Text
Akhirnya, waktu yang menjelaskan dimana, aku dihatimu
Aku masih belum memahami;
Kau bisa meninggalkanku semudah ini, sementara kau pernah menemaniku sedekat nadi.
Kau bisa melupakanku begitu cepat, sementara kau pernah memperjuangkanku dengan kuat.
Kau bisa membenciku sedemikian dalam, sementara kau pernah begitu mencintaiku dalam-dalam.
Ajari aku;
caramu meniadakanku, caramu melupakanku, caramu menghapusku; sementara di tiap detikmu pernah tumbuh aku.
Aku masih belum mengerti;
Kau mampu melangkah tanpaku, sedang kau pernah begitu senang berjalan di sisiku.
Kau mampu mengacuhkan sapaku, sedang kau pernah begitu betah bercakap denganku
Kau mampu hidup tanpaku, sedang kau pernah begitu bahagia menjalani hari bersamaku.
Katakan…
Bagaimana cara untuk berjalan sendiri, bediam diri, dan berbahagia meski kau tak lagi ada; sementara di detak jantungku masih selalu tumbuh kamu.
Tanpamu itu menyesakkan, sedang merelakanmu aku kesulitan.
Kepergianmu itu menyakitkan, sedang melupakanmu aku kepayahan.
Aku mencintaimu, selalu mencintaimu; meski bagimu aku hanyalah beban yang perlahan-lahan telah kau lepaskan.
0 notes
Text
Kepada wanita yang pernah kusinggahi rahimnya.
Kerap aku berpikir bahwa suatu hari nanti aku akan tumbuh menua dan akhirnya kau akan pergi. Aku tak akan sempat lagi mencium tanganmu yang keriput penuh kerut. Atau tak lagi bisa memijatimu selepas maghrib, setelah seharian dilelahkan oleh dunia. Di bangku kayu yang terbuat dari bilah bambu, kau sering membuatkanku secangkir teh ataupun susu. Duduk saja sendirian kau disana, mengamatiku yang kini lebih suka menghabiskan waktu bersama teman- teman diluar daripada berdiam di rumah, anakmu tumbuh besar dan menolak untuk dicium seperti waktu kecil dulu. Ketika aku berpikir bahwa suatu hari aku akan tumbuh menua dan akhirnya kau akan pergi. Aku ingin sekali, sekali lagi tidur di pangkuanmu dan menceritakan apa saja yang ingin kubicarakan, perihal seorang gadis yang membuatku jatuh hati, rutinitas kerja yang melelahkan, atau membicarakan cuaca seperti yang selalu kau tanyakan pada setiap awal percakapan di telepon. Ketika aku berpikir bahwa suatu hari aku akan tumbuh menua dan akhirnya kau akan pergi. Aku tahu bahwa kau adalah alasan terkuat bagiku untuk tetap melangkah maju. Aku selalu merasa cukup ketika bersamamu. Sejauh apapun perjalanan yang kutempuh, bait doa- doamu tak pernah jemu menghiasi tiap langkahku. Ketika kau telah pikun, kuharap kau tak akan memikunkan satu hal dalam dirimu. Bahwa aku selalu mencintaimu dengan alasan terkuat. Dan pada akhirnya, aku menyadari bahwa ternyata kau adalah cinta pertama bagiku, Dan kepada wanita yang pernah meminjamkan rahimnya untuk kusinggahi, aku sayang sekali.
0 notes
Text
Satu hari di bulan juni
Kita tak perlu terlalu banyak uang Kita bahagia meski tak kemana-mana Kamu cantik meski tanpa bedak Rasakan ini senang di dadaku memilikimu Peluk aku, merdu ku dengar debar jantungmu Oh tenang sayang semua kan baik-baik saja Oh kita kan baik-baik saja Kita kan baik-baik saja #tulus
0 notes
Text
Jika bukan kamu, sabarku mungkin tak sehebat ini.
Jika bersamaku kau mulai bosan, jangan benturkan kepalamu hingga hilang ingatan agar bisa mencintaiku dari awal. Terimalah sebuah kebosanan itu sebagai sesuatu yang pasti ada dengan siapapun kau menjalin hubungan, lalu lewati tiap hari yang membosankan itu hingga kembali kau tersadar, bahwa komitmen untuk bersama adalah pilihan yang tak ada alasan apapun untuk itu kau abaikan. Jangan mencoba mencintaiku dari awal, sebab kebosanan akan selalu ada, seperti saat kau mencari kekurangan dari kita, akan banyak kau menemukannya. Terimalah bahwa, aku tak sempurna sebagaimana dirimu, namun tetap bersama bukan hal yang salah dibanding berpisah karena bosan semata. Coba lebih berusaha mencintai kita, karena setiap bosan itu juga datang padaku, akupun melakukan hal yang sama
0 notes
Text
Terimakasih, karna kita pernah bertemu.
Hai, manusia yang dulu pernah menetap sejenak di hatiku, apa kabarmu? Kau pasti terkejut mendapati surat dariku ini. Tidak, aku tidak akan membuka kembali memori lama. Jujur saja,aku pun tak ingat di mana terakhir kali meletakkan kuncinya. Hanya saja kemarin lusa, memori tentangmu tak sengaja melintas kembali saat aku sedang berbincang dengan kawan lama. Dia menanyakan juga kabarmu – yang aku sendiri tak tahu karena kita sudah lama tak bersua. Oleh karena itulah surat ini ada. Bukan karena aku kembali peduli secara tiba-tiba. Namun, hanya saja ada ucap terimakasih yang ingin aku sampaikan kepadamu. Kemarin lusa aku sedang menghabiskan waktu sendirian, hingga beberapa kawan lama datang menghampiri. Perbincangan basa-basi masalah kehidupan pun naik ke permukaan. Mulai dari pekerjaan, keluarga, study, dan kemudian tentu saja cinta. Namamu meluncur begitu saja disebutkan oleh salah satu dari mereka.Wajar saja pikirku, mereka pasti mengira aku masih bersama denganmu. Saat namamu disebutkan tak ada perasaan apapun yang muncul. Tak ada pendar kegembiraan maupun rasa jengah yang menyesakkan. Aku biasa saja. Justru para kawan yang menolak untukpercaya, tak mengira cerita kita akan berakhir begitu saja. Kisah kita yang kukira sempurna ternyata berhenti begitu saja. Bukan karena ego yang sama besarnya, namun karena salah satu dari kita tak kuasa untuk terus bersama. Aku tak ingat lagi berapa tahun yang lalu kita berpisah. Yang aku ingat kita sudah tak lagi bersama. Enak sekali pikirku waktu itu, kau melenggang pergi karena mendapatkan hati yang baru. Tidakkah perjalanan kita selama beberapa lama meninggalkan sekian kenangan? Tidakkah perjuangan yang dilakoni bersama mengguratkan rasa yang dalam? Namun, toh ternyata kau tetap pergi. Memilih untuk menggenggam tangan yang baru, berlabuh ke hati yang baru. Ah sudahlah, tak ada yang salah. Mungkin memang sudah seperti itu jalannya. Suratku ini tak berisi sumpah serapah maupun amarah. Bukan pula bermaksud memojokkan, aku hanya ingin berpesan, jangan kau lakukan hal yang sama dengan lelakimu yang sekarang. Karena sungguh, memiliki hati yang remuk redam itu rasanya menyakitkan. Memang perih dan sakit hati pernah jadi teman terbaik setelah kepergianmu. Namun, aku tak mengutuki, aku justru berterimakasih kini. Perih, kecewa, dan sakit hati. Tentu saja dulu mereka sangat akrab denganku. Mereka adalah teman terkaribku selama beberapa waktu. Hari-hariku tak pernah alpa oleh kehadiran mereka. Mulai dari membuka mata hingga jatuh terpejam di waktu malam, mereka selalu ada. Pada akhirnya, aku pun menyadari bahwa aku harus mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri. Setelah kepergianmu aku tak bisa terlalu bergantung pada mereka. Memang butuh waktu hingga aku bisa melepaskan mereka dan menyembuhkan jejak yang ditinggalkan. Namun, aku berterimakasih karenanya. Banyak hal-hal baik yang bisa kujadikan bekal. Pada akhirnya, merangkai cerita denganmu membuatku kenyang akan pelajaran. Jika kita tak berjumpa, mungkin tak akan kutemukan diriku yang tegar, sabar, dan penuh perhitungan matang seperti sekarang. Kau perlu tahu bahwa sekarang hari-hariku pun tak lagi muram. Ada sosok baru yang sudah ada di sisi, dia datang menggantikan dan mencabut kenangan akan dirimu hingga ke akar-akarnya. Dia yang berhasil membuat bumiku kembali menemukan porosnya. Menggenggam tanganku ketika aku sedang goyah, mengusap pelan pundakku demi menyalakan semangat. Sekali lagi ku ucapkan terimakasih untukmu. Terimakasih karena kita pernah bertemu. 😊
0 notes
Text
Mereka tidak mengerti yang kita rasakan
Tak perlu dengarkan mereka. Mereka tidak mengerti yang kita rasakan. Mereka tak merasakan belenggu jemu dalam hubungan kita. Saling cinta, namun tak lagi saling membutuhkan. Mereka tak merasakan kejamnya sebuah kedataran yang kita rasakan. Membunuh apa yang kita perjuangkan selama bertahun ini. Menyisakan lelah berkepanjangan. Aku tak lagi punya kekuatan untuk mempertahankanmu, dan kamu, tak punya kekuatan untuk menahanku pergi. Kita sadar bahwa waktu tidak membuktikan dalamnya rasa yg kita punya. Karena justru waktulah yang membunuhnya. Semua manis yang kita bina, semua cerita yang kita lewati bersama. Karena yang kita lakukan selama ini adalah ketakutan untuk berjalan masing-masing, dan takut menyesal apabila kita memutuskan saling meninggalkan. Sampai saatnya kita memang sudah sama-sama tersadar bahwa tak ada hal lain yang bisa kita lakukan selain saling menyakiti. Sudah waktunya sayang. mungkin, sudah waktunya mengakhiri segala yang kita mulai. Sudah waktunya kita memulai hidup kita dari awal lagi, aku tanpamu, dan kamu tanpaku. Kenang aku sekedarnya. Sebagai seseorang yang pernah membahagiakan dan menyakitimu. Kenang aku selayaknya aku dihatimu. Jangan berlebihan. Well.. tulisan ini terinspirasi dari curhat yang dilakukan salah satu teman saya lewat bbm. Padahal jarak kami hanyalah beberapa langkah saja, tapi dia lebih memilih untuk mengungkapkan perasaan (oke, kegalauannya) lewat barisan huruf yang diketik, bukan lewat ucapan. Baiklah. Ini buat lo yaaa.. beresin dulu hati lo ahh.. Baru nanti lo bisa jatuh cinta lagi.. Semangat!!!
0 notes
Quote
Mungkin permasalahannya bukan karena kamu yang tidak pernah mencoba melihat aku. Tapi karena aku terlalu sering terlihat dan terlalu dekat dengan matamu. Jadi kamu tak pernah sadar bahwa aku sebenarnya punya arti.. :)
0 notes
Quote
Rumah tak selalu membuatmu nyaman, atau bahagia, barangkali kerap membuatmu berduka; tapi di sana, segala pulangmu bertujuan.
0 notes
Quote
Kepadamu yang bersedia menyediakan peluk saat hatiku remuk, yang bersedia menyediakan bahu saat dadaku pilu. Tetaplah begitu, mencintaiku.
0 notes
Quote
Bukan. Bukan karena ingin menyerah. Bukan karena sayang itu menghilang. Hanya saja sudah lelah berjuang, Sendirian dan Diabaikan.
1 note
·
View note
Photo

Hidup terlalu singkat untuk kamu lewatkan, tanpa mencoba cintaku. #aihsedapbangoen
0 notes
Quote
Aku ingin mencintaimu dengan rumit. Jika kamu mampu menyederhanakannya, aku milikmu hingga kita mencapai sama dengan.
0 notes
Photo

Pura-pura kita. Sandiwara kita. Wajah ini, hanya topeng belaka. :)
0 notes
Text
Temui aku sekali lagi (dalam diam)
Terima kasih telah menjadi mimpi indah selama ini. Walaupun pada akhirnya aku harus terbangun dengan tubuh penuh luka. Kau menyamankan aku dengan segala kebohongan yang biasa kau lakukan. Aku dapat mengindahkan kecewaku tapi tidak untuk kesedihanku. Sedih karena selama ini bukan apa adanya dirimu yang ku cintai melainkan keindahan topeng yang kau buat sendiri. Kamu adalah satu-satunya yang ku percayai untuk menggengam hatiku bukan untuk meremukkannya. Tidak ada yang perlu disalahkan karena mencintaimu adalah pilihanku sedari awal. Kau hanya ahli dalam membodohiku dan aku cukup pintar untuk meninggalkan. Bukan lagi aku tak lagi mencintai. Namun aku hanya tak mampu hidup dalam kebohongan-kebohongan. Dan memilih untuk menyelamatkan hatiku untuk tak terluka lebih parah lagi. Sudah sampai disini dulu, Sayang.. Bebaskan aku dari kepalsuan, aku ingin mencintai kenyataan.
0 notes
Text
Jangan ludahi masa lalumu
Suatu ketika, entah pada jumlah keberapa titik hujan yang jatuh dalam satu hari itu. Kamu akan sadar bahwa masa kejayaan dan bahagiamu kemarin sudah mengubah dirinya menjadi masa lalu. Hanya bisa diingat sesekali. Atau jika beruntung, kamu masih bisa merasakan sedikit guncang gembiranya. Suatu ketika, entah pada kali keberapa matamu telah berkedip dalam satu hari itu. Kamu akan sadar bahwa makin banyak pengalaman pahit yang telah kamu lewati dan pelajari. Hanya bisa dijaga untuk tidak diulangi lagi. Atau jika beruntung, kamu bisa secepatnya menangkap hikmah dibaliknya. Suatu ketika, saat dua hal itu secara bersamaan kamu alami. Saat itulah sebenar-benarnya kamu kenali siapa dirimu. Saat itulah jiwamu siap. Untuk menerima hal apapun yang baru. Karena, bukan hanya bumi yang bergerak, bukan hanya bulan yang berotasi, dan bukan hanya waktu yang berlari. Kitapun Berproses. Jangan ludahi masa lalumu, karena dia yang membuatmu bisa seperti sekarang. Jangan terlalu agungkan masa kinimu, karena dia adalah penentu. Jangan remehkan masa depanmu, karena dia adalah hasil hidupmu. :)
0 notes
Quote
Jika segala hal direncanakan, apa menariknya hidup. Rencanakan saja sebagian, sebagian lagi biarkan menjadi kejutan. :)
@bangoent
0 notes
Photo

Aku bahagia. bagaimanapun aku bahagia. Aku cuma perlu sepatu usang, topi, dan tenagaku untuk mengangkut beban yang kuusung setiap harinya. Aku tak perlu sepatu pantofel mengkilat, dasi, kemeja, dan menjadi seseorang yang palsu untuk mengangkut beban-beban hidup itu. Bagaimana denganmu? Aku bahagia, iya, bagaimanapun aku bahagia. Satu-satunya kesulitan yang akan kuhadapi didepan hanyalah genangan air yang bisa membuat sepatu semata wayangku menjadi basah. Kesulitanku bukanlah kemacetan, data yang tidak sinkron, rapat2 penting, dan ucapan yang hati2. Kamu, apa kesulitan yang akan kau hadapi didepanmu? Aku bahagia, iya, bagaimanapun aku bahagia. Beban pikiranku setiap harinya hanyalah bagaimana caranya aku mendapatkan uang untuk membeli makan. Bukanlah cicilan ini itu, keluhan-keluhan klien, atau kebohongan yang takut terkuak. Kamu? Apa beban pikiranmu setiap harinya? Aku bahagia, bagaimanapun aku bahagia. Karena tujuan hidupku sederhana. Lalu kamu?
0 notes