Text
"Until we meet again"
This really took a twist on me. And then there you were, standing in front of me, gazing at me with your embers of the heart eyes. I will never forget the color of held promises... Not the one I was expecting, but somehow, the timing feels just right.
~M"M
34 notes
·
View notes
Text
Menemukan Ruang Spiritualitas Diri
Kurang lebih tiga bulan terakhir, aku merasa dalam ketidakpastian yang begitu melelahkan. Rasanya seperti berjalan di tengah kabut tebal yang tak kunjung sirna. Ketidakpastian yg aku rasakan itu, perlahan membuatku mempertanyakan kembali semua keputusan yang pernah aku jalani. Membuat satu per satu keyakinan mulai runtuh, dan mulai meragukan kemampuanku sendiri. Harapan yang dulu terasa begitu besar kini mulai pudar. Api yang biasanya menggerakkan jiwaku, perlahan redup. Dan entah sejak kapan, aku mulai merasa kosong. Aku sudah mencoba berbagai cara untuk menenangkan diri. Aku bercerita ke orang-orang terdekat. Lalu juga mencoba berbagi dengan mereka yang mengalami hal serupa, berharap bisa saling menguatkan. Tapi ternyata, itu belum cukup. Karena semakin ke sini, aku sadar yang aku hadapi itu merupakan pertarungan dari dalam diri. Sesuatu yang tak bisa diselesaikan dari luar saja.
Sampai akhirnya, perjalanan ke Solo-Jogja seolah menjadi napas ditengah kekalutan. Perjalanan singkat ini memang berada tepat di ujung waktu, atau beberapa hari sebelum pengumuman penting tentang kelanjutan karierku. Rasanya perjlanan ini seperti kesempatan yang baik untuk sedikit meredakan semua hal yang mengganjal. Meskipun hanya tiga hari, ternyata perjalanan ini meninggalkan kesan yang jauh lebih dalam dari yang aku duga.
Di Solo, aku menghabiskan waktu bersama beberapa teman yang sudah lama nggak ketemu. Rasanya menyenangkan sekali. Kami banyak tertawa, banyak bercerita. Energi dan hatiku yang sebelumnya terasa kosong, perlahan terisi kembali. Rasanya seperti diingatkan bahwa aku masih punya ruang untuk tertawa lepas, meski di tengah masa yang terbilang enggak cukup baik ini.
Di sela perjalanan itu, aku juga mengikuti misa Jumat Pertama di Solo. Sesuatu yg bikin aku gak nyangka yaitu, renungannya begitu selaras dengan apa yang sedang aku rasakan. Rasanya seperti ada bisikan pelan yang bilang, “You can get through this.” Saat menyimak renungan itu, kegelisahanku emang nggak langsung hilang. Tapi ada perasaan ringan yang muncul. Ada rasa penerimaan yang tumbuh pelan-pelan, bahwa mungkin memang ini jalan yang harus aku lalui. Bahwa ini adalah takdirku. Dan aku pasti bisa bertahan.
Terus ada satu momen lagi yang benar-benar membekas. Saat di Jogja. Di tengah perjalanan ke stasiun untuk kembali ke Jakarta, aku menemukan pengamen yang tengah menyanyikan lagu rohani: "Waktu Tuhan pasti yang terbaik, walau kadang tak mudah dimengerti." Dan kembali lagi, aku diiingatkan.
Di tengah segala kebingungan dan kehilangan arah, pertanyaan-pertanyaan yg sering muncul dalam batinku: “Sebenernya, rencana Tuhan tuh mau bawa aku ke mana?” “Tuhan pengennya aku gimana sih?” Di detik itu, aku tau semua kebetulan ini bukan tanpa arti. Melalui momen demi momen selama perjalanan ini berlangsung, aku merasa Tuhan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu lewat cara-Nya yang lembut. Lewat tawa bersama teman-teman, lewat misa yang menyentuh hati, hingga lewat suara pengamen di pinggir jalan.
Perjalanan ini mengingatkanku bahwa aku nggak benar-benar sendirian. Bahwa dalam diam dan dalam sepi, Tuhan tetap hadir. Ia menjawab, Ia menenangkan. Dan meski aku belum tahu ke mana langkah ini akan membawaku, aku mulai percaya lagi… bahwa semua akan baik-baik saja pada waktuNya. -Agustus 2025-
1 note
·
View note
Text
Been romanticizing random moments a lot lately. Guess it's a bit too much now
Time to stop.
0 notes
Text
Sharing a Path, Silently
There’s a quiet corner in my mind that brightens up with a gentle thought.
Not for something romantic or shining moments, but the simple silent beats and footsteps. Sharing the same space for a moment, a feeling between two unknown souls.
No whispers shared, no stories told. Just a little kindness, like a seat offered without a sound. Knowing somehow what was needed.
I sat down, and the world kept moving. But something stayed A warmth, A subtle echo, A piece of quiet memory woven into daily life.
No names to call, no faces to find. But somehow, a part of me still saves a seat for the thought of you.
Maybe... someday or somewhere in another life i'll be sharing a seat with you - Jakarta, 23 Mei 2025-
0 notes
Text
Not Sure What That Was
There's a kind of longing that doesn’t make any logical sense.
Like missing something i’ve never actually had.
Not a person. Not a memory.
But a feeling.
A space that’s never been filled,
Yet its absence feels so familiar.
It creeps in quietly,
Like a song i’ve never heard before
But somehow remember.
It's a longing for a connection you’ve never felt,
A love you’ve only imagined,
Or a version of yourself that you’ve never had the chance to become.
And that makes it even more confusing.
Because how do you explain missing something you’ve never known?
Maybe that’s why it feels so strange.
Some days, it feels like a soft ache in the background.
Other days, like a question i’ll never find the answer to.
What am i yearning for?
Who am i waiting for?
Maybe it’s not even about someone else.
Maybe it’s just a version of me
That i’ve never gotten to be.
It's strange, isn’t it?
To feel homesick for something that never existed.
But still, the feeling lingers.
And maybe it always will.
Jakarta, 9 Mei 2025
0 notes
Text
2024: A Year in Echoes
Memulai 2024 dengan rasa syukur dan suka cita dalam diri. Ternyata kedua hal itu, jadi bekal yang cukup ketika menjalani kehidupanku sampai diakhir tahun. Sebagian besar pengalaman baik atau buruk yang aku tulis disini, mungkin sudah pernah dibagikan lewat platform lain atau kuceritakan langsung secara personal. Tapi disini, aku akan mencoba untuk bercerita lebih dalam tentang serangkaian hal yang membuat Tahun 2024 menjadi tahun yang berkesan di hatiku selamanya.
Tahun ini aku ketemu SHINee dibeberapa kesempatan. Pengalaman ini masih kayak mimpi buatku. Doa dan impianku selama ini, terwujud ditahun ini. Aku merasa cukup bangga sama pencapaianku ini, selain karena bisa ketemu SHINee setelah 15 tahun suka, juga karena bisa ketemu mereka berkat kerja keras sendiri itu rasanya nggak main-main, ya kan? Haha
Tapi selain ngalamin hal menyenangkan karena ketemu SHINee, aku juga ngalamin beberapa hal yang kurang baik selama tahun 2024. Dalam setahun ini aku kabur 2 kali karena gak kuat dengan hiruk pikuk, dan suasana sesak di perantauan. Yang pertama di pertengahan tahun aku sempat ngerasa kewalahan sama semua yang aku jalanin. Udah mulai sensitif, sering nangis dan kepikiran aneh-aneh karena dihantam realita yang bikin stress. Terus kebetulan waktu itu aku emg mau pergi ke Singapura lagi, buat nonton NCT Dream. Yaudah deh aku pergi kesana. Tapi kali ini aku pergi sendiri, tanpa ngasih kabar ke banyak orang. Bahkan keluarga aja taunya pas aku udah balik dari sana. Aku tau ini bukan hal yang baik. Saat itu kepalaku lagi penuh banget. Aku sampe gak kepikiran buat ijin keluarga. Rasanya cuma pengen ngilang aja sebentar. Perjalanan ke Singapura yang kedua ini sebenernya bukan cuma nonton konser aja, tapi jadi perjalanan kontemplasi buatku. Aku pergi sendiri ke banyak tempat buat sekedar duduk melamun, dan menikmati suasana sekitar. Aku sangat menikmati perjalanan itu. Dimana aku punya waktu luang untuk diriku sendiri tanpa harus mikirin perkataan, kelakuan orang-orang yang bikin gak nyaman dan sakit hati hahaha. Ya walaupun pas balik ke Jakarta tetep kewalahan dan stres karena dinyinyirin lagi dan aktivitas keseharian yang makin ga karuan sih. Makanya gak lama dari perjalanan itu, aku kabur lagi. Yang kedua aku kabur ke Jogja, nemuin Icak dan Cella. Sama seperti perjalanan kabur sebelumnya, keluargaku gak ada yang tau (sampe skrg juga gatau sih kayaknya). Aku liat pantai lagi setelah 2 tahun penantian. Wow perjalanan yg menyenangkan. Karena aku bisa menghabiskan beberapa hari di Jogja bersama orang-orang terdekat. Untungnya gak lama setelah kepulangan dari Jogja. Hal-hal yang bikin stress itu lebih mereda. Aku jadi lebih kuat buat “bodo amat” sama mereka yang nyakitin.
Di bulan September, aku memetik “buah” yang aku tanam 4 tahun lalu. Untuk Mas Paul, terima kasih atas pupuk berupa komitmen dan tanggung jawab yang diberikan buatku selama 4 tahun penantian. Terima kasih juga untuk Mas Tinus dan Mas Paza, sudah memberikan support sehingga buah ini bisa kupetik dengan elok.
Nah yang menarik menurutku di Q4 2024. Somehow di kuarter terakhir ini terasa lebih mendingan dibanding sebelum-sebelumnya HAHAHA IYKYK. Ada beberapa momen yang membekas kaya, ngerayain ulang tahun sendiri di kost dan ada pula momen membagongkan yang terlalu ruwet buat diceritain. Intinya, aku tau kok orang-orang yang dateng cuma pas ada butuhnya doang. Entah buat kesenangan pribadi atau apalah itu. Kataku sih berhenti betingkah kayak gitu sih. Sebelum aku makin ilfeel dan ga respect. Tolong lebih dewasa dan bijak lagi dalam berelasi sama orang lain.
Di kuarter ini aku pertama kali ngerayain Natal sendirian di perantauan. Pertama kalinya, tanggal 24 Desember 2024 kerja dulu, baru sore ijin pulang cepet terus misa malam Natal, mana sendirian lagi. Padahal sebelum-sebelumnya selalu sama keluarga. Bareng-bareng jalan kaki dari rumah ke gereja trs setelah misa selesai langsung makan bersama. Lumayan ngerasa kesepian sih natalan sendirian disini. Tapi cepat terobati, karena untungnya di tanggal 25 Desember 2024, aku diminta Cilla dan mamahnya buat dateng ke rumahnya. Mereka masak ketupat sayur dan ayam curry buat aku. Karena mereka tau, aku gak pulang waktu Natal. Terima kasih ya Cilla dan mamahnya, aku terharu dan seneng banget karena ditemenin waktu natal dan masakannya enak. Aku juga jadi ga terlalu ngerasa kesepian deh. Ini jadi pengalaman Natal di perantauan yang berkesan buatku. Natal kemarin bisa dibilang merupakan batu loncatan untuk lebih dewasa lagi. Gak tau kesambet apa tapi akhirnya aku bisa menurunkan egoku untuk bilang maaf sama mereka yang ada di masa lalu. Ya walaupun aku masih ngerasa gak fair atas 2 tahun kemarin. Tapi, terkadang kata maaf malah justru lebih berarti untuk sang pemberi, karena itu membawa kelegaan yang mendalam. Jadi itu kulakukan yang utama demi kelegaan diriku. Hasilnya, syukur ternyata disambut dengan baik. Gak berharap muluk-muluk untuk kedepannya. Tapi semoga kami bisa sedikit mendekatkan jarak ini hehehe.
Jadi itu semua serangkaian hal yang manis, asam, garam kehidupan 2024. Tetap disyukuri bisa terlewati dengan baik dan sehat. Ya walaupun rada rada stress dikit (namanya juga namanya juga). Aku udah ikhlas sama semua hal baik dan buruk yang menimpaku di tahun 2024.
Harapan di 2025, semoga sehat fisik dan mental menjalani 2025 yang lebih challenging. Semoga makin tekun menabung dan rajin kelas dance biar bisa keren kayak Cilla sama Nessa HAHAH. Terus semoga bisa jalan-jalan sendiri lagiii. Yang paling utama semoga makin dijauhkan sama yang engga-engga. Dan didekatkan sama yg iya-iya
Makasih udah baca ceritaku!!
Sampai jumpa, semoga bahagia selaluu
0 notes
Text
Kembang- Kembang di sudut Kota.
Beberapa tahun lalu sewaktu aku pergi ke Bandung, aku pernah berfoto di samping lukisan bunga matahari yang sangat cantik. Saking cantiknya lukisan itu, setelah pulang dari Bandung akupun jadi sangat suka pada bunga matahari. Dan aku pun mencurahkan kecintaanku terhadap bunga matahari kedalam sebuah tulisan. Di tulisan itu, ada bagian dimana aku berharap semoga kelak aku bisa seperti bunga matahari, yang menurutku terang dan menenangkan.
Kupikir-pikir lagi, ternyata harapan itu lugu, polos, sekaligus naif sekali. Karna diriku yang saat itu gak pernah tau, bahwa di perjalanan hidupku selanjutnya banyak sekali hal tidak terduga yang terjadi. Gak pernah tau, bahwa jangankan untuk menjadi terang dan menenangkan, berdiri kokoh di kakiku sendiri aja, seringkali aku gak sanggup lakukan. Lambat laun setelah berbagai "peristiwa" itu hadir nyata di hidupku, akupun menyerah pada harapan itu. Aku gak lagi berharap untuk jadi bunga matahari di lukisan itu.
Beralih ke waktu ini....
Saat aku sudah merantau di Jakarta, dalam keseharianku ketika di perjalanan pulang pergi ke kantor. Aku menyadari kehadiran sebuah bunga yang menarik perhatianku. Biasanya aku melihat bunga ini dari dalam busway, saat sedang terjebak kemacetan. Tumbuh di tengah jalan sebagai sebuah pembatas. Diantara kendaraan yang sedang berlalu lalang. Menghirup udara kotor yg sama denganku. Gak cuma di tempat itu, aku juga sering liat bunga ini tumbuh di tepian kali Jakarta. Bunga yang sering aku jumpai ini berwarna merah muda. Kesan pertama yang membekas pada bunga ini adalah seringkali memunculkan perasaan terpana. Karena bunga ini seolah menyatu dengan hal-hal di sekitarnya. Warnanya yang merah muda, kontras sekali jika disandingkan dengan kali yang hitam pekat itu. Ketika aku melihat bunga ini, hatiku menemukan harapan. Bunga yang kumaksud yaitu bunga bougenville.
Bougenville ini mungkin sering tak dilirik orang. Bisa jadi karena orang-orang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak peduli. Atau bisa jadi juga karena ia tidak secantik bunga matahari yang ketika orang melihat langsung muncul keinginan untuk mendekati atau membuat orang berani merogoh kocek agar bisa dimiliki. Walau begitu bougenville di tempat itu, tetap mengembangkan kelopak-kelopaknya dengan elok. Bahkan ketika layu atau kering, ia tetap berdiri disitu. Gak peduli mau ada yang memperhatikannya atau tidak, ia terus ada, hadir dengan caranya sendiri memberi warna untuk sekelilingnya.
Sering kali saat ini aku malah merasa mirip dengan bunga bougenville itu. Karena betul aku menyadari bahwa aku gak "secantik" bunga matahari yang aku idamkan sebelumnya. Betul, ternyata aku tidak bisa selalu menjadi terang dan menenangkan. Betul juga bahwa dengan adanya diriku, apa yang aku rasakan termasuk kebahagiaan dan kesedihanku bisa jadi bukan suatu hal yang besar bagi orang lain. Namun setidaknya kehadiranku masih memiliki makna bagi diriku sendiri dan (semoga) bagi orang lain juga hehehe
Pendewasaanku kali ini hadir dalam bentuk kembang-kembang sederhana yang tumbuh di sudut kota.
Jakarta, November 2024
0 notes
Text
To: Someone that used to be in my life
It's been 2 or 3 years since we are not that close anymore, but i hope you are happy right now. I miss you. I miss us.
Friendship break-ups hurt too
No matter how many times I learn this lesson, friendship break-ups hurt just as much as romantic ones if not more-so depending on the situation.
It hurts and the grief of it is very real.
I want to believe people can talk through conflict, can learn to forgive, to hold oneself accountable for their actions, to do better, and heavens know I try hard myself.
But we are all human beings, and we will fuck things up. This is an inevitable aspect of being a human being.
No one is perfect. No one will be able to ever say things perfectly, act perfectly how another wants it, or do anything perfectly. That is an impossible standard.
I don't believe in the one strike and you're done rule, but I'm also a fool who tends to give people infinite opportunities until my heart is shredded and bleeding.
And yet I still hope that healing is possible.
Friendship break-ups are real. The grief of that is painful. If any of you are experiencing it, know that you are seen.
You are heard. Your pain and grief is very real. It's okay to cry, to find a safe and secure place to discuss it, and it's okay to take time to recover and heal.
Grief has it's own timetable. It cannot be rushed.
Just know you're not alone in feeling it.
You are worthy of care, of being heard, of being respected, of being loved.
Take your time, and I will do my best to remember this as well.
39 notes
·
View notes
Text
We deserve a life that doesn't require constant escape.
Entah sejak kapan, aku mulai kesusahan menulis lagi. Tulisan ini adalah hasil dari percobaan yang aku paksakan berkali-kali. Alasan aku kesusahan menulis, karena seringkali aku kehilangan energi tiap memulai. Baik itu menulis sesuatu yang menyulitkan ataupun yang menyenangkan dalam hidup sekalipun.
Lalu tentang kehidupanku..... hmm ini bagian paling sulit dicurahkan ke dalam bentuk kalimat. Oke, mungkin ini terbaca klise atau bahkan cringe, tp serius. Aku belum menemukan kalimat yang tepat menggambarkan selain kalimat ini
"Aku sedang dipaksa keadaan untuk baik-baik saja"
(Nanti kalau aku menemukan kalimat yang lebih pas dan lebih keren daripada ini, akan aku revisi haha)
Beberapa waktu ini, aku sangat kewalahan dengan apa yang kujalani. Semua yang aku lakukan gak berjalan sesuai seperti apa yang diharapkan. Kekecewaan, rasa bingung dan putus asa sering menyelinap di keseharian hidupku. Kadang aku nangis sendirian sampai tidur menyapa. Kadang cuma bisa diam, melamun, saking gak punya energi buat mencurahkan semuanya. Gara-gara ini aku jadi iri sama diriku di masa lalu.
Dulu saat aku sedang mengalami fase yg sulit, aku punya banyak waktu untuk pulih secara perlahan. Kalau sekarang, aku merasa gak bisa berlama-lama dalam kesedihan. Banyak hal lain yang harus diselesaikan. Alhasil semua perasaan negatif itu menggunung dan menunggu untuk dituntaskan secepat mungkin. Karena aku sudah pasti tidak bisa melenyapkan perasaan itu secara cepat, maka aku butuh distraksi.
Aku gemar mencari distraksi. Semua tempat yg aku suka, akan kuusahakan untuk datangi. Hal ini semata- mata biar aku gak gila dengan semua perasaan negatif yg semakin erat mendekapku. Sangat bersyukur karena masih ada kesempatan untuk melakukan perjalanan-perjalanan yang menyenangkan itu. Aku pergi ke banyak tempat dengan harapan bahwa mungkin saja, perjalananku akan membawaku pada sebuah ketenangan. Tapi tidak bisa dipungkiri tiap aku kembali , perasaan sedih penuh sesak itu datang lagi. Lambat laun aku mengerti, kalau aku gak akan pernah bisa menemukan ketenangan yang aku cari. Karena ternyata semua perasaan itu asalnya dari dalam diriku. Jadi memang hatikulah yang "bermasalah".
Belakangan aku merasa semakin buruk. Destruktif. Mulai mendepak kehadiran beberapa orang (aku minta maaf) dan menunjukkan sikap yang sulit didekati. Aku hanya tidak ingin keadaanku yg seperti ini membuat mereka tidak nyaman. Maka kupikir lebih baik bila aku menarik diri. Kesehatanpun juga sama. Tanda-tandanya datang lagi. Sebenernya aku sangat takut dengan apa yang dialami sekarang. Apakah ini relapse? aku kurang tau. Yang pasti, semua yang terjadi ini mirip dengan yang aku rasakan saat itu.
"Apa yang akan aku lakukan selanjutnya?"
Entah, bisa jadi aku kabur lagi seperti yang sudah sudah hahaha. Atau bisa jadi mencari pertolongan lain. Belum tau. Semua pikiran ini terlalu bercampur dengan hal lain. Overwhelmed.
semoga masih bisa bertahan dan gak gila beneran....
Beneran.
Agustus 2024
0 notes
Text
its so fucking hard
can anyone save me?
can i save my self from this?
0 notes
Text
Do you know why we are sometimes disappointed?
Because we believe that others are willing to do what we would do for them.
533 notes
·
View notes
Text
I think one of the kindest things you can do for people with various mental health struggles is just... let people back into your life after they've been absent for a while.
Making friends as an adult is so fucking hard already and isolating yourself from other people is a very common symptom of depression, anxiety, burnout, ocd, trauma, grief, etc. Which means that someone will do the hard work of recovery/healing and resurface back into a world where their previous friends have written them off because they stopped showing up.
So if you know someone where you're like "yeah we could have been better friends but they fell off the map a bit" and that person suddenly reaches out, or starts showing up to events even though you kind of forgot they were still in the group chat... well they may have been Going Through It and you don't actually have to punish them for their absence you can just be glad that they're back.
69K notes
·
View notes
Text
Arus Waktu
Aku sedang kesulitan. Lelah ini tak kunjung mereda. Ada banyak hal yang ingin aku luapkan tapi entah kenapa gak bisa. Kepalaku rasanya mau pecah. Semoga ini bisa kuhadapi dan teratasi dengan baik. Tolong doanya, semoga aku kuat selalu.
0 notes
Text
224
Kedamaian seringkali menjadi angan belaka
Ketenangan menjadi sukar datang
Dalam sepi semua mencari
Dalam riuh semua memburu
Dunia tak lagi seirama
Penyesalan yang lirih ketika malam memanggil, duka yang membuat waktu berhenti, dan kenangan sebagai khayalan pikiran
Ada dan tiada rahasia, mengalirlah semua
Untuk sesak dan hinaan, aku memaafkan
Untuk sepi yang terpelihara, aku memaafkan
Untuk riuh yang memburu, aku memaafkan
Untuk sesal, duka, dan kenangan semu, aku memaafkan
Untuk rahasia yang tak terucap, aku memaafkan
Di dunia yang tak sempurna ini, aku hanya butuh kedamaian
Jakarta, 6 Maret 2024
0 notes
Text
Samar ; Januari
Seperti seseorang yang bangun dari mimpi indah, itulah aku di awal tahun ini. 2023 dengan segala hingar bingar dan masa keemasan adalah bunga tidur yang menenangkan anak-anak layaknya aku.
"Akan jadi apa aku di tahun ini?"
Lantas pertanyaan ini membuatku ngeri karena sadar bahwa begitu banyak ketidakpastian yang menanti untuk dihadapi.
Sementara itu, diriku sebenarnya tidak pernah benar-benar siap untuk berjalan ke depan. Waktulah yang membantuku, lebih tepatnya menyeretku untuk terus berjalan yang entah kemana akhir tujuannya.
Dipertemukannya aku dengan berbagai hal oleh waktu. Dari suka cita, rasa sepi, hingga bahaya yang sama seperti masa itu.
iya... sepi itu masih samar-samar ada di ujung sana.
"Akan jadi apa aku di tahun ini?"
Belum tau, semoga saja tidak jadi abu.
Jakarta, 5 Januari 2024
0 notes
Text
2023 Y.O.U (Year Of Us)
Ketika menilisik setahun kebelakang ini, 2023 jadi tahun yang challenging untuk diriku. Dimana pada akhirnya aku memberanikan diri untuk berjalan lebih jauh. Menata kehidupan yang aku impikan di Ibu kota. Nah dari awal tahun hingga sekarang, ada kehadiran seseorang yang turut andil disetiap langkah perjalananku yaitu, kakakku Mbak Tesa.
Sebelumnya Mbak Tesa memang selalu menemani di setiap fase perkembanganku. Namun kehadirannya dalam 2 tahun ini terasa lebih dekat dan intens. Terlebih setahun ini ((soalnya ngekost bareng juga)) . Saat aku masih di Semarang, Mbak Tesa hadir lewat tutur kata yang ia berikan, contohnya memberikan nasehat terbaik untuk kesehatan mentalku, karir yang sebaiknya aku jalani, dan masih banyak lainnya. Bahkan tulisanku yang berjudul "Memahami, Menemukan: Sawang-Sinawang" itu sebenernya tentang permenungan yang Mbak Tesa berikan buatku. Meskipun terhalang jarak, apa yang disampaikan Mbak Tesa tetap menjadi pedomanku dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya ketika aku sudah di Ibu Kota, Mbak Tesa hadir sebagai pengganti ibuk di rumah. Mbak Tesa selalu ada dan menenangkan aku saat sedang menangis karena rindu dengan keluarga, Annisa, dan suasana di Kota Semarang. Gak hanya itu, Mbak Tesa juga memberi banyak penghiburan lewat tingkah lakunya ketika berada di kost. Sering banget dia melakukan hal-hal random dan membuatku tertawa. Semacam karaoke lagu-lagunya Nasidaria hahaha.
Maka dari itu banyak-banyak terima kasih sama Mbak Tesa. Karena udah selalu menunjukkan hal yang seru juga di Ibu Kota. Nonton konser bareng, nongkrong di Puri Beta, jalan-jalan gapunya tujuan naik tj berdua HAHAHA dan yang paling berkesan itu mengajakku untuk ikut Kpop Dance Class. Ya walaupun skill danceku gak terlalu signifikan meningkat tapi kegiatan ini mempertemukanku dengan teman-teman baru yang cantik serta baik hati. Dan karena kegiatan ini aku jadi lebih percaya diri. Inget banget, sempat muncul keraguan saat awal-awal ikut kelas dance dan mau upload video di sosial media. Tapi kakakku meyakinkan "Bodo amat aja. Gausah mikirin orang lain yang belom tentu mikirin kamu juga" hahahahah sekali lagi terima kasih.
Aku tahu tahun ini bakalan jadi tahun terakhir sebelum kamu dipinang nanti. Belom mau nulis yang sedih-sedih dulu hahaha. Semoga lancar sampai di hari yang bahagia ya Mbak.
Aku bersyukur Mbak Tesa ada dan lahir sebagai kakakk kandungku satu-satunya di dunia ini. Maaf aku masih jadi adek yang sering membuatmu marah perkara hal remeh, kayak pinjam meminjam baju, dan jatah siapa yang harusnya matiin lampu kamar.
Tapi kamu tau kan Mbak, kalo aku akan selalu mendoakan dan mendukungmu…. Jangan lupa janji kita buat bareng-bareng ketemu SHINee di SWC 6 heheh -XOXO-









0 notes