Agan (01), Feisal (14), Roshandeani (32), & Sabilla (42). XI IPA 3, SMAN 2 BDG. More info? Click ABOUT US↓
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
MODEL PENGELOLAAN SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN MENUJU SEKOLAH ADIWIYATA
Apa itu Adiwiyata ? Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup dalam upaya rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dahulu dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan yang negatif.
Tujuan Program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah agar menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, murid dan pekerja lainnya), sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya – upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Program Adiwiyata dikembangkan berdasarkan norma – norma dalam berperikehidupan yang antara lain meliputi: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Sebagai salah satu penghuni planet bumi ini, kita berkewajiban menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Mengikuti pesan KH. Abdulah Gymnasiar yaitu dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal yang terkecil, dan dimulai saat ini juga.
Empat aspek yang harus menjadi perhatian sekolah untuk dikelola dengan cermat dan benar apabila mengembangkan Program Adiwiyata yakni ; Kebijakan, Kurikulum, Kegiatan, dan Sarana Prasarana. Sehingga secara terencana Pengelolaan aspek-aspek tersebut harus diarahkan pada indikator yang telah ditetapkan dalam program Adiwiyata.
1) Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan,
2) Kurikulum Berbasis.. Lingkungan,
3) Kegiatan Berbasis Parisipatif dan
4) Sarana dan Prasarana Pendukung Ramah Lingkungan.
1. Pengembangan Kebijakan Sekolah.
Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan model pengelolaan sekolah yang mendukung dilaksanakannya pendidikan lingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Program Adiwiyata yakni Partisipatif dan Berkelanjutan. Pengembangan Kebijakan Sekolah yang diperlukan untuk mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan tersebut antara lain ;
a. Visi dan Misi Sekolah yang Peduli dan Berbudaya Lingkungan.
b. Kebijakan Sekolah dalam mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup.
c. Kebijakan Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) baik Pendidikan maupun tenaga Kependidikan di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup.
d. Kebijakan Sekolah dalam hal penghematan Sumber Daya Alam
e. Kebijakan Sekolah yang mendukung terciptanya Lingkungan Sekolah yang Bersih dan Sehat.
f. Kebijakan Sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan lingkungan hidup.
2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Lingkungan
Penyampaian materi lingkungan hidup kepada para peserta didik dapat dilakukan melalui kurikulum belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari. Pengembangan kurikulum berbasisi lingkungan hidup mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan dapat dicapai dengan melakukan hal-hal berikut ini :
a. Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran,
b. Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar,
c. Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya,
d. Pengembangan kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.
3. Pengembangan Kegiatan Berbasis Parsitipatif
Untuk mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat di sekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam pengembangan kegiatan berbasis partisipatif antara lain :
1. Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis partisipatif di sekolah,
2. Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar,
3. Membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.
4. Pengelolaan dan atau pengembangan Sarana Pendukung Sekolah
Dalam mewujudkan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut antara lain :
1. Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan hidup,
2. Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah,
3. Penghematan sumberdaya alam (listrik, air dan ATK),
4. Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat,
5. Pengembangan sistem pengelolaan sampah..
Ada beberapa penghargaan dalam program Adiwiyata. Penghargaan Adiwiyata terbagi dalam 3 kategori yaitu Sekolah Adiwiyata Mandiri, Sekolah Adiwiyata, dan Sekolah Calon Adiwiyata. Adiwiyata Mandiri diberikan kepada sekolah-sekolah yang mampu mempertahankan program-program lingkungan hidup mereka selama tiga tahun berturut-turut. Meski demikian pada dasarnya program Adiwiyata tidak ditujukan sebagai suatu kompetisi atau lomba. Penghargaan Adiwiyata diberikan sebagai apresiasi kepada sekolah yang mampu melaksanakan upaya peningkatan pendidikan lingkungan hidup secara benar, sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sebagaimana disebutkan diatas, penghargaan adiwiyata tahapan pemberdayaan (selama kurun waktu kurang dari 3 tahun) dan tahap kemandirian (selama kurun waktu lebih dari 3 tahun). Pada tahap awal, penghargaan Adiwiyata dibedakan atas dua kategori, yaitu :
· Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang dinilai telah berhasildalam melaksanakan Pendidikan Lingkungan Hidup.
· Calon sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang dinilai telah berhasil dalam pengembangan lingkungan hidup.
Capaian akhir program adiwiyata adalah diharapkan terbentuk sekolah berwawasan lingkungan. Sekolah berwawasan lingkungan hidup adalah sekolah yang menerapkan nilai-nilai cinta dan peduli lingkungan pada sekolahnya. Pengajaran yang berbasisi lingkungan dan kesadaran warga sekolah akan pentingnya lingkungan merupakan bagian terpenting dari sekolah berwawasan lingkungan hidup.
1 note
·
View note
Quote
There's so much pollution in the air now that if it weren't for our lungs there'd be no place to put it all green
Robert Orben.
0 notes
Text
MENJADIKAN SEKOLAH SEBAGAI SEKOLAH YANG BERWAWASAN LINGKUNGA
Untuk menjadi sekolah yang berwawasan lingkungan hidup bukan hal yang sulit, asalkan ada niat dari warga sekolah. Kita dapat melihat seperti apa sekolah berwawasan lingkungan hidup dari contoh sekolah-sekolah yang sudah mulai menerapkan prinsip peduli dan berbudaya lingkungan. Beberapa aspek sekolah yang berwawasan lingkungan:
1. Kondisi Sekolah
Tata letak sekolah yang rapi dan bersih dari sampah tentu akan dipandang baik dan dapat meningkatkan semangat belajar mengajar. Hal itulah yang menjadi pertimbangan untuk menjadi sekolah berwawasan lingkungan hidup
2. Kawasan Hijau
Kawasan hijau adalah tempat yang disediakan untuk menanam berbagai macam tumbuhan yang biasa disebut taman. Taman sekolah biasanya sering membentuk suatu ekosistem yang berisi berbagai macam tumbuhan. Tumbuhan yang biasa ditanam adalah tumbuhan yang membuat udara sejuk, tanaman obat, dan lain sebagainya. Hal terpenting adalah taman tersebut harus rapi, indah, dan terawat.
3. Kesadaran Warga Sekolah
Kesadaran warga sekolah merupakan faktor terpenting untuk dapat menjadi sekolah berwawasan lingkungan hidup. Karena dengan adanya kesadaran, terciptanya sekolah yang berwawasan lingkungan akan lebih mudah. Semua itu dari warga sekolah itu sendiri. Jika mereka peduli maka sekolah akan bersih terawat sedangkan bila mereka tidak peduli maka sekolah pun akan kotor tak terawat.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menjadi sekolah yang peduli dan berwawasan lingkungan hidup, diantaranya:
1. Penguatan Kelompok Pecinta Lingkungan
Kelompok pecinta lingkungan adalah sekelompok siswa yang peduli terhadap lingkungan khususnya lingkungan sekolah. Biasanya kelompok tersebut melakukan kegiatan penggunaan kembali (reuse) dari sampah plastik menjadi produk-produk siap pakai seperti tas, dompet, tempat pensil, kartu ucapan, kantong alat mandi, dan sebagainya dengan membekali wawasan dengan mengikuti pelatihan dasar peduli lingkungan. Selain itu, melaksanakan seminar lingkungan di sekolah, dan pameran di dalam dan di luar sekolah guna mengajak warga sekolah untuk menjaga lingkungan khususnya lingkungan sekolah.
2. Pengelolaan Sampah Sekolah
Sampah yang diproduksi oleh warga sekolah terdiri dari sampah kertas, sampah plastik, kaleng minuman, daun-daun, dan sampah basah. Seperti yang kita ketahui bahwa sampah anorganik sulit terurai maka sampah jenis ini dapat dimanfaatkan kembali menjadi barang yang dapat digunakan kembali. Sampah kertas dapat didaur ulang menjadi kertas surat, sampah organik diolah menjadi pupuk, sedangkan sampah plastik diubah menjadi produk-produk yang bermanfaat seperti, tas, dompet, sajadah, tempat pensil, jas hujan, dan lain-lain.
3. Pembudidayaan Tanaman
Pembudidayaan tanaman dilakukan untuk pelestarian lingkungan, selain itu dapat juga untuk media pembelajaran dan pemanfaatan tanaman, misalnya untuk tanaman obat. Salah satu tanaman yang dapat dibudidayakan adalah tanaman obat. Tanaman obat yang dibudidayakan yaitu Toga (tanaman obat) pengusir nyamuk. Pilihan ini dengan mempertimbankan bahwa populasi nyamuk di sekitar sekolah cukup tinggi sehingga kasus DBD cukup tinggi. Toga yang ditanam ialah Lavender, Geranyum, Zodia, dan Rosemary. Lahan yang digunakan merupakan lahan di dalam kawasan sekolah yang, tepatnya di samping kelas. Tujuannya agar siswa mengetahui bahwa banyak manfaat dari tumbuhan yang dapat dengan mudah dikelola oleh siswa itu sendiri.
4. Pengintegrasian Isu Lingkungan Ke dalam Mata Pelajaran
Untuk menanamkan kepedulian pada lingkungan kepada warga sekolah, akan efektif jika melalui mata pelajaran atau kegiatan pembelajaran. Dengan berkembangnya wacana mengenai lingkungan hidup, maka sekolah kemudian memutuskan untuk menyusun sebuah muatan lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa mengenai pendidikan lingkungan hidup.
5. Kampanye Lingkungan
Sebagai kelompok yang peduli lingkungan, kelompok pecinta lingkungan menganggap penting untuk mulai mengampanyekan isu-isu lingkungan. Kegiatan kampanye ini bermaksud untuk menyebarkan benih kesadaran lingkungan kepada berbagai khalayak.
0 notes
Photo



0 notes
Text
PENERAPAN SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN
Pengetahuan tentang lingkungan tidak pernah berdiri sendiri. Pembahasan isu ’sustainability’ (keberlanjutan) selalu meliputi keterkaitan antara aspek manusia, ekonomi dan lingkungan. Dengan demikian maka sebuah program pendidikan lingkungan harus merupakan integrasi dari berbagai aspek. Mempelajari lingkungan tidak hanya yang terkait dengan lingkungan alam, tapi juga kondisi sosial dan budaya masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertimbangan ekonomi, dan yang terpenting adalah keseimbangan antara segala aspek tersebut.
Pendidikan lingkungan memiliki peran yang strategis dan penting dalam mempersiapkan manusia untuk memecahkan masalah lingkungan sebagaimana telah diputuskan secara internasional pada Konferensi Bumi di Brazil dan tertuang dalam Agenda 21 pada Bab 36. Hanya melalui pendidikan lingkungan orang dapat mengembangkan segi pemikiran dalam mendukung langkah yag tepat untuk skala lokal dan global. Kepedulian bukan merupakan tujuan akhir dari pendidikan lingkungan namun harus juga diikuti oleh langkah nyata.
Memahami teori tentang keramahan dan keasrian lingkungan sangatlah mudah, kita manusia pasti menyepakati hal yang sama bahwa perilaku hidup bersih, sehat dan asri membuat kita nyaman. Namun dalam prakteknya, terkadang manusia begitu sulit berkerjasama dengan isi hatinya. Tahu bahwa membuang sampah di sungai membuat sungai kotor, merusak lingkungan bahkan dapat menimbulkan penyakit, terkalahkan dengan pikiran pendek bahwa membuang sampah di sungai adalah sebuah solusi sederhana “menghilangkan” sampah.
Menyadari permasalahan klasik yang sepertinya terus berkembang ini, maka sebuah solusi diharapkan hadir mengetuk pintu kesadaran kita bahwa upaya penanggulangan sampah bukan hanya program pemerintah saja, tapi juga melibatkan lapisan masyarakat secara meyeluruh.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana seorang pendidik (guru) membaca permasalahan ini? Menerapkan gaya hidup sehat dan bersih di lingkungan kerjanya, dengan berbagai macam karakter guru, karyawan serta siswa yang jumlahnya ratusan orang. Tentu sulit jika hanya satu atau dua individu saja yang peduli. Tentu juga tidak mudah jika tidak ada penanaman wawasan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi siswa. Dan tidak mudah pula jika tidak ada kerjasama yang baik antara seluruh warga sekolah, mulai dari peningkatan pengetahuan, kesadaran, keterampilan, dan kepedulian, yang tercermin dalam perilaku warga sekolah yang peduli akan lingkungan hidup mulai dari komitmen hingga penerapan Sekolah Berwawasan Lingkungan (SBL) itu sendiri.
Latar belakang penerapan SBL melalui program Sekolah Hijau (Green School) mengharapkan agar memiliki nuansa kepedulian dan budaya di lingkungan institusi pendidikan. Sedangkan konsep PLH adalah bagian integral dari proses pendidikan kejuruan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, nilai dan sikap, kepedulian, keterampilan dan pengalaman serta komitmen terhadap setiap permasalahan lingkungan hidup, mencegah, menanggulangi kerusakan dan pencemaran serta melindungi dan melestarikan fungsi lingkungan yang tercermin dalam perilaku baik di tempat kerja/ sekolah maupun masyarakat.
Selanjutnya tujuan dari implementasi Sekolah Berwawasan Lingkungan (SBL)antara lain adalah meningkatkan wawasan dan kepedulian seluruh warga sekolah akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan penggunaan berbagai sumber daya, meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi berbagai sumber daya dan energi, dan menciptakan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua warga sekolah.
Tidak hanya keselarasan lingkungan sekolah dengan pohon perindang atau taman-taman kecil yang menyejukkan namun juga bagaimana mampu menyelaraskan hubungan materi pembelajaran dengan praktek pembelajaran ramah lingkungan. Sehingga dalam prakteknya PLH merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pendidikan dan integrasi PLH tersebut dilaksanakan pada semua aktivitas sekolah. Tidak mengubah kurikulum namun terintegrasi ke dalam kurikulum. Tidak menambah materi baru tetapi sudah terkandung di dalam proses pembelajaran. Bukan diarahkan pada aspek kognitif semata tetapi lebih diarahkan pada aspek afektif yang tercermin pada perilaku sehari-hari seluruh komponen sekolah.
Misalnya bagaimana memanfaatkan sisa bahan makanan untuk menghasilkan pupuk kompos , mengolah limbah oli yang dihasilkan dari sisa otomotif. Penanaman dan pembudidayaan tanaman apotek hidup di lahan kosong atau kegiatan-kegiatan lingkungan hidup lain yang bisa diintegrasikan. Selain mengintegrasikan PLH dalam kegiatan seperti contoh di atas, pendekatan PLH juga diintegrasikan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan dalam kehidupan sekolah berbudaya lingkungan. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, materi PLH diarahkan pada pembentukan sikap kepribadian siswa yang berwawasan lingkungan, seperti penanaman pohon, pengelolaan sampah dan pembahasan issu aktual tentang lingkungan hidup. Sedangkan dalam kehidupan sekolah berbudaya lingkungan, penyusunan program PLH secara menyeluruh tercermin dalam sikap dan perilaku warga sekolah, sarana prasarana pendukung PLH serta iklim sekolah berwawasan lingkungan.
Selain itu indikator keberhasilan penerapan SBL lainnya yakni penyediaan dan pemanfaatan informasi lingkungan hidup berupa poster, slogan, peraturan dll. Atau “sekedar” mengelola sumber daya secara bijaksana, yakni dalam penghematan air, listrik, kertas, dan sebagainya. Selain itu sekolah juga dapat menjalin kerjasama dengan institusi yang peduli terhadap lingkungan, misalnya penyampaian issu PLH berkerjasama dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) atau lembaga-lembaga lain.
1 note
·
View note