doughnutsandlemonade-blog
doughnutsandlemonade-blog
Celoteh Relung Hati
7 posts
Hanya sekadar tempat berlabuhnya pikiran yang sedang tak keruan 
Don't wanna be here? Send us removal request.
doughnutsandlemonade-blog · 6 years ago
Text
Punya mata, tak mampu melihat keindahan.
Punya telinga, tak suka mendengar nyanyian.
Punya pikiran, tak mampu memahami kebenaran.
Punya hati, tak tergerak oleh kebaikan.
Seperti api kecil, indrawi ku atau indrawi mu yang sudah padam?
Bali - 23 February 2019
0 notes
doughnutsandlemonade-blog · 6 years ago
Text
Aku memang sedang tidak baik-baik saja sekarang..
Namun aku akan segera baik-baik saja nanti..
Semoga
F.ABD
0 notes
doughnutsandlemonade-blog · 6 years ago
Text
Halaman itu kubiarkan kosong sejak kau memutuskan bungkam. Siapa bilang aku sudah tak peduli? Kadang sesekali ku kunjungi kendati hanya sunyi yang ku dapat. Aku sengaja masuk kedalam lini masa rindu, menjejalkan kembali serpihan memori, agar aku terbiasa dengan perihnya rasa pilu.
Karena aku tahu, waktu tak menyembuhkan.
1 note · View note
doughnutsandlemonade-blog · 6 years ago
Text
Aku memang bukan Ibu yang melahirkanmu, namun masa kecilmu telah menjadi bagian dari hidupku.
Kau pasti tahu aku tulus menyayangimu. Kendati tak pernah ku umbar, juga tak ku lisankan langsung kepadamu.
Aku bahagia masih mampu mengabulkan hal-hal sederhana yang kau inginkan. Seperti ketika dulu kau pernah merengek minta dibelikan kembang gula. Atau sekarang sekadar minta dibelikan sepasang sepatu bola.
Lakukanlah segala yang kau mau dengan penuh sukacita. Namun tetaplah tumbuh menjadi sewajarnya anak remaja.
Sampai nanti kau akan tahu bagaimana rumitnya menjadi orang dewasa.
Kalimantan~Kosong empat, kosong empat, dua ribu empat
0 notes
doughnutsandlemonade-blog · 6 years ago
Quote
Menghilang tanpa pamit dan pergi begitu saja  sama hal nya dengan menulis sebuah monografi namun tak mampu menuntaskannya, lalu membiarkan pengeja kata memecahkan sendiri terminasi cerita. Itu kah yang kau inginkan?
2 notes · View notes
doughnutsandlemonade-blog · 6 years ago
Text
Sebuah pintu yang tertutup itu entah mengapa sangat mengundang rasa ingin tahuku untuk mencoba membukanya.
Rahasia apa gerangan yang terpendam dibaliknya. Haruskah kubuka, atau kubiarkan saja.
Pelan-pelan aku berjalan mendekati pintu itu, sejenak aku berhenti kemudian berdiri bungkam, hening, kosong. Seolah masih ada ragu yang menggelayut. 
Bisa kudengar alter egoku berdialog hingga gaduh. “buka saja!!” “jangan kau buka!” “tunggu apa lagi?” “sebaiknya jangan” “dorong pintu itu!” “sungguh kau akan menyesal” “persetan, bukankah kau ingin jawaban?”
Dari sekian banyak pintu, kenapa harus pintu ini? Tak sabar, ku dorong saja dengan keras. Seketika jiwaku terguncang, hatiku remuk, tubuhku lunglai ambruk.
Dibawah seutas tali simpul gantung, sesosok tubuh mungil yang ku kenal itu terjurai tak bernyawa.
Aku menangis berderai-derai, dadaku sesak, sungguh kali ini biarkan aku meratapinya sendiri.
“Telan saja egomu ketika kau telah mencari tahu kebenarannya”
1 note · View note
doughnutsandlemonade-blog · 6 years ago
Text
“Perutku kenapa bu?” sambil memandangi perutku yang kian besar, buncit, dan buntal. “kamu hamil” jawab Ibu kemudian pergi menghilang di balik pintu. Ada perasaan aneh yang mengganjal sampai ke ubun-ubun, seperti perasaan geli, mual, dan risi. “Kalau begitu anak siapa yang ada dalam perutku ini?” tidak mungkin calon jabang bayi ini tiba-tiba hadir dan bercokol di rahimku begitu saja. Aku bingung, kenapa aku bisa lupa, apakah ingatanku terganggu, atau jangan-jangan aku sudah gila? 
Seorang perempuan didepanku tiba-tiba menjerit kesakitan, tubuhnya terbaring diatas dipan kayu beralas tikar rotan. Dia berusaha menyeret tubuhnya yang sudah tidak berdaya, perempuan itu tidak mampu berdiri. Rambutnya ikal mayang sebahu, ia mengenakan pakaian berwarna putih, kain jarik jawa membalut tubuhnya dari atas pinggul hingga ke ujung kaki. Aku tahu ada sesuatu yang berdarah, kubiarkan saja lalu tangannya menyentuh bagian tubuh diantara paha yang tertutup kain jarik itu, ujung-ujung jari jemarinya berlumur cairan merah yang sangat kental, amis!! kemudian dia menjerit lagi. Kali ini suara jeritannya semakin sayup ditelinga. Aneh padahal perempuan itu hanya satu meter berada didepanku. Orang-orang berdatangan mengerumuni, mengangkat, lalu membawanya pergi. Aku tidak merasa takut sedikitpun, aku hanya bingung, dan sedikit merasa sedih dengan nasib perempuan itu. 
Kutinggalkan dipan yang telah sunyi, kulihat dari kejauhan ada taman yang dipenuhi pohon bunga persik yang sedang mekar, indah sekali. Aku telah sampai dan berdiri dibawah pohon yang bunganya rindang menutupi setiap dahan dan ranting pohonnya. Aku seperti tersihir, tidak peduli lagi dengan nasibku, juga nasib embrio yang ada didalam “Gua Garba” yang kusebut kantung peranakan itu. Aku bahkan tidak percaya akan adanya kehidupan baru dari rahimku yang menanti untuk bisa hadir ke dunia fana.
Aku hanya merasakan damai dan bahagia, seperti gerak lambat dalam adegan sebuah film, duduk termangu takjub dibawah pohon seraya menyaksikan kelopak bunganya berjatuhan. Semesta seperti berlatar warna merah muda, elok dan menawan. Kemudian ada satu pertanyaan terakhir yang terlintas sebelum aku tersadar dan bangun dari mimpi, “apa nama pohon ini?” aku yakin ini bukan sekadar pohon bunga persik, tapi pohon kehidupan, pohon utopiaku yang sempurna. Banyak rumpun putih berjumbai yang mengeluk melontai sepanjang dahannya, butiran serbuk berkilauan jatuh menghambur berserak diudara dari jumbainya yang diterpa siliran angin. - Bali, 31 maret 2019 -
2 notes · View notes