Tumgik
embuncantigi · 1 year
Text
Pesan cinta tanpa kata cinta.
Bisa dikatakan hubunganku dengan kedua orang tuaku sangat dekat & hangat. Aku terbiasa menceritakan banyak hal tentang apapun kegiatanku di tanah rantau. Mereka mengerti sekali kenapa aku pergi mendaki gunung, pergi ke tempat yang jauh, mencoba hal baru yang terkadang memiliki resiko tinggi, dan banyak hal tentang duniaku.
Setelah lulus kuliah dan bekerja, mereka menyerahkan sepenuhnya kepadaku setiap apapun keputusan-keputusan yang aku ambil. Mereka sangat mempercayaiku dan selalu berada si garda terdepan untuk mendukungku.
Di usiaku sekarang, berdiskusi apapun dengan mereka terasa menyenangkan. Mereka tinggal di desa, tetapi pikiran mereka amat sangat terbuka. Mereka sangat menghargai setiap perubahan yang terjadi pada anak-anaknya.
Tetapi, kami tidak terbiasa mengungkapkan perasaan sayang diantara kami. Tidak pernah aku mendengar mereka melontarkan kata “Aku sayang kamu, Teh Mbi.” secara langsung atau hal yang paling sederhana seperti mengungkapkan bagaimana perasaan mereka terhadap anak-anaknya. Sedari kecil, kami memang tidak dibiasakan mengucapkan hal-hal tersebut. Setelah dewasa, pernah terlintas dibenakku bahwa hal-hal sederhana tersebut sangat penting, kemudian aku berfikir kembali, sebenarnya mereka melakukan itu, hanya saja tidak pernah terucap demikian. Mereka mengapresiasi kami melalui sikap, mereka mengungkapkan rasa sayangnya dengan nasihat, dengan membangunkanku yang terkadang tidak sengaja terlelap di lantai, dan masih banyak lagi ungkapan sayang yang mereka tunjukan tanpa melontarkan kata-kata sayang itu sendiri.
Tumblr media
Ternyata, jika kita bisa melihat dari sisi yang berbeda, maka semua itu nampak jelas di depan mata. Seperti salah satu chat di atas, Bapak amat tahu bahwa aku menyukai pertandingan bulu tangkis, jika aku pulang di akhir pekan, maka televisi di rumah akan “disabotase” olehku untuk menonton pertandingan tersebut dan channel youtube Kelana Bentala. Saat bapak menelpon, aku sedang dalam situasi yang belum memungkinkan untuk mengangkat telpon, aku berencana segera menelpon bapak kembali ketika situasi memungkinkan. Beberapa menit setelahnya bapak mengirimkan pesan yang singkat, jelas, padat, dan mampu membuat mataku berkaca-kaca.
Aku membayangkan beliau menonton pertandingan bulu tangkis dan menyebut-nyebut namaku karena beliau amat tahu aku menyukainya. Tentu saja yang membuatku berkaca-kaca bukan karena pemain jagoanku menang, tetapi karena bapak yang jarang sekali menelpon apalagi mengirimkan pesan seperti ini.
Inilah salah satu bentuk ungkapan sayang dan ungkapan cinta yang aku rasakan dari kedua orang tuaku dari begitu banyaknya ungkapan yang bahkan tak pernah terlontar secara gamblang.
Kami saling menyayangi walau tidak ada ungkapan sayang yang terlontar, kami saling mencintai walau tidak pernah terucap kata cinta, dan kami saling memberi dukungan walau tanpa pelukan yang hangat.
Ibu, bapak, semoga kalian tetap sehat dan selalu dalam naungan keberkahan Allah.
“Robbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa robbayaani shoghiroo.”
Jakarta, 14 June 2023 6.09 A.M.
6 notes · View notes
embuncantigi · 1 year
Text
Tentu saja, “terlambat” tidak selalu mengecewakan. Bahkan sering sekali kita menemukan hal baik dari keterlambatan itu.
Hari ini jika penerbangannya tidak terlambat, maka bisa jadi tidak ada cerita perjalanan tiga orang perempuan.
Changi Airport, Singapore
June 10, 2023 12.55 P.M.
1 note · View note
embuncantigi · 1 year
Text
Terima kasih sudah rela untuk tidak melanjutkan aktivitas dan menunggu di sisi jalan raya hanya untuk mendengarkan seseorang menangis tersedu-sedu saat menumpahkan kekecewaannya.
May Allah keep you in goodness, Sis.
June, 8 2023
1 note · View note
embuncantigi · 1 year
Text
Perjalanan Menaklukan Ego: Gn. Ciremai 3.078 MDPL (Bag. 1)
Bismillah.
Entah ada angin dari mana atau ini sebuah tanda dari Allah agar aku dapat menguatkan tekadku menulis, tiba-tiba saja saat berselancar di media sosial aku menemukan sebuah quote dari Bang Ivan Lanin yang kurang lebih isinya seperti ini “Tulisan yang tidak sempurna, tetapi selesai lebih baik dari tulisan yang (maunya) sempurna, tetapi tidak pernah selesai.” Jleb banget, kan? Beliau juga menambahkan caption  “Ini juga berlaku pada tugas-tugas kuliah, draf buku, wara, takarir Instagram, dan artikel yang dikerjakan sambil menangis, tetapi tetap selesai.” Makin jleb dong?
Rasanya kita (baca: aku) selalu menuntut kesempurnaan dalam semua hal. Boleh saja sebenarnya, tetapi jika hal tersebut hanya menghambat jalan kita bahkan sampai menghentikan langkah kita, seharusnya kita harus segera mengevaluasi diri dan menerima bahwa tidak apa-apa untuk menjadi tidak sempurna. Tidak semua hal harus sempurna, kan?
Jadi, tulisan Bang Ivan secara tidak langsung menyadarkan aku yang katanya mau mendokumentasikan perjalanan melalui tulisan malah jadi tersendat-sendat karena merasa tulisanku amat jauh dari kata sempurna. astaghfirullah.
Karena sudah mendapat “teguran” secara tidak langsung, bismillah kita lanjutkan menulis cerita di laman ini. Semoga ada hal yang bermanfaat yang bisa diserap dari cerita kali ini.
Perjalanan Menaklukan Ego 
Kenapa demikian? Karena perjalanan kali ini benar-benar ujian untuk Aku dan Ema. Alhamdulillah dengan izin Allah, aku dan Ema diizinkan menginjakan kaki di puncak tertinggi Jawa Barat yaitu Puncak Gunung Ciremai.
Tumblr media
Di balik eskpresi yang sumringah ini, tentu saja ada deraian air mata yang mengucur tanpa mampu kami tahan sebelumnya.
Aku tidak akan pernah bosan menyampaikan bahwa setiap perjalanan memiliki cerita dan maknanya masing-masing. Setiap perjalanan selalu mengajarkan banyak hal yang berbeda. Bertemu teman baru, menyambangi tempat baru, mengenal karakter orang dengan berbagai keunikannya, bahkan mengenali dan mendalami karakter sahabat kita sendiri. Boleh jadi, ketika kita bertemu dalam aktivitas sehari-hari dan tidak dihadapkan dengan hal-hal yang tidak pernah direncanakan bahkan tidak pernah terbayangkan sekalipun Allah tidak menunjukan bagaimana sikap kita menghadapi keadaan tersebut. Tetapi melalui perjalanan yang luar biasa ini kita dapat menunjukan sisi lain dari diri kita. Sisi di mana terkadang kita sendiri bahkan tidak ingin menunjukannya kepada siapapun. Hmmm...., sombong sekali memang debu alam semesta ini (baca:aku). Astagfirullah.
Maka aku sangat bersyukur lagi lagi kamu yang menjadi teman perjalananku, Ma. In syaa Allah, nanti aku buatkan tulisan khusus yang hanya membahas kamu saja di sini agar aku selalu ingat kebaikan-kebaikan kamu, kehangatanmu, dan kepedulianmu terhadap banyak hal. 
Let’s back to story.
Januari 2023. 
Seperti biasa kami amat rajin mengecek kalender dan menyimak informasi mengenai jadwal libur dan cuti bersama yang ditetapkan oleh pemerintah. Di bulan tersebut ternyata ada tanggal merah untuk tahun baru Imlek tanggal 22 Januari dan ditetapkan sebagai cuti bersama pada tanggal 23 Januari. Jadi aku dan Ema memutuskan akan melakukan perjalanan bersama entah untuk JJC (Jalan Jalan Capek) ataupun untuk JJC (Jalan Jalan Cantik). hehe. Jadi kami memutuskan untuk mulai berolahraga tanpa tahu destinasi apa yang akan kami tuju.
Setelah mendekati tanggal tersebut, kami mulai mencari beberapa pilihan perjalanan. Akhirnya kami memutuskan  akan pergi mendaki. Mendaki ke mana? masih belum jelas juga kami akan pergi mendaki gunung apa, tetapi tekad untuk pergi mendaki sudah bulat. Bismillah. 
Cerita selanjutnya adalah kami mencari beberapa opsi pendakian, kami sepakat akan mengikuti open trip dan Fety salah satu temanku di komunitas Youthcare memberikan rekomendasi open trip yang diadakan oleh Muda Camp yaitu ke Gunung Ciremai. Tentu saja rekomendasi ini aku terima dengan mantap karena aku percaya Fety akan memberikan rekomendasi terbaiknya dan langsung aku sampaikan ke Ema bahwa kami akan mendaki Gunung Ciremai. Tentu saja jika waktunya pas, Ema tidak pernah menolak kemana pun tujuan yang aku ajukan selama tempat atau gunung tersebut belum pernah disambangi olehnya. (Alhamdulillah, emang orangnya si paling easy going). Apa yang Fety bilang setelah merekomendasikan open trip tersebut? ini dia “In syaa Allah, kali ini kamu gak akan cuulture shock, dek.”. Tentu bukan tanpa alasan Fety mengatakan hal tersebut dan bagian ini tidak akan aku tuliskan di sini, cukup jadi kenang-kenangan dalam memori saja. hehe.
Banyak sekali pertanyaan yang diajukan karena tentu saja aku dan Ema tidak bisa berangkat bersama karena Ema di Bandung dan kuota yang tersisa untuk keberangkatan dari Jakarta hanya tinggal 1 itupun masih harus masuk daftar waiting list. Alhamdulillah ternyata Allah takdirkan kami berdua ikut. Jumát pagi kami putuskan akan pergi ke Gunung Ciremai via Jalur Palutungan, Kuningan.
Sampai sejauh ini, inti cerita dari perjalanan ini bahkan belum dimulai, hehe. In syaa Allah akan aku lanjutkan di bagian kedua. Tetapi sebelum itu, aku mau unggah foto full team saat di gerbang pendakian. Ini adalah kali kedua aku mendaki dengan jumlah yang sangat banyak. Alhamdulillah momen ini bisa terdokumentasikan dengan baik. Walau sampai saat menulis cerita ini aku tidak ingat beberapa nama teman-teman di foto ini, aku sangat bersyukur dan berterima kasih karena orang-orang di sini adalah orang-orang yang sangat baik, ramah, sabar dan peduli dengan cara mereka masing-masing. 
Tumblr media
Semoga Allah menjaga teman-teman semua di manapun berada ya. aamiin.
Lanjut ke bagian kedua.
Jakarta, 11 Mei 2023 11.31 WIB
6 notes · View notes
embuncantigi · 1 year
Text
Perjalanan Menembus Batas: Gn. Slamet 3.432 MDPL
Bismillah.
Sesuai tagline yang aku buat di akun tumblr ini, aku ingin tulisanku di sini menjadi kenang-kenangan untuk diriku sendiri di masa depan, di mana sebagian cerita perjalanan kehidupanku dapat terdokumentasikan dengan baik di sini.
Rasanya kemampuanku menulis masih sangat minim sekali, seringnya aku bingung ketika dihadapkan dengan laman blog, aku bingung apa yang ini aku tuangkan di sini. Tetapi, rasanya tidak apa-apa, toh aku menulis untuk diriku sendiri. Jadi, kita mulai saja dahulu. Tuangkan apapun yang sedang dipikirkan saat ini.
2023
Tahun di mana tiba-tiba saja banyak kejutan yang terjadi. Kejutan datang seringnya membuatku mengelus dada. Pada akhirnya, ya sudah lah, life must go on. Dari sekian banyaknya kejadian, pada akhirnya mempengaruhi keputusan-keputusan yang aku ambil, salah satunya adalah aku memutuskan akan mendokumentasikan seluruh perjalanan pendakian yang pernah dan yang akan aku lakukan di kemudian hari . Doakan agar istiqomah, ya. Selain sebagai kenang-kenangan, aku juga ingin ceritaku menjadi pengingat untuk diriku sendiri dikala membutuhkan self motivation. Mungkin dengan membaca dan mengingat hal-hal yang pernah dilalui bisa menjadi penyemangat, pengingat diri dikala rasa sepi, butuh motivasi, butuh cerita, dan hal-hal yang tidak diinginkan menyergap hingga aku bisa selalu menysukuri atas apa yang sudah Allah berikan padaku.
Aku akan memulainya dari perjalanan menuju puncak tertinggi Jawa Tengah. Yap, Gunung Slamet. Cerita-cerita perjalanan yang aku tulis di kemudian hari tidak akan berurutan sesuai waktu perjalanannya, aku akan menulis perjalanan manapun yang ingin aku tulis saat aku ingin.
Puncak Gunung Slamet, 15 Mei 2022
Tentu di setiap perjalanan selalu memiliki kisah dan maknanya masing-masing. Maka dari perjalanan menuju puncak tertinggi Jawa Tengah ini akan aku sebut sebagai “Perjalanan menembus batas”. Bagaimana tidak menembus batas? rasanya setelah sampai pada batas vegetasi gunung ini aku sudah tidak mampu melanjutkan perjalanan, bahkan puncak yang sudah di depan matapun tak begitu menarik perhatianku. “Sudah, aku ingin berhenti di sini saja.” gumamku. Saat perasaan itu menyergap, aku memutuskan untuk berhenti sejenak, beristirahat, dan menenangkan pikiranku sendiri yang berkecamuk ingin memutuskan balik kanan saja.
Setelah terdiam beberapa saat, tentu saja Allah selalu menyiapkan rencana terbaik untuk hambanya. Dalam perjalanan kali ini aku dibersamai sahabatku, Ema. Ema tidak tinggal diam ketika melihatku yang sudah terlihat ingin menyerah saja, dia memotivasiku agar tetap bisa melanjutkan perjalanan ini. Sejujurnya aku juga sangat ingin melanjutkan, tapi rasa lelah menghampiri tiada ampun. Sembari berbincang-bincang kecil, melihat pemandangan lautan awan yang ada di hadapan kami, dan mensyukuri nikmat Allah hingga bisa sampai di sana ternyata bisa mencharge semangatku kembali. Lalu kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sampai ke puncak.
Tumblr media
Pemandangan dari Batas Vegetasi Gunung Slamet yang di mana saat itu hampir memutuskan pendakian cukup sampai sana.
Ternyata, saat puncak Gunung Slamet sudah sangat jelas di depan mata pun, mencapainya tetap sulit. Kami berjalan sekuat tenaga, tidak mengejar apapun, melangkah semampunya, saling mendukung, dan saling menguatkan. Alhamdulillah kami tiba di Puncak Slamet dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Setelah menginjakan kaki di puncak tertinggi Jawa Tengah tersebut, kami duduk dan terdiam cukup lama. Tidak ada percakapan apapun saat itu. Aku terdiam begitupun dengan Ema. Aku mencoba mengelola emosiku dengan memandang sekeliling puncak Gunung Slamet yang sangat luas. Maa syaa Allah.
Tumblr media
Mau turun ke batas vegetasi sudah cukup jauh, melanjutkan ke puncakpun harus terus menerus memotivasi diri sambil sesekali melihat ke belakangan dengan pemandangan seperti ini yang membuat semangat melanjutkan perjalanan. Maa syaa Allah.
Setelah beberapa saat, akhirnya kami saling menatap satu sama lain, kami menangis dan berpelukan dengan erat seraya mengucapkan syukur tiada henti karena telah Allah izinkan kami menginjakan kaki di puncak tertinggi Jawa Tengah. Kami memandang sekitar, kami melihat beberapa pendaki yang berada di puncak dari jalur pendakian Guci, mereka sangat jauh dan sangat kecil. Dalam pemandangan tersebut kami belajar banyak tentang kecilnya manusia di hadapan Allah, sungguh tidak ada apa-apanya kita bagi Allah yang menciptakan seluruh alam semesta ini.
Tumblr media
Alhamdulillah dengan izin Allah kami manusia lemah ini sampai di Puncak Gunung Slamet dengan penuh haru :”)
Setelah merasa cukup berada di sana dan mendokumentasikan beberapa kenang-kenangan di puncak Gunung Slamet, kami bersama anggota rombongan open trip lainnya memutuskan untuk turun dan kembali ke tenda yang terletak sangat jauh di bawah. Oiya, aku belum menceritakan bahwa aku dan Ema mengikuti open trip yang diadakan oleh Backpacker Purwakarta dan di mana kami memutuskan mendirikan tenda. Karena ramainya para pendaki yang melakukan kegiatan di Gunung Slamet dan terbatasnya waktu kami, ketika menjelang maghrib di hari sebelumnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda tidak begitu jauh dari pos II, karena kami mendapat informasi bahwa di pos III sudah ramai yang mendirikan tenda dan akan cukup sulit mencari spot  yang cukup strategis untuk mendirikan 3 tenda. Oleh karena itu, perjalanan summit attack kami membutuhkan waktu dan tenaga yang extra.
Tumblr media
Pemandangan Puncak Gunung Slamet dari sisi lain. Kalau tidak salah dari jalur Pendakian Guci dan disebelahnya adalah tumbuhan kesayangan aku yang aku temukan setelah batas vegetasi gunung ini, Cantigi.
Sepertinya ceritanya cukup sampai di sini, seperti biasa pada setiap pendakian, kami turun menuju tenda, beristirahat, mengisi perut keroncongan, dan berkemas. Sebelum meninggalkan area camp, aku dan Ema mengqashar shalat dzuhur dan ashar kemudian turun menuju basecamp. Aku tidak begitu ingat tepat pukul berapa sampai di basecamp, hanya saja saat kami tiba hari masih terang dan kami juga menggunakan ojeg dari pos bayangan satu. Setelah beristirahat, membersihkan diri, dan makan (lagi) kami bertolak menuju Jakarta. Tentu saja Ema tidak ikut sampai Jakarta karena dia berdomisili di Bandung, jadi Ema turun di daerah Purwakarta untuk melanjutkan kembali perjalanannya menuju Bandung dan kami sampai di Jakarta sekitar pukul 05.00 pagi pada hari senin.
Sekian.
Kenangan: Tulisan ini mulai ditulis pada bulan maret dan baru dapat diselesaikan pada bulan mei entah karena alasan apa.
Jakarta, 09 Mei 2023 14.13 WIB
1 note · View note
embuncantigi · 2 years
Text
One Day Trip Situ Gunung Suspension Bridge Sukabumi
Bismillah.
Enggak nyangka banget bakalan kembali ke tumblr secepat ini, dan lagi-lagi karena janji yang harus dituntaskan kepada teman-teman. Padahal rencana menulis cerita setelah perjalanan tuh udah diniatin banget, tapi kalau enggak ada yang memantik, ya kata “ajaib” “nanti aja” langsung menghampiri dong. Trus yaudah jadi dilupain gitu aja. Aduh.
Oke, kali ini aku akan menulis perjalanan satu hari yang atau bahasa kerennya One Day Trip dadakan ke Jembatan Gantung Situ Gunung Sukabumi. Ya ampun, main ke jembatan gantung aja jauh banget sampai Sukabumi, dadakan lagi. Lalu apa sih yang buat jembatan gantung ini berbeda dengan yang lainnya?
Tumblr media
Jadi menurut informasi yang aku baca, Jembatan Gantung Situ Gunung ini adalah jembatan gantung terpanjang di Indonesia (idntimes.com 2018) dan dibuat dengan menggunakan bahan dasar kayu ulin, Maa syaa Allah keren banget sih ini. Lokasinya sendiri masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Akhirnya setelah menyatakan kawasan taman nasional ini sebagai tempat yang amat aku sukai karena enggak pernah bosan walaupun datang berkali-kali, aku dapat menyambangi sisi selatannya.
Tumblr media
Perajalanan kali ini benar-benar mendadak karena tiba-tiba liat postingan instagram @kai121_ di hari selasa sore yang menginformasikan bahwa mulai hari Rabu, 1 Juni 2022  perjalanan Kereta Api Pangrango dimulai dari Stasiun Bogor yang sebelumnya dimulai dari Stasiun Bogor Paledang. Jadilah terlintas untuk pergi ke Sukabumi dengan tujuan mencoba rute perjalanan Kereta Api Pangrango “saja”. Bak gayung bersambut,  setelah aku menghubungi teman serumah dan sekantor (orang yang sama) dia langsung oke saat aku mengajaknya pergi karena di tanggal tersebut adalah hari Lahir Pancasila, tanggal merah dong. Kalau bisa jalan-jalan kenapa harus diam di kosan ya kan?! hehe.
Tumblr media
Setelah googling tempat tujuan wisata di Sukabumi yang berada di sekitar stasiun, salah satu tempat yang banyak direkomendasikan adalah Situ Gunung Suspension Bridge, jadilah aku googling semua hal yang berhubungan dengan tempat ini mulai dari harga tiket masuk, akses kendaraan umum & pribadi, makanan, tempat wisata di sekitarnya dan lain-lain.
Okay, kita mulai ceritanya ...
Perjalanan dimulai dari stasiun Klender, Jakarta Timur.
Karena tiket kereta yang kami pesan berangkat pukul 8.20 pagi dari Stasiun Bogor, maka kami memutuskan untuk berangkat selepas shubuh  menggunakan commuter line dengan tujuan melihat sunrise di Stasiun Manggarai dan sarapan di sekitar Stasiun Bogor. Kereta Api Pangrango adalah satu-satunya kereta yang melayani rute Bogor-Sukabumi. Aku suka sekali dengan penamaan nama keretanya, karena selama kurang lebih 2 jam perjalanan, pemandangan yang disuguhi adalah Gunung Gede Pangrango di sisi kiri dan Gunung Salak di sisi kanan. Amazing sekali untuk aku yang suka sekali dengan view gunung. 
Pemandangan Gunung Gede Pangrango dari Kereta Api Pangrango
Kami tiba di Stasiun Bogor pukul 7.10 yang disambut dengan cerahnya langit Kota Hujan dan gagahnya Gunung Salak. Lanjut mencari sarapan dan jajanan untuk di kereta. Ternyata, sudah banyak penumpang yang menunggu di jam tersebut. Oiya, untuk pintu masuk penumpang KA Pangrango menggunakan pintu masuk timur ya.
Tumblr media
Kereta Api Pangrango sendiri mempunyai 2 tipe kelas yaitu kelas ekonomi dengan tarif  Rp. 45.000,- dan kelas eksekutif dengan tarif Rp. 80.000,- dan memiliki 6 jadwal perjalanan setiap harinya, 3 jadwal perjalanan berangkat dari Stasiun Bogor pukul 8.20, 14.20 dan 19.50 dan 3 jadwal perjalanan lainnya pada pukul 5.30, 11.25 dan 17.25 yang berangkat dari Stasiun Sukabumi. 
Situ Gunung Suspension Bridge Sukabumi sendiri terletak di Cisaat, jadi teman-teman yang menggunakan kereta harus turun di Stasiun Cisaat. Setelah tiba di Stasiun Cisaat teman-teman tidak perlu khawatir bagaimana menuju Situ Gunung, karena akses kendaraan umum menuju kesana tergolong sangat mudah, terjangkau dan jaraknya sendiri cukup dekat sekitar 12 KM saja.
Kereta Api Pangrango tiba di Stasiun Cisaat
Sesampainya di Stasiun Cisaat, para supir angkutan kota aka. angkot memberikan penawaran untuk menuju Situ Gunung. Karena kami hanya pergi berdua, jadi kami cari angkot yang bisa sharing penumpang. Alhamdulillah tenyata ada 2 penumpang lain yang bersedia sharing dan kami mendapat penawaran Rp. 20.000,- per orang untuk satu kali perjalanan. Diperjalanan Pak Wawan (supir) memberikan penawaran lain kepada kami, yaitu Rp. 50.000,- per orang untuk pulang pergi dan akan beliau tunggu di pintu masuk Situ Gunung. Akhirnya kami sepakat untuk menerima penawaran kedua tersebut. Pak Wawan juga meminta pembayarannya dilakukan di akhir setelah kami sampai di Stasiun Cisaat kembali. Jika ada teman-teman yang membutuhkan kontak beliau, alhamdulillah aku sudah memintakan izin untuk membagikan nomor whatsappnya disini ( +62881011302000 )
Tiket masuk Kawasan TNGGP sendiri berbeda ya dengan tiket masuk Suspension Bridgenya. Saat kita memasuki kawasan, kita dikenakan biaya tiket Rp. 18.500,- /orang dan Rp. 35.000,-/orang untuk camping. Tiket tersebut sudah mengcover biaya masuk Kawasan dan Danau Situ Gunung. Tetapi untuk memasuki kawasan jembatan gantung sendiri teman-teman akan dikenakan biaya Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,- dengan fasilitas yang berbeda-beda. Teman-teman dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing.
Di dalam kawasan Situ Gunung Suspension Bridgenya sendiri terdapat fasilitas dan wisata alam lainnya seperti Air Terjun Curug Sawer, Glamping dan wahana-wahana yang aku juga lupa namanya. Aku dan temanku memutuskan tidak pergi ke Danau Situ Gunung dengan harapan bisa kembali lagi sambil camping. Jadi setelah puas berkeliling, “uji nyali”,  dan foto-foto tentunya, kami kembali ke Stasiun Cisaat pukul empat sore dari kawasan situ Gunung karena kami sudah memesan tiket pulang pukul 17.36 WIB dan sampai Stasiun Bogor pukul 19.29 WIB. 
Pemadandangan Situ Gunung Suspension Bridge
Pemandangan Curug Sawer
Tumblr media
Waaaah, tidak terasa tulisan panjang ini selesai. Semoga tulisan ini dapat membantu teman-teman yang ingin datang ke tempat ini juga. Aku suka tempat ini karena jalurnya bersih, fasilitas umum seperti toilet juga bersih, banyak dan gratis, bahkan mushola dan masjidnya juga nyaman sekali. 
Terima kasih sudah membaca, sampai bertemu di cerita perjalanan lainnya.
Sekian
2 notes · View notes
embuncantigi · 2 years
Video
undefined
tumblr
Stasiun Cisaat & Kereta Api Pangrango
1 note · View note
embuncantigi · 2 years
Video
undefined
tumblr
Situ Gunung Suspension Bridge, Sukabumi
1 note · View note
embuncantigi · 2 years
Video
undefined
tumblr
Pemandangan Gunung Gede Pangrango dari Kereta Api Pangrango
1 note · View note
embuncantigi · 2 years
Video
undefined
tumblr
Curug Sawer, Sukabumi
1 note · View note
embuncantigi · 3 years
Text
Pergi berempat, explore Pulau Pari Kep. Seribu 2D1N cuma 300rban, Emang bisa?
Jawabannya Alhamdulillah BISA.
Judulnya udah kayak open trip aja ya, padahal isinya cuma mau sharing pengalaman perjalanan kemarin aja, dan ini akan menjadi tulisan pertamaku tentang perjalanan lengkap dengan rincian budget dan itinerary nya. Biasanya kalau udah liburan ya selesai. tapi kali ini aku sudah bertekad akan menuliskan ceritanya di sini dengan harapan teman-teman yang membaca bisa menemukan informasi yang bermanfaat. Karena sebelum berangkat kemarin aku kesulitan sekali menemukan informasi yang ter up to the date alias terbaru atau mungkin keahlian googling ku masih noob hehe. Ternyata alasanku diatas mendapat sambutan yang baik dari banyaknya pertanyaan teman-teman di medsos tentang itinerary dan budgeting, jadilah aku merasa harus menyelesaikan tulisan ini segera.
Tahu bulat  tahu bulat, kenapa tahu bulat? karena perjalanan kali ini serba dadakan. Yaps, bagiku persiapan perjalan dengan rentang 3-4 hari sebelum keberangkatan adalah dadakan, karena aku terbiasa membuat rencana perjalanan dari jauh hari sebelumnya. (alhamdulillah seringnya sih jadi ya, bukan wacana aja hehe)
Dengan persiapan yang singkat itu akhirnya aku bersama ketiga temanku memutuskan untuk pergi berlibur ke Pulau Pari, kenapa Pulau Pari? enggak ada alasan khusus sih, yang penting ya liburan. Tenyata setelah kami sampai disana dan lihat berbagai keindahan pantai dan lautnya, Maa syaa Allah enggak nyesel banget dateng pulau ini, masyarakat di sana juga terbilang cukup ramah, mereka tidak segan untuk menyapa dan melemparkan senyuman untuk para wisatawan yang datang.
Oke cukup sekian muqodimahnya, karena udah panjang banget kayak pidato pembukaan lomba 17-an tingkat kelurahan. Tapi sebelum masuk ke inti tulisannya aku mau share foto di sana dulu biar teman-teman enggak ngantuk baca tulisanku ini. 
Tumblr media
Dok. 1 : Pemandangan dari Dermaga Pulau Pari
Maa sya Allah ya biru langit dan biru lautnya, kira-kira seperti di atas gambaran keindahan laut di Pulau Pari, Aslinya lebih maa syaa Allah lagi, aku yakin banget teman-teman enggak akan menyesal datang ke pulau ini.
Lanjut ke itinerary dan budgeting
Hari Pertama
Tumblr media
Dok. 2 : Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke
Kami berangkat dari rumah ke Dermaga Kali Adem pukul 5.40 pagi dan sampai disana sekitar pukul 6.30. Tiket bisa dibeli on the spot di sisi kiri pintu masuk pelabuhan atau membeli secara online di https://www.tiketkapaltradisional.com/. tadinya kita mau pesan secara online, tapi dengan beberapa pertimbangan akhirnya kami memutuskan untuk membeli tiket OTS saja dan kami memutuskan menggunakan kapal tradisional karena tarifnya tergolong murah yaitu 67rb/orang untuk sekali jalan. Di Pelabuhan Kali Adem sendiri ada beberapa pilihan kapal. Kapal Tradisional atau biasa disebut kapal kayu, Kapal Cepat dan Kapal milik Dishub DKI Jakarta. Tarif kapal cepat sekitar 100rb, menurut informasi yang kami dapat tarif kapal milik Dishub lebih murah karena mendapatkan subsidi, tapi kapal tersebut hanya diperuntukan untuk warga pulau saja. Kapal berangkat pada pukul 8.00 dan waktu yang ditempuh menggunakan kapal tradisional sekitar 1 jam 45 menit.
Kami tiba di Pulau Pari sekitar pukul 9.50 dan memutuskan untuk segera menuju homestay yang sudah kami pesan sebelumnya melalui situs booking penginapan online dengan tarif 270rb/malam dengan kapasitas maksimal 4 orang dewasa. Oiya jangan lupa untuk menyiapkan kartu vaksin atau aplikasi peduli lindungi ya, karena akan ada petugas Dishub yang memeriksa setiap kedatangan wisatawan di dermaga. Sepanjang perjalanan menuju homestay ada seorang ibu yang datang dan menawarkan paket wisata seperti homestay, snorkeling, penyewaan sepeda dan lain-lain. Tetapi kami tidak mengiyakan penawarannya pada saat itu karena ingin segera sampai di homestay untuk beristirahat, kami hanya meminta nomor teleponnya agar bisa kami hubungi, karena kami akui beberapa penawarannya cukup menarik.
Tumblr media
Dok. 3 : Pemandangan laut dari homestay
Setelah tiba di homestay dan beristirahat kami memutuskan untuk menerima tawaran dari ibu yang kami temui tadi, ibu Nenah namanya. Kami mendapatkan tawaran sewa sepeda dan snorkeling yang cukup murah yaitu  80rb/4 sepeda dengan durasi sewa 24 jam dan 270rb untuk snorkeling sudah termasuk alat-alat snorkeling dan kapal kecil untuk menuju lautan. Kami sepakati waktu snorkeling pada pukul 2 siang.
Destinasi wisata 1 : Pantai Pasir Perawan
Tumblr media
Dok. 4 : Pantai Pasir Perawan
Selepas waktu dzuhur kami pergi ke Pantai Pasir Perawan menggunakan sepeda, jaraknya tidak terlalu jauh dari homestay dan biaya retribusi pantai hanya 5rb/orang atau 15rb/orang/malam jika teman-teman akan camping di sini, teman-teman bisa menikmati keindahan pantai dengan pasir putih, biru laut dan biru langit yang mempesona. Disana teman-teman juga bisa berkeliling hutan mangrove menggunakan kapal kecil, tarif yang ditawarkan adalah  15rb/orang, mungkin bisa lebih murah jika teman-teman datang bersama rombongan yang cukup banyak.
Destinasi Wisata 2 : Bersepeda dengan pemandangan laut
Ini kegiatan yang gak kalah menarik, yap bersepeda. Kita bersepeda menuju dermaga, karna kapal untuk snorkeling sudah menunggu disana.
Tumblr media
Dok 5 : Teman-teman beristirahat sambil menunggu kapal untuk snorkeling
Destinasi Wisata 3 : Snorkeling di tengah lautan
Setelah puas bermain di pantai dan bersepeda, tujuan kami selanjutnya  yaitu snorkeling, kami dianjurkan untuk membawa roti yang akan dijadikan umpan agar ikan-ikan bisa mendekat dengan kami dan ternyata benar sekali, ikan-ikan berdatangan ketika kami mulai menyelam sambil menggemgam umpan yang kami bawa. Alhamdulillah, kami sangat beruntung bisa menyaksikan ikan-ikan yang sangat indah dengan jumlah yang banyak dan terumbu karang di habitatnya langsung. Oiya lokasi pantai dan tempat snorkeling ini berjauhan ya, tetapi jangan khawatir, karena kita sudah menyewa sepeda yang bisa dibawa kemanapun kita pergi, asalkan gak di bawa ke tengah lautan aja hehe. Untuk snorkeling sendiri teman-teman bisa menyewa kamera underwater jika ingin mendokumentasikan kegiatan teman-teman dari dalam air, tarifnya sekitar 100rb dan teman-teman bisa meminta tolong bapak yang membawa perahu sebagai photographer. Jika teman-teman menginginkan jasa snorkeling bisa menghubungi Pak Bonte di nomor 087788506897 (tenang aja, aku udah minta izin beliau kok buat masukin kontaknya di sini) 
Tumblr media
Dok. 6 : Kegiatan Snorkeling
Destinasi Wisata 4 : Berburu Sunset dan Bintang laut di Pantai Bintang
Tentu tidak lengkap rasanya jika kita bermain di pantai tetapi melewatkan momen matahari terbenam, karena asiknya bercengkrama di depan homestay selepas ashar dalam kondisi kami yang sedikit lelah setelah snorkeling, kami hampir melupakan satu hal. Pak Bonte menyarankan kami datang ke Pantai Bintang ketika sore hari, selain untuk melihat sunset, saat sore air laut menjadi surut dan kami bisa melihat banyak Bintang laut disana. Benar saja, Banyak sekali Bintang laut yang kami lihat walaupun saat itu kami terlambat datang. Setibanya di sana kami hanya bisa menyaksikan sisa-sisa semburat merah di ujung barat pulau yang hampir berganti menjadi gelap.  Alhamdulillah, kami bersyukur sekali bisa menyaksikan momen seperti ini. Biaya retribusi Pantai Bintang 2,5rb.
Tumblr media Tumblr media
Dok. 7 : Bintang laut  & Pemandangan menjelangan matahari terbenam
Menghabiskan malam hari di bibir Pantai Pasir Perawan
Dan akhirnya malam pun tiba, selepas maghrib kami kembali ke Pantai Pasir Perawan untuk memasak makan malam di bibir pantai, Jangan khawatir, teman-teman tidak perlu membayar retribusi pantai lagi ya karena kita sudah membayarnya saat siang. sengaja sekali memang, kami membawa peralatan memasak portable dan beberapa bahan makanan, Maa Syaa Allah senang sekali rasanya bisa menikmati makanan di bibir pantai yang tenang ditemani bintang-bintang dan terang bulan, tak lupa sayup-sayup terdengar suara lantunan ayat suci al qur’an dari salah satu teman kami yang tetap meghadiri kelas tahsin daring pada saat itu.  Air di pantai surut ketika malam hari.
Tumblr media
Dok. 8 : Suasana Pantai Pasir Perawan pada malam hari
Hari kedua
Destinasi Wisata 5 : Bersepeda ke Pantai Reggae
Satu hari berlalu di pulau ini, awalnya rencana kami di pagi hari yaitu berburu sunrise di Bukit Matahari, tetapi karena kami berempat merasa cukup lelah jadi kami memutuskan untuk beristirahat saja di homestay sembari menikmati sarapan dan pemandangan laut di depan homestay, Sekitar pukul 7.30 kami mulai bersiap menuju destinasi selanjutnya, awalnya kami hanya ingin berkeliling saja di sekitar pulau, tetapi kami teringat ada satu tempat lagi yang belum kami sambangi, kami memutuskan bersepeda menuju Pantai Reggae. Kami kira pantai ini dekat, setelah mengayuh sepeda cukup jauh kami tidak menemukan tanda-tanda ada tempat wisata. Selama perjalanan kami menemukan beberapa spot bermain di pinggir laut, tapi kami tidak begitu yakin itu adalah tempat yang kami tuju. Akhirnya setelah melanjutkan perjalanan samar-samar kami melihat papan bertuliskan “Tempat parkir kendaraan”, nah ini dia tempatnya. Mungkin karena kami datang di pagi hari pantai masih cukup sepi, bisa dikatakan belum ada satupun pengunjung yang datang. Pantainya terletak di ujung barat Pulau Pari, aku memutuskan untuk merebahkan badanku di ayunan  sambil menikmati semilir angin laut, sayup-sayup aku mendengar teman-teman yang lain sedang asyik mengobrol dan memotret keindahan pantai ini. Biaya retribusi Pantai Reggae ini tidak dibatasi, teman-teman bisa memberikan berapapun yang teman-teman kehendaki.
Tumblr media Tumblr media
Dok. 9 : Suasana jalanan dan Pantai Reggae
-----
Setelah melakukan cek out homestay pada pukul 9.00 pagi kami bersepeda mengelilingi pulau kembali, pemilik homestay mengizinkan kami untuk menitipkan barang-barang di sana sembil menunggu kapal pulang menuju Dermaga Kali Adem. Sebenarnya jadwal keberangkatan kapal dari Pulau Pari adalah pukul 10.00, tapi karena beberapa alasan, kami memutuskan untuk menggunakan kapal lain dengan jadwal yang lebih siang, akhirnya kami memutuskan untuk menghabiskan waktu di Pantai Bintang kemudian kembali ke homestay dan dermaga  pukul 11.30. Sekitar pukul 13.00 kami pun bertolak menuju Kali Adem.
Tumblr media
Dok. 10 : Suasana Pelabuhan Kali Adem setelah kami sampai.
Alhamdulillah perjalanan selesai.
Oiya, jika kondisi teman-teman masih prima setelah sampai di Dermaga Kali Adem, teman-teman bisa melanjutkan perjalanan menggunakan Transjakarta menuju Halte Jakarta Kota, disana teman-teman bisa melanjutkan perjalanan menuju rumah masing-masing menggunakan Commuter line atau Transjakarta kembali.
Dan satu hal lagi, selama perjalanan ini kami membawa dan menyiapkan makanan sendiri, di pulau hanya membeli makan sekali pada hari kedua. Jadi total pengeluaran kita masing kurang lebih 320rb termasuk transportasi dari rumah ke Kali Adem. 
Alhamdulillah bisa kan pergi berempat cuma abis 300rban.
Semoga tulisan yang panjang ini bermanfaat ya teman-teman. Jika ada yang ingin ditanyakan boeh sekali meninggalkan komentar atau menghubungi ku langsung ya.
1 note · View note
embuncantigi · 3 years
Text
Pesan dari teman sejati.
Bismillah.
Sudah lama sekali setelah tulisan terakhir diunggah di sini, entah kenapa rasanya berat sekali untuk melanjutkan tulisan yang belum rampung sebelumnya. Alhamdulillah, saat menulis ini aku dalam keadaan sehat wal afi'at, sudah negatif dari covid dan masih ada gelaja after covid (sedikit). Senang rasanya bisa melanjutkan aktifitas seperti biasa, walaupun kekhawatiran terinfeksi kembali tetap ada, apalagi saat ini muncul varian baru. Entah sampai kapan situasi ini berakhir, entah sampai kapan semua akan kembali normal, kita hanya bisa berharap pada Allah sembari mengusahakan untuk sebisa mungkin mengikuti peraturan-peraturan dari pemerintah sebagai bentuk ikhtiar penanggulangan musibah ini.
Hari ini satu hal pilu datang menghampiri, sebuah kabar duka dari cinta pertama seorang rekan di sekolah.
Beberapa waktu terakhir kita semua memang dikejutkan oleh beberapa peristiwa yang menimpa banyak orang, ada pasangan fublic pigure yang meninggal dalam kecelakaan, meninggalnya seorang ulama, meninggalnya seorang putra dari seorang da'i dalam usia yang amat muda, kabar kecelakaan lalu lintas, banjir bandang di tempat yang sepertinya tidak ada potensi banjir sampai kabar yang amat mengejutkan kemarin yaitu erupsi Gunung Semeru, gunung dengan puncak tertinggi di Pulau Jawa. Sungguh kabar-kabar tersebut tak habis-habisnya membuat kita semua termenung dan merasa amat kecil. Karena sungguh tidak ada apa-apanya kita semua di hadapan Allah. La hawla walaa quwwata illa billah.
Ternyata tidak habis sampai di sana, hari ini kami pun dikejutkan oleh kabar duka. Kabar duka dari seorang ayah, cinta pertama seorang anak perempuan yang menjadi rekanku di sekolah. inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un Allahummaghfirlahu warhamhu wafu'anhu. Aku sendiri memang tidak tahu bagaimana rasanya ditinggal seorang ayah, aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikan kesedihan beliau, tapi rasanya tetap menyayat hati ketika mendengar beliau men-talkin ayahnya pada panggilan video sekaligus menenangkan ibunya. Saat kejadian tersebut beliau masih menunggu dijemput oleh suaminya, bahkan kami tidak akan  mengizinkan jika beliau harus pergi sendiri ke rumah sakit, entah bagaimana perasaanya saat itu.
Sebenarnya kejadian ini tidaklah mendadak, dalam sepekan ini kami sudah melihat bagaimana beliau berjuang menemani ayahnya di rumah sakit, kami melihat bagaimana kuatnya beliau menghadapi keadaan yang membuatnya tidak mampu untuk fokus pada beberapa hal, kami melihat kekhawatiran di mata nya walaupun beliau selalu berusaha untuk terlihat kuat di depan kami. Semoga Allah berikan kekuatan untukmu dan keluarga yang ditinggalkan. Qodarullah, pada akhirnya kita semua tidak bisa menolak takdir. Pada akhirnya kita harus mampu menerima semua ketetapan yang sudah Allah tuliskan.
Dan saat kejadian itu berlangsung, aku tak mampu berkata-kata lagi, aku hanya bisa memeluknya tanpa berkata apapun sampai beliau berkata "Ayahku udah gak ada miss, beliau udah ngerasain sakit lagi miss". La Hawalla wala quwwata illa billah. Semoga Allah berikan kamu kekuatan yang amat besar untuk menerima semua ini. Sungguh kata-kata yang keluar dari seorang anak yang kehilangan cinta pertamanya seperti itu membuat air mataku berkaca-kaca, hatiku sakit, dan seketika teringat wajah ayahku sendiri. "Yang kuat ya miss" dan hanya kalimat itu yang mampu kuucapkan sampai pada akhirnya teman-teman yang lain datang menyusul.
Setelah beliau pulang, tentunya suasana di ruangan kami tidaklah sama, kesedihan menyelimuti kami semua. Samar-samar aku mendengar percakapan beberapa teman selepas shalat dzuhur, ya bahwasannya kita semua hanya sedang menunggu, menunggu giliran “dia” datang menjemut kita. Ya dia adalah teman sejati kita, kematian.
Semoga dengan kejadian ini semua, kita benar-benar menyadari bahwa ada yang tengah menanti kita, dan dia akan datang tanpa bertanya "sudah siapkah kita?". Semoga kita bisa mempersiapkan kedatangannya dengan baik.
Jakarta, 6 December 2021 14.24 WIB
1 note · View note
embuncantigi · 3 years
Text
Bagaimana aku terpapar Covid-19 dan bagaimana aku memutuskan Isoman di rumah? (Bag 1 : Sebelum Test PCR)
Bagaimana caraku menjawab pertanyaan yang aku jadikan judul di atas? Ah aku pun tak tahu persis bagaimana kronologi nya. Tapi aku ingin menuliskan semua dari yang aku ingat. (Baca jadi postingan sebelum ini)
Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya. Tulisan ini dibuat untuk kenang-kenangan dan pengingat di masa depan.
Kontak erat dengan penyitas C19
Saat itu aku ataupun temanku belum tahu kalau dia terpapar, karena aku medapat kabar satu pekan setelah kejadian itu.
11 Juni 2021 : Seperti biasa di setiap hari jum’at aku selalu nebeng  dengan temanku sampai stasiun Palmerah karena temanku selalu ambil jalur memutar untuk menghindari macet pada jam sibuk.
14-16 Juni 2021 : Kami masih bertemu di sekolah seperti biasa dan temanku hanya menunjukan gejala kurang nyaman di tenggorokan pada tanggal 16. Sedikitpun tidak terlintas itu adalah salah satu tanda gejalanya, dan pada hari berikutnya temanku izin tidak masuk sekolah.
20 Juni 2021 : Kepala sekolah mengintruksikan kami untuk WFH pada tanggal 21-22 Juni karena mendapat laporan salah satu guru terpapar C19. Ketika aku meminta izin untuk tetap datang ke sekolah karena semua data yang menyangkut pekerjaan ada di sekolah tenyata tidak diizinkan karena guru yang terpapar tesebut ada di lantai yang sama denganku. Subhanallah betapa kagetnya aku ketika membaca sebuah nama yang disebut. Beliau adalah temanku, dan aku bersamanya beberapa hari terakhir.
Datang ke tempat ramai, menggunakan angkutan umum dan lalai terhadap prokes
22 Juni 2021 : Aku melakukan vaksinasi tahap 1 dengan jenis vaksin AstraZeneca sesuai waktu yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Aku sudah menjelaskan kepada nakes yang bertugas bahwa sebelumnya aku ada kontak erat dengan temanku yang terpapar, tetapi mereka menyampaikan itu tidak apa-apa selama tidak ada gejala. Akhirnya aku tetap melanjutkan vaksinasi pada hari ini. Tidak ada keluhan apapun setelah vaksinasi kecuali pegal pada lengan. Hari ini pula ada intruksi WFH kembali pada tanggal 23-24 Juni karena ada 2 pegawai lain yang terpapar. Subhanallah.
23-24 Juni 2021 : Karena qodarullah laptopku sedang dalam perbaikan, jadi amat tidak memungkinkan untuk menunda pekerjaan yang sudah 2 hari belum dikerjakan sesuai dengan timeline yang aku buat. Jadi aku memutuskan meminjam laptop seorang teman di Bekasi. Berangkatlah aku menggunakan angkutan umum dengan rute rumah-Stasiun Klender-Stasiun Bekasi. 
Setelah vaksinasi harusnya tidak bekerja yang berat-berat
25 Juni 2021 : Akhirnya aku kembali bekerja di sekolah karena pada hari berikutnya adalah pembagian rapor siswa, dengan segala kondisi yang ada. Kami para guru bekerja cukup ekstra pada hari ini, karena pekerjaan-pekerjaan yang bisa aku kerjakan sebelumnya harus dikerjakan pada satu hari ini. alhamulillah pekerjaan selesai. (Pekan pembagian rapor memang paling beda di setiap akhir tahun pembelajarannya)  ditambah dengan mempersiapkan kenang-kenangan dan rapor fisik untuk dibagikan nanti. Sepulang sekolah aku memutuskan mengembalikan laptop temanku pada hari ini juga. Selepas maghrib aku pergi ke Bekasi lagi menggunakan kendaraan umum yang sama di jam yang sangat sibuk, sudah dipastikan penumpang angkutan umum sangat ramai pada waktu tersebut.
26 Juni 2021: Hari pembagian rapor tiba, alhamdulillah sesi kajian, distribusi rapor dan konsultasi bersama orang tua murid berjalan lancar walaupun dengan prosedur daring. Pada hari itu juga kami merapihkan seluruh barang-barang, kelas, dll. karnea akan kami tinggal selama kurang lebih dua pekan untuk berlibur. Setelah semua urusan pekerjaan selesai, salah satu temanku mengajaku untuk sedikit merefresh diri dan pikirian dengan menonton film di bioskop. Tanpa pikir panjang aku tak menolak karena aku ingin juga mendapatkan hiburan setelah disibukan dengan segala pekerjaan yang ada. Sepulangnya, aku sudah merasa ada yang berbeda dengan tubuhku, rasanya seperti masuk angin. Sepulangnya aku meminum obat dan istirahat.
Awal gejala C19 muncul
27 - 31 Juni 2021 : Aku terbangun di waktu shubuh dengan normal, aku melakukan aktivitas pagiku seperti biasa. Biasanya aku langsung pulang ke kampung setelah semua urusan sekolah selesai, tapi kali ini rencana kepulanganku ditunda karena ingin menemani temanku yang berkemas dan bersiap kembali lagi ke kampung halamannya pada tanggal 1 Juli. Qodarullah, manusia memang hanya bisa berencana, semua ketentuan dan keputusan hanyalah milik Allah. Aku mengalami demam tinggi pada tanggal 27 selepas dzuhur dan 2 malam setelahnya aku selalu mengalami demam disertai flu, kemudian batuk. Saat itu aku hanya berfikir ini hanya karena kelelahan saja. Teman sekamarku sudah pulang pada tanggal 27 Juni.
1-2 Juli 2021 : Sakitku semakin menjadi-jadi, flu sudah sembuh, tetapi batuk tak henti-hentinya dan badanku semakin lemas. Akhirnya teman-teman serumahku pulang tanpa aku bantu sedikitpun. Aku mulai sendiri di lantai atas, masih tersisa satu orang yang mengisi lantai bawah.
3 Juli 2021 : Aku mengalami anosmia
4 Juli 2021 :  Memutuskan untuk swab PCR karena curiga semua gejala yang aku alami adalah gejala C19 dan setelah12 jam hasilnya Positif dengan CT-Value 22.
(Lanjut Bag 2 InsyaAllah besok ya)
Jakarta, 23 Juli 2021 23.52
1 note · View note
embuncantigi · 3 years
Text
Dapat gelar “Lc” dengan tetap di rumah 19 hari saja
Kira-kira apa yang terlintas saat membaca atau mendengar kata “Lc”? Maa syaa Allah lulusan kampus timur tengah, Maa syaa Allah lulusan LIPIA (Lembaga Ilmu Pendidikan Islam dan Arab) nih. Eh tapi ternyata, “Lc” yang dimaksud disini jelas bukanlah “Lc” yang itu. Tapi maksudnya adalah “Lulusan covid-19″ hehe.
Entah siapa awal mula yang mencetuskan gelar ini untuk para survivor c-19, sering sekali mendengar istilah-istilah absurd yang cukup menghibur yang disematkan untuk para survivor. Dimulai dari sarjana covid, lulusan covid, dan bahkan ada avenger baru dengan nama ISO-MAN. Dia bukan kategori pahlawan terkuat yang bisa menaklukan para penjahat di film-film itu, tapi dia adalah pahwalan PALING MULIA. Sebab apa? ya jelas, karena dia adalah  pahlawan yang mau menekan egonya untuk tetap di rumah pada masa genting saat ini, padahal kan biasanya avenger harus keluar kandang alias rumah untuk menyelesaikan permasalahan. Tapi ISO-MAN ini jelas beda deh pokoknya. Selamat bagi teman-teman yang sudah bersabar untuk tetap di rumah. Kamu sudah menyelamatkan kehidupan banyak orang tanpa kamu sadari.
Mau nulis apa sih sebenarnya?
Mohon maaf ya semuanya (padahal tulisan ini enggak bakal dibaca publik juga, kenapa harus mohon maaf si haha). Jadi pada kesempatan kali ini, secara sadar aku mau buat tulisan untuk kenang-kenangan di masa depan, semoga Allah memberiku umur yang berkah dan umur yang panjang agar kelak aku bisa membaca tulisanku sendiri yang absurd pada usiaku yang telah menua. aamiin.
Tentu, pada 2020-2021 ini bukanlah tahun yang biasa, kita telah melalui banyak hal yang tidak pernah kita duga sebelumnya, siapa yang pernah mengira dunia digemparkan dengan adanya virus yang membuat seluruh negara kalang kabut termasuk di negara kita yang tercinta ini, Indonesia. Iyah betul, dia adalah Corona Virus Disease 2019 atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Covid-19″. Aku gak akan bahas virusnya karena kita bisa mencari banyak informasinya internet, amat bertebaran informasi mengenai hal asing ini.
Awal mula  C19 hadir jelas membuat dunia gempar apalagi saat virus ini terdeteksi masuk ke Indonesia. Wah banyak sekali kekhawatiran dan desakakan-desakan kepada pemerintah agar segera mengambil langkah untuk menghadapi situasi ini. Singkat cerita. BOOM!!! Benar-benar meledak dan sulit dikendalikan. C19 menyebar ke seluruh nusantara tercinta.
Juni 2021
Ini adalah inti dari tulisanku yang muter-muter kayak jalur angkot JakLinko. Setelah mendengar beberapa “orang jauh” terpapar C19 aku hanya bisa mengelus dada sambil berdoa dalam hati “ya Allah, semoga engkau jauhkan kami dari marabahaya ini”. Kemudian semakin hari kabar terus berdatangan dari “temannya orang dekat” lalu datang dari “orang dekat” lalu datang dari “orang amat dekat” dan siapa sangka dia datang langsung kepadaku, hidup dengan ku, menyerang daya tahan tubuhku dan mengambil banyak waktuku.
Alhamdulillah puji syukurku kepada Allah tuhanku yang maha pengatur, Allah tidak semata-mata mengirimkan C19 ini padaku tanpa adanya hikmah dan ibrah yang bisa aku ambil. Allah juga memberikan waktu istirahat yang amat cukup untukku. Allah mengajarkan padaku bagaimana bersabar menghadapi ujian, menghargai hak-hak untuk tubuh kita, dan menunjukan kasih sayangnya dengan menggerakan hati banyak orang. Terimakasih ya Allah.
Alhamdulillah, aku terpapar C19 dengan kategori gejala yang ringan akan tetapi rasanya tetap berat ketika menghadapi kenyataan bahwa ada virus ini di dalam tubuh kita. Bagaimana tidak, semua berita di televisi dan linimasa media sosial penuh dengan berita tentang kematian, kematian dan kematian akibat virus ini. Begitu pula dengan pengumuman-pengumuman dari masjid, grup wa, dll. Aku turut berduka pada semua yang kehilangan orang-orang tercinta karena virus ini, semoga Allah menerima amal ibadahnya dan Allah berikan tempat terbaik untuk mereka yang telah pergi mendahului kita.
Dengan pertolongan Allah yang menggerakan hati banyak orang untuk peduli dan bahu membahu membantuku, aku amat bersyukur. Bahkan sebesar apapun rasa syukurku kepada-Nya tak aka pernah sebanding dengan pertolongan yang Allah berikan. 
Tak terasa hari ini adalah hari ke-26 setelah aku merasakan gejala awal itu muncul dalam diriku, dan aku telah dinyatakan (+) dari C19 ini. Aku sangat terharu ketika membaca hasil testnya. “Alhamdulillah aku berhasil melalui fase ini. Alhamdulillah aku bisa bertahan” ucapku sambil mengusap air mata. 
Walau pada mulanya aku merasa sendirian (karena aku tinggal di mess karyawan dan semua teman-teman sudah pulang ke rumah masing-masing dalam rangka liburan akhir tahun sekolah) tetapi pada hakikatnya aku tidak pernah sendirian, ada Allah yang selalu mengawasi dan menjagaku. Ada Allah yang menggerakan hati banyak orang agar tergerak untuk sekedar bertanya bagaimana kabarku, bagaimana hariku, apakah aku sudah makan, apakah persediaan makanan masih ada, apakah ini, apakah itu, dsb. Terimakasih ya Allah atas kasih sayang-Mu yang tak terhingga.
Akhirnya, resmi sudah aku mendapat gelar sudah ku bahas di awal. 
D... K..........., Lc. 2021
(Sebenarnya awalnya aku mau buat kronologi bagaimana aku tepapar C19 ini, tapi sampai sepanjang ini tulisannya gak ada pembahasannya sama sekali. Baiklah. kita tulis dengan judul baru saja kalau begitu)
Jakarta, 23 Juli 2021 22.49 (Saat masih sendiri di mess karyawan)
1 note · View note
embuncantigi · 4 years
Quote
Need or want?
Dua kata itu saja yang cukup kamu pikirkan ketika ingin memiliki sesuatu.
0 notes
embuncantigi · 4 years
Text
Klise
Tumblr media
Bertemu ...
Bersama ...
Berpisah ...
Satu tahun berlalu
Kenangan tercipta
Ribuan kisah terukir
Canda tawa melekat dalam ingatan
Hari ini
Pesan perpisahan terdengar
Pertemuan adalah takdir
Perpisahan juga bagian dari takdir
Maaf atas kata yang tak mampu terucap
Maaf atas segala khilaf yang telah tertancap
 Jakarta, 27 Juni 2020 7.13 PM
0 notes
embuncantigi · 4 years
Text
Sebagian
Hari-hari berlalu
Berjalan datar tanpa gejolak
Bagi sebagian orang
Itulah inginnya.
Hari-hari berlalu
Berjalan tanpa jeda
Menelan kehidupan nestapa
Bagi sebagian orang
Itulah inginnya.
Hari-hari berlalu
Tanpa mengingat seisiapa
Bagi sebagian orang
Itulah inginnnya.
Hari-hari berlalu
Dengan penuh kegembiraan
Bagi sebagian orang
Itulah inginnya.
Hari-hari berlalu
Lalu inginmu?
0 notes