Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
DIARE [Definisi, Klasifikasi, Patofisiologi, Etiologi, Gejala, Diagnosis, Terapi]

DIARE
Definisi
Diare adalah adalah kondisi di mana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram per hari) dan konsistensi (feses cair). Pada definisi ini jelas menyebutkan frekuensi diare terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari. (Smeltzer,2002).
Diare juga merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (WHO,1980).
Definisi diare yang diberikan oleh Depkes RI (2003) adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih banyak dari biasanya (lazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (Ummuauliya. 2008).
Beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, menjelaskan definisi diare berdasarkan konsistensi dan bentuk tinja (feses) yang melembek dengan atau tanpa menunjuk pada frekuensi diarenya. Bahkan definisi diare yang diberikan WHO secara spesifik juga menyebutkan diare dengan feses yang berwarna hijau, bercampur lendir dan atau darah. Dengan demikian, secara umum berdasarkan beberapa definisi diare dapat disebutkan bahwa diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar yang sering melebihi keadaan biasanya dengan konsistensi tinja yang melembek sampai cair dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
Klasifikasi
Klasifikasi diare ada beberapa macam. Berdasarkan waktu, diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronik. Berdasarkan manifestasi klinis, diare akut dibagi menjadi disentri, kolera dan diare akut (bukan disentri maupun kolera). Sedangkan, diare kronik dibagi menjadi diare persisten dan diare kronik.
Diare akut
Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti secara cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat pula menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini dapat terjadi pada semua umur dan bila menyerang bayi biasanya disebut gastroenteritis infantil. Penyebab tersering pada bayi dan anak-anak adalah intoleransi laktosa.
Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri yang disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan kolera, memiliki manifestasi klinis antara lain diare profus seperti cucian air beras, berbau khas seperti “bayklin/sperma”, umur anak lebih dari 3 tahun dan ada KLB dimana penyebaran pertama pada orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus yang bukan disentri dan kolera dikelompokkan kedalam diare akut.
Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih. Sedangkan berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Diare yang disebabkan oleh makanan disebut diare non spesifik. Berdasarkan organ yang terkena, diare dapat diklasifikasikan menjadi diare infeksi enteral dan parenteral.
Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan, diare kronik lebih ditujukan untuk diare yang memiliki manifestasi klinis hilang-timbul, sering berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen non infeksi.
Patofisiologi
Diare adalah ketidakseimbangan antara absorpsi air dan sekresi air atau elektrolit. Pada keadaan normal, absorpsi air dan elektrolit lebih besar di bandingkan ekskresi.
Empat mekanisme yang menyebabkan ketidakseimbangan dan elektrolit, adalah :
Perubahan transfor aktif yang berakibat pada pengurangan absorpsi sodium (Na) dan peningkatan sekresi klorida
Perubahan motilitasnsaluran pencernaan.
Peningkatan osmolaritas luminal saluran pencernaan
Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
Diare sekretori dapat terjadi jika dalam saluran pencernaan terdapat zat-zat sejenis vasoaktif peptide intestinal atau toksin bakteri yang meningkatkan sekresi atau menghambat absorbs air atau elektrolit dalam jumlah yang besar.
Adanya gangguan absorpsi suatu zat dalam intestinal yang menyebabkan diare osmotic
Inflamasi di usus halus yang menyebabkan diare eksudatif dan terjadi sekresi mucus, protein atau darah dalam usus halus.
Adanya infeksi baik non invesif atau invasive. Pada non invasive (enterotoksigenik) toksin yang diproduksi akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak termasuk mukosa. Pada diare invasive, diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulcerasi dan menyebabkan sekretorik eksudatif. Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan keruakan berupa ulkus yag besar ( hystolitica), kerusakan vili yang penting untuk penyerapan air, elektrolit da zat makanan (G. lambria).
Obat antimikroba dapat merubah flora normal dalam saluran pencernaan, sedangkan obat lain seperti laksatif dapat meningkatkan motilitas saluran pencernaan.
Etiologi
Infeksi virus ( rotavirus adenovirus )
Bakteri ( Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio )
Parasit ( protozoa, E. Histolytica, Balantidium coli )
Cacing perut ( Ascariasis, Tichuris, Stongyloides dan jamur Candida )
Malabsorbsi : karbohidrat ( intoleransi laktosa), lemak atau protein
Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
Immunodefisiensi
Psikologis, rasa takut dan cemas
Penyebab tidak langsung
Hygiene dan sanitasi
Perilaku masyarakat
Lingkugan hidup, rumah, iklim
Kasus infeksi yang tinggi
Kekurangan enzim
Pendidikan dan sosio ekonomi
Pengaruh psikis, terkejut, ketakutan
Manifestasi Klinik
Diare dibagi menjadi dua, diare akut dan kronik
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri parasit maupun virus. Penderita diare akut sering mengeluh flatulen, malaise, nyeri lambung, diikuti berat adan turun, anoreksia, dan lemah.
Diare yang menyebabkan kekurangan cairan akan menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, tugor kulit menurun, hipotensi, takikardi, dan suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat dan dalam.
Komplikasi, dehidrasi merupakan akibat yang paling utama dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Berdasarkan derajatnya dibagi menjadi 3, yaitu dehidrasi ringan (bila kehilangan cairan mencapai 5% berat badan), dehidrasi sedang (bila kehilangan cairan antara 5-10% berat badan), dan dehidrasi berat (jika kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan).
Diagnosis
Dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja. Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik, warna tinja dapat dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obatan yang diberikan. Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus. Jika lendir tersebut berada di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; jika bercampur baur dengan tinja mungkin sekali usus kecil. Adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan. Makin proksimal terjadinya perdarahan, darah bercampur dengan tinja sehingga makin hitam warnanya. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar di bagian distal. Pada pemeriksaan mikroskopik, usaha mencari protozoa dan cacing merupakan maksud terpenting (Gandasoebrata, 2007).
Terapi Diare
Tujuan Terapi
Mencegah gangguan keseimbangan air, elektrolit dan asam basa. Memberikan terapi simtomatik, menghilangkan penyebab diare dan mengatasi gangguan karena diare.
Terapi Non-Farmakologi
Pemberian edukasi sebagai langkah pencegahan, meliputi :
Higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.
Mengkonsumsi makanan yang sehat.
Menghindari makanan yang merangsang peristaltik usus, seperti makanan padat, pedas, produk susu dan makanan berserat.
Imunisasi
Pemberian vaksin seperti : Salmonella typhi vaccine, Shigella vaccine, V. cholera vaccine, Rotavirus vaccine seperti : live oral vaccine (RotaTeq™) produksi Merck digunakan untuk anak-anak dan GSK’s Rotarix™.
Penambahan suplemen zinc pada anak-anak.
untuk mengurangi tingkat keparahan dan durasi diare. Suplemen zinc dapat mengurangi produksi tinja dan pengurangan pengeluran tinja. Pada dosis 20 mg/5 mL sirup yang mengandung zinc atau 20 mg pada tablet yang mengandung zinc sulfas, glukonat atau asetat.
Untuk mencegah berulangnya episode diare.
Pada studi menunjukkan bahwa 10-20 mg (anak-anak) dan 10 mg (bayi < 6 bulan) pemberian zinc per hari selama 10-14 hari akan mengurangi berulangnya episode diare 2-3 bulan setelah pemberian regimen terapi zinc diberikan.
Penambahan vitamin A pada bayi dan anak untuk pencegahan diare karena infeksi dan paparan HIV.
Rekomendasi dosis :
Bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun (100.000 IU untuk usia 6-12 bulan dan 200.000 IU untuk usia > 12 bulan) diberikan setiap 6 bulan.
Terapi Farmakologi
Terapi kausal misalnya penyebabnya adalah bakteri maka diberi obat antibiotik.
Terapi simptomatis
Zat – zat penekan peristaltik misalnya : atropin, belladonnae ekstrak,difenoksilat, loperamid.
Adstringensia ( menciutkan selaput lendir usus ), misalnya : garam – garam bismuth dan alluminium tanin.
Adsorbensia ( menyerap zat – zat beracun ), misalnya : carbo adsorben ( norit ), zat – zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka – lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin.
0 notes
Text
Narkoba Dan Bahaya Narkoba Bagi Kesehatan

Saat ini bahaya dan dampak narkoba atau narkotika dan obat-obatan pada kehidupan dan kesehatan pecandu dan keluarganya semakin meresahkan.
Bagai dua sisi mata uang narkoba menjadi zat yang bisa memberikan manfaat dan juga merusak kesehatan. Seperti yang sudah diketahui, ada beberapa jenis obat-obatan yang termasuk ke dalam jenis narkoba yang digunakan untuk proses penyembuhan karena efeknya yang bisa menenangkan. Namun jika dipakai dalam dosis yang berlebih, bisa menyebabkan kecanduan. Penyalahgunaan ini mulanya karena si pemakai merasakan efek yang menyenangkan.
Dari sinilah muncul keinginan untuk terus menggunakan agar bisa mendapatkan ketenangan yang bersifat halusinasi. Meski dampak narkoba sudah diketahui oleh banyak orang, tetap saja tidak mengurangi jumlah pemakainya.
Bahaya narkoba hingga menjadi kecanduan tersebut memang bisa disembuhkan, namun akan lebih baik jika berhenti menggunakannya sesegera mungkin atau tidak memakai sama sekali.
Pengertian Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan)
Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah, sintetis, maupun semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi, serta daya rangsang.
Sementara menurut UU Narkotika pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa narkotika merupakan zat buatan atau pun yang berasal dari tanaman yang memberikan efek halusinasi, menurunnya kesadaran, serta menyebabkan kecanduan.
Obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kecanduan jika pemakaiannya berlebihan. Pemanfaatan dari zat-zat itu adalah sebagai obat penghilang nyeri serta memberikan ketenangan. Penyalahgunaannya bisa terkena sanksi hukum. Untuk mengetahui apa saja jenis dan bahaya narkoba bagi kesehatan, simak ulasannya berikut ini.
Jenis-jenis Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan)
Kandungan yang terdapat pada narkoba tersebut memang bisa memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan jika disalahgunakan. Menurut UU tentang Narkotika, jenisnya dibagi menjadi menjadi 3 golongan berdasarkan pada risiko ketergantungan.
Narkotika Golongan 1
Narkotika golongan 1 seperti ganja, opium, dan tanaman koka sangat berbahaya jika dikonsumsi karena beresiko tinggi menimbulkan efek kecanduan.
Narkotika Golongan 2
Sementara narkotika golongan 2 bisa dimanfaatkan untuk pengobatan asalkan sesuai dengan resep dokter. Jenis dari golongan ini kurang lebih ada 85 jenis, beberapa diantaranya seperti Morfin, Alfaprodina, dan lain-lain. Golongan 2 juga berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan.
Narkotika Golongan 3
Dan yang terakhir, narkotika golongan 3 memiliki risiko ketergantungan yang cukup ringan dan banyak dimanfaatkan untuk pengobatan serta terapi.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa jenis narkoba yang bisa didapatkan secara alami namun ada juga yang dibuat melalui proses kimia. Jika berdasarkan pada bahan pembuatnya, jenis-jenis narkotika tersebut di antaranya adalah:
Narkotika Jenis Sintetis
Jenis yang satu ini didapatkan dari proses pengolahan yang rumit. Golongan ini sering dimanfaatkan untuk keperluan pengobatan dan juga penelitian. Contoh dari narkotika yang bersifat sintetis seperti Amfetamin, Metadon, Deksamfetamin, dan sebagainya.
Narkotika Jenis Semi Sintetis
Pengolahan menggunakan bahan utama berupa narkotika alami yang kemudian diisolasi dengan cara diekstraksi atau memakai proses lainnya. Contohnya adalah Morfin, Heroin, Kodein, dan lain-lain.
Narkotika Jenis Alami
Ganja dan Koka menjadi contoh dari Narkotika yang bersifat alami dan langsung bisa digunakan melalui proses sederhana. Karena kandungannya yang masih kuat, zat tersebut tidak diperbolehkan untuk dijadikan obat. Bahaya narkoba ini sangat tinggi dan bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan jika disalahgunakan. Salah satu akibat fatalnya adalah kematian.
Bahaya dan Dampak Narkoba pada Hidup dan Kesehatan
Peredaran dan dampak narkoba saat ini sudah sangat meresahkan. Mudahnya mendapat bahan berbahaya tersebut membuat penggunanya semakin meningkat. Tak kenal jenis kelamin dan usia, semua orang berisiko mengalami kecanduan jika sudah mencicipi zat berbahaya ini.
Meski ada beberapa jenis yang diperbolehkan dipakai untuk keperluan pengobatan, namun tetap saja harus mendapatkan pengawasan ketat dari dokter. Ada banyak bahaya narkoba bagi hidup dan kesehatan, di antaranya adalah:
Dehidrasi
Penyalahgunaan zat tersebut bisa menyebabkan keseimbangan elektrolit berkurang. Akibatnya badan kekurangan cairan. Jika efek ini terus terjadi, tubuh akan kejang-kejang, muncul halusinasi, perilaku lebih agresif, dan rasa sesak pada bagian dada. Jangka panjang dari dampak dehidrasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada otak.
Halusinasi
Halusinasi menjadi salah satu efek yang sering dialami oleh pengguna narkoba seperti ganja. Tidak hanya itu saja, dalam dosis berlebih juga bisa menyebabkan muntah, mual, rasa takut yang berlebih, serta gangguan kecemasan. Apabila pemakaian berlangsung lama, bisa mengakibatkan dampak yang lebih buruk seperti gangguan mental, depresi, serta kecemasan terus-menerus.
Menurunnya Tingkat Kesadaran
Pemakai yang menggunakan obat-obatan tersebut dalam dosis yang berlebih, efeknya justru membuat tubuh terlalu rileks sehingga kesadaran berkurang drastis. Beberapa kasus si pemakai tidur terus dan tidak bangun-bangun. Hilangnya kesadaran tersebut membuat koordinasi tubuh terganggu, sering bingung, dan terjadi perubahan perilaku. Dampak narkoba yang cukup berisiko tinggi adalah hilangnya ingatan sehingga sulit mengenali lingkungan sekitar.
Kematian
Dampak narkoba yang paling buruk terjadi jika si pemakai menggunakan obat-obatan tersebut dalam dosis yang tinggi atau yang dikenal dengan overdosis. Pemakaian sabu-sabu, opium, dan kokain bisa menyebabkan tubuh kejang-kejang dan jika dibiarkan dapat menimbulkan kematian. Inilah akibat fatal yang harus dihadapi jika sampai kecanduan narkotika, nyawa menjadi taruhannya.
Gangguan Kualitas Hidup
Bahaya narkoba bukan hanya berdampak buruk bagi kondisi tubuh, penggunaan obat-obatan tersebut juga bisa mempengaruhi kualitas hidup misalnya susah berkonsentrasi saat bekerja, mengalami masalah keuangan, hingga harus berurusan dengan pihak kepolisian jika terbukti melanggar hukum.
Pemakaian zat-zat narkotika hanya diperbolehkan untuk kepentingan medis sesuai dengan pengawasan dokter dan juga untuk keperluan penelitian. Selebihnya, obat-obatan tersebut tidak memberikan dampak positif bagi tubuh. Yang ada, kualitas hidup menjadi terganggu, relasi dengan keluarga kacau, kesehatan menurun, dan yang paling buruk adalah menyebabkan kematian. Karena itu, jangan coba-coba memakai barang berbahaya tersebut karena resikonya sangat tinggi bagi hidup dan kesehatan.
0 notes
Text
Kualitas Obat Generik Sama dengan Obat Bermerek

Harga murah bukan berarti kualitas murahan. Itulah yang ingin ditegaskan pemerintah melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Saat ini pemakaian obat generik di fasilitas kesehatan telah meningkat sebesar 60 hingga 70 persen. Hal ini dikarenakan kesadaran dan pemahaman masyarakat semakin baik tentang keuntungan penggunaan obat generik. Di samping itu, pemerintah juga menggencarkan pemakaian obat generik untuk pasien JKN.
Pada dasarnya, tidak ada perbedaan mengenai proses pembuatan dan registrasi obat generik dan obat paten. Bahkan, mutu, khasian, manfaat, dan standar keamanannya pun sama. Perbedaannya adalah obat bermerek alias obat paten dipromosikan oleh produsennya, sehingga harganya jauh lebih mahal. Sementara obat generik hanya menjual zat aktifnya dan ditentukan pemerintah, jadi harganya lebih murah.
Perbedaan harga obat generik dan obat bermerek terbilang cukup jauh, selisihnya bisa mencapai 50 hingga 200 persen. Sayangnya, masih ada sebagian masyarakat yang belum menyadari dan memahami hal tersebut. Bahkan justru menganggap bahwa obat generik tidak semanjur obat bermerek dalam mengatasi penyakit. Ada juga yang menilai jika obat bermerek jauh lebih cepat menyembuhkan penyakit dibandingkan obat generik.
Menurut Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Linda Maura, pemerintah telah mengalokasikan biaya sebesar Rp 1,3 triliun untuk pembelian obat generik bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas, klinik, dan dokter praktek swasta. Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Indonesia, Prof. dr. Hasbullah Thabrany, menjelaskan bahwa ketersediaan obat di Indonesia sudah cukup memadai, karena di Indonesia terdapat lebih dari 200 industri farmasi.
Untuk menjaga kualitas obat yang beredar di pasaran, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan pemeriksaan secara rutin untuk menguji kualitas obat. Berkualitas artinya adalah kandungan zat aktif dalam kemasan obat sesuai dengan labelnya, dosisnya pun harus sesuai.
Lebih Murah, Lebih Untung
Karena harganya yang murah namun kualitasnya sama dengan obat paten, maka peluang rumah sakit untuk memperoleh surplus lebih besar dibandingkan jika menggunakan obat bermerek. Salah satu rumah sakit yang sukses mendulang surplus besar lewat penggunaan obat generik adalah RS Annisa Tangerang. Rumah sakit tersebut berhasil memperoleh surplus sebesar Rp 765,9 juta melalui penggunaan obat generik pada penerapan sistem INA CBGs.
Menurut Direktur RS Annisa Tangerang, dr. Ediansyah, sekitar 30 hingga 40 persen biaya pengeluaran rumah sakit terserap untuk obat. Oleh karenanya, pihaknya beralih menggunakan obat generik. Ia menegaskan, efisiensi obat itu bukannya ‘ngotot’ menggunakan obat bermerek serta mengurangi jatah jumlah obat tersebut, melainkan menggantinya dengan obat generik. Dengan jumlah obat yang sama namun harga lebih murah, pihak rumah sakit pun dapat memperoleh surplus tanpa harus mengorbankan kesehatan pasien. Baik pasien maupun pihak rumah sakit akan sama-sama diuntungkan melalui pemanfaatan obat generik dalam pengobatan.
0 notes
Text
PENGGOLONGAN OBAT

Penggolongan Obat
S.P Menkes RI No. 193/Keb/BVII/71:
Peraturan tentang obat, obat jadi, obat paten, obat standar, obat asli, dan obat baru.
OBAT
Suatu bahan atau bahan-bahan yg dimaksudkan utk dipergunakan dlm menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pd manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
Pengertian Obat Secara khusus
Obat Jadi: Obat dlm keadaan murni/campuran (serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria,dll) yg mempunyai teknis sesuai FI/lain yg ditetapkan Pemerintah.
Obat Patent: Obat jadi dg nama dagang yg terdaftar atas nama sipembuat/yg dikuasakannya dan dijual dlm bungkus asli pabrik yg memproduksinya.
Obat Baru: Obat yg terdiri atau berisi zat, baik sebagai bagian yg berkhasiat, ataupun yg tdk berkhasiat, misalnya: lapisan, pengisi, pelarut, pembantu atau komponen lain, yg blm dikenal shg tdk diketahui khasiat dan kegunaannya.
Pengertian Obat Secara khusus……………
Obat Asli: Obat yg didpt langsung dr bahan2 alamiah Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dlm pengobatan tradisional.
Obat Esensial: Obat yg plng dibthkan utk pelayanan kesehatan masyarakat terbyk dan tercantum dlm Daftar Obat Esensial yg ditetapkan oleh MENKES.
Obat Generik: Obat dg nama resmi yg ditetapkan dlm FI utk zat berkhasiat yg dikandungnya.
Penggolongan sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa penggolongan obat yang lain, dimana penggolongan obat itu dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.
Berdasarkan undang-undang obat digolongkan dalam
1.Obat Bebas
2.Obat Keras
3.Obat Psikotropika
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter (disebut obat OTC = Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas.
OBAT BEBAS
Obat Bebas
Ini merupakan tanda obat yang paling "aman" . Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter, ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan. Misalnya : vitamin/multi vitamin (Livron B Plex, )
Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W). yakni obat-obatan yang dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo), anti flu (Noza). Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut
P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya. P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
OBAT KERAS
Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter,memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat penenang, dan lain-lain).
Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan mematikan.
PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA
Obat-obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal dapat menimbulkan ketagihan dengan segala konsekuensi yang sudah kita tahu.
Karena itu, obat-obat ini mulai dari pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh Pemerintah dan hanya boleh diserahakan oleh apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan pemakaiannya pada pemerintah.
PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Jenis –jenis yang termasuk psikotropika: a. Ecstasy b. Sabu-sabu
NARKOTIKA
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat , halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya.
Macam-macam narkotika:
Opiod (Opiat) Bahan-bahan opioida yang sering disalahgunakan : • Morfin • Heroin (putaw) • Codein • Demerol (pethidina) • Methadone b. Kokain c. Cannabis (ganja)
Penggolongan Obat Tradisional
Penggolongan obat di atas adalah obat yang berbasis kimia modern, padahal juga dikenal obat yang berasal dari alam, yang biasa dikenal sebagai obat tradisional.Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan perkembangan penelitian sampai dengan uji klinik. Saat ini obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu jamu, obat ekstrak alam, dan fitofarmaka
Jamu (Empirical based herbal medicine)
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu
Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
1 note
·
View note