebenarnya wajib menguatkan agamanya, terlepas dari siapapun pasangannya.
Sabtu Bersama Bapak
0 notes