Text
POV : Beruntung
Sebagai seorang muslim, kalau kita bisa menggunakan sudut pandang valuenya dengan baik di tengah kondisi saat ini menurutku adalah sebuah anugrah. Kita memang mungkin hidup dengan namanya, tapi apakah hidup dengan valuenya? Nah itu bahan evaluasinya. Kenapa beruntung? Coba renungi baik-baik, saat cara pandang di sekitar kita (bahkan diri kita sendiri) menilai keberhasilan diri itu dari jenis pekerjaan, jumlah pendapatan, status pernikahan, punya anak apa engga, dsb.
Keberhasilan kita sebagai seorang muslim, enggak diukur dari semua itu. Tapi dari iman dan takwa. Kalau diturunkan dalam beberapa parameter turunan, ya menjadi manusia yang bermanfaat. Dan definisi bermanfaat itu luas banget. Udah.
Kamu tetap valueable dgn apapun kerjaan kamu sekarang (yg halal ya), kamu tetap valueable meski kamu belum nikah, kamu tetap valueable meski belum bisa jadi orang tua, kamu tetap valueable mau lairan normal - SC dsb, kamu tetap valueable jadi ibu rumah tangga, kamu tetap valueable mau tinggal di kota kek di desa kek. Bener-bener keberhasilan serta keberhargaan diri kita enggak diukur dari parameter2 yang selama ini memenuhi isi pikiran kita sampai bikin kita stres dan depresi. Dan puncak dari keberhasilan hidup di dunia yang menurutku membuatku sangat menginginkannya dan bisa dilihat dengan kasat mata adalah kematian yang baik.
Pernah nggak kamu iri sama orang (yang mungkin enggak kamu kenal), dia meninggal dalam keadaan yang baik. Semua orang membicarakan kebaikannya. Yang melayat - serta menyalatkan jenazahnya mashaAllah banyak banget. Setiap orang posting di sosial medianya, bersaksi bahwa dia orang baik. Padahal dalam paramater dunia yang selama ini mau kita raih, dia biasa-biasa aja. Enggak terkenal, bahkan kita baru kenal ya pas dia meninggal.
Kematiannya pun menggerakkan banyak langkah kaki orang meski jauh untuk datang dan shalat jenazah. Orang-orang yang tahu dia meninggal, merasa kehilangan seseorang yang berharga.
Sungguh, kalau sudut pandang kita bisa selaras sama value yang seharusnya kita ambil dari perspektif muslim. Kita nggak akan khawatir sama urusan dunia kita. Kamu tetap berharga, apapun takdir yang lagi kamu jalani.
Tinggal gimana kita memastikan kita berharga di mata-Nya dengan amalan-amalan :) (c)kurniawangunadi
116 notes
·
View notes
Text
Cerpen : Jatuh Cinta di Umur Matang
Lebih rasional.
Langsung menganalisa, apa tujuan dari jatuh cinta ini. Kalau hanya sekedar bermain rasa, lebih baik bekerja aja mencari uang buat membeli kesenangan. Karena jika jatuh cinta hanya untuk menerka-nerka mau ke mana ujungnya, lebih baik beli tiket kereta dan pergi berkelana sendirian, lebih minim risiko daripada jatuh cinta. Langsung mengkonfirmasi, apa aja yang kamu miliki dan aku miliki serta apa yang tidak. Untuk hal-hal yang tidak kamu miliki, bagaimana kamu mengupayakannya? Apakah kamu termasuk orang yang tidak peduli dengan harta halal dan haram selama bisa mendapatkannya atau orang yang hati-hati? Sebab aku sangat hati-hati. Untuk hal yang sudah kamu miliki, apakah kamu bersedia untuk berbagi? Langsung menyaksikan, bagaimana tabiatmu yang terbentuk selama puluhan tahun. Karena aku tidak bersedia jika aku menjadi alasanmu untuk berubah menjadi lebih baik, apalagi jika kamu berharap aku bisa menjadikanmu lebih baik. Bagiku sejak awal sangat realistis, aku ingin jatuh cinta pada orang yang baik. Karena tidak ada jaminan aku bisa mengubahmu yang telah hidup dengan caramu selama puluhan tahun dalam sehari semalam apalagi beberapa hari saja. Aku memang tidak cukup sabar untuk menemanimu berubah, silakan berubah dulu menjadi baik kalau kamu memang berniat. Langsung pada intinya, tidak perlu terlalu banyak seremoni yang uangnya bisa kita pakai untuk pergi umroh atau membeli rumah. Daripada harus lelah menyiapkan banyak ritual, bagaimana kalau kita beramal saja, misal berbagi kebahagiaan dengan mengundang keluarga dan juga berbagi ke orang-orang fakir dan miskin. Biar doa-doanya buat kita, tidak ada penghalang untuk sampai kepadaNya.
Tidak perlu banyak basa basi, kalau kamu memang berniat untuk jatuh cinta. Jelaskanlah tujuanmu hingga sejauh mana, kalau kamu tidak ada tujuan, lebih baik hilang.
Karena aku tidak punya banyak waktu untuk mengulang-ulang kesedihan yang serupa. Karena aku pun sekarang lebih rasional, bukan lagi rupa menawan yang membuatku terpesona dan berkata "iya". (c)kurniawangunadi
641 notes
·
View notes
Text
Agar Kamu Tidak Bersedih
Ternyata di Qur'an tuh banyak banget kalimat-kalimat yang "aneh" dalam artian, "pasti ada maksudnya nih, ini mah bukan buatan manusia."
Jadi tadi aku notice potongan ayat, bagus banget.
"— karena itu Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu—"
Respons pertama saat baca kalimatnya adalah: Hah? 😧 Bentar.. nggak salah nih? Kesedihan demi kesedihan supaya nggak sedih? Hah? Gimana ceritanya? Memang istilah bahasa Arab yang dipakainya apa?
Ternyata untuk kesedihan demi kesedihan diksinya tuh "غَمًّا بِۢغَمٍّ" , sementara untuk bersedih hati pakai diksi "تَحْزَنُوْا". Berarti ada kesedihan yang berbeda kan?
Apa perbedaan antara: الح��ن (al-huzn), الغمّ (al-ghamm), dan الهمّ (al-hamm)?
Huzn (الحزن) berkaitan dengan hal-hal yang telah berlalu (masa lalu).
Ghamm (الغمّ) berkaitan dengan hal-hal yang sedang terjadi (masa kini).
Hamm (الهمّ) berkaitan dengan hal-hal yang akan datang (masa depan).
Secara literal, "غَمّ" berarti menutupi, menyelubungi, atau menekan. Dalam konteks emosional, "ghamm" menggambarkan perasaan yang menutupi hati seseorang dengan beban berat.
Di ayat lain, "غَمّ" juga berarti awan/kabut yang meliputi. Cukup masuk akal, ketika di dalamnya kita jadi tidak dapat melihat ke depan maupun ke belakang. Di ayat lainnya lagi, bentuknya "غُمَّةً" artinya dirahasiakan. Masuk akal juga, karena ketika kita mengalaminya, kita nggak pengen dunia tau apa yang terjadi pada kita. Kita akan merahasiakannya serapat mungkin and act like everything is fine.
Aku menemukan bahwa "غَمّ" digunakan di 4 cerita di dalam Qur'an:
Nabi Musa setelah membunuh seseorang secara tidak sengaja dan menyadari dampak serius dari tindakannya yaitu menjadi buronan dan menghadapi risiko yang besar serta konsekuensi yang mungkin timbul.
Nabi Yunus setelah menyadari bahwa meninggalkan misi dakwah dan melarikan diri dari tanggung jawabnya telah menyebabkan dirinya berada dalam situasi yang sangat sulit, yaitu dalam perut ikan. Perasaannya mencekam dan tertekan akibat kesadaran atas kelalaian dan dampaknya terhadap tugas yang diberikan Allah.
Pasukan pemanah Uhud yang meninggalkan posisi mereka di medan perang Uhud menyadari bahwa ketidakdisiplinan mereka menyebabkan kekalahan yang fatal bagi seluruh pasukan dan mereka cemas terhadap hasil dari tindakan mereka.
Penghuni neraka yang merasakan cambuk dari besi dan berusaha keluar dari siksaan neraka.
Ada pola menarik dalam penggunaan ghamm di 4 cerita itu:
Semua terjadi karena kesalahan manusia itu sendiri (baik disengaja atau tidak). Jadi ghamm datang sebagai wake-up call dari Allah setelah tindakan yang membawa konsekuensi nyata. Kayak.. membangkitkan rasa fatal.
Gham muncul saat sadar akan akibatnya. Ghamm lebih dari sedih atau takut biasa, yang muncul karena "aku melakukan sesuatu, dan sekarang aku harus menanggungnya". Berarti ghamm hanya dapat terjadi pada orang yang taklif dan memahami konsekuensi atau hukum sebab-akibat.
Gham membuka jalan untuk reframing, taubat, dan perubahan (kecuali yang di neraka). Musa dan Yunus segera memohon ampun dan berdoa. Pasukan Uhud menerima koreksi dan pelajaran keras dari Allah. Bahkan penghuni neraka ingin keluar, tapi sudah terlambat.
Gham adalah kemurahan Allah sebelum hukuman akhir. Allah izinkan ghamm menimpa seseorang agar ia tidak terus terbuai, agar hatinya mencicipi "penyempitan" sebelum terlambat. Tapi jika tidak direspons dengan sadar dan taubat, barulah ia bisa berujung pada hukuman.
Jadi bayangin, ghamm itu kayak, "damn moment" yang rembetan konsekuensinya gede dan fatal.
"Gue udah ngelakuin ini, dan sekarang semuanya runtuh."
"Gue sadar banget salahnya, tapi gue juga belum tau harus gimana."
"Ini bukan sekadar sedih. Ini dada gue sempit, kalut, gelap, dan berat."
"Gue menyesal, tapi ga ada waktu untuk menyesal di tengah-tengah himpitan ini."
Dia beda dari Huzn (sedih karena masa lalu) yang lebih lembut, reflektif. Dan beda juga dari Hamm (cemas akan masa depan) yang lebih ngawang, belum terjadi. Tapi dia bisa jadi adalah gabungan dari Huzn dan Hamm 🤯
Terus gimana ceritanya ghamm dapat mencegah huzn?
Jawabannya satu kalimat: luka lama dilampaui oleh luka kini. Sejujurnya meringis sih pas ngetiknya, kayak.. tega banget 😅 tapi dipikir-pikir cukup masuk akal.
Allah menggantikan luka yang membeku dengan luka yang bergerak. Huzn membuat kita stuck, menyesal, menoleh ke belakang, dan menyalahkan diri, sementara Gham membuat kita sadar, bangkit, bergerak, bertahan, dan berserah. Allah lebih memilih menimpakan kesedihan yang "aktif" agar kita selamat dari kesedihan yang "membeku."
Menariknya, Menurut Lazarus & Folkman, coping dibagi dua:
Problem-focused coping: usaha menyelesaikan masalah.
Emotion-focused coping: usaha mengelola perasaan.
Kalau huzn mungkin fokusnya di emosi dan masih punya keluangan mental dan waktu untuk mendalami rasa sesal. Kalau ghamm benar-benar harus switch ke problem focused coping. Jadi, kesedihan baru (ghamm) yang mengharuskan seseorang bergerak, ternyata bisa mengaktifkan mekanisme coping yang sebelumnya tidak muncul saat larut dalam huzn.
Selain itu, dalam psikologi kognitif, ada konsep Cognitive Load Theory yang menyatakan bahwa otak manusia hanya mampu memproses sejumlah informasi atau emosi secara bersamaan. Dalam tekanan yang aktual dan mendesak (ghamm), otak akan secara otomatis mengalihkan sumber daya mentalnya ke situasi itu. Alhasil, grief (huzn) yang tadinya mendominasi bakal terdorong ke latar belakang karena otak sedang sibuk survive di "sekarang". Kayak.. untuk bersedih pun tidak sempat.
Tapi, karena Allah Maha Mengetahui cara jiwa bekerja lebih dari siapa pun, maka penempaan jiwa melalui penimpaan ghamm itu hakikatnya adalah penyelamatan. Allah mungkin nggak serta merta hapus luka dalam waktu cepat secara ajaib. Allah lebih pilih menempa kita, saking bangga dan percayanya Dia, bahwa kita bisa lebih kuat. Dan akan ada saatnya "ketenangan" Dia turunkan sebagai imbalan, di kondisi kita yang semakin pantas untuk menerima ketenangan itu.
— Giza, masih terus mencoba melakukan pendekatan lewat jalur apapun. Mungkin pendekatannya selama ini ada aja yang keliru, tapi bisa dianulir seiring bertambahnya iman dan ilmu.
588 notes
·
View notes
Text
Masa Muda
Kamu mungkin akan bertemu dengan orang yang kamu kira akan menjadi pasangan hidupmu, ternyata tidak. Kamu bersedih. Tapi ketahuilah, nanti kamu akan tahu kenapa kamu tidak dengannya. Nanti. Setelah kamu melewati waktu beberapa tahun ke depan. Kamu mungkin akan bertemu dengan pekerjaan yang kamu rasa cocok, tapi nanti kamu akan ketemu sama pertanyaan mendalam : apakah kamu akan menjalani hal itu seterusnya dan selamanya, seumur hidupmu? Lalu kamu akan mulai berpikir bercabang-cabang karena pekerjaan yang kamu dapatkan sebelum kamu berkeluarga itu ternyata seberpengaruh itu pada keputusan-keputusan besarmu yang lain, seperti tinggal dimana, nikah sama siapa. Kamu mungkin akan ketemu sama hal-hal yang kamu rasa adalah petunjuk, tapi ternyata adalah ujian. Sama halnya dengan orang-orang yang hadir dalam hidup kita, banyak diantara mereka yang datang sebagai ujian, hanya sedikit sekali yang menjadi karib, dan hanya satu saja yang menjadi pasangan hidup. Saat itu kamu begitu berapi-api seolah semua hal akan sesuai dengan sangkamu, tapi ternyata kamu terjerumus pada ujian yang membuatmu kelelahan badan dan pikiran. Kamu bersedih. Tapi ketahuilah, ujian itulah yang nanti akan menjawab pertanyaanmu kenapa orang dewasa/orang tua itu bisa lebih bijaksana.
Kamu mungkin akan ketemu sama hal-hal yang di luar nalarmu. Seperti kamu hari ini, yang tengah berdiri pada apa-apa yang telah kamu raih dan memang ada juga yang belum berhasil kamu raih. Tapi sadar nggak, kalau kamu bisa berjalan dan bertahan sejauh ini saja udah merupakan pencapaian yang luar biasa di tengah semua dinamika hidup yang kamu jalani. (c)kurniawangunadi
464 notes
·
View notes
Text
“You seek steady love from people. Perfect loyalty. Love that does not diminish, does not die, does not change. In essence, you are looking for Allah’s love. It is fitrah - to look for this kind of love. We are just looking for it in the wrong places. Human love does not have the capacity to fulfil these requirements. You are looking for Allah’s love. You just don’t realise it yet.”
— Tawfique Chowdhury (via allahaljalil)
409 notes
·
View notes
Text
"Hari ini kita saksikan banyak anak tersekolahkan dengan baik (well-schooled) tetapi tidak terdidik dengan baik (well-educated)"
Setidaknya menyimak beberapa video dalam bahasan Fitrah Based Education kalimat ini seringkali diulang oleh Alm. Ustadz Harry Santosa. Menariknya, beliau yang juga mengatakan sebagai kader dakwah dalam gerakan Tarbiyah, juga menyinggung soal bahwa Ta'lim (pembelajaran) harus dilanjutkan dengan Tarbiyah (penjagaan/pembinaan)
Lebih lanjut, dalam salah satu potongan video reels Habib Jafar al Jufrie, beliau mengatakan "Hari ini mengikuti majelis ta'lim amat sangat gampang, via online pun juga bisa. Tapi kita kehilangan adab bermajelis"
Maka, ide yang tertangkap, pentingnya menempatkan makna Ta'lim, Tarbiyah, dan Ta'dib secara tepat, sesuai proporsinya; supaya melahirkan insan-insan yang berkualitas
122 notes
·
View notes
Text




My exploration still going strong, as I stumbled upon **Xanım Fatimeyi Zəhra Məscidi**, a mosque tucked away in the city's heart. From the outside, it looks so less stunning compared to the other that I have visited, but stepping inside was where my little adventure began.
I found myself lost, as i was find difficult to locate where the prayer area for women was. I'd have to awkwardly figure it out on my own, a local perfume shop owner nearby noticed my confusion. With a warm smile, he kindly pointed me in the right direction. That small act of kindness makes the moment feel even more special, sometimes, it's in these tiny interactions that we feel the beauty of being part of this vast ummah. When I finally performed Dhuhr here, I couldn't help but observe how my fellow Muslim brothers and sisters prayed. The way their rituals that I never saw before, it was mesmerizing. Different, yet the same. We might come from different thoughts, but at the end of the day, we all stand in devotion to Allah, the Most Gracious, the Most Merciful.
There was something else about this mosque that struck me as familiar. Unlike most mosques I've been to, here, they played sholawat through the speakers. The melody was unlike anything I had heard before, yet it was deeply nostalgic. It reminded me of home, where the echoes of sholawat fill the streets, especially in the early mornings or before prayers. Living in Saudi Arabia, this is something I rarely get to hear, so standing there, listening to the recitations, felt like a piece of home had momentarily found me in Baku. It was comforting, like a gentle reminder that faith always has a way of reconnecting us, no matter how far we travel.
0 notes
Text

Series: Berjalan lebih jauh untuk bersyukur lebih banyak.
Sungguh nikmatnya yang Allah kasih dan rasa sayang-Nya terhadap umatnya gak perlu diragukan lagi. Mungkin cuman masalah waktu buat kita memetik hikmah sekaligus perkara perspektif yang masih musti dipelajarin sepanjang hayat.
Allah meminta kita belajar lewat apapun dan siapapun, dan melalui safar, berjalan jauh untuk berjumpa makhluknya lebih banyak, untuk saling mengenal dan saling belajar. Bahwa dunia seisinya ini indah diciptakan, sebagian yang lain menjadikan kita makin bersyukur atas nikmatnya.
No single words except Alhamdulillah yaa Rabb :)
1 note
·
View note
Text
#Journal25: Tentang Menyembunyikan Kebaikan
Ada keindahan yang sering kali luput dari perhatian: kebaikan yang disembunyikan. Dalam diam, tanpa sorak, tanpa pengakuan, sebuah tindakan baik menjadi lebih murni dan tulus.
Menyembunyikan kebaikan bukanlah tentang menyembunyikan kebenaran, melainkan menjaga hati dari niat yang bercampur. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tangan kananmu memberi, namun tangan kirimu tidak tahu." Ini adalah ajaran untuk menjaga keikhlasan, bahwa kebaikan sejati adalah kebaikan yang tidak bergantung pada penilaian manusia.
Ketika kebaikan dilakukan tanpa diketahui orang lain, ada hubungan yang lebih dalam antara kita dan Allah. Kita menyadari bahwa kebaikan itu sendiri adalah hadiah. Rasanya seperti sebuah rahasia indah yang hanya kita dan Tuhan yang tahu.
Menyembunyikan kebaikan juga mengajarkan kita tentang kepercayaan diri. Bahwa penghargaan terbesar tidak datang dari manusia, tetapi dari-Nya. Tidak perlu pengakuan, tidak perlu pujian. Hati menjadi lebih ringan, niat menjadi lebih suci.
Jadi, setiap kali kita melakukan kebaikan, tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini benar-benar untuk-Nya? Karena pada akhirnya, kebaikan yang tersembunyi adalah kekuatan yang tidak lekang oleh waktu.
Kebaikan yang tidak terlihat manusia, akan selalu terlihat oleh Yang Maha Melihat.
0 notes
Text





Next stop is Təzəpir Masjid. Situated near to Baku New Central Park, I believe this has to be one of tourist destinations as it beautifully crafted with the stunning architecture. Built between 1905 and 1914, Təzəpir wasn’t just a masjid, it was a vision brought to life by Nabat Khanum Ashurbeyova, a wealthy and deeply pious woman whose devotion helped shape this sacred space. Imagine that a mosque born from a woman’s unwavering faith, quietly challenging the norms of her time.
Again, as I was there, the segregation between man and woman prayer room are way to obvious as the second level are being closed and also the walls for separation is fully built. When I'm about entering the complex an elderly showed me where the ablution place, and quite interesting when I found it was beneath the building on outdoor area. Once I have inside, two pilgrims was standing there in silence as mesmerising the beautiful shapes of the building.
It was around Dhuhur time when I found challenge since three of them couldn't speak English and I have no internet connection, so best way is always using a gesture to ask the prayer time. Had to wait about 30 minutes, and i was curious about what happening inside the man prayer area. I believe they doing rituals but again, I couldn't digest nor found the similar situation before.
0 notes
Text





On this day as I dedicated my whole time to absorbing the life of local in here, starting with this masjid. As I looked for the surrounding, this shall be my very first stop.
The Qasımbəy Mosque primarily serves the Shia muslims community, which is the dominant Islamic sect in Azerbaijan. Historically, Azerbaijan has deep Shia roots due to the influence of the Safavid dynasty, which established Shia Islam as the state religion in the region.
However, like many mosques in Azerbaijan, Qasımbəy Mosque is also a reflection of the country’s religious tolerance, where Sunni and Shia Muslims often coexist peacefully. While its religious practices are mainly aligned with Shia traditions, it remains a quiet space open for worship and reflection for all Muslims.
Same goes like in KSA, as to what happened during not in prayer time, the masjid is being closed. However, Alhamdulillah as a fellow muslim sisterhood, a woman whom I believed as a masjid administrator extended her help for me unlocked the door and open it for me to pray inside. It would be more accurate to say upstairs, since mostly the segregation of woman prayer area is distinctive where it tend to located at the second level. I managed only pray tahiyatul masjid here as I planned to perform dhuha in another masjid where apparently still at the same area, in Old City of Baku neighbours.
0 notes
Text





Located in the seaside of the Caspian Sea in Baku, Azerbaijan, the Bibi-Heybat Mosque stands as a powerful symbol of faith and resilience. Originally built by Shirvanshah dynasty, it was destroyed by the Soviets and beautifully rebuilt after Azerbaijan's independence.
Its sandstone walls, emerald-green domes, and intricate Arabic calligraphy reflect both strength and devotion. The mosque is especially sacred for housing the tombs of Ukeyma Khanum, a descendant of Ali and Fatimah, along with Amir Ali and Abu Muhammad, who are also believed to be descendants of the Prophet Muhammad PBUH. These tombs make Bibi-Heybat a deeply spiritual site, drawing countless pilgrims seeking blessings and reflection for fellow Shia believers.
Once when I was there during Dhuha time, I met fellow pilgrims who performed ritual respecting the figure. Along with some believe it was like second Mecca they said about the place. It was quite peaceful as not many people took its pray there.
0 notes
Text






In a series of Baitullah wanderer, started from here.
The Tbilisi Juma Mosque, built in 1864, is the only functioning mosque in Tbilisi apparently (Alhamdulillah, I wasn't aware in the beginning that Ge, particularly Tbilisi which is its Capital, a home for majority christian orthodox believers) and holds a unique distinction as a shared place of worship for both Sunni and Shia Muslims (This shall be the beginning of another stories in the futures).
This rare unity symbolizes harmony and religious tolerance, reflecting Tbilisi’s multicultural history. The mosque is located in Old Tbilisi, near the iconic Abanotubani sulfur baths and beneath the Narikala Fortress, making it a significant cultural and historical landmark.
Its brick façade, tall minaret, and blend of Islamic and Georgian architectural styles add to its charm and importance. I think for women prayer areas only accommodate around 30-50 jamaat. I went back and forth for like 4 times just to make sure everyone get it's pray accordingly).
Alhamdulillah ya Allah :)
0 notes
Text
Cuap2: Bukan kita yang mililh temen, tapi Allah yang ngasih temen terbaik di hidup kita!
Kali ini di edisi ini pengen banget bener-bener isa nulis tanpa musti kepause mikir diksi atau kebahasaan yang baku deh. Oke, ini semua berawal dari hasil kontempelasi beberapa hari kebelakang ini (as usual). Tentang banyak nyoba hal baru, banyak ketemu orang baru, banyak ngebuka diri sama orang, even orang baru sekalipun. Baru tersadar, waktu haji tahun 2021 kemarin tuh, teringatnya minta doa sama Allah buat selalu didekatkan, dibersamai, dikuatkan, dimentorin, pokok intinya mah maunya ditempatkan dilingkungan dimana sama orang soleh/solehah beradar gitu ceu. Lingkungan yang selalu ngebawa kita jadi lebih baik, lebih deket sama lebih - lebih deh makin cinta sama Allah dibandingkan ama dunia. Terus mikir lagi dong, iya ya, dengan sendirinya, kaya berasa temen-temen tuh terfilter gitu lho, kaya by default mungkin yaa, pas kita ngerasa baik sama semua orang, tapi orang lain yang jadi lawan kita tuh yang otomatis langsung reflek terus ngejaga dengan sendirinya gitu lho, tanpa repot-repot kitanya yang musti cut off atau for the worse slamming the door (hahaha, tipikal infj sih). Nah, dari sini tuh makin-makin bersyukur banget, circle terdekat tempat curhat selain Allah tuh, Alhamdulillahnya tuh Allah kabulin kontan di dunia, tanpa effort berlebih bahkan! Temen yang tanpa kitanya ngasih tau, tetiba ngabarin: Riz, lagi ngerasain apa? Riz, lagi sibuk apa? Riz, aku lagi scroll ini nih, terus keinget sama kamu, aku sent ya! Riz, gapernah posting, sekalinya update ngeliat dari postingan orang, apakabar woy? Riz, udahan kah sedihnya? Mba, makasih ya effortnya 1juta of 100 deh Riz, nyampe Indo kapan? Make sure bisa catch up ya? Sini nginep tempatku aja: smh bisa lho ngerasain mana yang beneran tulus atau cuman lip service tuh Kayanya masih banyak sih, bahasa-bahasa cintanya teman yang baik, tapi so far ini kayanya yang keinget. Jadi kalau ditanya ditingkatan yang lebih dalem lagi gimana? Mereka tuh sering banget buat ngasih nasehat tanpa ngeguruin, langsung nyontohin tanpa ngejudge atau bahkan mengkerdilkan kita gitu. Gak juga mereka nyombongin atas pencapaian masing-masing, yang ada malah kaya berasa di colek halus: eh amalan apa yang udah kamu siapin buat ngeraih ridhonya Allah sama syafaatnya Rasul? Ya walaupun jarak tuh ada banget, tapi kerasa deketnya lho. Mereka ga pernah senuntut itu apalagi ngomong: ih rizka mah balesnya suka kebiasaan, lama!
0 notes
Text
Memandang dan mengamati apa yang terjadi dengan ibu pertiwi akhir-akhir ini semakin meyakini bahwa:
Politik dengan segala intriknya sungguh amatlah pelik, bagi mereka dengan penuh kesadaran dan kemawasan yang tinggi tidak menjamin jalan yang mudah. Alih-alih mengikhtiarkan segala niat baik, bertahan dari gempuran hal-hal yang melemahkan integritas diri saja sudah menyedot energi yang tidak sedikit.
0 notes
Text
Dear my fellow sisterfillah, my Ndaa dimanapun berada
Cinta yang baik itu didapat dengan cara yang baik. Kamu ingin pasangan yang taat, pasangan yang sholeh, pasangan yang baik, maka gunakanlah usaha-usaha yang baik. Ingat bahwa yang maha pembolak-balikkan hati adalah Allah, bukan usahamu!
Mau kamu mengejar cintanya sampai mengitari bumi, mau kamu cari perhatiannya, mau kamu nangis-nangis mengemis cinta yang tidak baik, mau kamu menjatuhkan kehormatanmu untuknya, tidak akan merubah apapun dari dirinya jika Allah tidak berkehendak membalikkan hatinya untuk mencintaimu.
Jika kamu jatuh cinta kepada manusia, maka jatuh cintalah kepada Allah terlebih dahulu. Cara jatuh cinta itu mudah, sujudlah kepada Allah. Memohon ampun kepada Allah jika cinta dalam hatimu melebihi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Cukup dengan bersujud. Bersujud dan meminta kepada Allah, mintalah kepada Allah untuk diberi cinta yang baik, jika Allah berkendak maka cintamu pasti menang.
0 notes
Text
Ketakwaan bukanlah soal lokasi, tetapi soal menjaga iman dalam hati, terutama di zaman yang penuh godaan dan kemaksiatan.
Sebuah fenomena menggelitik hati, dimana diri yang sering diberkati oleh jarak terdekat dari kedua tanah suci Makkah dan Madinah, dengan segala kemudahan untuk berkunjung kapanpun.
0 notes