dust-particles
dust-particles
Dust Particles
3K posts
Hooman.
Don't wanna be here? Send us removal request.
dust-particles · 1 year ago
Text
Kebahagiaan dalam pernikahan itu kayak dialog. Harus dua arah. Artinya, gak cuma kamu yang harus membahagiakan pasanganmu tapi juga pasanganmu harus membahagiakanmu. Gak harus dengan cara yang sama, tapi masing-masing harus punya effort yang sama untuk cari tahu apa yang bikin pasangannya bahagia dan melakukannya sepenuh hati.
756 notes · View notes
dust-particles · 3 years ago
Text
untuk adik-adikku yang mau menikah:
cinta itu diperjuangkan berdua. perjuangannya tidak berhenti saat ijab kabul, justru baru dimulai saat itu. jangan mau menjadi satu-satunya pihak yang berjuang. mungkin awalnya kamu akan bilang tidak apa-apa, tak masalah. kamu akan bilang kamu senang menjadi yang mencintai, yang mengasihi.
pada satu titik kamu akan lelah dek. sebab mencintai itu membahagiakan, mengasihi itu menyenangkan. tapi menunggu itu tidak. sementara, menunggu itu bagian yang besar dari perjuangan cinta.
menunggu seseorangmu mencintaimu dan mengasihimu dengan cara yang sama. menunggu seseorangmu menceritakan cerita kesehariannya kepadamu. menunggu seseorangmu melibatkanmu dalam seluruh bagian hidupnya. atau, sekadar menunggunya memberi kabar. kalau kamu berjuang sendirian, kamu akan terus-terusan menunggu.
ciri-ciri cinta yang diperjuangkan berdua adalah kamu dan seseorangmu sama-sama tidak ingin membiarkan yang lainnya menunggu. kalaupun terpaksa, kamu dan seseorangmu akan sama-sama memberi kabar untuk saling melegakan.
jika kamu sudah terlalu lama terus menunggu tanpa kabar, saranku, coba renungkan ulang. jangan mau menjadi pihak yang berjuang sendirian.
1K notes · View notes
dust-particles · 3 years ago
Text
Pada Umur Berapa?
Pada umur berapa kamu mulai merasa menjadi orang yang lebih tenang? Kalau ada sesuatu yang memang tak bisa kamu dapatkan, ya sudah, memang bukan takdirnya. Bersedih, sudah setelahnya, mengusahakan yang lain. Jika orang lain berbuat lalai, tidak langsung meledak-ledak marah, tapi berusaha untuk mengetahui apa yang terjadi. Jika mengemudi, lebih penting selamat sampai tujuan daripada terpacu untuk cepat sampai. Pada umur berapa kamu merasa bahwa ruang privasi itu adalah hal yang sangat mewah. Dan kamu mulai sadar bahwa dalam hidup ini, mengejar mimpi memang penting, tapi memiliki teman baik, memiliki kehidupan yang tenang, pekerjaan yang nyaman, itu jauh lebih menyenangkan.  Pada umur berapa kamu mulai sadar bahwa kamu telah berubah, sepenuhnya berubah.  ©kurniawangunadi
1K notes · View notes
dust-particles · 4 years ago
Text
Kamu boleh nolak kalau memang gak mau.
Kamu boleh istirahat kalau memang capek.
Dan kamu gak perlu nyalahin diri sendiri untuk kesalahan yang memang bukan kesalahanmu.
Taufik Aulia
410 notes · View notes
dust-particles · 4 years ago
Text
Berani Mengakui
Salah satu sikap yang sulit bagi orang dewasa adalah mengakui kesalahan. Takut salah dan berusaha untuk mencari pembenaran, mencari alasan paling sempurna untuk menjelaskan bahwa kesalahannya masih bisa dimaafkan, atau melimpahkan sebab kesalahannya pada orang lain dan memposisikan dirinya sebagai korban. Padahal, salah satu hambatan kita untuk bertumbuh adalah takut salah, kemudian kalau salah, takut untuk mengakui bahwa memang salah. 
Kesalahan itu akan mengajarkan banyak sekali hal, kalau kita bisa mengambil pelajarannya. Memang, melakukan kesalahan itu tidak menyenangkan. Tapi, pada dasarnya tidak ada proses bertumbuh yang menyenangkan, tanpa beban, tanpa tantangan, tanpa kekhawatiran, ketakuan, dan lain-lain. Prosesnya tidak ada yang mudah. 
Kalau kita melakukan kesalahan, tapi tidak menyadari bahwa kita melakukan salah. Kemudian ada orang lain yang menjelaskan apa kesalahan kita, bersyukurlah, alih-alih berusaha untuk mencari pembenaran. 
Kalau kita melakukan kesalahan, kemudian harus menjalani akibat dari kesalahan kita. Jalani, meski itu sesuatu yang sangat kita hindari dan tidak kita inginkan. Tapi, pelajaran hidup di dunia kan memang ujian dulu baru dapat pelajarannya. 
Nanti semakin dewasa, kita akan mengambil begitu banyak komitmen, dalam pekerjaan, pernikahan, dan hubungan antara manusia yang lain. Juga kita akan belajar untuk menghargai setiap keputusan yang sudah kita ambil, kita sepakati dengan orang lain, dan lain-lain. Kita memang memiliki kebebasan untuk memilih dan membuat keputusan, tapi kita takkan pernah bebas dari konsekuensi/akibat dari keputusan tersebut.
Berbuat salah memang manusiawi, tapi ingat-ingat juga bahwa alasan manusiawi tidak bisa membuat kita meminta akibat/risikonya dihilangkan begitu saja. Kalau berbuat salah, akuilah, kemudian jalani risikonya, ambil pelajarannya. Proses untuk bertumbuh, memang seberliku itu.  ©kurniawangunadi
663 notes · View notes
dust-particles · 5 years ago
Text
Tumblr media
Meski sukar, mari tetap menjaga semangat :)
228 notes · View notes
dust-particles · 5 years ago
Text
balas dengan doa
pesan ayah, apa pun yang diucapkan oleh orang lain kepada kita, balas dengan doa.
kalau ada orang yang memberikan kebaikan kepada kita, balas dengan doa. doakan agar Allah melipatgandakan pahala kebaikannya.
kalau ada orang yang ngomongin kita karena keadaan kita, balas dengan doa. semoga keadaan yang sama tidak menimpa dirinya sehingga dirinya tidak perlu mengalami yang kita alami.
"kok mukanya jerawatan? jarang cuci muka ya?"
"ya Allah, semoga dia nggak perlu ngalami muka jerawatan."
"kok anaknya kurus banget?"
"ya Allah, semoga dia kalau punya anak, anaknya nggak kurus."
"emangnya nggak sayang apa, udah sekolah malah nggak kerja."
"ya Allah, semoga dia nggak perlu pusing antara bekerja dan menjadi ibu rumah tangga."
"perasaan gajimu banyak. kok habis terus?"
"ya Allah, semoga dia nggak perlu ngalami menanggung beban keluarga besar."
membalas dengan doa, kata ayah, artinya memaafkan. memang sih tidak akan mudah di awal, tapi kalau sudah dipraktikkan, diri sendiri yang menjadi lega. tidak perlu menyimpan rasa kesal, rasa iri, apalagi rasa dendam. lebih dari itu, kita justru mendoakan kebaikan--yang semoga memantul kepada diri kita.
malam ini, kalau masih ada kata-kata siapa pun yang pernah menyakiti hatimu (dan belum kamu maafkan), ayo kirimi dia doa.
untukmu, yang punya jiwa ksatria, terima kasih telah menjaga hatimu dengan memaafkan kata-kata itu. oh ya, jangan lupa melupakannya juga. maafkan dan lupakan.
1K notes · View notes
dust-particles · 5 years ago
Text
Kita Tahu Jalannya tapi Tidak Mau Melewatinya
Seperti misalnya, kita tahu bahwa untuk bekerja dengan posisi tertentu. Kita harus menguasai bahasa inggris, tapi kita tidak mau belajar bahasa inggris. Meluangkan waktu untuk ikut kursus, keluar biaya, dan lain-lain.
Kita ingin hidup sehat, ya olahraga, tidur yang cukup, makan yang sehat. Tapi lagi-lagi, kita juga tidak mau repot-repot melakukannya.
Kita pengin banget punya jejaring yang luas seperti teman kita yang lain, atau seperti sosok panutan kita. Tapi, kita tidak mau repot berkomunitas, memulai perkenalan dan percakapan baru, membuka diri, merantau, atau melakukan perjalanan jauh untuk ikut pelatihan dan sebagainya. Kita berlindung dibalik alasan-alasan yang kita buat dalam pikiran kita; aku kan introvert, aku ga nyaman berada di lingkungan yang baru, aku tu anaknya sulit akrab sama orang baru, aku tu gak bisa kalau mau ngajak ngobrol duluan. 
Usia kita udah matang buat menikah. Lingkaran pertemanan kita itu-itu saja. Sampai-sampai kita mengatakan bahwa tidak ada nih orang yang oke yang ku kenal, ya karena kenalanmu terbatas. Disarankan untuk masuk dan berada di lingkaran pertamanan baru yang lebih luas, sejuta alasan keluar. Mulai dari sibuk bekerja, tidak punya waktu luang, takut untuk keluar dari zona nyaman di daerahnya, dan semua hal yang pada dasarnya kita tahu. Kalau mau itu, harus melakukan ini.
Tapi, lagi-lagi, tidak ada aksi. Kita tidak bisa meringkas proses, tidak ada jalan pintas. Semua proses itulah yang membuat kita menjadi bertumbuh dan menjadi pribadi yang lebih matang untuk mengemban tanggungjawab baru.
Apa dikira, kalau circle kita meluas, tanggungjawab kita tidak bertambah? Apa dikira, kalau kita kemudian berhasil naik posisi atau dapat bekerjaan sesuai keinginan, tidak tambah tanggungjawab? Kesiapan kita itu ditempa melalui proses. 
Ambil jalan itu, jalani proses itu. Nikmati setiap langkah kakinya, terjal jalannya, liku jalannya, bingungnya saat ketemu persimpangan, dan semua hal yang membuat perjalanan kita menuju hal-hal yang kita inginkan, semakin membuat hal tersebut menjadi lebih berharga. ©kurniawangunadi
1K notes · View notes
dust-particles · 5 years ago
Text
#tentangpernikahan: Sebuah Kilas Balik
“Setahun pertama pernikahan itu berat apa nggak, ya?”
Barangkali ini adalah sebuah pertanyaan yang sering kali kita pertanyakan sebelum menghadapi pernikahan. Barangkali ini adalah pertanyaan yang begitu ingin kita ketahui jawabannya jauh sebelum kita memutuskan untuk menikah.
Pernikahan.
Yang selalu erat dengan dua insan dan masa depan. Namun. Kita tak boleh melupakan. Bahwa setiap insan itu sebelum menikah memiliki kehidupan lain, yang mungkin kita tak pernah sekalipun mengetahuinya. Sebut saja masa lalu.
Dan pernikahan, sangatlah erat dengan tragedi masa lalu. Kok bisa gitu?
Tanpa sadar, segala perilaku kita ini seringkali dipengaruhi oleh alam bawah sadar yang terisi oleh jejak-jejak rekam masa lalu. Tentang cerita-cerita yang pernah kita alami dan tanpa sadar tersimpan rapi di dalam pikiran yang paling dalam.
Tak jarang, kita memang masih menyimpan luka lama terkait masa lalu.
Dan akhir-akhir ini, entah kebetulan atau bagaimana, aku menemui beberapa postingan yang sama di media sosial membahas tentang kehidupan pernikahan, yang dipengaruhi oleh luka pengasuhan masa lalu. Yang kalau dibaca-baca, mungkin sangatlah relate dengan apa yang sering terjadi di kehidupan rumah tangga muda.
Dalam sebuah postingan, disebutkan bahwa perilaku yang sering menumpahkan kesalahan pada pasangan, atau sering membuat marah pasangan, dan menciptakan drama-drama dalam rumah tangga, yang mana disebutkan kalau tanpa drama seperti kurang lengkap rasanya, erat hubungannya dengan luka pengasuhan di masa lalu. Bahkan bila mengalami semua hal tersebut, seseorang itu bisa menjadi seperti bom yang siap meledak sewaktu-waktu jika tak dapat mengontrolnya.
Mengapa bisa terjadi? Ternyata, semua itu kemungkinan adalah akibat dari rekaman masa lalu yang sering melihat orang tua atau orang terdekat melakukannya juga. Sehingga diri ini ter-mindset untuk menganggap hal itu sebagai hal yang biasa dilakukan. Oh, kalau kita salah kita bisa menyalahkan orang lain. Oh, kalau kita lagi kesal kita bisa marah sama pasangan. Oh, hidup rumah tangga itu nggak lengkap tanpa drama dan marah-marah.
And many mores.
Trigger atau pemicunya? Bisa banyak hal. Dari yang kecil sampai yang besar, mulai masalah masakan yang nggak cocok sampai hutang finansial. Semua mungkin menjadi sumber penyebabnya. Bahkan keran bocor pun bisa jadi penyebabnya.
Dalam perjalanan rumah tangga, akan ada masa adaptasi awal. Di mana mungkin kita akan merasa kesulitan dengan hal tersebut. Apalagi hidup dengan seseorang yang memiliki kebiasaan berbeda. Kita pasti akan sering menganggap “loh aku dulu di rumah begini, maka sekarang pun aku akan menerapkan begitu juga di rumah tanggaku saat ini.”
Well, it’s a big no!
Jangan terbiasa untuk membawa sesuatu hal hanya karena terbiasa, kalau memang itu adalah suatu kesalahan, maka beranilah untuk mengakuinya dan tidak mengulanginya kembali.
Maka, di sini kita butuh sebuah komunikasi.
Pada awalnya, setiap pasangan pasti merasa sulit untuk berkomunikasi. Beberepa dari kita masih terlalu nyaman bercerita dengan ibu dan sahabat, sehingga tanpa sadar kita memperlakukan pasangan seperti orang asing. Sebelum menikah, mungkin kita baru mengenalnya dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun. Itu pun melalui perantara dan beberapa kali saja secara langsung. Namun, tidak pernah saling curhat atau menceritakan masalah pribadi.
Mungkin kita baru menyadari, ternyata hal itu begitu susah. Kita yang biasanya sering ceplas-ceplos ke teman, mengapa tak bisa seperti itu ke pasangan?
Maka, inilah saatnya introspeksi diri. Kembalikan segalanya kepada Allah Yang Mahakuasa. Segala ketentuannya adalah yang terbaik kita. Mungkin diri kita yang terlalu banyak tuntutan, serta terus mengharapkan kesempurnaan. Padahal saling melengkapi adalah tujuan dari setiap pasangan. Saling menutupi, ibarat pakaian.
Maka, sudah seharusnya kita tak lagi khawatir lagi. Karena menikah adalah pembuka pintu rezeki. Yang tidak bisa kita hitung dengan angka-angka lagi. Rezeki yang tak hanya sebatas uang, melainkan bisa dalam bentuk kesehatan, kecukupan dalam makanan, keamanan dalam rumah, serta ketentraman dalam kehidupan.
Awal dari setiap kebaikan pastilah banyak kesulitan. Tapi yang terpenting, untuk siapa kebaikan tersebut kita niatkan. Yaitu, untuk Allah Yang Maha Penyayang. Karena Dia-lah tujuan kita diciptakan. Tujuan kita menjalankan kehidupan pernikahan.
Selamat berproses, masalah berapa lama waktunya, tak usah dipikir, yang penting adalah nikmati momennya :)
_
Malang, 24 Juni 2020 | @shafiranoorlatifah
336 notes · View notes
dust-particles · 5 years ago
Text
LDM (Long Distance Marriage) : Menata Rumah
"Untukmu yang sudah berumah tangga, dan mereka yang akan memulai membangun rumahnya."
Sebuah kebodohan jika menikah untuk berjauhan, darimana datangnya sakinah jika seatap pun tidak, darimana datangnya mawaddah jika sakinah saja belum terpenuhi. Doa-doa terbaik untuk hari pernikahan adalah dimulai dari suami istri menjalani hari-harinya dalam satu atap. Namun, karena sebab udzur yang lain, menjadikan suami istri harus ldm dulu, semisal kami yang saling berjauhan antar benua dan negara, bukan untuk senang-senang, tapi belajar.
Ada beberapa orang yang iri dari pasangan ldm, dimana pasangan ldm mereka saling rindu dan memupuk kasih bak pengantin baru, terpisah jarak dan waktu menjadikan rasa itu berkali-kali lebih besar dan kuat. Tapi ada orang ldm yang iri dari pasangan yang sudah seatap, dimana mereka bisa memulai hari-hari mereka bersama-sama, ada yang membagi tugas dengan masak dan nyapu, ada yang tugas mencuci dan menjemur. Tidak semuanya, tapi beberapa.
Sakinah itu berasal dari lamanya bersama dan sepenanggungan, seiring berjalannya sakinah maka akan tumbuh mawaddah, keduanya akan bermuarah pada rohmah, menjadikan pernikahan semakin menarik. Tapi, akan pudar satu persatu jika tanpa usaha menjaganya.
Menata rumah itu belajar, memahami bagaimana mendahulukan kompromi ketimbang kemauan diri sendiri. Indah pernikahan jika keduanya terus belajar, mengerjakan sesuatu bukan atas dasar menyenangkan pasangan, tapi atas dasar bentuk ibadah karena Allah yang memerintahkan. Jika Allah senang dan ridho dengan apa yang kamu berikan pada pasangan, maka mudah bagi Allah untuk menberikan kegembiraan pada pasangan, mudah pula pasangan memberi apresiasi kegembiraan dan pujian.
Dan sebuah pahala juga bagi setiap pasangan yang memuji pasangannya, berharap agar Allah memberikan ganjaran atas usaha menyenangkan pasangannya.
Menata rumah itu, kadang harus ada debu yang di sapu, seperti ego masing-masing yang harus di buang. Setiap hari harus selalu mengepel lantai rumah agar bersih dan wangi, sebagaimana ibadah kedua pasangan yang sama-sama kuat, hingga Allah menurunkan kebaikan pada mereka, lahir dan batinnya.
Menata rumah, sebelum membangunnya harus ada pondasi batu iman yang kuat dan niat yang benar. Menyusunnya dari batu bata ketaatan pada Allah, sehingga menjadikan bangunan rumahmu kuat. Meletakkan genteng rumah dan pintu yang mampu menutup semua aib pasangannya, hingga terlihat indah pasangan dari luarnya, tidak ada yang bisa melihat keburukan mereka, menjaga harga diri dan privasi rumahnya.
Kala hujan dan kegelapan datang menyelimuti rumah mereka, akan ada lilin kesabaran dan diskusi ramah yang menerangi mereka, lalu berselimut maaf yang keduanya mampu meminta maaf dan memaafkan, hingga datang pagi terang.
Menata rumah itu butuh pengorbanan, menyiapkan penutup telinga pada orang luar yang membicarakan pasangannya. Mengutamakan tabayyun dan mengakhirkan prasangka buruk. Mudah tidak mudah itu relatif, tergantung bagaimana setiap pasangan saling menguatkan, memahami, memberikan saran juga kritikan.
Belajar menata rumah itu bukan 30 sampai 50 tahun, tapi sampai salah satu dari mereka menutup mata. Mencapainya butuh saling menguatkan dan memahami. Aku ? Aku sama seperti kalian yang masih sama-sama belajar.
Menuliskan catatan ini hanya sebagai bentuk pengungkapan rasa bagaimana menata rumah kami, agar suatu saat bisa menjadi pembelajaran dan pengingat bagi kami yang masih baru menata rumah.
Rumahku dan rumahmu beda, tapi tujuan kita sama. Menjadi rumah dunia dan surga.
@jndmmsyhd
737 notes · View notes
dust-particles · 5 years ago
Text
Beda Jalan
Ada yang menikah di usia 20an, alhamdulillah. Energi masih banyak. Idealisme masih membara. Perjuangan membangun keluarga insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang menikah di usia 30an, 40an, atau lebih, alhamdulillah. Secara finansial sudah lebih mapan. Lebih matang juga dari berbagai segi. Kesabaran menjaga dan menyiapkan diri insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang bekerja sesuai impian dan passion, alhamdulillah. Kerja jadi ngga kerasa kerja. Dedikasi insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang bekerja di luar passion, alhamdulillah. Ada manfaat untuk sesama yang kadang lebih utama daripada impian pribadi. Kelapangan hati insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang memulai bisnis dan berhasil di usia 25, alhamdulillah. Masa mudanya produktif dan bermanfaat. Kerja keras insyaallah menjadi amal salehnya.
Ada yang mencoba berbisnis berkali-kali dan baru berhasil di usia 40, alhamdulillah. Pengalaman gagal bisa jadi jalan buat rezeki tak ternilai bernama kebijaksanaan. Ketekunan insyaallah menjadi amal salehnya.
Hidup tidak selalu berjalan sama untuk semua orang. Ada banyak hal yang terjadi di luar kendali kita. Tetapi, itu ngga perlu jadi masalah. Kita hanya berbeda dalam memilih jalan amal saleh. Tujuan kita tetap sama, kan?
Kita mungkin bertolak dari titik yang berbeda. Rute perjalanan kita barangkali ngga sama. Waktu keberangkatan dan kedatangan kita pun mungkin beda. Tetapi, jika kita mengarah ke tujuan yang sama, perbedaan itu tidak menjadi masalah.
Rute mana pun yang tengah kita jalani, duluankah atau belakangan kita memulai, cepat maupun lambat kita berjalan, selalu ada kesempatan untuk menghimpun amal saleh.
Toh, yang ‘menang’ bukan yang paling duluan sampai. Tapi yang paling banyak bawa muatan amal saleh selama perjalanannya. Biasanya kalau pengen dapet muatan banyak, perjalanannya pun bakal lebih berat. Semoga kita kuat.
2K notes · View notes
dust-particles · 5 years ago
Text
Belajar.
Semakin dewasa, kita belajar banyak dari orang sekitar kita. Dari orang tua, dari keluarga teman, dari kolega di kantor, dari banyak hal yang selama ini mungkin tak pernah kita dapatkan di sekolah. Dan justru, kebanyakan dari pelajaran itu lebih berguna bagi kita di kehidupan sehari-hari. Pelajaran-pelajaran praktis, sesuatu yang terlihat melalui perilaku dan perkataan seseorang. Sesuatu yang kemudian kita tiru dan terapkan dalam kehidupan kita dan kita merasakan dampak perubahannya. Kita memang tidak pernah bisa meniru jalan hidup orang lain, tapi kita bisa meniru kerja kerasnya, semangatnya, kegigihannya, daya juangnya.
Sampai hari ini, kita bahkan mulai belajar dari anak-anak kita sendiri. Dari wataknya yang seringkali mencerminkan diri kita. Dari kehadirannya yang membuat kita sebagai orang dewasa yang dipaksa menjadi lebih sabar, lebih telaten, lebih hati-hati dalam bertindak dan berucap karena anak-anak akan meniru kita.
Besok, kita akan lebih banyak belajar. Semakin banyak bertemu dengan orang lain, semakin banyak masalah yang kita hadapi. Kita belajar tentang kebijaksanaan hidup yang tidak pernah ada dalam textbook. Kurniawan Gunadi | 6 Januari 2020
1K notes · View notes
dust-particles · 6 years ago
Text
mengakui
saya selalu bilang bahwa orang-orang yang paling kuat adalah mereka yang selalu jujur. jujur kepada diri sendiri, jujur kepada orang lain, jujur kepada Tuhan, jujur dalam berkarya.
saya pikir-pikir lagi sekarang, rupanya mereka yang kuat adalah yang tidak hanya jujur, tetapi juga mau mengakui kejujurannya. mungkin kita semua pernah mengalami: berada pada situasi di mana kita seratus persen menyadari dan jujur akan apa yang kita rasakan dan ketahui, tetapi sangat sulit untuk mengakuinya. begitulah, mengakui kekurangan adalah sikap ksatria-ksatria.
mengakui bahwa pernah salah bersikap, salah berpikir. bahwa kadang keadaan memang sedang tidak baik-baik saja. mengakui bahwa orang lain lebih baik dari diri kita, mengakui bahwa ada hal-hal yang harus kita ubah.
satu hal yang pasti. kejujuran dan pengakuan tak ada artinya tanpa kita membuktikan. kalau mengaku diri masih harus banyak belajar, maka belajar adalah bukti pengakuannya. kalau mengaku diri kerap tidak peduli, maka peduli adalah bukti pengakuannya.
jujurlah. akui. dan buktikan.
478 notes · View notes
dust-particles · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Big Ben & Westminster Bridge, London (by Martyn Osborne)
894 notes · View notes
dust-particles · 6 years ago
Text
“Life advice: Always be the best person you can be. Be kind even when you’re tired. Be understanding even when you’re angry. Do more than you’re asked, and don’t ask for anything in return. Don’t silently expect anything either. Listen when someone talks, and really listen too, stop just thinking of how you’ll reply. Tell people that you love them and that you appreciate them. Go out of your way to do things for people. Be the greatest person you can possibly be and when you mess up, make up for it in the next moment or minute or day. One thing you should never do? Never spend your time trying to prove to anybody that you’re great, your actions will speak for themselves and we only have limited time on this earth, don’t waste it. If someone doesn’t see your light, don’t worry. Like moths, good people are attracted to flame and to light, and they will come.”
— Unknown
2K notes · View notes
dust-particles · 6 years ago
Photo
Tumblr media
London - England (by Judith) 
376 notes · View notes
dust-particles · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Haleakala - Hawaii - USA (by Achim Fischer) 
642 notes · View notes