Text
Dia melihatmu melanggar perintah-Nya, lalu diletakkanlah rasa sesal dalam hatimu. Kemudian Dia mendorongmu untuk beristighfar dan dia mengampuni dosamu.
(Syaikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rowi)
0 notes
Text
standar bahagia
waktu saya masih mahasiswa, bisa makan nasi alo (semacam nasi gila) seharga tujuh ribu saja rasanya luar biasa. pada kesempatan spesial, saya akan memilih menu sate setengah porsi--dan itu sangatlah mewah. saat-saat itu, standar senang dan bahagia saya sangat sederhana.
mungkin juga, itu karena saya nggak kenal makanan-makanan yang kelewat mahal. pilihan tidak banyak tapi tidak pernah terasa kurang atau membosankan.
sekarang saya sudah berpenghasilan. sudah bisa pakai baju yang lebih bagus, pakai skincare yang lebih oke, punya gadget yang lebih mumpuni, memilih makanan dari resto-resto. tetapi hei, mengapa rasanya tidak se-wah dulu ya? makanan enak mahal biasa saja nikmatnya. bermenit-menit bingung ingin pesan apa melalui online food delivery, ujung-ujungnya masak telor ceplok dengan kecap. mengirit iya, tetapi lebih besar karena bosan dengan pilihan yang ada.
saya pikir-pikir, punya standar bahagia yang sederhana itu justru anugerah. tidak punya banyak keinginan duniawi itu anugerah. tidak memimpikan benda-benda yang kalau dipikir-pikir manfaatnya tidak seberapa itu anugerah.
maka, yang menjadi tantangannya adalah bagaimana agar kita tetap punya standar bahagia sederhana.
gaya hidup yang naik itu selalu nggak kerasa. oleh karena itulah, secara berkala kita perlu mengaudit gaya hidup kita sendiri. berlebihan nggak ya. bisa lebih sederhana saja nggak ya. seperlu itu nggak ya.
tidak, ini tidak hanya untuk berhemat dan menabung lebih banyak. maksudnya, ini supaya kita tetap mudah dibuat bahagia. kini saya berusaha mengajak diri sendiri. yuk, turun satu dua anak tangga gaya hidup untuk naik sangat banyak anak tangga bahagia.
542 notes
·
View notes
Text

Melipat Jarak
Katamu; jarak tidaklah disebut jauh selama masih bisa ditempuh.
Bagiku, apapun tentang "jarak" adalah sama dengan jauh. Pada jarak tercipta akar rindu-rindu yang menjulang tinggi, bergemerisik di dalam hati dan bersuara lebih riuh saat sepi. Ia berusaha mencari celah-celah kesempatan, sembari menunggu musim yang begitu panjang untuk banyak pertemuan.
Pada jarak tercipta kekosongan, yang hanya akan terisi utuh melalui kebersamaan. Doa-doa yang berusaha saling bersitaut itu—meskipun bertemu di langit-langit, namun tetaplah tidak mampu melunaskan akar rindu yang tumbuh subur di dalam relung kalbu.
Rindu... ambigunya, ia melebur dalam dekat menjadi sisa-sisa abu yang seakan tiada dan tidak memberi pengaruh besar kepada diri. Namun saat jarak memisahkan sebuah pertemuan, rindu itu berubah menjadi bara...lalu hidup sebagai doa juga banyak pilinan kata "semoga.
Dalam ruang keterasingan, kau akan tahu, bahwa rasanya pulang ke rumah, begitu istimewa, seperti secangkir cokelat hangat dengan rasa manis yang sederhana tatkala hujan sedang bejatuhan di balik jendela.
Rantau, 20 Desember 2022 18.46 wita
213 notes
·
View notes
Text
Ada seseorang yang sudah lebih dulu mengenalmu lewat doa sebelum bertemunya raga, ada yang lebih dulu mengenal kebaikanmu melalui untaian kata disepertiga malam yang hening saat tidak ada yang mau bangun kecuali dia. Indahnya pertemuan doa mereka sebelum bertemunya raga.
Tidak banyak yang memilih untuk mendoakan kebaikan pada siapa saja yang akan datang dan menghampirinya, kamu tahu kenapa? Karena ia mengembalikan semua urusan dan takdir pertemuan itu pada Allah, ia sudah lebih dulu yakin sebelum doanya terucap bahwa akhir dari penantian dan jalan ini pasti akan baik.
Kamu yang hari ini masih menunggu, yakinkan dulu bahwa akhir kisahmu pasti baik, lalu berdoalah dengan pasrah dan penuh keyakinan bahwa Allah itu Maha Baik dengan semua takdir pertemuan dan perpisahannya untukmu.
Selamat melangitkan doa, jangan sampai putus, ya.
@jndmmsyhd
647 notes
·
View notes
Text
Support
Perdana menorehkan tulisan di tumblr careerclass. Selama ini hanya menjadi pembaca setia. Terima kasih kawan, sudah berbagi banyak hal, banyak perspektif.
Kelas CC family and parenting yang kuikuti hari ini temanya hangat sekali, "Ibu, beristirahatlah jika lelah". Mendengar narasumber bercerita tentang kondisi Ibu yang sangat mungkin mengalami burnout dengan segala peran yang dijalankan, membuat aku merasa 'dipeluk erat'. Selama ini aku berpikir menjadi ibu adalah peran luar biasa yang perlu punya banyak bekal, lengkap dengan hati sekuat baja, dan usus yang sepanjang jalan kenangan (re: panjang banget sampai sabarnya tak bertepi). Ternyata yang sebenarnya bukan seperti itu. Semua emosi itu valid, jadi emosi seorang ibu yang capek, ingin ini ingin itu tapi terbentur dengan berbagai hal, itu juga valid. Ibu yang merasa gagal karena belum memberi yang terbaik buat anak dan suaminya pun juga emosi yang valid. Terima aja dulu, obati kemudian. Obati dengan mengisi tangki cinta diri sendiri, agar bisa mengalirkan cinta lebih jauh ke anak-anak dan suaminya.
Aku sendiri belum jadi seorang ibu. Sungguh, sebelum ikut CC dan memperluas sudut pandangku tentang wanita dan peranannya, termasuk ketika sudah berstatus sebagai istri dan ibu, kekhawatiran itu begitu membayangi. Kekhawatiran tentang diriku yang rasa-rasanya jauh dari kata hebat kalau melihat ibuku yang bisa menjalani banyak peran sekaligus. Kekhawatiran tentang tidak mampu membahagiakan suami dan anak-anak kelak. Rasanya, se-mengerikan itu.
Tapi ceritanya berbeda ketika aku membuka berbagai sudut pandang lewat narasumber-narasumber yang dihadirkan CC. Ada kekuatan sendiri. Semacam... perlahan-lahan meletakkan kekhawatiran itu dan menggantikannya dengan energi untuk memperbaiki diri. Menggantikannya dengan keyakinan bahwa aku perlu mengisi tangki cintaku, menyelami diriku lagi, agar aku bisa menjalankan sebaik-baik peran yang diamanahkan Tuhan kelak padaku.
Selama 8 bulan tumbuh di CC, aku belajar bahwa support, sekecil apapun, akan menjadi pelukan yang memberi energi besar bagi langkah-langkah kecilku. Aku belajar bahwa se-kecil apapun progress akan tetap jadi progress, dan itu lebih baik dari tidak berprogress. Kalau lelah? Istirahat. Kalau merasa lemah semangat? Minta semangat dari teman-teman CC tidak pernah membuat kecewa. Teman-teman CC akan dengan tulus memberikan support, mendorong lewat doa-doa yang mengalir baik secara lisan, tulisan, atau bahkan diam-diam.
Dan itu luar biasa dampaknya bagiku.
Hari ini, aku menjadi bagian dari orang-orang yang berbahagia langkahnya disupport oleh ekosistem ini. Aku pun belajar untuk memberi setulus support, bagi segelintir orang, walau mungkin terlihat remeh, receh, dan "cuma gitu aja". Hari esok, semoga aku bisa menjadi orang yang bisa memberi support untuk lebih banyak orang, dalam bentuk yang lebih besar lagi.
Kebaikan itu menular. Semangatmu pun menular
-A-
67 notes
·
View notes
Text
Mengalun Takdir
Awan masih putih dan langit masih biru
Kudengar sayup burung berkicau bersahut-sahutan.
Sinar matahari menyusup di sela-sela pohon yang rindang. Aku berjalan di bawahnya, di atas trotoar dan di pinggir jalan besar.
Kuayunkan tanganku sambil loncat kecil-kecil.
Membiarkan tubuhku disapa angin dari depan.
Suara deru mobil dan motor masuk ke telingaku.
Tidak mengganggu, malah jadi irama yang mengalun selaras.
Semesta punya nadanya sendiri.
Alunan di kota, alunan di desa...
Alunan di teras rumah, alunan di perkebunan.
Alunan rumput ilalang, alunan kolam ikan.
Hatiku damai menyadari, semua masih berputar dengan harmoni.
Meski sedang tak karuan, kadang juga hancur ditempa keadaan...
Tapi membiarkan diri bersinggungan dengan ciptaanNya yang lain membuatku lebih tenang.
Suratannya berjalan unik. Banyak hal indah lain yang bisa kunikmati. Rahmatnya tak bertepi. Barangkali hanya aku yang duduk meringkuk seolah-olah ada di pojok ruang.
Aku siap untuk takdir berikutnya. Barangkali kini aku sedang diterpa kemarau, kuyakin setelah ini ada rintik-rintik kecil yang turun, membasahi ujung rambut hingga jemariku.
202 notes
·
View notes
Text
“Kadang, cara terbaik untuk merespon orang yang menyebalkan adalah dengan tetap tampak bahagia sambil mengabaikannya. Kelak ia akan berhenti sendiri, karena ia sadar, bahwa yang ia lakukan itu sia-sia, dan tidak berpengaruh apapun.”
— Choqi Isyraqi
556 notes
·
View notes
Text
Pada setiap langkah perjalanan, tak mengapa untuk melangkah dalam kesendirian. Tidak masalah sampai kita mempermasalahkannya. Sebab nyatanya, kita tak pernah benar-benar sendiri. Ada Allah yang selalu menemani.
36 notes
·
View notes
Text
Kalau saja mamakmu dulu menilai bapak dari banyaknya harta dan tampannya muka mungkin bapak akan jadi orang tidak akan pernah dilirik sedikitpun oleh mamakmu.
Bahkan untuk sekedar janji saja bapak tak pernah berani. Bapak cuma gak pengen membuat mamakmu kecewa nantinya. Benar saja, kalau bapak dulu menjanjikan macem-macem sama mamakmu. Mungkin sampai hari ini tak ada yang benar-benar bapak bisa tepati.
Mamakmu itu wanita paling aneh di dunia ini. Ia tak pernah meminta apapun, tak pernah mengharap apapun dan bahkan tak pernah menuntut apapun. Katanya mamakmu, tanpa meminta, mengharap dan menuntut apapun dari bapak, itu semua pasti akan bapak lakukan. Itulah yang membuat bapak sedikitpun tak pernah melirik wanita lain.
309 notes
·
View notes
Text









The pictures I took while I was in Mecca and Medina.
Do NOT repost anywhere.
9K notes
·
View notes
Text
Orientasinya bukan lagi ingin mencapai kesenangan, tapi menggapai ketenangan.
295 notes
·
View notes
Text
Teruntuk kamu..
Ada sesuatu yang ku rindukan lebih dari sekedar pertemuan. Tapi rasanya aku kehilangan perasaan untuk meluapkannya. Aku tau, akan selalu ada yang datang dan pergi. Akan selalu ada yang singgah tanpa menetap. Meskipun dengan kadar yang berbeda, tiap jejak seseorang dalam hidup kita punya ruang yang sama di dalam sana. Ruang yang tak pernah salah untuk memilih apalagi untuk menetap.
Semua pertemuan adalah tentang mempertahankan. Bertahan pada rasa. Bertahan pada beda. Saling memahami, bukan malah saling menuntut untuk dipahami.
Sungguh. Jika aku salah, tegurlah. Jika aku lupa, ingatkanlah. Jangan diam lalu tiba-tiba meninggalkan, teman.
Teruntuk kamu, temanku.
40 notes
·
View notes
Text
Bakti Pertama Laki-Laki dan Cinta Pertama Perempuan
Karena salah satu pertimbangan tersulit saat kelak kamu memutuskan menikah, adalah kamu harus meninggalkan orang tua yang kamu cintai, sementara kamu takkan pernah merasa cukup waktu untuk mengabdi
Beberapa hari silam, usai melantunkan Al-Ma’tsurot pagi, aku menghabiskan waktu di kamar ibuku. Sembari bercerita apapun, mendengar ceritanya, sambil memijitinya yang masih terlihat lelah usai memasak untuk sahur kami sekeluarga. Sepertinya beliau sudah mengantuk, lantas kubiarkan saja beliau agar tertidur. Saat tidur itulah, aku melihat lamat-lamat wajahnya. Pancaran cahaya semangatnya tetap tak pernah padam walau sudah dimakan usia senja. Rambutnya pun sudah memutih, menandakan beliau semakin tua. Kerutan-kerutan di wajahnya yang semakin terlihat. Saat aku memijatnya pun, ibu terlihat jauh lebih kurus. Porsi makan ibu sudah tak sebanyak dulu lagi, sudah mulai melakukan pembatasan makanan ini itu, karena alasan kesehatan. Wajah itu, yang tanpa sadar membuat air mataku menetes.
Aku menggenggam tangannya, yang sudah tak sekuat dahulu lagi. Merasakan tangan yang pernah menimangku kala dahulu masih bayi, menggandengku saat masuk TK kali pertama, mencubitku karena kenakalan-kenakalan yang pernah aku perbuat, mengobatiku saat aku sakit, menyuapiku bahkan saat aku disibukkan dengan tugas sekolah yang tak sempat membuatku makan, serta banyak kebaikan-kebaikan lainnya yang pernah dilakukannya.
Bagi laki-laki, ibu tentu saja adalah bakti pertama yang harus dihormati. Dari ketulusannya, menjadi supporting system bagi ayah, mengasuh dan mengasih saat kita di rumah, sudah jauh lebih dari cukup menjadi alasan untuk memuliakan dan menghormati.
Maka jika nanti seorang lelaki telah beristri, barangkali di awal akan ada kecemburuan-kecemburuan sesaat yang akan hadir dari ibu yang telah membersamainya bertahun-tahun. Ibumu tahu dan mengerti akan hal itu, namun ketulusan cintanya lah yang membuatnya pada akhirnya merelakanmu. Bahkan memberikanmu pertimbangan saat kamu mendiskusikan sebuah nama dengannya.
Tapi justru Ibumu akan mengikis rasa cemburu dalam hatinya, dengan memilihkan orang yang terbaik untukmu. Sebab ia tahu, ketulusan cinta istrimu, kelak yang akan membuatnya ia tenang. Membuatmu mampu tetap berbakti walau tak lagi intens setiap hari seperti sebelumnya.
Mungkin pula ibumu yang kelak justru bisa berubah menjadi cerewet terhadap istrimu, bukan semata-mata membencinya, namun justru karena masih terlalu mencintaimu, menganggapmu seperti anak kecil yang dahulu masih harus disuapinya. Dan kamu kelak, bukanlah pemihak ke salah satu, namun engkaulah yang akan menjadi perantara di antara keduanya.
Tak mau mengganggu ibuku yang sedang tertidur pulas, aku pun beranjak ke ruang keluarga. Di sana aku melihat ayah dan adikku sedang bercakap-cakap. Seperti biasa adikku curhat masalah kuliahnya yang susah, masalah teman-temannya di organisasi yang aneh-aneh, hingga terkadang masalah sepele. Aku tersenyum melihatnya, sementara ayahku mencoba mendengarkan walau aku tahu beliau sambil terkantuk-kantuk mengingat semalam beliau lembur.
Pemandangan tersebut membuatku merenung, dan semakin yakin, bahwa ayah memang benar dalah cinta pertama anak-anak perempuannya. Ayah yang akan menjadi pundak tempatnya bersandar akan segala permasalahannya. Ayahnya yang menampung segala curhatan dan air matanya. Ayahnya pula yang kelak akan menyeleksi calon menantunya agar memastikan bahwa putrinya akan dibersamai dengan orang-orang yang tulus melindunginya.
Kelak di hari pernikahan anak perempuannya, ayah pula yang akan menggenggam tangan seorang laki-laki asing, menyiratkan tanggung jawabnya yang kini berpindah pada sosok yang baru saja dikenalnya. Di masa itu, ayah pasti akan terlihat berupaya tegar, walau sesungguhnya ia ingin menumpahkan segala air matanya yang tertahan. Tidak, ia adalah seorang lelaki. Ia tak boleh menangis di depan putrinya. Ia harus tersenyum walau senyum itu terkesan dipaksakan.
Setelah membesarkanmu bertahun-tahun, melindungimu, menjadi sosok pengayom bagimu, kelak ayahmu lah yang justru menyerahkanmu kepada seorang laki-laki, yang barangkali belum teruji sama sekali komtimennya saat ia memintamu baik-baik.
Cinta ayahmu adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, terlebih saat kamu berbahagia dengan laki-laki lain. Tapi ia tak pernah mempersoalkannya, dan bahkan ia siap menjadi tempat kembali jika laki-laki pilihanmu malah mencampakkanmu.
Di balik wajah tenangnya, sesungguhnya ia harap-harap cemas, mungkin ia akan lebih banyak diam beberapa hari setelah kamu dibersamai oleh laki-laki yang baru ia kenal. Tapi lambat laun, ia pasti akan merelakanmu, hanya satu kalimat darimu yang mampu menenangkannya, *Aku melihat sosok ayah pada suamiku”
Bagi setiap orang tua, melepas anak-anaknya ke jenjang pernikahan sudah tentu bukan hal yang mudah. Butuh pertimbangan, butuh istikharah panjang, bahkan perenungan berhari-hari. Tapi mereka sadar, bahwa cinta kepada anak-anaknya adalah cinta karena illahi. Dan merelakan mereka ke jenjang pernikahan, barangkali adalah salah satu bentuk makrifat, untuk menggapai cinta Illahi.
Malang, 29 April 2020 09.55
1K notes
·
View notes
Text
Belum Telat Kok!
Ada banyak hal, yang umumnya begitu mudah dilakukan orang lain, namun aku membutuhkan tenaga ekstra untuk bisa melakukannya.
Bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris, memasang regulator gas, menuang galon ke dispenser tanpa menumpahkan airnya, memasak tumis kangkung, menggunakan standar tengah motor, dan berbagai hal lainnya.
Bagiku itu hal yang susah. Susah banget kayak ngelawan sasuke.
"Tinggal gini aja lho, mbak. Masa gak bisa?" Ucap adik ku yang sering ku mintai tolong berbagai hal. Setelah mengucapkan kalimat itu, dia akan nyengir. Ya Allah, pengen tak tapok lambe ne.
Gak papa.
Namanya juga manusia. Wajar kalau gak bisa melakukan semua hal. Yang jago bahasa Inggris belum tentu jago bahasa Jawa, yang bisa memasang regulator gas belum tentu bisa memasang genteng rumah. Ya kaan? Muehe.
Yang dapat dilakukan adalah terus berproses. Terus berusaha. Terus belajar.
Gak harus dengan langkah-langkah besar, langkah sekecil semutpun juga gak papa. Kamu gak pernah payah sendirian, dan kamu gak pernah payah selamanya.
Selama nafas belum sampai ditenggorokan, gak ada kata terlambat untuk belajar kan?
0 notes
Text
Sayang.. bila kamu hendak melakukan sesuatu yang Allah larang. Ingat baik baik yang kukatakan, marahi tegas hatimu, jangan beri celah untuknya mencari cari alasan dan pemakluman. Sadarkan ia, bagaimana bisa ia melakukan maksiat dengan mata yang mata itu adalah dari Allah. Dengan tangan yang juga dititipkan Allah padamu. Dengan kaki, dengan pikiran, dan dengan hati yang kesemuanya itu adalah milik Allah dan diawasi oleh Allah. Bagaimana bisa ia bermaksiat seolah olah Allah tidak melihat.
Alizeti
210 notes
·
View notes
Text
Bu, pagi ini ada banyak rasa syukur yang tumpah ruah dalam hidupku bu, begitu banyak ternyata nikmat-Nya yang terlewat untuk aku syukuri, ternyata bu dengan memuliakanmu, Allah hadiahkan untukku nikmatnya bersyukur, terima kasih banyak atas doa-doamu bu.
aku menyayangimu begitu banyak bu :')
35 notes
·
View notes