Text
Bisakah aku merasakan kupu-kupu berterbangan di perutku lagi?
Bisakah aku merasakan desiran hati karena seseorang lagi?
Bisakah aku merasakan sparkle dalam sela-sela kesibukanku lagi?
0 notes
Text
Reflecting back to what I've been done this almost 27 years.
Melihat kembali bagaimana aku tumbuh, lengkap dengan bahagia dan lukanya.
Melihat kembali ternyata aku bisa bertahan sejauh ini, melewati semua tawa dan trauma secara bersamaan.
Melihat kembali ternyata aku bisa menembus batas diriku sendiri, meski harus berdarah-darah.
Ternyata kehidupan yang layak itu bisa diusahakan.
Ternyata segala ketidakmungkinan itu bisa terjadi.
Ternyata selama ini banyak nikmat-Nya yang aku dustakan.
Allah, bolehkah aku bermimpi lebih tinggi lagi?
Bolehkah aku meminta lebih banyak lagi?
Bolehkah?
0 notes
Text
belakangan ini lagi antusias ngatur asupan makanan dan jadwal olahraga, di sela-sela kesibukan bekerja dan mengajar.
tapi ada satu nikmat yang rasanya sudah lama dicabut sama Allah, nikmat ibadah :')
ya Allah aku mau rutin tahajud kaya dulu lagi, mau rutin ngaji lagi, mau rutin puasa sunnah lagi. bisa kan ya? :')
1 note
·
View note
Text
Kadang bayangin,
seru kali ya kalo ngegym ada partnernya, bisa saling koreksi gerakan.
seru kali ya, kalo lari ada partnernya, bisa jadi pacer atau trainer ganti gantian.
seru kali ya, kalo ke coffee shopnya berdua, bisa ngobrolin ngalor ngidul, atau saling diem-dieman fokus sama laptop masing-masing.
seru kali ya, kalo aku masak terus ada yang nyicipin. atau gantian aku yang dimasakin.
seru kali ya, kalo travelling berdua, bisa saling gantian nyupir/nyetir.
yaudahlahyaaaaa, sendiri jg ga buruk buruk amat wkwkwk
2 notes
·
View notes
Text
bohong kalau gak pengen nikah. bohong kalau gak pengen membangun keluarga dan bisa punya seseorang yang bisa jadi tempat berbagi dan bercerita. bohong kalau gak pengen punya anak. bohong kalau gak pengen jadi ibu, gak pengen jadi istri, gak pengen jadi orang tua, dan mencoba menerapkan semua pengetahuan baik itu dunia dan akhirat yang udah dipelajari selama ini.
tapi gak bohong juga kalau makin hari, harapan itu makin menipis. makin hari makin disadarkan dengan realitas. makin diingatkan bahwa perihal mencintai dan dicintai oleh orang yang tepat adalah sebuah keberuntungan yang tak dimiliki semua orang. makin sering terpikirkan "apa gak usah nikah, ya?". makin berusaha untuk belajar ikhlas bila memang nanti gak dapat rezeki jodoh. bila sepanjang hidup harus merasa cukup dengan diri sendiri. makin dibuat lelah dengan kenyataan bahwa menyukai seseorang di usia saat ini tak lagi sesederhana dulu. sehingga bila mulai merasa tertarik dan melihat potensi pada diri seseorang dengan segera menarik diri dan mematikan perasaan tersebut pelan-pelan, karena di lain sisi kita juga mesti memikirkan kemungkinan-kemungkinan di depan. tujuannya supaya gak lagi invest waktu dan perasaan di waktu dan orang yang gak tepat.
bersama dengan seseorang terdengar menyenangkan. tapi hidup sendirian juga nampak lebih menenangkan.
199 notes
·
View notes
Text
Lagi di titik jenuh berkomunikasi dengan orang lain. Sampe lebih nyaman serba sendirian.
di tempat kerja, ada segelintir orang yang mempermasalahkan kata-kataku, dibilang tidak profesional, padahal aku hanya menegur kelalaian mereka yang selalu diulang terus menerus sampai merugikan yang lain. perkara teguran dibesar-besarkan, padahal lebih besar kesalahan mereka, tapi mereka enggan introspeksi.
di kehidupan pribadi, aku lelah meladeni celoteh yang tidak cocok denganku.
aku lelah dengan A yang selalu menceritakan teman-teman kantornya, gaji di perusahaanya, gaji bosnya, bonus teman-temannya. selalu seputar itu yang dibicarakan, belum lagi benefit di kantornya. aku sampe hapal. idfc, aku tidak mengenal mereka, cerita itu sungguh membuatku muak. entah apa yang membuatnya berubah seperti ini, padahal dahulu aku sangat nyaman berbicara dengannya. belum lagi jika bertemu selalu mengomentari kondisi mukaku atau muka orang lain, entah lagi gradakan, lagi glowing, dsb.
aku lelah dengan si B, yang jika bertemu selalu membicarakan laki-laki.
aku lelah dengan si C, yang jika bertemu selalu fokus pada ceritanya sendiri, tanpa memberiku ruang untuk berbicara juga.
apakah setelah ini aku akan menjadi introvert sepenuhnya? sungguh sekarang aku lebih nyaman sendiri, meski kadang sepi juga menghantui.
4 notes
·
View notes
Text
lapis-lapis penerimaan
ya Allah. engkau adalah Allah yang maha merencanakan. engkau adalah Allah yang maha menetapkan. engkau adalah Allah yang maha memiliki seluruh pengetahuan. ya Allah, aku beriman kepada-Mu dan kepada takdir-Mu. maka, bantu aku ya Allah.
bantu aku untuk tidak menentang takdir-Mu, ya Allah. bantu aku untuk tidak menyalahkan siapa-siapa, tidak mendendam kepada siapa-siapa, tidak membenci siapa-siapa. bantu aku untuk tidak berandai-andai tentang hal yang tidak bisa aku ubah. bantu aku untuk tidak mengungkit-ungkit hal yang hanya akan menambah luka. bantu aku ya Allah.
bantu aku untuk menerima takdir-Mu ya Allah. bantu aku untuk memahami bahwa setiap orang beriman pasti diuji. bantu aku menyadari bahwa ada takdir-takdir yang adalah karena ulahku sendiri. bantu aku mengerti bahwa yang terjadi pasti adalah yang terbaik menurut-Mu. bantu aku untuk memeluk setiap perasaan yang hadir bersama dengan ujian ini. bantu aku untuk memaafkan segalanya.
bantu aku untuk mensyukuri takdir-Mu ya Allah. bantu aku menemukan ibroh dan hikmah dari takdir-Mu. bantu aku sampai kepada khidr moment-ku. bantu aku tidak hanya untuk melihat pelangi setelah badai, tetapi juga memahami mengapa badai ini turun ke bumi, kepadaku.
bantu aku untuk mencintai takdir-Mu ya Allah. bantu aku untuk bertaubat. bantu aku untuk menjadikan ujian ini titik balikku, titik kebangkitanku, titik kembaliku. bantu aku untuk keluar dari badai ini sebagai seseorang yang baru, seseorang yang lebih tebal imannya, lebih bertakwa. bantu aku terus bergerak.
ya Allah, kata-Mu, tidak ada ujian yang melampaui kesanggupan penerimanya. dengan imanku yang aku upayakan ini ya Allah, aku yakin bahwa aku akan sanggup——jika engkau membantuku. maka, bantu aku ya Allah. bantu aku tidak menentang takdir-Mu. bantu aku menerima takdir-Mu. bantu aku mensyukuri takdir-Mu. bantu aku mencintai takdir-Mu, mencintai-Mu.
491 notes
·
View notes
Text
Masa kecil sudah berat, ternyata dewasa sama aja wkwkw
Apalagi ga punya previlege safety net, dewasa ini mengambil keputusan emang harus banyak pertimbangan.
Muak sama atasan? yaudah resign aja pilihannya. resikonya? ya hidup dari manaaa kalo ga punya 5 milyar? wkwk
harus banyak-banyak afirmasi penguatan diri, karena masih butuh banyak duit.
5 notes
·
View notes
Text
Pernah baca, apa yang orang selalu bicarakan mencerminkan apa yang terus menerus dia pikirkan.
Misal nih, kamu ketemu orang, tapi yang dia omongin cowoookkkk terus. Nah berarti selama ini yang selalu dia pikirkan ya gak jauh jauh dari cowok.
Terus misal orang itu yang dibahas ketika ketemu adalah jerawatmu, tekstur mukamu, dan kondisi kulitmu, berarti yang selama ini dia pikirkan terus menerus adalah ga jauh-jauh dari itu.
Yang paling nyebelin, orang yang kalo ketemu yang diomongin selalu tentang posisi orang2 di kantornya, gajinya, bonusnya. kek wtf i dont fvcking care about that. ya berarti yg selama ini bermain di pikirannya ga jauh jauh dari itu jg.
Jadi penasaran, kalo aku sendiri gimana ya? Hahaha
0 notes
Text
Ya Allah, kalo kondisiku lagi di atas, tolong jaga hatiku untuk tetap merunduk. Aku gak mau nikmat yang Engkau berikan, yang seharusnya aku pakai untuk kebaikan, malah jadi celah dosa yang tanpa aku sadari.
Sepenuhnya yang aku miliki sekarang adalah titipan-Mu. Aku rela dititipin berapapun ya Allah, lima milyar juga boleh. Insya Allah janji ga sombong. WKWK
2 notes
·
View notes
Text
Previlege itu Berupa Kondisi yang Ideal
Tidak dipungkiri, uang memang memberikan banyak previlege. Dan menurutku gak perkara angkanya itu sendiri, kondisi lain pun jadi pertimbangan.
Tabunganku semasa jadi sandwich gen malah lebih banyak ketika sekarang udah merdeka. Dulu aku seret-seretin pengeluaran karena kondisinya aku masih jadi sandwich gen. Mau ngeluarin buat A-Z pertimbangannya panjang. Travelling selalu dengan mode seret. Sekarang? LHOSSSDOLLL wkwkwkk. Makasih ya Allah, bener-bener nikmat-Mu banyak sekali, akunya aja yang sering lupa bersyukur.
Gini ya enaknya tenang karena "kondisi" sudah mendukung. Hari ini aku ke Jogja via Solo sambung KRL. Aku pikir KRL bakalan sepi karena weekdays, ternyata malah menurutku kondisinya lebih parah dibanding KRL Jabodetabek. KRL Jabodetabek itu masih lengang di jam-jam 9 sampai jam 4 sore, setidaknya. Nah ini, sepanjang jam bener-bener crowded. Aku beneran full berdiri 1,5 jam dengan berdesak-desakkan. Kalo KRL Jabodetabek, at least itu paling lama 30 menit, karena selebihnya transit-transit, jadi gak kerasa.
Pulangnya, aku memutuskan cari tiket kereta go-show jarak jauh. Emang 5x lipat lebih harganya dari tiket KRL, tapi dengan harga segitu, aku bisa sampai lebih cepat, aku bisa duduk di kursi ekonomi-new gen yang nyaman, aku tidak kepanasan, aku tidak perlu menahan kaki sampai pegal dengan durasi yang lebih lama, aku tidak perlu takut diteriaki satpam ketika duduk -untuk mengalah kepada yang lebih membutuhkan-, dan aku bisa power nap alias tidur siang. Bener-bener "membeli" kenyamanan.
Makasih ya Allah. Emang uang dan kondisi ideal itu bisa membebaskan manusia mengambil pilihan. Dulu, naik KRL adalah keterpaksaan atas kondisi. Sekarang, aku bisa dikasih kesempatan untuk naik KRL sebagai "pilihan".
Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.
2 notes
·
View notes
Text
Lagi ngerasa futur banget. Lagi ngerasa hampir nyerah sama kehidupan. Dari awal 2025 ini ada aja darderdornya dari segala sisi. Bener-bener belum dikasih lihat "hilal" apapun itu. Mau ngeluh tapi malu, harusnya aku masih bersyukur. Masih bisa tidur dengan atap, masih bisa olahraga di tengah padatnya kesibukan, masih bisa ketemu muridku yang lucu-lucu, masih bisa menjelajahi coffee shop di Semarang, bahkan aku bisa bikin kopi ala-ala kopisyop dengan resep andalanku.
Ya Allahh tolong bersamai aku terus..
6 notes
·
View notes
Text
Membesarlah, tapi jangan memaksa menjadi besar Meluaslah, tapi jangan mengusik sekitar Melangitlah, tapi ingat, tetaplah bersujud kepada Tuhanmu
273 notes
·
View notes
Text
Hubungan dengan manusia itu memang dinamis.
Pagi bisa baik-baik saja, siangnya sudah saling mengabaikan.
Hari ini bisa berjalan dengan saling sapa, tapi tiada jaminan esoknya masih saling mengenal.
Maka sadarilah bahwa memang setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya.
Tapi ini bukan yang aku mau.
1 note
·
View note
Text
Yang bikin duniamu terasa sangat berantakan itu bukan karena saking banyaknya masalah yang berdatangan, tapi karena jarak yang kau ciptakan dengan-Nya sudah sangat berjauhan
300 notes
·
View notes
Text
Atas semua yang aku upayakan namun gagal, orang-orang selalu menghiburku dengan kata-kata indah.
Tenang saja, semua akan ada hikmahnya. Kamu hanya perlu bersabar. Mungkin memang tidak sekarang jawabannya. Yang kamu perlu lakukan hanya ikhlas dan yakin rencana Allah terbaik.
Iya, tapi sampai kapan aku harus menunggu hikmah itu? Apa aku harus melalui hari-hari hancur dan berat serta malam-malam panjang ini terus menerus? Sampai kapan?
0 notes
Text
The fact is, we only need one more reason to stay alive in this critical phase.
Don't know what to do, don't know what will be happened, being clueless with the future plan.
Slow down, baby. Run on your own pace, and stop comparing to others.
Some people might come and go. They only gave a lesson, not to stay with for the lifetime.
In the end, you only will live with yourself, your heart, and your soul.
2 notes
·
View notes