echitatow
echitatow
ECHITATOW
85 posts
segala tulisan yang tertuang menjadi saksi pertumbuhan beragam lini kehidupan penulisnya
Don't wanna be here? Send us removal request.
echitatow · 12 days ago
Text
Pelajaran baru tentang dewasa : Nggak semua emosi harus dilawan. Ada masanya kita butuh proses terima, mencerna, dan ketawa kecil menghadapi lautan perbedaan.
Berbeda watak, cara tumbuh, dan prosesi berteman, sangat jelas menghasilkan manusia yang berbeda juga. Komunikasi yang lancar dikombinasikan jiwa yang di tenang cukup jadi solusi ketika timbul perbedaan.
0 notes
echitatow · 1 month ago
Text
Bersandar
Kita perlu tahu diri, bahwa kegiatan "bersandar" punya batas waktunya. Contoh, "kapal bersandar di pelabuhan". Nggak mungkin sepanjang waktu sebuah kapal diperbolehkan berdiam diri. Akan ada masanya "kebijakan" untuk berpindah tempat harus diberlakukan, bisa karena keadaan, atau kondisi kapal yang sudah habis masanya.
Tapi ini bukan tentang kapal.
0 notes
echitatow · 3 months ago
Text
Dunia dikejar nggak ada habisnya. Energi ke kuras, tapi hasil kadang gak selaras. Akhirnya kami sepakat untuk memetakan prioritas. Memberi jeda dan waktu untuk keluarga, membuat quality time yang berkualitas.
Lucunya … yang kemarin kami kejar, justru datang dengan sendirinya (atas izin Allah). Mungkin benar ungkapan ini :
“When you gets your priorities right, everything else falls into place “
Biidznillah… Dan ini gak terjadi sekali dua kali.
Saat omset lagi turun, kami kembali mengecek kewajiban ke anak-anak dan hubungan antar kami. Mungkin perlu di recharge agar keridhoan dan ke hangatan kembali menyelimuti. Hingga doa doa tulus bisa menembus arsy-Nya.
0 notes
echitatow · 5 months ago
Text
Tidak semua emosi harus dilampiaskan dengan berapi api. Ada beberapa yang perlu dipikir dulu, dikelola dulu, baru di salurkan dengan penuh kesadaran.
Pada level tertentu dalam kehidupan, kamu akan dituntut untuk mengupgrade kecerdasan intelektual. Kolaborasi ketenangan dan keilmuan akan menciptakan langkah dan tindakan yang tepat.
0 notes
echitatow · 5 months ago
Text
Aku sering berdoa dengan hal yang spesifik. Yang ku rasa jauh dan sulit untuk terwujud. Tapi, sesering itu pula ketika doaku menjelma dalam realita, aku justru memilih mundur. Tidak memilih pilihan itu. Karena dititik doaku hadir, dititik itu pula aku justru keraguanku besar.
Untungnya, istikharah menjadi pintu keyakinan yang menjadi bala bantuan Allah. Sekarang aku berdoa sapu jagat. Doa keteguhan iman, kaya raya dan tidak miskin (harta dan jiwa), jadi penduduk syurga, barokah umur, ketenangan hidup, keluarga sehat soleh Solehah, dan bisa sedekah sebanyak banyaknya. Bagaimana caranya biar Allah yang mengatur.
0 notes
echitatow · 8 months ago
Text
Segala ikhtiar yang membuatku letih ditengah jalan, memaksaku berhenti untuk evaluasi. Bahan bakar terbatas, sedang tujuanku masih panjang. Ternyata, dengan penuh keikhlasan dan kelapangan hati, aku mengakui bahwa aku terlalu mengandalkan diriku sendiri. Fokus strategi, fokus eksekusi, tapi aku sempat lupa bahwa Allah yang punya hak prerogatif atas takdir hambaNya
0 notes
echitatow · 8 months ago
Text
Penipu Ulung
Sadar nggak sih, orang dewasa itu adalah orang yang paling pandai untuk berbohong, entah berbohong kepada orang lain ataupun menipu diri sendiri. Saat ditanya, "Apa kabar?" jawabanya "Baik-baik saja". Padahal mungkin baru saja terluka. Seolah-olah menjadi dewasa itu dituntut untuk tampak baik-baik saja seterusnya, tak peduli seberapa hancur hidup kita. Padahal baru saja dihajar oleh pasangannya di rumah, kdrt. Padahal baru saja dimaki-maki atasannya di kantor. Padahal baru saja kehilangan sesuatu yang berharga.
Padahal pernikahannya sudah tak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal banyak sekali hal yang ditakutkan dalam hidupnya, menjelma menjadi rasa khawatir yang terus menekan sebagai trauma. Dan tetap berusaha bertahan seolah semuanya baik baik saja. Tanpa bisa melawan, tersandera pada ketakutan-ketakutan hidup akan masa depan nanti seperti apa. Kepiawaian untuk menipu itu telah menjadi mahir. Seolah menjadi salah satu keterampilan yang memang harus dimiliki oleh orang dewasa. Hingga tidak terasa, semua itu telah melekat menjadi tabiat. Hingga setelah menjalaninya bertahun-tahun, menyadari betapa hilangnya diri sendiri. Diri yang dulu pernah ada dalam diri kita beberapa tahun lalu, saat menjadi anak-anak yang jujur, saat memiliki mimpi-mimpi yang besar, saat ketakutan dalam hidup tidak lebih dari gelapnya malam atau ke toilet sendirian. Sepandai itu hingga orang-orang di sekitarnya merasa bahwa kita beruntung. Dan kita membalasnya dengan senyum tipis sembari mensyukurinya. Benar-benar piawai sekali menipu diri. Takut dan malu jika orang lain mengetahui sisi terapuh, tak ingin seorang pun tahu apalagi menolong. Tak ingin semuanya tahu bahwa cita-cita yang dulu menjadi mimpi yang dibicarakan bersama, ternyata tidak pernah menjadi nyata. Justru menjadi luka-luka yang menganga. Menjadi trauma yang menggerogoti diri. Hingga tak lagi mampu membedakan antara kenyataan dan asumsi. Sungguh pandai orang dewasa menipu dirinya. Mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi hidupnya penuh dengan rasa kalah. (c)kurniawangunadi
323 notes · View notes
echitatow · 1 year ago
Text
Seni Berbicara
Mungkin dulu aku terlalu kekanakan, tidak paham bagaimana menghadapi lawan bicara. Tapi sekarang, lisan ini lebih menjaga diksi. Khawatir terpeleset atau tak sesuai maksud hati. Karena aku berulang kali bertemu manusia dengan lisan seenak mereka. Melukai hati lawan bicaranya dan tanpa rasa bersalah mengatasnamakan "orang dewasa".
Kadang aku masih belajar. Sering frustasi menghadapi emosiku sendiri. Gigit lidah, gigit jari. Sangking aku berusaha menahan lisan dan tangis dibalik geram. Beberapa manusia memang tidak bisa diajak bicara baik baik. Mungkin, karena hidup mereka terlalu banyak luka.
Sepertinya cara menghadapi mereka cukup sederhana. Dengam membekali lisan penuh dengan kalimat istighfar untuk bala bantuan Allah berupa sabar.
0 notes
echitatow · 1 year ago
Text
Tentang Perempuan
Sebelum menikah, aku sempat mendengar curahan hati dari seorang teman. Bunyinya begini :
Kalau emang suami gue nanti gak bisa provide kebutuhan gue, minimal banget dia ngasih izin gue buat provide kebutuhan gue dan keluarga
Saat itu aku mengiyakan dalam hati tentang statementnya. Pikirku, itu bentuk dukungan satu sama lain. Kebutuhan tetap berjalan, jadi kalau emang sama sama belum sanggup kenapa ngga saling backup aja?. Kira kira begitu.
Tapi, setelah menjadi istri dan ibu, aku kembali memikirkan hal ini. Ternyata, ada kebahagiaan luar biasa saat ada laki laki yang berjuang untuk provide kebutuhan keluarganya. Ada perasaan diperjuangkan dan disayang-sayang yang tidak bisa digantikan dengan "kita provide kebutuhan sendiri". Dan ini bukan tentang "mau terima beres" tapi ini tentang fitrah perempuan.
Mungkin itu alasan dibalik kewajiban suami harus memberi nafkah. Perjuangan mereka ngga main main, dan ganjarannya pun luar biasa. Laki laki dengan kefitrahannya untuk menjadi garda terdepan keluarga (segala aspek termasuk provide banyak hal), dan perempuan dengan kefitrahannya yang mau dimanja dan disayang. Semuanya sama sama berjuang diatas kefitrahannya.
Kalaupun ditengah jalan pernikahan masih harus saling backup, itu masalah yang beda. Yang terpenting adalah laki laki memperlihatkan kegigihan mereka dalam berjuang untuk mengusahakan yang terbaik untuk keluarganya. Ini gentlemen dalam level yang berbeda.
Dan ini, alasan seorang istri melangitkan banyak doa untuk kegigihan suaminya. Semakin suaminya berusaha, semakin merasa dicintai. Baarokallahu fiik 🤍
0 notes
echitatow · 1 year ago
Text
"Ada Allah, Umma"
Seringkali jemari kecil itu menyaksikan ibunya sesenggukan sendiri. Bukan karena perlakuan manusia, tapi sering kali hatiku menjadi sempit karena beberapa hal yang tak sesuai ingin hati. Sebagai seorang ibu dengan beragam peran di tempat lain, seringkali tenagaku habis beriringan dengan kesabaran yang tergerus. Tapi, dengan kemudahan akses parenting yang kudapat, membuat aku lebih mudah belajar mengontrol diri untuk tidak meluapkan apapun ke anak dan pasangan. Sekuat hati kucoba untuk mengontrol diriku sendiri. Tapi sesering itupula, secara tidak sengaja, sulungku melihat aku menangis sesenggukan.
"Ada Allah, umma". Kalimat yang menyejukkan dan menghujam hatiku dalam waktu bersamaan. Terimakasih sayang untuk pengingatnya. Tentu segala yang teringat dalam benaknya bukan semata mata karena parenting kami, tentu didukung lingkungan dan keluarga besar yang mendidik agar selalu mengembalikan segalanya pada Allah.
Alhamdulillah, baarokallah fiikum.
0 notes
echitatow · 1 year ago
Text
Allah yang Memegang Hati Anak Kita
Pertengahan Mei ini menjadi pelajaran berharga untukku sebagai orangtua. Bahwa seberjuang apapun orangtua memberikan pendidikan agama terbaik untuk anaknya, hanya jadi sebatas ikhtiar pertanggungjawaban amanah Allah. Tapi tentang hasil tidak menjadi jaminan.
Background pesantren besar, hafalan belasan juz, dan segudang ilmu yang hadir ternyata tidak menjamin kualitas anak kita. Allah yang memegang hatinya. Maka, selain berikhtiar menempatkan ananda di lingkungan yang baik, jangan sampai lalai untuk mendoakan hatinya. Agar segala ilmu yang terserap bisa diaplikasikan.
Seiring dengan bertumbuhnya mereka bersamaan dengan tingkatan agamanya, semoga tercermin kesantunan sikap, kelemahlembutan tutur kata, kerendahan hati, dan tetap teguh memegang sunnah dimanapun ia berada.
@echitatow
0 notes
echitatow · 1 year ago
Text
Hari-hari buruk yang terasa sempurna seringkali menenggelamkan rasa syukur. Kesulitan-kesulitan yang hadir mampu menghujam jantung hingga dada sesak bernafas. Tapi, seseorang yang "mendengar seksama" dan "pasang badan" menjadi pembuktian kebenaran firman Allah bahwa --setelah kesulitan ada kemudahan--. Salah satunya kemudahan berupa datangnya orang tulus yang meringankan kesulitan dunia di hati, biidznillah.
@echitatow
0 notes
echitatow · 1 year ago
Text
Aku kira makna sekufu dalam pernikahan hanya sekedar background keluarga dan standar keilmuan. Yang tentunya berujung pada baiknya komunikasi karena "yang dimiliki serba setara".
Nyatanya lebih dari itu. Juga tentang pandangan hidup untuk saling bertumbuh dengan arah yang sama, tentang semangat saling memperjuangkan, saling melapangkan sesulit apapun pernikahan, dan menerima pasangan sebagai makhluk yang tidak sempurna.
@echitatow
0 notes
echitatow · 1 year ago
Text
Sepertinya, akan ada satu kurikulum dasar yang harus kami ajarkan pada anak anak kami. Yakni, keahlian dalam mendengarkan. Sederhana tapi banyak makna. Kali ini bersinggungan dengan empati dan kecerdasan menempatkan diri.
Banyak hati manusia yang terlalu penuh derita, sehingga tidak mampu mendengar cerita saudaranya dengan utuh. Tidak "adu nasib" akan menjadi tahap kedewasaan baru.
@echitatow
0 notes
echitatow · 1 year ago
Text
Ditengah diskusi dan evaluasi pernikahan, kami menemukan satu titik syukur karena kapal ini sering "terselamatkan".
Dari sekian ribu ketidakcocokan dan perbedaan, selalu ada hati yang saling menerima. Ternyata, tidak cocok dan tidak selalu sama, tidak masalah. Asal bukan prinsip dasar yg saling kami pegang.
@echitatow
0 notes
echitatow · 1 year ago
Text
Gesekan yang hadir antar manusia semata-mata karena perbedaan pandang. Kadang karena karakter, kadang masalah penyampaian, kadang sekedar tentang waktu. Kalau sudah dipihak yang sama, biasanya sih akan berdamai juga.
Dimana letak keunikan hidup jika segalanya serba seragam? Bagaimana kepuasan hidup bisa timbul jika tidak menempuh ujian?
@echitatow
0 notes
echitatow · 1 year ago
Text
Segala yang kita genggam hari ini, barangkali adalah yang kita impikan dulu. Yang kita doakan hadirnya. Yang kita pinta dengan kesungguhan.
Amanah yang butuh dirawat dengan baik. Sebagai upaya membantu diri sendiri kelak. karena "segala yang digenggam akan dipertanggungjawabkan".
@echitatow
0 notes