Kalau kamu bukan anak raja dan bukan pula anak ulama besar, maka menulislah! (Imam Al-Ghazali)
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Ruang Tanpa Udara #end
Di dalam ruang yang sunyi, aku terdiam merasakan hati yang semakin lelah dengan perasaan ini. Aku bentangkan sajadah, aku sandarkan tubuh ini pada pemilik hati. Memeluk segala asa dan harap lalu aku serahkan kepadamu Ya Rabb. Aku menangis dalam sujud panjang, memohon ampun kepadaNya. Air mata mengalir deras di atas pipi dan mengingat semua dosa yang tanpa aku sadari menjauhkanku dari pemilik hati.
“Ya Rabb ampuni aku atas segala dosa, kelalaian, dan ketidaktahuan aku akan semua ini, maafkan aku yang terlalu mengagumi dia dan berharap banyak pada makhluk mu hingga aku mengesampingkan ibadahku pada mu Ya Rabb”
Dalam sunyi dan sepi, aku bersujud di atas sajadah. Keheningan malam membuat aku termenung seakan berdialog kepada Rabbku. Bercerita bagaimana caranya agar aku bisa memecahkan keresahan yang selama ini aku pendam sendiri.
Segala keluh dan resah aku ceritakan kepada mu Ya Rabb. Tetesan air mata membuat aku tenang dan ikhlas. Rasa ini seperti menerima bahwa aku memang sendiri di ruang kosong tanpa rindu.
Aku putuskan saat ini adalah hari terakhir aku bersedih karena hati. Tidak seharusnya aku berharap kepada manusia, hanya kepadaMu lah seharusnya aku menaruh harap. Mulai detik ini, aku hanya mengejar cintamu Ya Rabb. Melabuhkan hati hanya kepada engkau pemilik hati.
***
“Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan supaya mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui orang yang berharap kepada selain-Nya, Allah menghalangi dari perkara tersebut semata agar ia kembali berharap kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” (Imam Syafi’i)
“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS Al-Insyirah : 8)
***
Aku semakin tersadar, selama ini aku hanya berada di ruang kosong dan berharap dia akan menemuiku, berekspektasi kepada dia, dan menaruh rasa bukan pada tempatnya. Pada akhirnya, hanya kekecewaan yang aku dapatkan.
Aku telah dibunuh oleh ekspektasi yang telah aku bangun sendiri. Tidak ada rasa penyesalan, aku bersyukur pernah merasakan ini semua. Setiap detik aku berada di ruang tanpa rindu, sangat memberikan pelajaran yang berarti. Pelajaran untuk tidak berharap kepada manusia. Berharaplah kepada Allah azza wa jalla, ia pemilik hati serta dunia dan seisinya.
Saat ini, aku tidak memilih berjalan jauh meninggalkan ruang itu lagi. Namun aku memilih untuk berganti arah dan meninggalkan jalan yang tak akan membuat aku kembali.
-End
0 notes
Text
Ruang Tanpa Udara #2
- Lanjutan
Alya kembali mengerjakan pekerjaannya, ia harus selesai sebelum pukul 4 sore agar dibolehkan izin pulang lebih dulu. Di kantor Alya ada hak istimewa pegawai yang masih kuliah untuk mendapatkan izin pulang lebih cepat dengan syarat pekerjaan harus selesai. Alya mengorbankan waktu makan siangnya agar bisa menyelesaikan tugas.
Waktu menunjukan pukul 2 siang, Alya selesai 2 jam lebih cepat, ini kesempatan bagus. Alya bergegas ke ruang manajer untuk memberikan tugas. Saat sedang diperiksa manajer, ternyata banyak revisian yang harus Alya perbaiki. Tanpa membuang waktu, Alya langsung memperbaiki tugasnya.
Tepat pukul 4 sore Alya sudah menyelesaikan tugasnya. Alya langsung ke ruang manajer untuk memberikan revisian tugas. Alya menghela nafas panjang saat mengetahui tugasnya tidak ada revisi. Alya langsung meminta izin kepada manajer untuk pulang lebih cepat karena ada UAS.
**
Jarak kantor ke kampus Alya hanya 20 menit, bisa ditempuh dengan KRL. Tidak lama menunggu, kereta pun tiba. Waktu menunjukan pukul 16.20 WIB, belum banyak karyawan yang pulang dan KRL tampak sepi. Alya bisa istirahat sejenak dengan tenang di KRL.
Setibanya di ruangan BEM FE, Alya langsung menghampiri kak Satrio. Menanyakan kelanjutan project yang akan melibatkan Alya.
“Eh, Alya cepet juga belum ada jam 5 sudah sampai, kerjaan aman? kok bisa pulang cepet” ucap Kak Io sambil memberikan setumpuk buku ke Alya.”
“Iya aku ngebut kerjanya biar bisa pulang cepet, tapi aku bilangnya mau UAS. Ini apaan buku riset semua? kamu mau nyuruh aku riset?” ucap Alya dengan membuka setumpuk buku.
“Iya, aku percaya kamu bisa menyelesaikan project ini nanti dibantu sama Dinda dan Adi ya. Kalian setim. Kalau project ini lolos kalian akan mendapatkan 15 juta. satu orang akan dapat 5 juta. Tapi waktu nya hanya 7 hari, jadi aku harap kalian bisa bagi waktu dan kerja tim untuk menyelesaikan project ini.”
Kabar ini merupakan angin segar untuk Alya. Ia sedang membutuhkan tambahan dana untuk biaya semesternya, tapi bagaimana mungkin ini selesai 7 hari? Adi dan Dinda, mereka hanya sibuk sebagai mahasiswa pasti lebih punya banyak waktu luang. Berbeda dengan Alya yang harus membagi waktu untuk aktivitasnya.
Semua ini terasa melelahkan. Di kantor Alya sedang ada project baru, pasti pekerjaan akan lebih banyak dengan deadline yang berdekatan. Tapi demi pengalaman dan dana yang didapat, rasa lelah rasanya tidak sebanding. Alya berusaha untuk mengerjakan project organisasi dengan maksimal.
Adzan magrib berkumandang, Alya pergi meninggalkan ruang BEM menuju masjid. Ia teringat hari ini UAS dan belum belajar. Alya menghela nafas, ia gak paham UAS matkul hari ini, apa yang harus diisi nanti.
“Bismillah aja, semoga soalnya yang gue bisa, bukan soal sulit” ucap Alya dalam hati.
**
Pukul 9 malam UAS dua mata kuliah telah selesai. Alya pasrah dengan hasil ujian. Tak ada satupun soal yang ia pahami, semua soal sulit. Entah berapa nilai yang ia dapat. Membaca soal untuk memahaminya saja sudah menguras energi, Apa Lagi mengisi jawaban. Sudahlah hari ini sangat melelahkan.
Alya tiba di stasiun untuk pulang ke rumah. Namun, KRL jurusan Bekasi mengalami gangguan. Rasanya Alya ingin menangis, mengapa hari ini penuh kejutan dan sesak. Seperti tak ada ruang untuk bernafas.
- Bersambung
0 notes
Text
Ruang Tanpa Udara #1
kriinggg, kriiing, kriiing.
Alarm Alya berbunyi nyaring menunjukan pukul 07.00 WIB. Alya kaget, ternyata ia telat bangun. Berlari Alya menuju kamar mandi dan bergegas berangkat kerja.
Jam menunjukan pukul 08.00 WIB. Alya telat berangkat kerja. Senin pagi di Jakarta, penuh sesak manusia. Seperti biasa KRL sudah terlihat antrian panjang dari pagar. Semenjak pandemi Alya harus berangkat 30 menit dari biasanya hanya untuk mengantri masuk kereta. Ya maklum ada pembatasan di dalam gerbong, jadi dari pada berkerumunan di dalam, lebih baik mengantri di luar.
30 menit mengantri, akhirnya Alya masuk KRL Jakarta Kota. Jangan harap ketika berangkat kerja akan dapat tempat duduk, Alya sudah terbiasa berdiri di gerbong. Menunggu perjalanan tiba, Alya membuka buku catatan untuk UAS mata kuliah ekonomi pembangunan. Begitulah aktivitas Alya, Jam 08.00 - 17.00 dihabiskan untuk bekerja, dan pukul 18.30 harus bergegas untuk kuliah. Di umurnya 20 tahun, Alya gadis pemberani dan pekerja keras, ia tak pernah mengeluh walau harus mengorbankan masa mudanya. Bagi dia waktu yang dihabiskan saat ini adalah investasi masa tua. Walau rasanya ingin seperti anak muda lainnya, yang bisa kuliah sambil bermain tanpa memikirkan biaya lainnya.
**
“Alya, hari ini kita ada project dadakan, ini tugas untuk kamu. Bisa ya selesai sebelum pukul 4 sore”, kata manajer dengan memberikan setumpuk kertas. Alya hanya mampu menghela napas dan mengangguk.
“Gue kira bisa curi-curi waktu buat belajar UAS. Ternyata dapet boom.”
Saat mengerjakan tugas kantor, handphone Alya berdering menunjukan panggilan masuk dari “Satrio Ketua BEM FE”. Alya mengangkat telpon dan pergi meninggalkan meja kerja. Alya tidak ingin rekan kantornya mengetahui kesibukan ia sebagai pegawai dan juga mahasiswi yang aktif berorganisasi.
“Assalamualaikum kak Io, ada apa kak,” kata Alya yang bersembunyi di bilik toilet wanita.
“Alya, kamu bisa ke ruangan sekre jam 5 sore gak? atau jam 6 sore kalau gak bisa pulang cepat dari kantor”. Tanpa basa basi kak Io to the point menyampaikan maksud menelfon Alya.
“Alya lagi ada deadline sore ini, belum tahu akan selesai jam berapa, ada apa kak?”
“Kita ada project dadakan dari kemahasiswaan, kamu bisa ya ikut project menulis, Rencana jam 5 sore aku mau buat tim khusus untuk ikut ajang ini”.
Tanpa merespon langsung pernyataan kak Io, Alya hanya bisa menghela nafas panjang. Hari ini penuh dengan project dadakan, kenapa semua serba dadakan.
“Oke kak, aku usahakan sebelum jam 6 sore sudah sampai kampus ya.”
“Sip, gue yakin elu akan datang kok Al, gue tutup ya. thank you Alya.”
Apakah hari ini akan menjadi hari yang melelahkan? entahlah Alya rasanya tidak ingin mengeluh. Semua ini pilihannya untuk menjalani sebagai mahasiswi, pengurus organisasi, dan bekerja. Sudah menjadi prinsip Alya tidak mengeluh dengan aktivitas yang ia pilih. Walau terkadang Alya merasa lelah dan ingin seperti remaja pada umumnya, namun kondisi tidak menuntut ia untuk menjadi remaja yang lain.
-Bersambung
0 notes
Text
Menikmati Proses
Hai, kamu yang sedang membaca tulisan ini. Bagaimana kabar kamu hari ini? Semoga baik ya, tidak ada hal yang membuat kamu sedih.
Kamu pernah tidak, ingin mendapatkan sesuatu, tetapi kegagalan yang di dapatkan?
Misalnya gagal masuk perguruan tinggi negeri, gagal menjuarai perlombaan, gagal mendapatkan IPK terbaik, gagal masak rasanya jadi tidak enak, dan jenis kegagalan lainnya.
Bagaimana rasanya saat mengalami kegagalan? Sedih ya? Mau kecewa atau marah, tapi enggak tau harus marah ke siapa.
Enggak apa-apa kalau kamu mau marah dan kecewa, tapi jangan berlama-lama. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Kalau tidak gagal, kamu engga akan tahu apa yang salah dan kurang dari diri kamu.
Terkadang manusia berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkan hasil. Padahal hasil bukanlah pencapaian sesungguhnya. Pencapaian sesungguhnya adalah saat menikmati proses. Proses mengajarkan banyak hal yang membuat kamu tumbuh untuk mencapai target yang diinginkan.
Ingat, kamu akan tumbuh dan berkembang dengan baik saat menikmati proses dan belajar bangkit dari kegagalan kemarin.
Tanpa adanya proses, kamu tidak akan tumbuh seperti saat ini. Kegagalan hari kemarin adalah keberhasilan yang tertunda. Gagal sekali, dua kali, tiga kali, bahkan berkali-kali tidak apa-apa, jangan menyerah. Habiskan jatah gagal kamu, sebelum akhirnya kamu menikmati hasil. Evaluasi apa yang kurang, sehingga kamu gagal.
Jangan menyerah saat kamu gagal, bangkitlah dan nikmati proses ini, karena proses mengajarkan banyak hal yang membuat kamu tumbuh lebih baik dari kemarin :)
0 notes
Text
Kesempatan yang Hilang
Ketika menjalani hidup, menggapai impian, dan melihat peluang, pernah tidak kamu merasakan kehilangan peluang itu? Peluang yang menjadi kesempatan diri kamu tumbuh dan berkembang. Kesempatan yang orang lain inginkan, tapi kamu belum menyadari istimewanya kesempatan itu
Kamu berpikir kalau kesempatan itu akan datang lagi, tapi nyatanya kesempatan tidak datang kembali. Kesempatan itu hilang, karena kamu melewatkan begitu saja. Kamu pun menyadari kesempatan itu begitu berarti, saat kamu berusaha mendapatkannya, tapi kamu belum bisa menggapainya. Kamu pernah kan mengalaminya? Setiap orang pasti pernah merasakannya, walau berbeda kondisi.
Misalnya, ada orang yang kehilangan kesempatan berkuliah di luar negeri, karena ada dermawan yang membiayai. Kehilangan kesempatan jalan-jalan ke luar negeri, karena memenangkan hadiah. Kehilangan kesempatan menerbitakan buku, karena ragu untuk memulai. Kehilangan kesempatan untuk menikah dengan sosok idaman, karena kamu merasa belum siap. Kehilangan kesempatan untuk mengajak liburan orang tua, karena deadline pekerjaan menumpuk. Kehilangan kesempatan membeli barang impian saat promo, karena kamu menunda membelinya. Serta masih banyak lagi jenis kesempatan yang hilang, karena kamu menganggap kesempatan itu akan datang kembali.
Apakah kamu salah satu yang merasakan kehilangan kesempatan? Jika iya, bagaimana perasaan kamu saat melewatkan itu? Bagaimana perasaan kamu saat mengetahui kesempatan itu hilang dan tidak akan datang kembali? Sedih ya? Mau marah tapi enggak tahu harus marah ke siapa? Kecewa dengan diri sendiri? Gak apa-apa, kamu nangis aja, keluarkan energi negatif itu, jangan dipendam ya.
Terkadang, hidup berjalan untuk memilih dan merelakan. Memilih ketika kesempatan dan peluang hadir, atau merelakan kesempatan dan peluang itu pergi. Tidak ada yang sia-sia, hargai setiap pilihan yang kamu pilih. Relakan setiap kesempatan yang tidak kamu pilih. Rasa menyesal pasti ada, itu wajar. Namun, terus berlama-lama dengan penyesalan juga tidak baik. Jadikan pelajaran agar kamu lebih peka dengan kesempatan yang ada, jangan menunda sesuatu yang baik itu datang.
Sedih dan senang itu berjalan beriringan. Jika hari kemarin kamu sedih, maka hari ini kamu senang. Jika hari ini kamu sedih, maka hari esok kamu senang. Take your time, sedih, kecewa, dan marah itu wajar, tapi jangan berlama dalam kesedihan. Hargai setiap pilihan yang kamu ambil, dan hargai setiap kesempatan yang datang. Jangan lupa tersenyum! :)
-DwiRhayu
0 notes
Text
Masa Terindah
"Semasa SMA kita sering curhat dan nongkrong, tapi sekarang udah gak sama," ucapku dalam hati ketika melihat foto semasa sekolah.
Waktu yang membosankan saat itu menjadi moment yang aku rindukan saat ini. Kebersamaan kita memberikan ruang rindu di hati.
Ternyata benar kata orang, saat kita berumur 20 tahun ke atas, circle pertemanan semakin kecil. Teman nongkrong dulu, satu persatu mulai pergi. Aku mulai paham, hidup tidak hanya tentang pertemanan, tapi ada kewajiban lain yang harus dijalankan. Mereka pun mulai mengejar mimpi dan cita-cita. Satu persatu teman semakin sibuk, tidak sama seperti dulu.
Masih teringat jelas dibenak aku, saat pulang sekolah kami tidak langsung pulang tapi pergi ke mal hanya untuk nonton bioskop. Setelah pulang nonton, main ke rumah aku untuk mengerjakan tugas, terus ngobrol hal random, sampai bahas hal serius.
Aku pun masih mengingat, saat class meeting kami sekelas hujan-hujanan untuk menonton sepak bola antar kelas. Anak laki-laki bermain sepak bola, dan anak perempuan memberikan dukungan. Kami bersorak ria memberikan dukungan, saling berteriak layaknya pertandingan timnas. Tidak peduli hujan atau panas, yang terpenting kami saling mendukung.
Rasanya senang sekali hidup dengan kebersamaan tanpa memikirkan beban. Kalau pun ada beban pasti tentang tugas sekolah, ketemu guru killer, dan galau masalah cinta, sesimpel itu zaman dulu.
Rasanya ingin menyapa mereka di media sosial, tapi aku ragu. Teman-teman sudah mempunyai circle baru dan kesibukan barunya. Aku pun ingin mengajak bertemu, tapi aku takut menganggu aktivitas mereka.
Ternyata benar masa sekolah khususnya SMA adalah masa paling indah. Usia remaja memberikan banyak kenangan dan pelajaran. Usia dimana belum dewasa, namun dituntut untuk memikirkan masa depan.
Dulu aku ingin sekali cepat lulus, cepat kerja, ingin punya uang sendiri dan pengen dewasa. Namun, faktanya aku ingin kembali ke masa sekolah.
Jika ada kesempatan, bolehkan aku mengulang kembali satu minggu ke masa sekolah?
0 notes
Text
Tidak Ada yang Terlambat
Pernah tidak kamu ngerasa tertinggal dari teman lainnya? Mereka sudah melangkah jauh, tapi kamu masih di garis yang itu-itu saja. Saat itu, kamu seperti menyesal kenapa membuang waktu dengan percuma. Mereka sudah memulai, tapi kamu masih bingung bagaimana cara memulainya.
Contohnya, kamu lulus kuliah S1 tahun 2018, lalu teman-teman sudah mengambil S2 di tahun 2019, 2020, atau 2021. Namun, kamu baru akan kepikiran S2 di 2022. Saat teman-teman sudah wisuda, kamu baru mau daftar kuliah S2. Terus kamu nyesel, kenapa enggak mulai S2 dari tahun sebelumnya. Kamu pun merasa kalah dan tertinggal dari mereka.
Sadar enggak sih, di dunia ini tidak ada kompetisi untuk menang atau kalah selain ajang perlombaan. Kalau kamu lagi lomba makan kerupuk, terus teman sudah habis sedangkan kamu belum, itu wajar. Perlombaan ada yang menang dan kalah, ada yang unggul dan tertinggal. Berbeda dengan kehidupan, kita hidup bukan untuk berkompetisi dalam pencapaian karir atau harta. Semua manusia di dunia mempunyai timeline-nya masing-masing. Setiap manusia mempunyai musim dan waktunya sendiri.
Analoginya seperti buah, kalau lagi musim rambutan, pohon rambutan akan berbuah, begitu pun saat musim durian. Pernah denger enggak musim rambutan, tapi yang tersedia di pasar malah buah durian atau mangga semua? Enggak kan? Semua musim buah sudah diatur berdasarkan porsi dan waktunya, tidak ada yang mendahului. Sama halnya dengan hidup, setiap manusia mempunyai waktunya masing-masing. Tidak ada yang tertinggal dan tidak ada yang unggul. Semua sudah ditetapkan berdasarkan porsinya.
Kalau dipikir-pikir, kenapa sih kita selalu membandingkan diri dengan teman sebaya? Kalau menurut saya, karena sejak zaman sekolah dari SD sampai SMA, selama 12 tahun, kita mulai perjalanan di waktu yang sama. Misalnya masuk SD bareng, nanti lulus SD nya juga bareng, begitupun sampai SMA. Sampai akhirnya pola pikir “timeline sama” melekat hingga dewasa. Sebab itu lah yang akhirnya membuat orang-orang membandingkan dirinya dengan orang lain.
Sekarang, enggak usah dibandingkan lagi ya! Kamu istimewa dengan cara dan waktumu sendiri. Apabila kamu mau memulai ditahun ini, tidak apa-apa kok kamu gak terlambat. Teman yang lebih dulu mulai, jadikan sebagai motivasi bukan jadi bahan “insecure”.
Lakukan suatu hal yang kamu sukai atau belum pernah dilakukan. Stop bandingkan diri dengan orang-orang! Yang mengetahui siapa kamu, bagaimana kemampuan kamu, dimana tempat terbaiknya, kapan harus memulai, itu semua yang tahu hanya diri kamu. Jadi mulailah apa yang ingin kamu mulai, tidak ada yang terlambat selama waktu masih berputar.
-Dwi Rahayu
0 notes
Text
Siapa yang Salah? (2/2)
-Lanjutan
Aku masuk ke dalam kamar, menutup pintu dan menguncinya. Tidak lama kemudian, Ibu mengetuk pintu, "Nak, bolehkah Ibu masuk?"
Aku langsung membuka pintu dan memeluk Ibu dengan erat, "Ibu, aku gak mau kerja. Aku ingin menikmati masa menjadi mahasiswa. Kenapa Ayah mengambil keputusan sendiri?" Ucapku yang menangis dipelukan Ibu.
Ibu menjelaskan alasan Ayah melakukan itu semua. Ternyata Ayah ingin aku mandiri sejak kuliah, tidak bergantung pada orang tua lagi. Ayah memiliki ketakutan yang besar terhadap masa depan anaknya dan tidak ingin kamu hidup susah.
Aku paham, orang tua melakukan ini semua untuk kebaikan anaknya. Aku pun menyesali mengatakan Ayah egois. Faktanya Ayah tidak egois, Ayah hanya takut akan masa depan dan ingin melakukan yang terbaik untuk aku.
Kejadian ini menyadarkan aku, kenapa Ayah takut akan masa depan anaknya. Sejak dulu aku memang tidak menceritakan master plan hidup, semua aku pendam sendiri. Ibu dan Ayah selalu menanyakan terkait target dan impian aku, tapi aku selalu menjawab tidak tahu atau ikuti arah saja. Padahal aku menyimpan seribu rencana untuk masa depan.
"Lalu, aku harus bagaimana Ibu? Aku tidak ingin kerja saat ini," tanyaku.
"Esok pagi, kamu sampaikan kepada Ayah, apa yang kamu inginkan dan rencanakan. Cari titik tengah antara keinginan kamu dan Ayah."
"Baik, Ibu," jawabku sambil memeluk erat Ibu.
Aku bersyukur memiliki orang tua dengan karakter yang berbeda. Ayah sangat tegas dan disiplin, sedangkan Ibu memiliki sifat lembut dan penyayang. Dua karakter yang berbeda, tapi saling melengkapi.
Aku semakin paham, tidak ada orang tua yang egois. Orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, tak heran kalau segala cara sering dilakukan. Namun, terkadang caranya tidak sesuai dengan keinginan anak.
Perbedaan pendapat antara orang tua dan anak, terjadi karena kurangnya komunikasi antara mereka. Tidak keterbukaan satu sama lain dapat menyebabkan perbedaan persepsi dalam bertindak.
Yuk, jaga komunikasi anak dan orang tua!
0 notes
Text
Siapa yang Salah? (1/2)
Ketika aku baru pulang kuliah. Tiba-tiba Ayah bertanya, “Desi, kamu jadi kan kerja di bperusahaan UYH?”
‘’Iya jadi Ayah, setelah lulus aku kerja di UYH ya,” jawabku.
“Loh kenapa harus menunggu lulus, tahun ini kamu bisa kerja dan kuliah. Ayah sudah kirim berkas kamu ke HRD yang kebetulan teman ayah. Lusa kamu akan dihubungi untuk proses wawancara formalitas, aslinya kamu sudah diterima kerja di sana.”
Aku terkejut dengan pernyataan Ayah. Tahun ini aku baru semester empat, sedang asik menikmati masa kuliah.
“Ayah kenapa gak bilang sama aku dulu? Kenapa mengambil keputusan sendiri?” kataku dengan kesal.
“Ayah tidak mengambil keputusan sendiri, kamu sendiri yang bilang ingin bekerja di sana. Ya sudah Ayah bantu. Usia kamu masih muda untuk memulai karir di sana. Pihak perusahaan juga memberikan kesempatan untuk mahasiswa bekerja sambil kuliah.”
Aku memang pernah bilang ke Ayah ingin bekerja di perusahaan UHY tapi saat aku sudah lulus, bukan saat kuliah. Sekarang aku masih menikmati masa-masa menjadi mahasiswi yang aktif organisasi, menikmati pusingnya mata kuliah dan mengikuti berbagai konferensi mahasiswa.
“Lusa nanti aku tidak akan mengikuti proses wawancara. Ayah saja yang wawancara sana!” Kataku dengan kesal dan pergi meninggalkan Ayah.
Aku paham, Ayah sangat menginginkan aku bekerja di sana, tumbuh dan berkembang di perusahaan internasional. Namun, tidak seperti ini caranya. Kenapa tidak ada diskusi sebelumnya? Bolehkah aku menyebut ayah egois? mengambil keputusan sendiri tanpa berdiskusi. Padahal aku yang akan menjalaninya, bukan Ayah.
0 notes
Text
Perubahan yang Cepat
Apakah kamu pernah bertemu atau merasa pada diri sendiri mood yang gampang berubah? 10 menit yang lalu senang, tiba-tiba jadi bad mood. Kamu tidak menyadari perubahan mood itu, semua terjadi begitu saja. Tidak bisa diprediksi dan datang tiba-tiba. Padahal di hari itu, kamu berharap bisa happy dan tertawa, tapi hanya karena kejadian kecil bisa merubah mood kamu. Akibatnya lingkungan sekitar tidak enak dengan suasana hati seperti itu.
Kamu tau gak apa nama perubahan mood yang cepat itu?
Iya! namanya moody. Menurut Cambridge Dictionary, moodiness atau moody adalah kualitas berubahnya suasana hati yang tadinya senang, bisa berubah dengan mudah jadi marah. Perlu kamu ketahui, menurut The British Journal of Psychiatry, perubahan mood atau moody lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dan banyak dialami oleh usia 16-24 tahun.
Semua orang pasti pernah mengalami moody. Perubahan mood terjadi karena munculnya suatu hal atau kejadian yang tidak nyaman di hati. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan orang moody, diantaranya:
Kurang tidur
Faktor genetika
Terlalu banyak tekanan
Masa pubertas
Gangguan kejiwaan
Ketika kamu sedang merasa moody, it’s okay. Jangan dilawan atau tidak menerima suasana sedih. Perubahan mood itu normal, bukan sebuah aib yang harus ditutupi. Perubahan mood terjadi saat tubuh merespon suatu hal sehingga tubuh mengeluarkan energy negatif atau positif.
Jadi kalau kamu lagi merasa moody, it’s okay ya. Tidak masalah kalau kamu lagi sedih tiba-tiba senang, itu normal, tandanya tubuh kamu sudah bekerja sesuai fungsinya.
Namun, kalau moody kamu berlangsung terus menerus dan mengganggu aktivitas, coba diskusikan dengan ahlinya atau mengikuti kelas mentoring perubahaan mood.
0 notes
Text
Quarter life crisis
Hai, kamu yang sudah memasuki usia kepala dua. Bagaimana dengan mimpi kamu? Target financial? Karir? masih tetap berproses kan?
Kamu pernah tidak merasa kesepian, hampa dan tertekan? Tapi kamu gaktau apa penyebabnya. Kamu juga tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ketika melihat media sosial, teman-teman seangkatan sudah memiliki karir yang sukses, menikah, mempunyai anak, dan bisa liburan ke luar negeri. Seharusnya kamu senang melihat kabar bahagia itu, tapi faktanya kamu merasa tertekan.
Kalau kamu sedang merasakan itu, bisa jadi kamu sedang mengalami Quarter Life Crisis (QLC). Quarter life crisis merupakan kondisi yang umumnya menimpa di usia 20 sampai 30 tahun, dimana mereka merasa kesepian, bingung, cemas, dan khawatir dengan tujuan hidupnya.
Survei yang dilakukan LinkedIn, 75% orang berusia 25 sampai 35 tahun mengaku pernah mengalami quarter life crisis. Walau menjadi hal yang biasa terjadi, bukan berarti kamu menjadi biasa saja ketika fase QLC menghampiri hidup kamu.
Quarter life crisis terjadi karena pengaruh lingkungan sekitar dan pencapaian orang-orang yang dibagikan di media sosial. Sehingga, kamu merasa tertekan dan mengeluh dengan kondisi yang sekarang.
Pada umumnya, orang yang merasakan quarter life crisis mengalami energy negatif, seperti kekhawatiran berlebih, kecemasan, mengeluh, dan takut akan kondisi masa depan. Semua energi negatif itu hadir karena adanya berbagai tuntutan dan tekanan dari orang di lingkungan sekitar. Tuntutanan dan tekanan itu biasanya tentang pencapaian hidup, karir, dan financial.
Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam Quarter Life Crisis:
Fase Pertama, kamu akan merasa terjebak dalam suatu kondisi, baik itu dalam pendidikan, pekerjaan, asmara atau ketiganya. Kamu akan merasa berada di suatu keadaan yang begitu menjerat dan tidak mudah untuk keluar dari zona tersebut.
Fase Kedua, Pada fase ini kamu akan merasa dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik. Ketika sadar akan posisinya yang rentan, kamu berusaha keras untuk mengejar target dan mengubah segalanya menjadi lebih baik. Berhati-hatilah dalam melangkah karena jika kamu gagal dalam fase ini, maka akan kembali ke fase pertama. Bahkan bukan tidak mungkin dengan tingkat depresi yang lebih berat.
Fase Ketiga, Pada fase ini munculah keinginan untuk memulai kehidupan yang baru. Hal ini terjadi saat kamu berhasil mencapai satu target dalam hidup. Contoh, ketika seseorang berhasil meraih gelar sarjana, maka akan timbul perasaan lega, bangga dan puas telah melewati fase perkuliahan. Hal ini tidak berlangsung lama, karena setelahnya dia akan merasa harus memupuk semangat lebih tinggi agar untuk mencari pekerjaan impian atau melanjutnya studinya ke jenjang yang lebih tinggi.
Sumber : https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/literasi/tentang-quarter-life-crisis-dan-cara-terbaik-untuk-melewatinya/amp/
0 notes
Text
Caraku Menulis
Suatu hari aku mengikuti sebuah seminar mengenai karakter menulis. Aku membuat catatan kecil untuk diterapkan. Sekarang, aku akan membagikan catatan yang telah aku buat.
Seorang penulis harus memiliki karakter disiplin artinya ia konsisten dalam menulis, lalu berani menetapkan tujuan untuk apa dia menulis
Bagaimana caranya menulis?
1.Perbanyak membaca buku
Membaca buku kita belajar Susunan kalimat dan memperbanyak kosakata serta memperluas diksi.
2. Membaca situasi
Seorang penulis harus peka terhadap keadaan. Ia mampu memahami lingkungan sekitar sehingga tulisannya akan related dengan keadaan di lingkungan.
3. Perbanyak pengalaman
Semakin sering mengikuti event atau komunitas menulis akan membuat kita semangat untuk menulis.
Menulis secara sadar
1. Disiplin terhadap waktu yang dialokasikan untuk menulis
2. Berantakan untuk memulai nulis apa pun itu yang ada di pikiran, walau belum memiliki gambaran detail.
3. Lakukan revisi ketika tulisan selesai dibuat satu waktu.
4. Hindari distraksi dengan mencari tempat dan posisi yang nyaman.
5. Jangan membaca ulang tulisan di waktu yang bersamaan dengan waktu menulis.
Menulis secara tidak sadar
1. Memahami diri sendiri, lebih menyukai untuk menulis di hp atau notes kecil
2. Ide bisa muncul kapan saja, ketika ide muncul langsung ditulis, jangan ditunda.
3. Percaya diri, kalau sudah komitmen menulis harus menyempatkan untuk menulis di tengah kesibukannya.
4. Hindari menulis nanti saja, karena kita tidak bisa menjamin ide akan muncul.
5. Kalau kamu suka menulis dikertas, pastikan untuk selalu membawa kertas.
0 notes
Text
Ikhlas dan Menerima
Hidup berjalan mengikuti arah yang ditentukan. Tidak selalu manis dan mulus, terkadang asam dan pahit hidup bisa datang kapan saja. Hal yang tidak pernah terduga, bisa menghampiri kapanpun. Manusia hanya bisa merencanakan, tapi Allah yang menentukan jalannya. Disaat yang direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan, terkadang hati sulit untuk menerima.
Tidak mudah memang harus menerima kenyataan pahit yang tidak diharapkan. Butuh waktu dan proses sehingga seseorang bisa memahami apa yang terjadi. Belajar untuk ikhlas bisa mendapatkan ketenangan hati. Selain itu, dengan cara ikhlas kamu bisa memahami arti kesabaran.
Kenapa Allah mengajarkan kita arti kesabaran?
"Dan barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia." (Q.S As-Syura: 43).
Ternyata dalam surah As-Syura: 43, Allah menyuruh kita sabar karena itu perbuatan yang mulia, bahkan di surah Al-Furqan: 75 Allah memberitahu kalau orang yang sabar akan diberi balasan yang tinggi dalam surga.
“Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya," (Q.S Al-Furqan: 75).
Menerima kenyataan dengan ikhlas dan sabar dapat menenangkan hati dan pikiran, tapi tidak semudah itu untuk ikhlas dan sabar. Iya tidak mudah, karena hadiahnya pahala dan surga.
Sekarang sudah paham kah mengapa Allah mengajarkan arti ikhlas, sabar, dan menerima?
InsyaAllah sudah paham, karena tertulis dalam Al-quran hadiah bagi orang-orang yang ikhlas dan sabar.
Ikhlas, sabar, dan menerima menjadi tiga kata yang tidak dapat dipisahkan. Mereka saling berkaitan dan menguatkan dalam setiap takdir.
0 notes
Text
Tidak Baik-Baik Saja
Bagaimana rasanya teman yang tertawa bersama kamu ternyata menyimpan luka yang dalam? Ia tersenyum untuk menutupi tangis dalam hati.
Banyak hal yang telah dia pendam, tapi memilih untuk tidak menceritakan pada siapapun. Selalu berpura-pura tidak terjadi apa-apa, berusaha untuk terlihat baik, padahal dia sedang tidak baik-baik saja.
Semua berjalan seakan dia bahagia. Tertawa tanpa beban, berbagi dengan sesama, dan tersenyum indah.
Hingga akhirnya, dia tidak sanggup menanggung sendirian. Bahagia seperti tidak berpihak padanya. Mencari tempat pelarian untuk bercerita, menjadi solusi keresahan hatinya.
Sesak di dada, rasa takut, kawatir, sedih bisa datang kapan saja. Tidak mengenal waktu dan tempat.
Tiada yang menyangka, ternyata selepas tertawa bersama. Saat malam hari, ia harus menangis mengingat semua kejadian jahat yang menimpanya.
***
"Ayu dimana? gue kerumah ya."
5 menit kemudian, dia dateng kerumah. Aku kira dia akan main seperti biasa namun dihari itu berbeda. Dia menangis sambil memeluk aku.
Suasana hening seketika, tidak ada suara selain tangisan yang sesak seakan menyimpan luka begitu dalam.
"Tita, lu kenapa? ada apa," ucap aku sambil memeluk erat dia.
"Aku gak sanggup mendem ini sendirian, gaktau harus cerita kemana lagi. Aku lelah ay."
"Yaudah sekarang coba ceritakan pelan-pelan, ya. Apa yang terjadi sampe nangis kaya gini," Ucapku mencoba menenangkan Tita.
***
Aku terkejut mendengar ceritanya, tidak pernah menyangka ataupun menduga dia kuat melewati ini sendiri.
Bagaimana bisa aku sahabatnya sendiri tidak tahu bahwa dia menyimpan trauma dan ketakutan yang cukup besar.
Beruntung dia masih dalam lindungan Allah. Saat ia harus menjadi korban broken home dan melihat langsung kekerasan diantara orang tua nya, Tita berada dalam lingkungan tepat. Tita memilih mengikuti organisasi kemuslimahan untuk mendapatkan perlindungan hati.
Tidak ada alasan lain dia mengikuti kemuslimahan selain menjaga hatinya tetap terjaga, disaat rumah tidak menjadi tempat pulang.
3 notes
·
View notes
Text
Hai, Kamu
Kamu sedang membaca tulisan ini. Apa kabar dengan mimpi kamu? Bagaimana proses nya? Sudah berapa banyak pengorbanan? Ada kendala gak? Terasa sulit ya untuk menggapainya? Gak papa kok kalau sulit, terasa berat memang.
Hai, tarik nafas dulu.Kamu udah mulai lelah ya? Terasa sesak di dada, gak papa nangis aja. Jangan memaksa tersenyum. Ambil jeda, Aku tau kamu lelah.
Kamu gak lupa cara bahagia kan? Sudah berhenti dulu, kakimu lelah. Pundakmu juga butuh istirahat. Gelar sajadah, bersujud ke maha pencipta. Sampaikan lelah dan resahmu pada pemilik semesta. Kalau kamu bingung, buka Al-quran ya. Mungkin kamu akan menemukan jawaban di sana. Kamu bisa melanjutkan kembali, saat lelahmu hilang, walau gak berkurang. Jangan nyerah ya, aku tau kamu bisa :)
Kamu ingat kan janji Allah?
"Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman." (Al-Imran:139)
Kalau lelah, gakpapa. Ambil jeda dulu ya, tapi jangan berhenti. Kamu mau nangis? Nangis aja. Ambil wudu ya, tuangkan dalam sujud panjang.
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar-Rad: 11)
0 notes
Text
Aku Tidak Sepi, Aku Hanya Rindu (3)
Cuaca Malang yang dingin membuat aku terbangun dari lelapnya tidur, aku cek jam ternyata baru jam 02.10 WIB, hahh aku kira sudah masuk waktu subuh, ternyata belum. Aku liat Nia, Dewi, dan Ida masih tidur nyenyak dengan selimut tebalnya. Aku mencoba untuk pejamkan mata kembali, namun tidak bisa. Akhirnya aku keluar kamar villa untuk mengambil cemilan di dapur. Saat aku melangkah keluar kamar, terdengar lantunan ayat suci Al-quran yang merdu. Aku pun keluar dan mendekati asal suara itu, aku menengok ke segala sudut, ternyata di mushola dalam villa Adi dan Eza sedang membaca Alquran bersama di tengah malam yang sunyi. Hati ini tersenyum melihat Adi membaca Alquran. Aku melangkah mendekati mereka, seakan ingin menyapa dan bergabung, namun kaki ini terhenti dan tidak ingin mengganggu. Akhirnya aku melanjutkan langkah menuju dapur untuk mencari makan. Aku duduk di ruang Tv sambil mendengar tilawah Adi dan Eza.
Aku melamun di ruang TV dengan cemilan keripik singkong sambil mendengar suara tilawah Adi dan Eza, hati ini merasa tenang mendengar suara ngaji ditambah suasana kota Malang yang sunyi dan sepi semakin membuat aku menikmati suara ngaji mereka. Kalau diingat, sudah lama rasanya Aku tidak mendengar lantunan Alquran, bahkan aku terakhir membaca Alquran 2 bulan yang lalu hehe lama memang Aku terlalu sibuk dengan urusan kantor sehingga untuk baca Alquran tidak sempat.
“Ayy”
“Ayy kok nggak tidur”
“Ayuu” teriak Adi sambil mencolek bahu aku dengan botol minum
“Haa apaa”
“Ngapain kalian di sini?” aku yang kaget melihat Adi dan Eza sudah didepan mata
“yee kita yang nanya, kamu ngapain jam segini di ruang tv bukannya di kamar tidur, malah mau tidur disini” ucap Eza yang sudah mengambil keripik singkong di tangan aku.
“Aku kebangun, terus nggak bisa tidur lagi”
“Ya udah cari makan di dapur terus bengong deh depan tv”
“Kamu kenapa sih Ay, aku perhatiin dari kemarin menyendiri terus, kita lagi liburan loh urusan kantor jangan dibawa kesini” muka Adi yang mulai serius seperti seorang ayah menasehati anaknya
“Ya kali urusan kantor aku pikirin pas liburan, nggak kok”
“Udahlah cerita sama kita, Aku perhatiin emang dari kemarin nih anak bengong mulu, kamu nggak kesambet kan Yu? ucap Eza yang mulai meledek.
“nggak kok, sumpah emang mau melamun aja”
“Melamun tuh bikin tenang” kat aku yang masih berusaha menutupi rasa sepi.
“Kamu sholat tahajud dulu gih Ay, masih jam 3 pagi, waktu yang bagus untuk sholat, kamu ceritain apa yang kamu rasain di waktu tahajud karena keutamaan sholat tahajud itu bagus loh, dan berdoa di waktu ini bagaikan anak panah yang tidak melesat”
Lagi dan lagi kata-kata Adi selalu buat tenang, dan hati ini tersenyum senang mendengar nasihat itu. Ah Adi selalu memberikan perhatian yang tidak disangka.
“Sholat tahajud bisa buat hati sepi jadi ramai nggak sih?”
“Bisa menjawab kenapa hati merasa hampa padahal ada ditengah keramaian nggak sih?” tanya aku yang mencari jawaban atas kesunyian hati.
“Jangankan merubah suasana hati, ketika kita meminta kepada Allah dan menjalankan perintahnya selain kita mendapatkan pahala, semua urusan akan Allah mudahkan”
“Sebagaimana firman Allah SWT, (yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram. surah Ar-Ra'd ayat 28”
“Kalau Ayu sedang merasa sepi, sunyi, hampa padahal ditengah keramaian berarti hati Ayu yang kosong, coba diingat kapan terakhir baca Alquran, bangun sholat malam, sholat 5 waktu tepat waktu, dan kapan terakhir sholawat serta dzikir kepada Allah?. Dunia ini penuh tipu daya, kita dibuat sibuk olehnya dan meninggalkan akhirat, padahal kehidupan yang abadi adalah akhirat. kalau Ayu merasa sering sepi dan hampa itu tandanya sinyal dari Allah, agar Ayu kembali mengingatnya walau di dunia banyak urusan yang harus diselesaikan” kata Adi yang serius memberikan aku nasihat.
Aku tidak bisa menjawab nasihatnya, merenung mendengar nasihat dari Adi, apa yang ia katakan benar. Aku terakhir melakukan ibadah sunnah, tahajud itu 4 bulan lalu saat bulan Ramadhan, bahkan membaca Alquran terakhir 2 bulan lalu, sholat wajib pun aku sering di akhir waktu karena harus menyelesaikan tugas kantor.
“Gitu ya di, jadi solat bisa menjawab kesepian hati Aku ya?”
“Iya Ayuu, coba sekarang ambil wudhu terus sholat sebelum Adi memberikan nasihat lagi” ucap Eza seakan meledek Aku.
Lalu, aku mengambil air wudhu dan melakukan sholat malam, di malam yang dingin diatas sajadah aku menceritakan kesunyian yang aku rasakan, kegelisahan, kehampaan dan ketakutan yang terus menghantui aku. Tidak terasa air mata jatuh, aku seperti anak kecil yang sedang menangis mengadu kepada orang tua. Aku membuka lembaran Alquran dan mulai aku baca, aku pahami setiap arti tiap ayat. dan berhentilah aku pada satu surah At-Taubah ayat 40, “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita melalui dukungan dan pertolongan-Nya.”
Aku mulai tersenyum, kesepian dihati seakan terjawab, bahwa aku tidak kesepian dalam keramaian, namun aku yang sudah lama jauh dari Allah. Aku tidak sepi, aku hanya rindu beribadah kepada mu Ya Rabb. Pagi ini aku merasakan suasana yang berbeda, cuaca cerah mendukung suasana hati yang membaik. Tangisan di sepertiga malam tepat diatas sajadah menjawab semua kesunyian yang aku rasakan.
End
0 notes
Text
Aku Tidak Sepi, Aku Hanya Rindu (2)
Semua orang tertawa dan bernyanyi. Aku pun menikmati suasana malam. Kebersamaan yang hangat sehingga dingin malam tak terasa. Namun, mengapa sesak di dada menusuk keramaian?Mengapa sakit yang kurasakan ketika berbohong dengan diri sendiri? Malam ini, aku tidak bahagia dan tidak tertawa. Hati ini sunyi, sepi, sendiri, takut, dan resah. Apa yang terjadi padaku? Mengapa rasa ini begitu menyakitkan saat aku ada dalam keramaian?
Perlahan, aku menjauh dari teman-teman. Tidak ada yang menyadari ketika aku pergi ke tepi pantai mencari jawaban mengapa rasa sepi ini sangat menusuk. Menusuk raga yang aku pun tidak tahu mengapa rasa sepi dan sunyi ini hadir.
Aku berlari mengejar ombak yang menjauh dari bibir pantai, yang berteriak memanggil. Mengapa aku merasa sepi? Mengapa hati ini sedih? Mengapa aku tidak mengetahui apa yang terjadi? Aku ingin menangis, tetapi air mata tidak jatuh. Aku ingin mengeluarkan sesak di dada, tetapi mengapa aku tidak bisa melampiaskan? Ada apa dengan diri ini? Aku menjatuhkan dengkul ke pasir pantai. Terdiam dan menunduk, seakan-akan ingin memaksa air mata untuk jatuh membasahi pipi, mengalir bersama derasnya ombak. Aku berusaha untuk menangis, tetapi mengapa air mata tidak jatuh? Apakah aku merasakan kesepian dalam keramaian?
“Ayuuu, jangan jauh-jauh! Sini gabung bersama kami. Apa yang kamu lakukan?”
“Ayu, apa yang sedang kamu lakukan?”
“Cepat kemari! Ikan bakar sudah matang.”
Aku menoleh mencari sumber suara yang terdengar keras itu. Semua temanku berteriak. Mereka sedang asyik membakar ikan yang kami beli siang tadi. Kaki ini, aku melangkah menghampiri mereka dengan langkah berat meninggalkan bibir pantai. Perlahan, langkahku makin mendekati mereka dan perlahan pula rasa sepi makin sakit.
“Ayo, lari, Ayu, nanti kamu kehabisan!” teriak sahabatku, Nia.
Aku berlari sambil mengusap setetes dan dua tetes air mata yang jatuh membasahi pipi.
“Ah, apa aku menangis?”
“Akhirnya, air mata ini jatuh,” ucapku tersenyum dan mengusap air mata sambil berlari ke arah mereka. Dua jam berlalu, aku menikmati jagung bakar, menyanyi bersama, tertawa, bahkan bercanda. Anehnya, aku tertawa sambil menangis. Menangis bahagia dan sedih. Semua sudah bercampur jadi satu pada malam yang dingin. Malam ini adalah malam terakhir kami menginap di Pantai Selok, Malang.
-bersambung
0 notes