Tumgik
dianocta · 2 years
Text
Kesambet apa tiba-tiba login tumblr lagi...
Tumblr media
Yuk minum Pomello dulu biar adem hati dan pikirannya 😌
3 notes · View notes
dianocta · 3 years
Text
Throwing back to...
"Love, you really broke my heart this time"
0 notes
dianocta · 3 years
Text
I can't, still can't.
0 notes
dianocta · 3 years
Text
And I keep waiting like
you might change my mind
Tumblr media
0 notes
dianocta · 3 years
Text
"Bagaimana cara membuat dia jatuh cinta padaku?"
"Seseorang pernah berkata: Buat dia tersenyum, buat dia tertawa! Kalau kau berhasil, kau akan mudah merebut hatinya."
"Tapi, setiap kali dia tersenyum dan tertawa, aku yang dibuat semakin jatuh cinta padanya."
0 notes
dianocta · 3 years
Text
Today's Sums Up!
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Langit hari ini bagus, banget! Sangat bagus sekali kalau boleh lebay. Tapi aku nggak lebay,
karena emang sebagus itu
Cih, wkwkwk...
Langitnya biru, cerah! Berawan tapi nggak mendung, what a blessing one! Walaupun panas, nas, nas... teriknya bukan main. Tapi, tidak ada yang sempurna, dan tentu saja aku tidak boleh serakah, walaupun seharian aku duduk di kantor dalam ruangan ber-AC ☺️
Lalu selintas pikiran muncul, kalau langit hari ini cerah aku juga harus cerah. Moodku harus bagus karena pasti ada hal bagus yang akan terjadi! Langitnya sudah senang lo, masa iya kamu 'gloomy', kasian banget padahal si langit sudah kerja keras hari ini.
Persetan sama sakit kepala, bodo amat dengan semua perasaan insecure yang tetiba muncul, yang harus terjadi sudah pasti akan terjadi, jadi tidak perlu diambil pusing.
When it all falls down, when it don't work out for the better, I'll be fine.
Jadi, aku menghujani diriku sendiri dengan perasaan positif: Buku (mas agung bawa buku ke kantor, buat 'pajangan'), tanaman kecil kecil yang ternyata adalah spesies indoor dan tidak boleh kena sinar matahari (mereka sudah diungsikan ke dalam, aman!), lagu favorit lamaku yang ternyata liriknya relate dengan hari ini (I just put the lyrics here), mengabaikan kerjaan kurang menyenangkan dan ngerjain sesuatu yang lebih... menyenangkan, wkwk 😂
Dan tentu saja kopi, walaupun aku hampir 80% yakin sakit kepalaku bisa jadi lebih parah kalau aku minum kopi. Karena, mana bisa aku bersikap positif tanpa kopi. Tapi kemudian sakit kepalaku malah sembuh, tepat setelah aku minum beberapa teguk pertama. Sudah kuduga! 😌
Lalu hal baik berikutnya datang, yang tidak akan aku ceritakan pada siapapun karena... tidak semua hal perlu diceritakan, di sosial media.
Satu hal yang tidak bisa kuperbaiki hari ini adalah, I think I miss you, just because that one silly video (well, it's not silly, it's your job tho). Yang aku putar berulang-ulang, seperti biasa. But, it's okay.
You're the drug that I'm addicted to and I want you so bad, but I'll be fine... and that's that.
Tumblr media
Bonus. I told you, the sky is beautiful ♥️
0 notes
dianocta · 3 years
Text
I want you and don't want you, at the same time
0 notes
dianocta · 3 years
Text
Beryl today, skies today.
Tumblr media Tumblr media
Ada sebuah skill yang tidak semua orang bisa menguasainya: memahami diri sendiri. Iya, kenapa harus susah payah ingin memahami orang lain, sementara dengan diri sendiri masih asing.
Sesekali coba deh, diam dan dengarkan diri sendiri. Kamu maunya apa? Inginnya bagaimana? Harus melakukan apa?
Kalau ada sesuatu yang salah, diri sendiri juga yang akan pertama kali menanggung akibatnya. Padahal, mungkin saja dia sudah memperingatkan sebelumnya, jauh sebelum itu. Tapi apakah aku mendengarkan? Atau bahkan peduli?
Tentu saja tidak. Jawabannya selalu tidak.
0 notes
dianocta · 4 years
Text
Aku tidak pernah membayangkannya, tapi kejadian itu terjadi begitu saja.
Terlalu cepat.
Aku hanya ingat kalau aku sedang berdiri di tengah lapangan terbuka, rumput yang basah terasa nyaman di bawah kakiku yang telanjang. Anggota tim lainnya menyebar ke berbagai sisi lapangan, hampir tidak terlihat batang hidungnya. Satu-satunya sosok yang kuperhatikan lekat-lekat hanya dia, laki-laki itu hampir tidak terlihat karena terhalang pepohonan. Tapi aku masih bisa melihat sekelebat rambut pirangnya yang terkadang muncul di sela batang pohon yang hampir meranggas, keseluruhan sosoknya terlihat kontras dengan pemandangan sekitarnya yang gelap dan suram. Tentu saja, kami sedang berada di perbatasan Hutan Mati, jelas kalau suasana di sini sangat kelabu.
Aku harus terus mengingatkan diriku agar tidak melepas pandangan dari laki-laki berambut pirang itu. Kau mengawasinya karena dia sedang dalam masa percobaan, Freya. Hanya sampai besok pagi, setelah upacara penobatan selesai, dia akan resmi dilantik jadi anggota legiun dan aku tidak perlu mengawasinya lagi. Kemudian aku bisa fokus pada misiku sendiri.
Tapi aku menangkap secercah perasaan tidak senang. Gagasan bahwa aku tidak bisa lagi memperhatikan sosoknya dengan bebas seketika membuatku kesal. Aku menggeleng dengan keras, berusaha mengenyahkan perasaan tidak masuk akal yang kurasakan. Aku membencinya, harusnya aku gembira kalau tidak perlu berurusan lagi dengannya.
Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri saat serangan pertama datang. Anak panah itu melesat dengan cepat ke arahku dan mendarat hanya beberapa jengkal dari kakiku, menancap tepat di tanah dan mengoyak rumput di sekitarnya. Aku terkesiap dan terhuyung ke belakang, hampir terjungkal. Tapi aku memaksa diriku tetap stabil dan bersiap untuk kabur. Keberuntungan tidak akan datang dua kali, bidikan pertama mungkin meleset, tapi tidak dengan bidikan selanjutnya. Kalau aku tidak segera melarikan diri, anak panah selanjutnya bisa menembus ke jantungku.
Aku menggerakkan kedua kakiku secepat yang kubisa, berlari sekuat tenaga menuju ke hutan, mencari perlindungan dibalik batang-batang pohon raksasa. Mataku jelalatan melacak keberadaan teman satu timku, tapi nihil. Aku tidak bisa menemukan siapapun di lapangan ini. Aku bahkan tidak bisa melihat sosok penyerangku.
Anak panah berikutnya berdesing tepat di telingaku, meleset hanya beberapa inci. Membuatku terbelalak ngeri dan berlari lebih cepat. Kupaksa kakiku untuk bergerak lebih cepat sembari terus memompa udara ke dalam paru-paruku yang rasanya seperti terbakar. Aku tidak boleh berhenti, tidak sekarang.
Batang pohon pertama tinggal beberapa meter lagi, saat ujung mataku menangkap sesosok bayangan yang melesat menghampiriku. Sosok itu menubrukku dan membuat kami berdua berguling dan terjatuh dengan keras, terseret beberapa meter di atas permukaan rumput yang basah. Aku tidak tahu apa yang terjadi, atau siapa dia. Tapi kedua lengannya memelukku, mendekap kepalaku tepat di dadanya, menopangku agar tidak langsung bergesekan dengan tanah.
"Freya! Kau baik-baik saja?" Aku bisa mendengar suara gemetar Finn. Aku mendapati diriku mengangguk perlahan.
Dia mengerang keras tapi masih mendekapku. Aku melihat goresan besar di lengannya, luka karena berusaha melindungiku. Mataku menangkap dua anak panah menancap di tanah beberapa meter dari kami, tempat Finn menubrukku tadi.
Kesadaran kalau kami belum sepenuhnya aman dari bahaya langsung menyerangku, namun sedetik kemudian sosok lain muncul dengan cepat, menerjang melewatiku dan Finn yang masih kepayahan karena terluka. Aku bisa melihat rambut pirangnya dengan jelas saat dia mematung membelakangiku.
Apa yang terjadi? Apa yang dia lakukan di sini? KENAPA DIA DI SINI?
Aku tidak paham sampai Finn berteriak, suaranya parau meneriakkan nama laki-laki berambut pirang di depanku. Tapi laki-laki itu tidak berkutik dan masih tetap pada posisinya. Satu tangannya terulur ke depan, berusaha menarik sesuatu dari tubuhnya.
Oh tidak. Dia tertembak. Panah itu mengenainya.
Finn bergegas menghampirinya dan menangkap tubuhnya yang perlahan ambruk. Aku bangkit dan menyusulnya, napasku tertahan begitu melihat sebilah anak panah yang menancap di perutnya. Aku berusaha keras untuk tidak berteriak.
Oh tidak
Anak panah itu menancap dalam, mengoyak kemeja putih yang dia kenakan, menembus kulit dan masuk ke rongga perutnya.
Oh tidak, oh tidak...
Darah merembes keluar dari lukanya. Aku hanya berharap panah ini tidak dilumuri racun. Aku berusaha mengingat semua teori pertolongan pertama yang pernah diajarkan padaku. Alisku berkerut, aku tidak bisa mengingat apapun. Otakku sama sekali tidak mau diajak bekerja sama.
"Jangan cemas begitu, Freya. Aku baik-baik saja." Lucas bicara dengan tersengal, tapi senyum lebar tampak di wajahnya. Aku melempar pandangan galak padanya, yang langsung membungkam senyumnya. Tapi tangannya masih berusaha menarik anak panah keluar dari tubuhnya, yang langsung dihentikan oleh Finn.
"Jangan lakukan itu, bodoh! Kau bisa memperparah lukamu!" Finn membentak Lucas, namun dengan sigap mematahkan poros anak panah yang melukai Lucas. Tapi dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan lukanya. Finn tidak merasa perlu mempelajari itu, yang dia butuhkan hanya teknik bertarung.
Finn memandangku dengan pandangan cemas dan kalut. Tapi aku sama tidak berdayanya, aku hanya menggeleng lemah padanya.
Dari kejauhan aku bisa mendengar sayup-sayup suara teriakan. Seseorang mendekat, aku sudah waspada kalau-kalau itu musuh, bersiap menyerang. Tapi aku bisa mengenali sosok komandan kami yang memakai rompi kehijauan.
"Kalian berdua, bawa Lucas kembali ke barak sekarang. Aku dan yang lain akan mengurus para perompak gunung itu, beberapa dari mereka sudah kabur ke balik bukit." Perintah Jemma tegas. Dia tidak repot-repot menanyakan kondisiku dan Finn, kondisi Lucas lah yang harus dikhawatirkan.
"Freya," tangan dingin Lucas meraih wajahku, mengalihkan pandanganku yang semula masih mengekor sosok Jemma menjauh. Kini aku bertatapan dengannya, "Freya, aku tahu kau membenciku, tapi kau harus menolongku." Lucas mengeluarkan sesuatu dengan susah payah dari kantong kemejanya. Sebuah liontin berbandul merah. "Kalau terjadi sesuatu padaku—"
"Tidak! Jangan katakan!" Aku memotongnya, sebisa mungkin berusaha agar suaraku tidak bergetar. "Kau akan baik-baik saja Lucas, kita akan kembali ke barak dan petugas medis akan mengobatimu!"
"Diam dulu, dengarkan saja perkataanku." Lucas tidak menggubrisku, "tentu saja aku akan sembuh dan pulang. Besok acara penobatan, aku sudah menantikan acara itu seumur hidupku." Lucas berusaha menyeringai, tapi suaranya terdengar tidak yakin. "Dengar, berikan ini pada Rose. Hanya kau yang bisa melakukannya Freya, Rose tidak akan mau mendengarkan orang lain, harus kau." Lucas menggenggam erat kedua tanganku, memberikan liontin itu padaku. "Kau mau membantuku kan?"
Aku tidak menjawabnya, tapi tidak menggeleng juga. Kurasa Lucas menganggap diamku sebagai persetujuan.
"Kau tahu, Rose sangat mengagumimu. Setiap malam dia merengek padaku minta dilatih bela diri, Rose bilang dia ingin jadi prajurit wanita tangguh sepertimu." Lucas bicara dengan terpatah-patah, kemudian dia terbatuk dan darah mengalir keluar dari sudut bibirnya. "Lalu aku bilang pada Rose kalau dia bisa jadi prajurit setelah berhenti mengompol." Lucas terkekeh pelan, lalu terbatuk lagi lebih keras. Kali ini darah menyembur deras dari mulutnya.
Aku menatap Finn dengan panik, mencari pertolongan, tapi Finn hanya menggeleng pasrah.
Genggaman Lucas semakin mengencang di tanganku. "Tolong jaga dia, Freya. Rose masih terlalu kecil untuk menanggung semua sendirian. Berjanjilah padaku kau akan menjaganya." Lucas bicara padaku, tapi matanya menatap langit.
Perlahan genggamannya terlepas, aku menahan desakan untuk berteriak dan menangis. Finn mencengkram badan Lucas semakin erat. Lucas hanya tersenyum dan menutup mata, seakan bersiap untuk tidur siang. Bibirnya tersenyum lebar saat tangannya terkulai lepas dari genggamanku.
0 notes
dianocta · 4 years
Text
Tumblr media
Love my new avatar, from picrew!
Jadi ceritanya ini semacam penjelmaan Claire, wkwk ... Rambut pirang, mata biru, sangat tipikal 'bule' kebanyakan. But I love it! Terutama mata biru laut.
Karakter lain yang sering dan suka kubayangkan adalah penjelmaan Anne Shirley: red head, green eyes, freckles. I love her!
Tunggu bentar deh *ubek-ubek gallery*
Tumblr media
Nah, maybe like this, but with green eyes and long hair. I love girl with long hair. Ini dari picrew juga 😁
Visual karakter terbaru favoritku adalah jelmaan Wendy dari MV Red Velvet yang Psycho: rambut abu-abu terang! Entah kenapa aku terobsesi sama penampilannya.
Tumblr media
Aku bikin banyak banget karakter rambut abu-abu di picrew, tapi sepertinya yang satu ini favoritku.
Jadi kalau disimpulkan, pasangannya gini: rambut pirang-mata biru, rambut merah-mata hijau, rambut abu-mata merah. I will remember that 😌
Yak sudah mari kita sudahi cuap-cuap tidak bermanfaat ini, wkwk...
0 notes
dianocta · 4 years
Text
Tumblr media
Tertohok.
Entah kenapa tadi pulang pas lewat jalan itu, lewat tempat itu, dan langsung beribu kenangan menyeruak dari pikiran.
Kenapa juga pas pulang buka instagram postingan pertama yang keluar adalah ini, semacam memberi tahu: 'hush hush ... udah pergi sana, ngapain masih diem di sini'.
0 notes
dianocta · 4 years
Text
Tumblr media
Can you ever stop loving someone? I think it all makes sense now.
1 note · View note
dianocta · 4 years
Text
Tumblr media Tumblr media
Kabur sebentar. Udah lama nggak ngopi sendirian dan me time sambil baca buku.
Baca buku doang? Oh, tentu saja tidak 🤣
Ngopi sendirian adalah waktu yang tepat untuk ngelamun berkedok 'ngeliatin jalan', wkwk..
Mikirin hal-hal yang sepanjang minggu 'susah' untuk dipikirkan karena terlalu random dan tidak penting.
Sekaligus nulis surat, kebiasaan baru yang ampuh buat membuang pikiran yang bikin gelisah.
Selamat hari minggu, selamat ngopi 😊
0 notes
dianocta · 4 years
Text
Tumblr media
Hello, World!
0 notes
dianocta · 5 years
Text
Segala sesuatu yang akan terjadi setelah ini bukan tanggung jawab siapapun. Risiko ditanggung penumpang.
Jangan salahkan siapapun
0 notes
dianocta · 5 years
Text
Journey of my favorit 'me time' coffee shop.
Tumblr media
0 notes
dianocta · 5 years
Text
Kenapa Langit?
Selain karena banyak benda indah di atas sana, alasan lainnya karena aku cengeng.
Yup, cengeng. Dulu aku sesering itu sedih, sesering itu mewek, sesering itu nangis.
Suatu hari, waktu lagi berusaha nahan supaya nggak nangis, aku nggak sengaja lihat ke atas, dan... air mataku nggak jadi jatuh. Aku bisa nahan tangis kalau lihat ke atas, sejak itu aku selalu nengok ke atas setiap ngerasa nggak kuat.
Cuma, kalau lihat langit-langit kan nggak seru, jadi aku nyariin langit beneran, awan, bintang, benda apapun yang ada di sana. Dan langit pun jadi penyelamatku.
Lagian, langit itu nggak terbatas, iya nggak? Coba kalau lihat ke bawah, kepentok tanah. Kalau langit, apa yang mau membatasi?
;)
— d.o, 07-05-19, 05:26, and that's why i love the sky.
0 notes