Text
—Mendewasa Lewat Luka—
Bukan sekali dua kali; berkali-kali namun tetap saja luka yang datang kembali. Jelas berbeda. Saya tau, luka kali ini samar-samar. Antara benar-benar terluka atau bersyukur atas luka ini. Tapi yang namanya luka, sudah pasti tidak ada yang mau jika boleh memilih. Kali ini pikiran saya benar-benar terbelah dua. Saya harus berbahagia atau menangis..
Kalau saya pikir-pikir, pertemuan saya dengan dia datang diwaktu yang sangat tepat. Ya, saat saya dan dia sedang terluka dengan hebat. Tidak pernah terfikir untuk bisa menulis banyak cerita dengan nya. Tapi ternyata Tuhan menyembuhkan luka saya lewat dia saat itu..
Bukan sehari atau dua hari yang sudah terlewati; hingga dia telah hidup didalam diri saya.
Dia datang dengan segala sifatnya. Tidak hanya dia yang datang pada saya, keluarganya pun diikutsertakan dalam kebahagiaan saya. Tuhan begitu baik pada saya, Tuhan benar-benar memberikan jawaban atas luka lalu saya lewat dia.
Menceritakan ini lewat tulisan pun masih mengundang tangisan saya yang terlalu bersyukur karena Tuhan memberikan cerita ini pada saya. Walaupun sekarang, hal yang kami cita-citakan tidak benar-benar tercapai. Ya, kami berhenti ditengah jalan.
Menangis dalam suatu hubungan itu manusiawi. Apalagi untuk memiliki perbedaan pendapat. Mungkin kami berada di tingkat egois yang sama. Kemudian kami sampai pada keputusan ini; memilih untuk meyudahi hubungan yang Tuhan larang dan memilih untuk berhenti walaupun kedua hati masih tertata rapi di palung yang tak terlihat...
Hingga akhirnya saya harus benar-benar belajar (lagi) bagaimana caranya terbiasa tanpa dia. Ya, tanpa seseorang yang telah hidup didalam diri saya setelah bertahun-tahun lamanya..
Tuhan lebih tau isi hati saya, isi hati kita.
Sekarang mungkin rindu saya, perasaan saya tidak bisa saya katakan lagi pada dia..
Tidak ada bahu lagi yang menopang saya..
Tangan yang menggenggam tangan saya..
Bahkan seseorang yang mengelus lembut kepala saya..
Saya ingin memberikan mu sebuah tulisan. Tidak mahal, tidak indah, tapi kamu harus membacanya dengan seksama..
Kepadamu,orang yang tidak akan saya sebutkan namanya...
Jika suatu saat kamu benar-benar membaca tulisan ini, banyak hal yang masih ingin saya bagikan..
Banyak hal yang ingin aku tata dimasa depanku; bersama kamu..
Tapi ternyata kita berhenti disini ya?
Maaf untuk semua kesalahan yang saya buat, luka yang saya titip, atau bahkan amarah yang saya perlihatkan..
Tapi percayalah, semua amarah, luka yang saya beri hanya 1% dari semua rasa yang saya simpan. Sisanya bukan amarah saya, melainkan rasa syukur saya dipertemukan dengan kamu...
Terimakasih sudah hadir dalam hidup saya, terimakasih untuk bahagia dan luka yang kita rangkai selama ini. Terimakasih untuk perpisahan yang baik-baik ini..
Semoga Tuhan mempertemukan kita kembali dalam ikatan yang lebih disukai Tuhan. Paling tidak doaku akan tetap seperti ini...
Semoga kita mendewasa bersama..
Tuhan ingin mendewasakan kita, meskipun harus mendewasa lewat luka...
-D-
1 note
·
View note