Mengabadikan kisah yang mungkin esok bisa menjadi cerita dan bisa diambil hikmahnya
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Lor opo Kulon? (Utara atau Barat?)
Behind the scene ~ masih tentang antara jawaban dan ujian
Piye?, mantep seng endi?, lor opo kulon? (lebih yakin yang mana? utara apa barat?), tanya Bapak.
Sebenarnya aku paling tidak suka memilih diantara dua pilihan. Terlebih perkara hati. Aku hanya tak ingin ada yang tersakiti. Itulah kenapa aku lebih suka melalui perantara daripada sendiri. Dan kali ini dua-duanya aku sendiri tanpa perantara.
Waktu Bapak tanya, pikiranku sudah kemana-mana. Diantara dua pilihan yang memiliki latar belakang sama dan perbedaannya hanya dua: dekat-jauh dan lebih tua-lebih muda. Waktu itu pikiranku bilang “Ah, pasti disuruh milih yang lebih deket nih. Ya udah Ya Allah, pasrah. Engkau lebih tau mana yang terbaik buatku”.
Dan Bapak pun bilang, “Kalo bapak lebih yakin yang barat, karena dia masih muda. Yaa, meskipun lebih jauh, kalo dipikir-pikir juga masih jauh Jogja, masih jauh Bandung, masih jauh Maluku, masih jauh Sulawesi, dan masih jauh Thailand”. Waw, ternyata pikiranku kurang tepat.
Ibuk pun ikut menimpali “Kalo udah yakin, ya udah jawab langsung aja, jangan lama-lama nggantung anaknya orang”.
Oke, aku mantapkan hatiku beberapa hari lagi sambil menunggu informasi yang sedang aku cari.
1 note
·
View note
Text
Hari ini hujan dari siang hingga malam tak kunjung reda
Seolah-olah bercerita tentang gemuruh dan tangisan hatiku yang tak berhenti entah kenapa
Alam pun tau kondisi hati ini ternyata, sepertinya memang bersahabat diri kita
0 notes
Text
Menoleh ke Belakang
“Pertemuan kita bukanlah suatu kebetulan, tapi Allah sudah menetapkan”. Kata Kak Syukur waktu latihan pembina pramuka tingkat dasar. Sampai saat ini, terpatri kuat di hati kalau setiap pertemuan bukanlah suatu kebetulan, melainkan sudah takdir Allah subhanahu wata’ala. Termasuk pertemuan antara saya dan anda.
Apakah pernah terpikir olehku bertemu dengan anda? No. Apakah pernah terpikir olehku kenal dengan anda? No. Tapi takdir Allah mempertemukan kita dan mengenalkan kita.
Aduhai, sebenarnya aku suka sekali bercerita tentang anda. Dan herannya, kenapa setiap mengingat kejadian masa lalu dengan anda aku selalu bahagia. Padahal saat itu aku berpikir kisah itu hanyalah episode lama. Mungkinkah akan ada episode-episode selanjutnya bersama anda dalam cerita hidup saya sampai nanti ke surga. Bagi Allah, tidak ada yang tidak mungkin. Apabila Allah berkehendak, episode kisah kita bisa sampai nanti di surga. Insya Allah, Aamiin..
Okey, kembali lagi ke cerita lama. Sebelum anda datang, aku berdoa, siapapun dia yang baik agamanya, baik akhlaknya, sekufu imannya, aku akan mengatakan “iya”.
Dan sama sekali aku tidak berfikir kalau itu anda. Karenaa......?, aaah, sudahlah rasanya tidak mungkin saja.
Ternyata tiba-tiba anda yang datang.
Kaget? Iya. Deg-deg-an? Iya. Sambil mikir, “Kenapa coba orang ini ngajak ketemu?”, “Dia mau apa coba ngajak ketemu?”, “Aduh, nanti canggung nggak ya, kan kita nggak pernah ngobrol secara pribadi sebelumnya”.
Banyak sekali pikiran berkeliaran di otak. Sampai rasa-rasanya otak ini berisik.
Dibalik itu, tahukah anda, saya sering memanggil nama anda dalam kesunyian? Tahukah anda, saya menyuruh anda datang dari lubuk hati ya paling dalam? Tahukah anda, saya sampai berdoa “Ya Rabb, hamba mohon jangan jatuhkan cintaku padanya, karena dia bukan siapa-siapa”. Tahukah anda, tiba-tiba hati dan fikiran saya terus mengarah pada anda. Padahal anda tahu sendiri kita sangat-sangat-sangat jarang berkomunikasi. Kenapa hati ini tiba-tiba gelisah tentang anda?
Dan akhirnya, aku mencoba mengalihkan itu semua dengan mencoba mengenal orang baru. Benar-benar baru.
Duhai, lagi-lagi Allah begitu baik padaku. Benar-benar baik. Allah telah mendatangkan anda di hari itu. Siapa yang memberi anda daya sampai berani menghampiriku?. ALLAH. Siapa yang membuat lisan anda dan saya lancar ketika bercerita?. ALLAH. Siapa yang menggerakkan hati anda datang di hari itu?. ALLAH. Hanya Allah yang menetapkan ini semua terjadi. Hanya Allah yang mengatur ini semua terjadi.
Saat itu, sebenarnya saya benar-benar bersyukur. Ya Allah. Disisi lain juga berfikir. Ya Allah, apakah ini jawaban atau hanya ujian?
Semoga hati ini hanya dan hanya berharap kepada Allah semata. Semoga hati ini hanya dan hanya bergantung pada Allah semata.
Sampai akad itu terucap, maaf, saya belum bisa percaya dengan anda.
Lanjutan dari "Antara Jawaban dan Ujian"
0 notes
Text
Antara Jawaban dan Ujian
Aku kaget tiba-tiba ada pesan ketika aku terbangun dari tidur kesianganku
"Nanti atau besok, bisa kita bertemu?"
Bertemu? Batinku pun bertanya-tanya. Apa kau tak salah. Aah, mungkin kamu hanya bercanda.
Bahkan aku selalu menganggap apa katamu itu hanyalah candaan. Maaf, bukan, bukan maksudku meremehkan. Aku hanya tak pernah ingin ke-ge-er-an. Sudah banyak ku melewati kisah-kisah seperti ini sebelumnya. Namun terakhir berakhir luka. Dan aku tak mau itu terjadi lagi dan lagi. Cukup. Aku tak sanggup lagi.
Dan keesokan harinya
"Dimana, kemana, jam berapa?"
Ahh, malas sekali aku menjawab pertanyaan ini. Aku pun menjawab ala kadarnya dan melanjutkan kegiatan seperti biasa. Dan lagi-lagi anda
"Udah siap? Aku berangkat ya?"
"Apa?" aku pun masih belum apa. Ku kira anda bercanda.
Singkat cerita, kau sudah ada di depan gerbang rumah. Ku kira aku bakalan canggung karena kita tak pernah saling bersua sebelumnya. Ternyata, biasa saja. Seperti teman lama yang lama tak berjumpa.
Begitu mengalir dirimu cerita, sampai pada akhirnya, pertanyaanmu membuatku bingung, termenung, dan canggung.
"Kamu yakin?" Batinku. Aku pun mencoba mengalihkan pembicaraan itu karena aku terlanjur malu. Daripada salting dan nggak ngalir lagi ceritanya, ya kan? 😂😂
Dan ternyata kau masih menegaskan ketika pamit akan pulang.
Ya Rabb, apakah ini jawaban dari setiap doa-doa Yg aku lantunkan? Ataukah ini hanyalah ujian seperti yang sebelumnya.
to be continue....
0 notes
Text
Sampai Kapan
Mudah memang menasehati seseorang untuk bersabar, begitu juga dengan ikhlas.
Katanya “bukan sabar namanya jika masih berbatas, dan bukan ikhlas namanya jika masih sakit”
Nyatanya, kesabaran tanpa batas itu butuh dilatih. Pun juga dengan ikhlas tanpa sakit itu perlu diasah.
Sampai kapan?
Sampai tidak ada lagi ujian kesabaran dan keikhlasan. Yaitu, ketika jiwa dan raga manusia telah terpisah.
Sabar dan ikhlas itu butuh belajar dan terus dipelajari
0 notes
Text
Singgah Sebentar
Tidak ada yang kekal di dunia ini. Satu per satu pasti akan sirna. Yang pergi tetap akan pergi. Meskipun ia pernah meyakinkan untuk tinggal.
Semudah itu memang hati terbolak-balik. Secepat itu ternyata hati berubah. Sungguh, manusia tidak punya kuasa tentang hatinya. Karena sejatinya hati itu di tangan Rabb Yang Maha Kuasa
1 note
·
View note
Text




لعلَّ البلاء الذي لا تُحبُّه، يقودك إلى قدرٍ جميلٍ لم تكُن تحلُم به. 💜
15K notes
·
View notes
Text
Bukan Masa Depan
Masih tentang kamu yang berbeda.
Kamu, kamu tau, sebenarnya ada banyak cerita yang ingin kubagi. Cerita tentang penantian, keraguan, sampai membangun keyakinan. Cerita tentang alasan aku yakin denganmu.
Namun, ternyata cerita itu hanyalah tetap untukku. Bukan lagi kusimpan untukmu. Karena akhirnya kamu masih menjadi masa lalu seperti yang lainnya.
Sengaja, waktu itu aku tak tanya alasanmu. Karena terkadang menjadi tidak tahu itu lebih menenangkan jiwa daripada tahu yang membuat bising telinga.
Aah, Tuhan begitu baik padaku dan padamu. Pada akhirnya Tuhan lah yang memilihkan untuk kita berdua. Mungkin perasaan kita sama, tapi tidak dengan rencana Tuhan untuk kita. Sungguh, akhir ini semua membuatku begitu lega. Karena aku tak perlu bertanya-tanya seperti sebelumnya. Karena aku berani memulai lebih dulu. Meskipun, ada hal yang membuat ku kecewa.
Aah,, aku tahu, kita hanyalah manusia, yang sering khilaf, salah, dan selalu berbuat dosa.
Aku tak marah, tak juga benci, namun aku juga tak bahagia. Hanya saja aku sudah merasa lega. Setidaknya aku bisa tetap memilih jalan yang benar, tidak menyimpang.
Sejak dulu aku pun sudah ingin menjaga hatimu begitu juga hatiku, supaya tidak kotor karena ulahku. Namun aku sadar, kendali hati tidak pada manusia.
Semoga kau baik-baik saja, ya! Begitu juga dengan diriku. Semoga kita tetap baik-baik saja.
Meskipun tidak bisa bersama, setidaknya aku pernah membersamai mu lewat doa.
Semoga kau selalu bahagia dan tetap menjadi mulia di sana
Salam rindu yang tak akan pernah halal untuk diungkapkan
Satu pesanku “Aku akan tetap kagum padamu”
0 notes
Quote
Pertemuan dan perpisahan adalah siklus kehidupan. setiap ada pertemuan pasti nanti akan ada perpisahan. dulu aku begitu benci pertemuan karena pasti berakhir dengan perpisahan. Setelah direnungkan buat apa membenci pertemuan karena hidup memang seperti itu. Selalu ada yang bertemu dan berpisah
0 notes
Text
Kita Mungkin Bisa Menerima, Tapi..
Saya telah melewati fase ini, tapi pembelajaran yang terjadi dari lompatan fase itu tidak akan pernah lekang dan akan menjadi nasihat yang nanti saya teruskan ke anak-anak saya nantinya. Terkait memilih pasangan hidup.
Kita, sebagai remaja yang mungkin pada fase tersebut dilanda banyak keresahan terkait pasangan hidup, waktu yang terus bergulir memakan usia, kemudian dorongan dalam diri yang ingin segera masuk ke fase berikutnya. Hal-hal yang seringnya, membuat pikiran dan hati kita tidak stabil. Logika kita tidak berjalan dengan baik, begitu pula perasaan kita yang mudah sekali berubah-ubah.
Apalagi, saat kita dihadapkan pada kondisi dimana kita justru dipertemukan dengan orang-orang yang menguji value yang kita pegang selama ini. Ada hal baik yang ada pada dirinya, meski ada tapinya. Dan “tapi” inilah yang membuat kita kebingungan dengan diri kita sendiri.
Pada waktu itu, nasihat ini datang kepada saya.
“Kamu boleh jadi bisa dan luas hatinya untuk menerima orang lain seburuk apapun masa lalu yang dia miliki, ditambah dengan asumsimu bahwa dia sudah berubah meski mungkin itu belum benar-benar bisa kamu validasi, tapi kamu berprasangka baik. Dia yang masih merokok, dia yang pernah berhubungan dengan perempuan di luar bayangan kita, dia yang shalatnya belum tegak lima waktu, segala sesuatu yang kita rasa, itu bisa diubah seiring pernikahan. “Boleh jadi kamu bisa menerima mereka dengan terbuka, tapi coba benturkan hal itu jika nanti ada anak-anak. Apakah kamu akan membiarkan anak-anakmu terpapar asap setiap hari di rumah bahkan sejak dia lahir? Apakah kamu menjelaskan dengan baik, dan membanggakan laki-laki itu nanti sebagai ayah dari anak-anakmu.”
“Inilah yang seringkali tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Bahwa, sejatinya memilih pasangan hidup, salah satunya adalah bentuk kewajiban kita untuk menunaikan hak-hak anak kita memiliki ayah/ibu yang baik. Hak yang harus kita tunaikan. Kita tidak semata menikah hanya untuk kepuasan diri, ego, dan asumsi-asumsi kita.” “Selama kita masih punya keleluasaan untuk memilih dan membuat keputusan. Maka, seberat apapun upayanya. Kukira, itu tidak akan selamanya. Tapi, pernikahan itu, selalu kita harap akan baik selamanya kan? Tak ada salahnya kita berusaha lebih keras dan lebih lama sedikit, berdoa lebih kuat lagi, kemudian memberanikan diri untuk melewati fase ini dengan lebih logis dan dengan iman. Agar langkah kita tidak didorong oleh ego kita untuk segera memiliki status, ego karena malu belum menikah sendiri, ego karena ingin seperti teman-teman kita yang lain, ego karena dirasa menikah itu menyelesaikan seluruh permasalahan hidup.”
Justru, pernikahan itu menambah masalah. Kalau kita salah menentukan pilihan, salah dalam membuat keputusan, masalah yang akan kita hadapi dalam pernikahan, akan jauh lebih sulit.
Berjuanglah lebih lama sedikit, lebih bersabar, agar kita sampai pada pelajaran yang utuh. Agar kita sampai di titik, dimana kita bertemu dengan orang yang benar-benar membuat kita yakin dan percaya bahwa anak-anak kita, layak memiliki ayah/ibu seperti dia. Di sini, semua standar kita soal ketampanan, kekayaan, dan semua hal yang tampak permukaan akan luluh. Kalah oleh akhlak, kalah oleh karakter seseorang. Sebab akhlak/karakter adalah cerminan pemahaman hidup seseorang, cerminan pikiran-pikirannya, cerminan tentang visi yang ingin kita hidupkan.
Bersabarlah, sedikit lagi. Karena pernikahan yang seumur hidup, terlalu berharga untuk kita korbankan demi ego-ego dan perasaan kita yang tak mampu kita kendalikan saat ini. Kurniawan Gunadi
Yogyakarta, 17 Juni 2020
2K notes
·
View notes
Text
Aku dan Hari Ini
Aku sering menatap langit malam
ku berharap nanti ku temukan bayang-bayang
bayang-bayang tentang masa depan,
dimana aku, sedang apa aku, dan dengan siapa aku
Ternyata, aku tak menemukan
akhirnya ku ubah pandanganku ke tanah
ku berharap aku dapat melihat jalan
jalan menuju masa depan
kemana aku, tinggal dimana aku, dan dengan siapa aku
ternyata tak juga ku temukan
akhirnya aku pulang ke rumah, membuka Al-Quran
ku berharap aku menemukan petunjuk
kemana aku dan apa yang harus diperbuat oleh ku
dari situ aku mendapat ketenangan
kini, ku hanya bisa mengadukan semuanya disepertiga malam
sendirian, menangis, kesepian, dan ku ratapi semua dosa-dosa ku
ternyata begitu banyak, begitu luas, seluas lautan
istighfar istighfar, istighfar terus ku lakukan
semoga tuhan melimpahkan ampunan
pada diri ini yang dosanya bergelimpangan
Ya Tuhan, sesungguhnya Engkau begitu penyayang, Engkau Maha Pengasih, dan Engkau Maha Memberi Ampunan
Ampuni diri ini, ampuni diri ini, ampuni diri ini
yang sering khawatir, yang sering gelisah, yang sering resah, hingga lupa akan nikmat yang telah kau beri hari ini.
Ampuni diri ini yang telah melampaui batas
Melampaui batas kehidupan
Aku terlalu hidup di masa depan padahal nyawaku ada di hari ini
Ya Tuhan, sadarkan aku, kalau sebenarnya aku hidup di hari ini
AKU DI HARI INI
1 note
·
View note
Text
Manajemen Nafkah
(Tulisan Setia Furqon Kholid Bagus untuk dipelajari, disimpan dulu biar nggak ilang 😁) Dulu, sebelum pandemi.. saya seperti biasa ngadain mentoring rutin buat para pengusaha muda di Bandung. Yang saya kaget, ketika sesi curhat ada seorang lelaki cakep dengan tubuh atletis yang bilang, "Kang, gimana ya.. saya ngerasa udah nikah ko saya jadi ga nemuin passion dan cita-cita saya seperti dulu lagi?" "Maksudnya?" Saya tanya lanjut. "Iya kang, kebetulan istri saya PNS, bahkan Alhamdulillah sekarang lanjut kuliah S2. Tapi konsekuensinya. saya yang tiap hari di rumah terus. Nganter jemput anak, nyuapin anak, sampai ngurusin hal-hal lainnya. Sekalinya mau keluar bentar saat istri libur, istri nelponin terus. Suruh cepet pulang. Saya jadi buru2 pulang, dan ga berani marah". Baru saja curhat itu selesai, adzan ashar berkumandang.. singkat cerita saya sapa adik mentor lainnya yang beberapa hari yang lalu ingin konsultasi juga. Ternyata . Kasusnya hampir mirip 😂 Bisnis bareng sama istri, tapi seperti ga bisa berkembang. Istri terlalu dominan. Ternyata, hal kaya gini banyak terjadi di keluarga muda yang baru nikah. Di beberapa kesempatan.. bahkan banyak lelaki yang baru nikah curhat masalah finansial. Setelah nikah justru makin melempem.. makin ga perform. Saya jadi teringat seorang lelaki yang pernah wa saya.. dia bilang, "Kang, saya minta testimoni buku saya.". Saya bilang, "Boleh. Apa judulnya?". "Judulnya nikah muda cerai muda!". Langsung aja saya heran. "Emang kenapa kang judulnya itu?". "Pengalaman saya kang, nikah muda dengan istri modal nekad. Akhirnya setelah punya anak 1 istri ga kuat minta cerai. Padahal kami sama-sama aktivis." Saya tanya, "memang tiap bulan ngasih nafkah berapa kang waktu itu?" Dia jawab, "Cuman mampu ngasih 300rb/bulan kang!". Tapi Alhamdulillah.. setelah cerai saya diterima jadi pekerja tetap di sebuah perusahaan. Semua kejadian di atas jadi pelajaran berharga banget buat saya dan kita semua. "Kenapa istri bisa jadi dominan seperti itu?" "Apa yang menyebabkan suami yang gagah sekalipun hilang kehormatan di hadapan istirnya?" Ternyata, ada beberapa faktor yang mungkin dilupakan oleh pasangan yang sudah menikah. Izinkan saya tuturkan dalam beberapa poin ya.. 1. Parameter kesiapan lelaki untuk menikah itu ada dua hal terpenting. Yaitu mampu mengimami dan menafkahi. Mengimami aja tanpa menafkahi, hilang marwahnya.. menafkahi lahir saja tanpa mengimami, istri merasa hampa dan batin merasa kurang dinafkahi. Itulah kenapa dua hal ini penting disadarkan sedari kecil pada anak lelaki. Kelak ia akan menjadi suami dan ayah yang harus siap bertanggung jawab menafkahi. Ajarkan ia cara menjemput Rizki yang halal. Pahamkan ia bahwa kewajiban seorang lelaki adalah menjadi tulang punggung keluarga. Bukan tulang lunak yang santai, parasit, dan hidup dari penghasilan istri. 2. Pahami hak kewajiban suami dan istri. Setelah menikah, bagaimanapun keadaan ekonomi suami, istri harus siap ta'at. Salah sendiri kenapa dulu nerima dia jadi suami. Ada satu anekdot bagus, "Nikah itu dimulai dengan cinta. Tapi dirawatnya harus dengan penghasilan dan keimanan." Seorang istri sehebat apapun karir di luar rumah, jangan sampai lupa kewajibannya adalah tuk taat melayani suami dan mendidik anak keturunan. Jangan dibalik, suami stak di rumah, istri sibuk karir di luar. Anak jadi kehilangan keteladanan. Jangan salahkan anak hari ini banyak yang ga ada hormatnya sama ayahnya. Na'udzubillah. 3. Yakin Rizki Setelah Menikah Suatu hari saya bertemu dengan Kaka tingkat di Depok. Rumahnya keren, desain berkelas, mobil dan anak tiga. Potret keluarga milenial muslim yang sukses dah. Beliau cerita, awal nikah.. suami belum diangkat jadi pekerja tetap di BUMN. Sedangkan beliau masih kerja di sebuah perusahaan yang cukup bonafid. Saat hamil, beliau awalnya masih ga yakin.. bisa ga ya kalau keluar dari kerjaan untuk fokus ngurus anak, tapi gimana dengan penghasilan. MasyaAllah dengan musyawarah dan keyakinan.. akhirnya mereka sepakat bahwa yang bekerja biarlah suami. Istri di rumah sambil berkarya. Apa yang terjadi? Rizki anak pertama.. baru saja sang istri keluar, suami diangkat jadi pegawai tetap. Bahkan kesejahteraan mereka meningkat luar biasa, istripun di sela mengurus anak jadi fotografer profesional, bahkan jadi seorang food influencer. MasyaAllah.. 😊 Tapi, saya juga menyaksikan fenomena lainnya.. dimana sang istri masih ga yakin bahwa yang ngasih rizki itu Allah. Bisa jadi karena didikan keras orang tua yang bilang, "Sayang gelarmu, hari ini istri harus kerja. Biar ga ngeropotin suami terus. Bisa beli apa aja yang mau." Kalau mindsetnya masih individualis, lalu buat apa menikah? Bukankah menikah itu menyatukan dua rizki? Bukankah tugas menafkahi itu ada pada suami..? Padahal janji Allah, kalau mereka miskin, Allah yang mencukupi. Apa masih ga yakin? Disini memang tauhid yang menjawab. Kalau yakin bahwa Rizki anak dan istri itu ngikut suami, InsyaAllah Rizki suami makin deras. Seperti yang saya tulis di buku "Cita Cinta Setia". Kalau visi kita besar, kebutuhan kita besar, nanti Allah yang justru menjadikan kita jalan Rizki bagi banyak orang. Tugas kita pantaskan diri untuk layak dibesarkan Allah. Caranya? Besarkan wadah kepantasan dirinya. (Lebih lengkap baca aja buku CCS, moga masih ada stoknya 😅). 4. Saling dukung, saling kompak, saling mendo'akan antara suami istri. Istri saya suka neliti. Beliau bilang, seringkali karir suami yang sukses itu kalau satu visi dengan istri. Kalau suami dan istri ga selaras biasanya karir salah satu atau keduanya jadi stak. Maka, penting untuk menurunkan ego, bicara dari hati ke hati, tahajud bareng, kerja bareng. Biar Allah berikan keajaiban rizki setelah menikah. Tapi ingat, harus jelas ya MoU walau dengan istri. Siapa yang jadi owner, bagaimana pembagian hasil dan kepemilikan. Karena pernah ada kasus suami istri merintis usaha berdua, setelah maju suaminya ditendang. Dan sang istri nikah lagi sama lelaki lain. 😭 5. Tentang nafkah "Kang, sebenarnya antara nafkah sama uang resiko/dapur sama atau ga?" Sebelum dijawab, saya mau share hadist keutamaan memberi nafkah pada keluarga.. “Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi).” (HR. Muslim, no. 995). Kalau menurut mentor saya sih harus dibedakan. Tapi besaran nafkah ga harus dipaksakan. Disesuaikan dengan kemampuan. Misalnya kebutuhan rumah tangga 4 juta. Ngasih buat nafkah istri 1 juta. Jadi 5 juta. Semoga manfaat. Boleh di-SHARE 😃👍 *Setia Furqon Kholid*
0 notes
Text
Belajar Mencintai, Mencintai Belajar
Tulisan Setia Furqon Kholid ---- Parenting
A'udzubillahiminasyaitonirrajiim. Saya berlindung pada Allah dari segala ketakaburan atau riya. InsyaAllah tulisan ini saya niatkan untuk sharing bagi para orang tua atau calon orang tua dimanapun berada. Ambil yang baiknya, buang yang buruknya. Dan bisa jadi kenyataanya, belum sesempurna yang dituliskan 🙏
Memulai tulisan ini, coba saya tanya dulu :
✔️ Pernah lihat seorang ibu ga yang ngejar-ngejar anaknya untuk disuapi? ✔️ Pernah perhatikan juga ga ada seorang anak yang dipaksa mandi dan sholat padahal udah cukup besar? ✔️ Pernah lihat ada anak yang saat WFH ini tersiksa karena ibu kandung lebih galak ketimbang ibu guru? 🤭 ✔️ Pernah liat ada orang tua yang lebih tenang melihat anak nonton YouTube berjam-jam di gadget ketimbang keluar rumah ? (Sebelum Corona ya 😁) ✔️ Atau.. pernah lihat anak yang sudah makin besar makin males belajar. Boro-boro untuk baca buku, lanjut kuliah aja sampai dipaksa orang tua?
Apa jadinya saat anak sudah mulai tergerus fitrahnya? Fitrah belajar, fitrah spiritual, fitrah emosional, fitrah bakat dan fitrah lainnya?
Jangan heran kalau kemampuan literasi Indonesia rendah, jangan salahkan kalau banyak anak yang hari ini ga punya impian besar, ga jelas mau jadi apa. Sekali lagi. Karena mereka sudah mulai tak mengerti bagaimana caranya belajar mencintai, dan mencintai belajar.
Alhamdulillah.. tahaddurs binni'mah.. dari kecil A Fatih, Ka Haikal dan De Saif disetting untuk tumbuh fitrah belajarnya. Kuncinya ada pada kecintaan, bukan pemaksaan.
Gimana supaya anak cinta membaca? ✔️ Mahar yang diminta istri adalah paket buku anak, Alhamdulillah sampai sekarang masih ada dan manfaat. (lumayan mahal, total dulu aja 5jutaan. 🤭😁). ✔️ Saya dan istri suka beli buku, dan baca buku di depan anak. Jadi anak-anak suka kepo dan lama-lama jadi ingin baca juga ✔️ Minimal sebulan sekali saya suka ajak anak dan istri ke toko buku. Mereka boleh milih buku apa aja yang mereka suka. Belum sampai rumah.. anak-anak udah ga sabar buka plastik dan buku di mobil. Ingin segera lihat dan baca, walau baca masih terbata-bata. ✔️ Tiap malam sebelum tidur saya atau istri suka bacakan buku yang mereka suka. ✔️ Kalau ada buku bagus istri suka beli via online.
Efeknya..? ✔️ Mereka tanpa disuruh suka baca sendiri, minimal liat gambar-gambarnya ✔️ Saif yang hari ini masuk 3 tahun bahkan malam tadi sebelum tidur ambil buku dan liat-liat buku yang udah dia tandai. ✔️ Hampir ga pernah kita suruh mereka baca. Bahkan untuk mengeja saja kami ga paksa. Biarkan mereka punya kecintaan dan keinginan untuk lancar membaca. Jangan sampai lancar baca tapi hilang gairah baca. Karena terpaksa.
Kuncinya, FUN. Biarkan anak melakukan semua dengan bahagia, karena dorongan dalam dirinya. Orang tua berikan saja stimulus, fasilitas dan apresiasi ketika mereka punya pencapaian.
Gimana supaya anak senang berhitung..? ✔️ Saya suka buat game cerdas cermat dengan hadiah uang misalnya Rp. 5000. Ada sekitar 30 pertanyaan. Fatih dan Haikal rebutan jawab. Salah satunya tentang hitungan. ✔️ langsung praktek jualan (mereka punya setiamart, warung kecil-kecilan yang pelanggannya temen-temen mereka yang notabene tetangga juga tim saya di kantor). Mereka juga suka menghitung hasil gaji mereka dari mencuci piring, pel , jemur, bantu adik mandi atau buang air kecil, dll. Lumayan, sehari mereka bisa dapet 12rb. Uang itu biasa mereka tabung buat beli sesuatu. ✔️ Mereka jadi bisa menahan diri untuk jajan. Karena kalau mau jajan harus pake uang sendiri. dipotong dari hasil kerja keras mereka. (Weekend saya biasanya saya yang traktir mereka). Akhirnya mereka belajar menghitung sendiri dan menghargai uang. Bukan menuhankan uang, tapi pandai memanaje uang. Uang jadi alat, bukan tujuan. Itu yang saya bangun. ✔️ Istri ngajarin sempoa, dibuat game yang membuat mereka senang berkompetisi.
Gimana supaya anak ga perlu dipaksa makan? ✔️ Dari kecil dibiasakan untuk makan sendiri. Memang kelihatannya berantakan. Tapi itu cara mereka belajar mengontrol makanan. Biarkan saja. ✔️ Efeknya.. alhamdulilah anak-anak dari yang 3, 7 sampai 8 tahun ga ada yang susah makan. Mereka terbiasa makan sendiri. Kami sampaikan untuk jangan ngambil makanan kebanyakan, biar ga mubazir, gampang nambah. Mereka belajar peka dengan sinyal kenyang atau lapar dalam tubuhnya. ✔️ Ajak anak untuk belajar masak. Di rumah setiap minggu ada kegiatan memasak (cooking class bahasa kerennya). istri suka mengajak anak-anak belajar masak. Dari kue sampai makanan. Anak-anak seneng, ya walaupun berantakan dan kadang ga ideal. Tapi bukankah kalau ga kotor ga belajar? 😁 ✔️ Edukasi anak, mana makanan yang Halal Thoyib mana yang haram. Sehingga mereka bisa lebih kritis untuk memakan atau membeli sesuatu.
Tentang belajar mencintai Alhamdulilah setiap selesai sholat jamaah.. kami suka berdo'a bersama. Saya pimpin, diaminkan anak dan istri. Selepas itu, kami saling pelukan, saling meminta maaf, dan anak-anak ga segan mencium kami (Fatih yang cool dan Higienis juga sedikit-sedikit mau cium saya dan ibunya 😍).
Di luaran sana, banyak istri dan anak yang hilang kelekatan, connecting hati sama orang tuanya. Kenapa? Karena banyak orang tua yang hadir fisik, tapi pikiran dan hatinya masih di kantor. Alhamdulillah.. kantor saya deket dari rumah, cuman 5 menit. Terus saya masih bisa pulang tentatif.. bahkan anak-anak sesekali saya ajak ke kantor.
Kalau saat malam saya ada amanah ngisi kulwap atau live streaming saya izin sama mereka. dan istri yang menggantikan peran saya.
Oh ya.. satu lagi.. kami punya Quality time. Biasanya ba'da subuh, baca Al-Qur'an, olahraga bareng, makan bareng (di luar Ramadhan). Juga ba'da magrib sampai jam 20.00an. dari makan malam bareng, diskusi, sampai bacain buku. Seminggu sekali saya rutin juga bawa mereka jalan-jalan atau silaturahim.
Di setiap event training dalam kota, saya dan istri juga suka bawa mereka, bahkan memberikan kesempatan mereka ngaji di depan para peserta. Biar mental keberanian bicara mereka bagus, dan tahu apa yang dilakukan ibu bapaknya.
Hal-hal penting dalam parenting menurut saya : ✔️ Jadikan dirimu idola terbaik bagi anak setelah Rasulullah dan para Sahabat. ✔️ Anak adalah investasi terpenting. Jangan sampai sibuk karir, tapi anak istri hanya sisa waktu dan perhatian. ✔️ Ajarkan anak bahasa cinta. Biarkan anak berkembang fitrah belajarnya. Jangan terlalu sering di intervensi. ✔️ Salurkan bakat minat anak. Seringlah memuji pencapaian mereka. ✔️ Marah boleh, tapi marah yang mendidik. Jangan sekali-kali pakai fisik. Karena itu akan melekat pada anak.
Di akhir tulisan.. ada puisi indah yang pernah saya baca 15 tahun yang lalu.. waktu masih SMA, penulisnya seorang konselor bernama Dorothy Law Nolte, Ph.d. berikut puisinya:
_Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.-
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Semoga kita bisa jadi orang tua/calon orang tua terbaik buat anak yang Allah amanahkan. Yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Karena do'a mereka adalah penyelamat kita selain ilmu dan sedekah jariyah. Aamiin.
Setia Furqon Kholid *Boleh di-Share. Jika dirasa manfaat. 😊👍
0 notes
Text
Cara Mendidik kemandirian Anak Lelaki Ala Setia ?
Bagus untuk dibaca ~ by Setia Furqon Kholid
Sebelumnya saya berlindung pada Allah dari niat yang salah. InsyaAllah semua tulisan yang dibuat semata-mata bukan untuk riya . Tapi untuk berbagi inspirasi buat Sahabat semua.
Takut ada yang belum kenal, saya Setia Furqon Kholid (32th) Alhamdulillah.. dikaruniai Allah selama 9 tahun pernikahan dengan Ina Agustina (33th) ini 3 anak lelaki.. Setia Abdurrahman Fatih El-Hafidz (8th), Setia Muhammad Haikal El-Hafidz (7th), Setia Abdullah Saif El-Faruq (3th).
A Fatih, Ka Haikal dan De Saif punya karakter yang berbeda-beda. A Fatih orangnya cool, higienis, jago gambar dan nulis, agak Introvert. Sebaliknya, Kaka Haikal orangnya hangat, mudah bersosialisasi, seneng dengan binatang dan alam, kritis. De Saif sepertinya gabungan dari kedua kakaknya 🤭
Saya lihat dari fenomena yang terjadi. Banyak anak orang sukses, tapi gagal dalam kehidupannya. Banyak orang tuanya kaya, tapi anaknya ga punya kemandirian dan menjadi benalu bagi orang tuanya.
KENAPA..? Pertanyaan ini yang saya riset bertahun-tahun sama istri.. mencari ilmu, bertanya, sampai meriview bagaimana cara ayah saya mendidik saya.
Ternyata.. jawabannya adalah Kurangnya Kemandirian.
Berapa banyak anak hari ini yang: ✔️ Segala fasilitas dipenuhi, sampai tidak ada daya juang meraih sesuatu ✔️ Tidak berani mengambil keputusan, karena orang tuanya yang memutuskan semua. Dari masuk sekolah, milih jurusan, milih kuliah, sampai milih jodoh. Anak merasa tak punya kuasa mengambil keputusan ✔️ Menjadi parasit dan ga kreatif. Dari sekolah sampai mau nikah masih ngerepotin orang tua. Bahkan ga sedikit yang udah nikah masih minta bantuan orang tua untuk biaya bulanannya. Mending kalau orang tua mampu. Gimana kalau ga?
Alhamdulillah.. saya punya guru kehidupan pertama yang hebat. Ayah dan Ummi. Mereka sangat baik mendidik saya, walau kami dilahirkan dari keluarga sederhana (Ayah PNS, Ummi ibu rumah tangga) tapi mereka teladan baik buat kami.
Dari kecil saya dididik dalam agama yang kuat, setiap hari ada tugas di rumah (saya bagian sapu dan ngepel). Dan uang saku yang pas-pasan dikasih seminggu sekali (saya belajar manaje dan memutarkan untuk usaha).
Dari pembelajaran masa kecil juga belajar langsung dari yang sudah konsep keluarga inspiratif, seperti keluarga Halilintar (saya pernah coaching langsung beberapa kali dengan Pa Hali, Bu Gen, dan ke-11 anaknya).. juga dari berbagai teori yang kami dapatkan. Akhirnya ini yang kami lakukan:
1. Buat list pekerjaan rumah yang bisa dipilih tiap hari juga uang yang bisa didapatkan
Setiap hari, ada banyak pekerjaan dengan poin yang bisa mereka kumpulkan. Misalnya: cuci piring Rp. 2000. Sapu : Rp. 1000. Pel lantai Rp. 2000. Belajar mandikan adik Rp.2000. dll.
Secara tidak sadar mereka sudah belajar berhitung langsung. Menjumlahkan uang yang mereka kumpulkan.
Berapa banyak orang sudah dewasa sekarang, ngurusin baju yang belum dicuci aja ga bisa. Apalagi ngurusin rumah tangga?
Di kantor setiacorp saya terapkan hal yang sama. Ada piket kebersihan harian, bukan kami ga mampu bayar OB. Gampang banget kali, tapi saya ingin setiap tim belajar mandiri dan bertanggung jawab.
2. Menanamkan kebiasaan menabung
Saya dari kecil sudah terbiasa nabung. Alhamdulillah.. sampai hari ini kebiasaan itu terus dilakukan. Bahkan saya ga biasa didik berhutang. Kalau mau beli apa-apa ya harus cash. Beli motor cash, mobil cash, rumah cash. Belum punya uang? Ya nabung.
Itu juga yang saya terapkan sama anak. Fatih, Haikal udah punya celengan. Bahkan waktu sunatan, mereka punya uang cukup buat beli 5 Gram LM. Rencananya mau dibelikan kambing dan diternakkan. Biar bisa menghasilkan.
Kalau anak hari ini, apa-apa minta, ga dengan keluarga saya. Kalau mereka mau beli mainan, ya pake uang sendiri, mau jajan. Ya pake uang sendiri. Sesekali aja saya belikan untuk mengapresiasi kebaikan mereka, atau treatment kalau mereka sedang sakit.
3. Belajar bersedekah dan berbagi
Beberapa kali saya ajak Fatih dan Haikal berbagi ke orang-orang miskin di sekitar. Membawa beberapa nasi box dan membagikan. Sambil menanamkan ke mereka, bahwa uang yang kita kumpulkan jangan lupa berbagi dengan orang yang ga mampu.
Saya pernah terharu, saat mengajak mereka ke sebuah swalayan untuk beli mainan. Saya bilang, pakai uang sendiri-sendiri ya. Kaka Haikal kebetulan uangnya masih sedikit, A Fatih inisiatif mau bayarin adiknya.
Di kesempatan yang lain, Kaka Haikal yang traktir adiknya.
Saya dan istri juga kadang suka terharu saat mereka bilang, mau buatin Manda Yanda hotel, mobil yang bisa terbang, dll. Aamiin 😭😍
4. Selalu musyawarah untuk memutuskan sesuatu Saya dari dulu terbiasa musyawarah sama ayah umi, bahkan sampai urusan beli rumah, dll sampai sekarang saya masih minta pendapat mereka.
Begitu juga saya terapkan pada anak-anak. Pendapat mereka dihargai, namun saya sebagai imam keluarga tetap yang memutuskan. Sampai keputusan untuk home schooling (untuk pembahasan ini, panjang.. nanti ya di lain kesempatan).
Masih banyak aplikasi lainnya yang sudah kami terapkan agar anak-anak belajar mandiri.
Di akhir tulisan ini, izinkan saya mengutip puisi seorang jendral yang bernama Douglas Mac Arthur yang berjudul Do'a untuk Puteraku
Tuhanku… Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan. Manusia yang sabar dan tabah dalam kekalahan. Tetap jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja. Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.
Tuhanku… Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan. Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka. Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya… Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh namun tetap mampu menikmati hidupnya.
Tuhanku… Berilah ia kerendahan hati… Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki… Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna…
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata “hidupku tidaklah sia-sia”
*Setia Furqon Kholid *Boleh di-SHARE. Semoga manfaat 😊
0 notes
Quote
Kenapa harus risau, bukankah ALLAH selalu menemani langkahmu, bukankah ALLAH selalu menguatkanmu, bukankah ALLAH selalu memberikan yg terbaik buatmu selama ini. Lantas apa yg perlu di risaukan selama kita punya ALLAH....
Self talk
0 notes
Photo

Bumi sedang menyembuhkan dirinya - اللّه .Selalu ada hikmah dibalik semua peristiwa yang ditakdir-Nya -اللّه, العليم .Sang Maha Mengetahui tentu lebih tahu apapun yang ada di bumi, langit, dan diantara keduanya .yang terjadi saat ini, pasti sudah merupakan ketentuanNya .Ini adalah waktu untuk bumi beristirahat -يا اللّه .Bukankah Engkau begitu baik, Engkau telah menciptakan malam untuk manusia beristirahat .Dan kini, Engkau memberikan jeda bagi Bumi untuk beristirahat .Engkau tahu, Bumi mungkin lelah dengan segala kesibukannya, lelah dengan semua huru-hara, lelah melihat dosa-dosa manusia, lelah dengan berbagai sandiwara dusta .Kini, Kau memberi waktu untuk bumi menyendiri sejenak, untuk bumi menyepi sejenak, untuk bumi menyembuhkan dirinya sendiri 📷: Pinterest #Covidberakhirsebelumramadhan #covid19usaisebelumramadhan #waktunyaintrospeksimenjelangramadhan #sebentarlagiramadhan https://www.instagram.com/p/B-OGLUnJjpH/?igshid=6r9gud85p22x
#covidberakhirsebelumramadhan#covid19usaisebelumramadhan#waktunyaintrospeksimenjelangramadhan#sebentarlagiramadhan
0 notes
Note
What can I do to help others during the COVID-19 crisis?
Now is a great time to pull together in our local communities—in our neighbourhoods and online spaces—to make sure that people are looked after and supported. That especially means our older neighbours, those with underlying health conditions, and those who may not be so tech-savvy, or are prone to loneliness. In the UK, we’ve seen lots of ‘mutual aid’ groups pop up based on where you live. Here’s a list of mutual aid groups in the UK.
tumblr
Credit: VideoRev
Also includes the answer to questions from: @morbid-apricots,@amorouscottage, @angel-stains
Check out the full Answer Time here!
2K notes
·
View notes