dibuatuntukmu-blog
dibuatuntukmu-blog
Surat Untuk MAZ
1 post
Don't wanna be here? Send us removal request.
dibuatuntukmu-blog · 6 years ago
Text
Surat Terbuka Untuk M.A.Z
Kusebut inisialmu dengan MAZ. Melambangkan namamu sendiri yang terdiri dari 3 kata.
Mahasiswa di salah satu universitas swasta di Yogyakarta yang pernah aku sayangi pada masanya.
 Tulisan ini sengaja aku tulis setelah kepergianmu, karena aku baru ingat akan menulis surat cinta untukmu. Surat yang nyatanya tidak akan pernah tertulis. Sebab bukan lagi cinta yang aku punya untukmu, MAZ.
 Semua selesai. Semua cinta yang aku punya untukmu sudah hilang. Kandas.
Dipaksanya aku untuk memenuhi pintamu. Padahal aku sedang haid hari pertama. Kamu tidak pernah tau sih, MAZ. Sakit saat haid itu memang sakit sekali.
Aku tidak ingin mengingat bagaimana kejadian hari itu, tapi ternyata ingatanku selalu kuat soal itu. Aku mengalami trauma. Aku sampai harus memulihkan diri dengan berkunjung ke psikolog.
 Ada yang berubah dari aku. Selain fisikku yang memang sudah kau ubah. Ada hal lain, psikisku.
Aku kehilangan diriku sendiri. Aku harus hidup dengan diriku yang tidak aku kenali lagi. Aku membencimu, MAZ. Atas kesalahanmu, aku harus bersusah payah untuk memaafkan diriku sendiri.
 Penyesalanku. Yang terus aku pikirkan.
Pertama, aku menyesal harus berkenalan denganmu.
Kedua, aku menyesal tidak segera mengakhiri kita.
 Jika aku tidak mengenalmu, tidak akan ada kejadian yang merusak aku. Tidak ada kejadian dimana kamu harus merusak aku. Tidak akan ada.
 Dan jika aku segera mengakhiri kita. Tidak ada aku yang lebih tersiksa saat bersamamu. Tidak ada kamu juga yang tersiksa saat bersamaku. Bukan cinta yang kita punya, MAZ. Kamu hanya punya nafsu, dan aku hanya punya keberanian menahanmu unuk tidak pergi setelah kejadian itu.
Tapi, hari ini, detik ini, sampai tanganku berani menuliskan ini. Aku merasa lebih bersyukur karena kau sudah pergi. Tidak akan ada kita yang saling menyiksa diri. Terima kasih sudah singgah sesaat, walau semua sisanya harus kurasakan sampai aku berpulang pada-Nya. Mungkin tidak denganmu, tidak ada yang berubah dari kamu, dan kamu akan baik-baik saja walau aku tidak ada.
 Aku memang bersyukur tidak lagi bersamamu. Karena jika terus bersamamu aku akan terus rusak.
Tapi, ada hal lain yang aku khawatirkan. Soal penyesalanku. Soal kenapa aku harus mengenalmu dan dirusak olehmu.
Kamu tau, aku manusia yang selalu ingin hidup sesuai norma. Semua teman-temanku, bahkan keluargaku tau itu. Aku bahkan tidak berani untuk bolos kuliah. Aku memikirkan ada orangtuaku yang sudah membiayaiku kuliah. Tapi kenapa orang sepertimu hadir, orang yang tidak hidup sesuai norma, bahkan kamu sendiri memaki ayahku dan berkata “aku akan melawan siapapun yang menghalangiku hidup bebas”.
Kenapa aku yang kamu rusak. Aku sangat mencintai diriku. Aku selalu ingin hidup baik-baik saja.
 Tidak. Aku tidak akan membalasmu.
Percuma saja kalau aku harus menembus ke ranah hukum, toh hukum di negeri ini tidak adil.
Percuma juga apabila aku sebagai rakyat yang kecewa atas hukum di negeri ini, harus main pukul terhadapmu. Tidak. Aku tidak akan menyakitimu dengan cara seperti itu. Walau rakyat di negeri ini akan lebih memilih main pukul, para penjahat mati di jalanan daripada mendekam di bui.
 Tidak. Itu bukan aku.
Aku selalu percaya bahwa Tuhan akan membalasmu dengan cara-Nya sendiri. Apabila bukan tanganku yang menamparmu, maka tangan Tuhan yang akan lebih kuat menamparmu, MAZ.
 Mungkin bukan kamu saja yang ditampar oleh-Nya. Tapi keluargamu juga. Keluargamu yang menghina keluargaku.
Ibumu berkata padaku, kamu tidak diperbolehkannya dekat dengan wanita. Lalu apakah ibumu tau soal wanita yang ikut nge-camp denganmu pada akhir April 2019? Kalau ibumu tau, maka bukan hanya kamu yang menipuku, melainkan ibumu juga ikut menipuku.
Tidakkah beliau sadar, MAZ? Ibumu dan aku adalah sama-sama perempuan. Tidakkah ia mengerti, MAZ?
 Ibumu berubah terhadapku setelah kamu melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan, terhadap siapapun, terhadap aku, terhadap teman perempuanmu, terhadap semuanya.
Boleh ku tanya? Ya walaupun kamu tidak akan menjawab. Kamu bicara apa pada ibumu? Sampai kemudian ia harus merubah sikapnya terhadapku.
 Bahkan ayahmu sendiri, membelamu yang sudah jelas salah dengan mengucap “anak saya tidak melampaui batas”. Apakah ayahmu tau soal batas-batas kehidupan sebagai manusia? Jika hal itu disebut sebagai tidak melampaui batas, maka yang seperti apa yang bisa disebut sebagai melampaui batas?
“Manusia terlalu fokus pada pekerjaan menjaga kertas agar senantiasa putih. Manusia lupa untuk menjadi seoorang manusia”, kalimat ini ku kutip dari platform Menjadi Manusia. Kalimat itu pula yang mengingatkanku soal keluargamu, keluargamu yang cuci tangan atas segala apa yang sudah terjadi. Aku sangat paham, MAZ, bahwa keluargamu sedang menikmati kekuasaan di dunia ini. Ayahmu sedang menikmati pekerjaannya yang tidak lagi di bawah, aku tau ia sedang di atas. Aku bahkan tau bahwa ayahmu beberapa kali mengajar di kampus negeri di Yogyakarta. Tapi, MAZ, bukankah harusnya ia tau batas wajar dan tidak wajar, MAZ? Bahkan aku yang baru saja lulus kuliah, aku tau mana itu wajar dan tidak.
MAZ, aku tidak menuntutmu untuk bertanggung jawab atas apa yang kamu perbuat terhadapku. Karena aku tidak akan pernah bisa hidup denganmu, aku tidak bisa hidup bersama di tengah keluargamu. Keluargamu menempatkan harta di atas segala-galanya.
 Bahkan, kata-kata menyakitkan yang harus aku ingat darimu adalah “Mau operasi?”.
MAZ, tidakkah kamu tau, sekalipun operasi, tidak akan ada yang bisa dikembalikan. Aku sangat menyesal kenapa hari itu harus ada, aku sangat membencinya.
 Tidak sekalipun aku berpikiran bahwa teman-temanku akan menyakitiku, sampai kemudian kamu hadir dan mematahkan pikiranku yang tidak akan disakiti. Karena aku merasa aku sudah hidup sesuai norma yang berlaku, tidak ingin menyimpang sedikitpun.
--
Ku tanya padamu sore itu, saat aku pulang bekerja, "Apa yang membuatmu membenciku?". Lalu kamu jawab, "apabila kamu hamil dan kita nikah muda".
Aku sendiri takut untuk nikah muda, MAZ. Tapi aku sangat benci atas jawabanmu yang seolah-olah aku harus tidak hamil. Tidak, MAZ. Aku tidak akan hamil karena kamu melakukan itu tepat di saat aku sedang haid. Juga, MAZ. Apabila aku hamil, ya kenapa kamu membenci aku? Toh, aku hamil anakmu. ANAKMU.
--
Kamu akan berteriak lebih kencang dari suaraku yang sengaja aku pelankan. Kamu bilang bahwa menikah denganku hanyalah menuruti keinginanku dan orangtuaku. Baiklah, sekarang siapa yang menuruti keinginanmu dan orangtuamu, MAZ? Justru aku dan keluargaku yang menuruti semua keinginan kalian. Untuk membiarkanmu hidup bebas, melanjutkan hidup sebagai mahasiswa, memenuhi keinginan ibumu supaya kamu menjadi panutan adik-adikmu. Tidak sedikitpun aku membayangkan akan menikah denganmu, lalu kejadian itu benar-benar terjadi, maka mau tidak mau aku harus menuntut, bukan? Aku yang dalam kondisi tidak tau harus berbuat apa.
Tapi menikah denganmu sungguh nyatanya tidak perlu. Aku hanya perlu mengikhlaskan kejadian itu. Pelaku kejahatan sepertimu akan terus ada dan bertambah banyak. Kamu merasa dilindungi oleh keluargamu, oleh orangtuamu, oleh status mahasiswamu itu. Aku tau, kelakuanmu tidak ada urusannya dengan akademik, tapi kelakuanmu sudah jelas merusak harga diri orang lain, merusak mental orang lain.
Jangan mengaku kaum intelektual, apabila kemampuanmu hanya sebatas membual. Berteriak seolah hidupmu lebih rusak dari aku, memakiku kalau psikismu lebih rusak dari aku. Kondisimu yang mana yang lebih parah dari aku, MAZ? Toh pada kenyatannya, kamu sedang senang-senang bersama wanita barumu. Aku tidak marah kamu dengan siapa, aku hanya marah kenapa kedatanganmu hanya sekedar untuk menghancurkan hidupku yang sudah aku rencanakan dengan rapi.  
--
Apabila kalian sebagai pembaca ingin menghubungiku, bisa via email [email protected].
Aku menerima segala support dan hujatan.
Aku tidak takut dengan segala “victim blaming” yang akan dilemparkan kepadaku. Toh, pada kenyataannya Indonesia memang darurat. Orang-orang dengan mental illness dianggap gila, para korban bersuara malah disudutkan. Indonesia akan maju apabila kita semua saling rangkul. Ingat, kejahatan dalam bentuk apapun sebenarnya tidak kita inginkan kedatangannya. Tapi kejahatan akan selalu datang apabila ada kesempatan dan keadaan tidak berpihak pada kita.
Kita tidak dibunuh oleh keadaan. Kita tidak dibunuh oleh orangtua. Kita tidak dibunuh oleh teman. Tapi kita dibunuh oleh kata-kata menyakitkan. Stop membully, stop berkelakuan jahat. Berbuat baiklah, semoga kita inilah virusnya, virus penebar kebaikan.
Terakhir, jangan ragu berbagi apabila kamu mengalami hal yang sama. Kamu tidak sendirian. Peluk dariku.
Karena aku sendiri mengenal orang-orang yang juga mengalami hal ini. Ku tanya kenapa mereka diam. Karena mereka takut suaranya dibuang, takut suaranya tidak didengar. Takut mereka akan disalahkan.
Kekerasan akan selalu ada, sekecil apapun bentuknya; entah kalian dimanfaatkan, kalian dimaki, kalian ditampar, dsb. Tinggalkan lingkungan seperti itu, Kalian terlalu berharga untuk disakiti. Jangan lupa berbagi, dan semoga ceritaku ini menjadi pelajaran untuk siapapun yang membaca, Sekali lagi, aku tidak butuh kamu yang hanya ingin menghujatku, karena pada dasarnya kita semua pendosa dan seperti yang ku bilang, terlalu fokus menjaga kertas agar senantiasa putih, menghujat orang lain seolah diri sendiri lebih suci. Lebih baik suaramu kamu bungkam, kamu ganti dengan membaca Al-Quran. Bulan suci ini akan segera berakhir.
Salam,
Aku.
1 note · View note