you know that feeling when you feel nothing because you‘ve been feeling everything at the same time?
Don't wanna be here? Send us removal request.
Photo





faces of Japan.
people that happened to be a part of a momentary phase in my life.
0 notes
Text
dalam jarak
Sore itu matahari merona malu-malu, membias membentuk liku-liku bayangan di tembok toko kopi kecil yang menyudut di luasnya lapangan parkir sebuah gedung serba guna tua.
Seorang wanita duduk di bangku luar di samping toko kopi itu, dengan cangkir kopi panas yang hampir habis dan robekan pinggiran roti yang tak disukainya.
Kerap kali ia mendengar pintu toko kopi itu mengerik terbuka, seseorang baru masuk, atau mungkin keluar membawa pergi kopinya. Dan kerap kali pula ia menolehkan kepala penuh harap, menyipitkan mata kanannya yang langsung terpapar silaunya sinar matahari.
Alunan lagu lawas yang sangat dikenalnya terdengar samar-samar dari sela-sela jendela toko kopi itu, tepat di belakang bangkunya. Ia bersenandung pelan terlarut dalam melodinya, seakan-akan sedang membunuh waktu.
Sebenarnya ia tidak sedang menunggu seseorang. Tidak, dia hanya duduk di sana, dengan harapan seseorang akan tiba, ikut duduk di sana dengan es coklat kesukaannya. Tidak, ia tidak sedang menantikan kehadirannya.
Ia menghela napas panjang. Menatap kosong ke hamparan lapangan yang terbentang luas bermandikan cahaya salem kemerahan. Hanya ada dua mobil yang terparkir di lapangan itu, berjarak jauh pula, membuat lapangan itu nihil bayangan. Indah, namun sepi.
Ia menghela napas panjang berganti menatap langit cerah yang berwarna semburat biru dan jingga. Semesta seakan merekah, melenakan gelisahnya.
Pelan-pelan, satu langkah dalam satu waktu, katanya dalam hati. Hanya sebentar saja, tidak lama. Kau tidak perlu khawatir.
Ia belum terbiasa. Ia belum terbiasa menjalani sore tanpa kehadiran orang itu.
Sebentar. Tidak, ia tidak khawatir. Ia tahu semua akan baik-baik saja. Diambilnya cangkir kopi berwarna kuning itu. Kopinya yang sudah dingin diteguknya sampai habis. Wangi kopi. Sialan.
Serta merta rindu yang dibendungnya mengeruak, meluap tanpa bisa ia kendalikan. Baru dua jam yang lalu ia terlepas dari pelukan orang itu, namun rasanya seperti sudah terlampau lama.
Sejenak dibersihkannya sisa roti yang berserakan di atas meja, cangkir kopi dan piring kecilnya ia rapikan, lalu ia beranjak berdiri sambil mengusap sudut matanya. Jangan cengeng.
Lima detik kemudian, diambilnya jaket yang tersampir pada sandaran bangku kayu itu dan dikenakannya erat. Dingin, pikirnya. Lalu ia mulai berjalan pergi meninggalkan toko kopi itu. Suara musik mulai sayup sayu seiring langkahnya menjauh.
Angin bertiup cukup kencang, pohon-pohon yang berjajar di pinggiran lapangan berdesir memecah sunyi sore. Dinginnya cukup membuat tubuh menggigil sesekali.
Ia menyelipkan tangannya ke dalam saku jaketnya. Kertas?
Tangannya mengeluarkan secarik kertas yang sudutnya terlipat dan tertekuk. Surat? Klise. Tetap saja ia buka lipatan kertas itu dengan penuh harap dan haru walau enggan diakuinya, seraya mengatupkan bibirnya cemas.
Tuh kan, rindu.
Jangan lupa makan malam. Maaf aku tidak di sampingmu untuk menemani ngopi sore dan makan malam kali ini. Aku tahu kau bakal gelisah dan dilanda ratusan kerinduan. Karena akupun. Semuanya jadi sepi, walau kota ini tak berhenti bisingnya.
Jarak memang berat, dan tidak ada tapinya.
Cuman sudah, jangan khawatir. Tiap satuan beratnya, rindumu akan kubayar tuntas, tunggu ya.
Sial, kutuknya dalam hati. Walaupun sedang terpisah jarak, masih saja orang ini sanggup membuat pipinya panas dengan kata-kata menggelikannya. Ia mengutuki dirinya karena tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk tidak merasa senang membaca kalimat demi kalimat itu.
Kutunggu.
Tepat dua jam setengah setelah perpisahannya, telepon genggamnya bergetar berkali-kali.
“Halo?”
“Lunas satu yaa hehehe. Aku sudah mendarat ini. Kamu lagi ngapain?”
Ia tersenyum.
–
Been a while, rindu aja saya menulis cheesy story yang penuh kehangatan (emang iya?).
Dan kopi.
Dan emang lagi rindu juga sih.
14 notes
·
View notes
Text
idea of you?
sometimes you fall in love with an idea of that person.
remember when you break up with someone? there will be a point in your life that you feel that you want that person back. you miss that person. but how can you be sure that you actually miss that person, or you just miss the idea of that person?
when you are apart for quite a while, you soon forget the bad and only remembering the good moments. which, to me seems like you can’t really trust yourself from that point on.
0 notes
Text
yes. we are indeed not alone in this vast universe.
but, aren’t we all silently lonely souls?
2 notes
·
View notes
Text
“sometimes, it does matter, for someone to tell me my worth, even though i’ve been repeating it all over in my head. sometimes i just need to be told by a real sentence, voice, heart”
—
5 notes
·
View notes
Photo
Unable to perceive the shape of You, I find You all around me. Your presence fills my eyes with Your love, It humbles my heart, For You are everywhere.
The Shape of Water (2017), dir. Guillermo del Toro
9K notes
·
View notes
Photo
Guess who saw The Shape of Water and loved it? °˖✧◝(⁰▿⁰)◜✧˖°
14K notes
·
View notes