diyakhairiyah-blog

[diyakhairiyah-blog]

Palopo, Luwu, Sulawesi Selatan.

Kalau ditanya tidak rindu Palopo? Mm, rindu sih. Tp hanya di beberapa tempat & di beberapa kenangan masa kecil. Misal, rindu durian yg selalu gratis pas musimnya. Di Mksr biasanya hilang nafsu duluan begitu liat harganya. Eerrr.. Rindu rambutan & langsat dr kebun sendiri yg buahnya kayak hantu. Kadang ada, kadang tak berbekas. Rindu nongkrong di rumah2 bekas tetangga masa kecil. Rumahnya Thika & Auliyah. Rindu bakso dekat rumah yg dulu & bakso dalam sekolah pas SMA. Rindu peong (semacam lemang) di Mawa dekat rumahnya Echy Dian Yustikasari. Rindu nongkrong habiskan isi kebun di rumahnya Ella jaman SMA. Rindu ngobrol2 & bolang2 naik motor bareng Lidia. Tapi karena sekarang Palopo bukan lagi defenisi khusus dari Rumah sejak habis nikah, ditambah penghuni rumah ditakdirkan hijrah ke kota lain. Maka rindu tetaplah akan menjadi rindu yg lain waktu saja dikunjungi. Hanya jika ada rezeki & kesempatan lain saja. Bukan karena melupakan. Hanya saja disana tak ada lagi rindu khusus yg ukurannya sangat besar, yg pelukannya selalu hangat mengundang untuk 'pulang'. Tak ada lagi yg bisa disebut 'rumah'.

[diyakhairiyah-blog]

23 Desember 2015

Bukan salah Hujan yg datang dr Langit sambil memeluk Rindu kemudian menyampaikannya ke Bumi. Sambutlah dengan suka cita & pujian kepada sang Pemilik Hujan, semoga ia membawa Rindu yg tepat padamu. Rindu yg dulu sempat kau titipkan pada Langit sembari tersenyum, bukan yg kau lepaskan dengan tangisan. Menarilah diantaranya, ikutlah beriak diderasnya. Genggam tiap tetesannya & tenggelamlah dalam Rindu yg ia sampaikan sebelum ia berlalu. Rindu itu penting untuk mengingatkan, Dulu kau pernah sangat bahagia Dulu kau pernah begitu diinginkan Dulu kau pernah diperjuangkan Dulu kau sangat berharga. Agar kau tahu bahwa hidup bukan cuma tentang kebutuhan, tapi untuk bersyukur sebanyak-banyaknya. _Diya, 01.58 PM

[diyakhairiyah-blog]

Sepakat!

Samar

Sebuah status terdampar di linimasa, bunyinya kurang lebih, “Seringkali kita perlu menyamarkan apa yang ingin kita pamerkan.” Dibuat sebagai sinisme terhadap perilaku pengguna media sosial yang seolah-olah berbagi, padahal pamer, seolah-olah menasihati, padahal memuja diri.

Membacanya, membuat saya benar-benar sepakat, bahwa ilmu rendah hati adalah ilmu yang sangat sulit dikuasai. Terlebih di masa sekarang. Bantu kami, Rabb.

Kerendahan hati, menurut ulama, adalah saat kita mau menerima kebenaran, meski itu datang dari anak kecil dan orang yang bodoh sekali pun.

Kerendahan hati, menurut tabi'in, adalah ketika kita tidak merasa tinggi di hadapan orang miskin, juga tidak merasa hina di hadapan orang kaya. Sebab kita tahu bahwa Allah tidak menilai berdasarkan harta.

Kerendahan hati, adalah ketika kita merasa berharga dan menghargai orang lain, bukan karena siapa kita, siapa mereka, bukan karena apa yang kita dan mereka miliki, melainkan karena kita yakin derajat kita dan mereka sebagai manusia sama di hadapan Allah.

Kerendahan hati, adalah ketika kita tak berani menyombongkan diri dan merendahkan orang lain, karena kita kenal betul dengan diri kita yang sebenarnya: yang punya cela, yang punya aib, yang serba kurang, yang sejatinya tidak punya apa-apa.

Ada yang bilang, medsos itu urusan niat setiap orang. Niat adalah urusan hati. Sepakat. Justru karenanyalah, mengendalikannya menjadi lebih sulit, bukan begitu? Karena tidak ada yang tahu selain diri sendiri. Karena hanya diri kita yang asli yang punya kendali.

Semoga kita diberi kemudahan untuk mempelajari ilmu rendah hati.

Sesungguhnya Allah mengetahui apa-apa yang tampak dan apa-apa yang tersembunyi.

[diyakhairiyah-blog]

~*

Duduk dengan nyaman dan meminta surga itu tidak mungkin! Aku tidak seberani itu meminta surga dengan duduk nyaman. (Habiburahma El-Shirazy)

[diyakhairiyah-blog]

Hujan. Kamu. Mie Naga.

Janji pacaran jalan-jalan naik motor malam ini tertunda (lagi). Allah mengisyaratkan lebih baik di rumah saja dengan turunnya hujan yang tiba-tiba deras. Sedih? Iya. Tapi bujukan tentang film Korea yang baru saja di-download di kantor dan mie naga (mie pedas) level 5 depan kompleks membuat hati menghangat seketika. Ah, lagi-lagi hatiku tercuri. Segampang menjanjikan permen ke anak kecil yang sedang menangis. Dan, ah, lagi-lagi bahagia itu terulang mengingat akan nonton film di rumah saja tanpa gangguan, tanpa kehujanan, tanpa macet-macetan, dan dengan makanan enak. Berdua. Betul-betul hanya berdua. Bukankah menikah itu indah? 💕

[diyakhairiyah-blog]

Tiap-tiap kenangan selalu membawa ciri khasnya tersendiri kepada ingatan. Entah lewat kata, suara, sikap bahkan aroma. Tentang masa lalu (ehm bukan tentang mantan grr), aku lebih memilih mengingat satu sosok itu lewat aroma dr benda-benda ini. Berharap kehadirannya selalu terwakili. Berharap ingatanku tentang tubuh yg masih mungil dulu & tentang tubuhnya yg selalu hangat. Kadang manfaatnya menjadi nomor 2 ketika rindu menyapa di tengah malam, atau ketika hujan, atau ketika tiba-tiba teringat saja. Pakai saja. Dan biarkan aromanya membuka kenangan itu lagi. Tentang biang keringat yg selalu tumbuh sepulang sekolah. Tentang perut yg harus selalu hangat bahkan di cuaca yg cerah. Dan tentang polesan pertama di wajah ketika mengadu semua teman sekolah mulai terlihat mulus tanpa jerawat. Ah, ingatan ini. Bisakah ia tetap tersimpan rapi di dalam sana mengalahkan ingatan-ingatan yg baru? #hanyarindu #sekedarcerita #masalalu #masakecil #tentangibu #bukantelolet

[diyakhairiyah-blog]

Mata.

Aku sangat tertarik dengan seseorang yang ketika berbicara matanya pun ikut menyuarakan. Saat dia menyampaikan sesuatu, matanya tepat terpaku ke mata kita. Rasanya pesan yang dia sampaikan itu lebih terasa. Tepatnya ke hati. Dan aku punya beberapa kenalan yang seperti itu. Ada seorang teman. Dulu. Entah sekarang apa namanya. Tapi aku masih ingat jelas dengan mata itu.

[diyakhairiyah-blog]

Aku kurang bisa membagi kata. Rasa adalah hal yang sulit kuolah menjadi kata per kata. Aku lebih senang menikmati segalanya dalam diam. Bahkan tentangmu. Tapi biarkan aku belajar untuk itu, untukmu.

[diyakhairiyah-blog]

⛅*TILAWAHMU*⛅

Tilawah bukan menyanyi yang dikerjakan karena hobi, bakat, atau suara emas. Tilawah adalah kebutuhan hati yang tidak bisa ditunda. Sesungguhnya hati adalah cerminan aktivitas harian. Aktivitas baik, hati baik, tubuh jadi baik. Aktivitas buruk, hati buruk, tubuh jadi buruk. Dan tilawah adalah obat yang membersihkan noda-noda di hati, menenangkan frekuensi-frekuensi hati yang dibuat kacau urusan-urusan dunia.

💐💐💐

Tilawahlah sekalipun seisi dunia mengatakan suaramu jelek dan tidak punya bakat sama sekali. Tilawahlah karena itu kebutuhan hati dan investasi dunia-akhirat untukmu, ayah-ibumu, dan guru-gurumu. Setiap kali tilawah sesungguhnya kamu sedang menanam kebaikan, membersihkan hati, menenangkan pikiran, menyehatkan badan, menerapi alam bawah sadar, dan diganjar pahala yang tak kira-kira.

💐💐💐

Sekalipun terbata dan suara fals, tilawah saja dulu. Keikhlasan dan perjuanganmu untuk istiqamahlah yang membuatnya indah. Sekalipun suaramu tidak enak didengar, saat kamu tilawah Allah sedang tersenyum membanggakanmu di depan penduduk langit. Bahwa ada seorang hamba yang karena kesungguhan cinta dan pengharapannya, sedang terbata berjuang membaca kalam-Nya.

💐💐💐

Bila hari ini kamu masih tilawah sedikit apapun dalam sehari, seterbata apapun, bersyukur hatimu masih digerakkan. Karena zaman sekarang, tidak semua orang percaya diri membuka Al-Qur'an di kamarnya, membacanya dengan suara sedang yang terdengar oleh penghuni kontrakan/kos-kosan, membawanya dalam tas dan sesekali membukanya di masjid, kampus, kantor, atau tempat lain. Alhamdulillah, setidaknya kamu masih punya niat baik untuk terus berinteraksi dengan Al-Qur'an dan menjaganya sampai mati.

💐💐💐

📝 taufikaulia.tumblr.com

[diyakhairiyah-blog]

Begin

Memulai apa yang seharusnya dimulai dari dulu. Dulu sekali.