Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
mengalir itu memang gampang, tapi kita harus melihat diri kita lebih dalam dan terus2 berkontlempasi memaknai segala nya. agar biar pun mengalir kita tetatp tau keman akita bermuara pada akhirnya. tetap jadi versi terbaik diri kamu ya, dan jangan lelah untuk berproses terus ya. kalo lelah gapapa rehat sejenak mengadu saja padanya, jangan ke yang lain
ku yg masih banyak dosa
5 notes
·
View notes
Text
"You may lost A Job, but not A Friend"
Some of you might already heard what's just happened to Gojek recently. Here I wanna share my personal experience from different angle.
Firstly, I'm part of the 9% that directly impacted to Gojek decision yesterday. Nevertheless, I'd like to share how grateful I am as a friend and former leader to one of my fellow GoTroops when he shared his thought and feeling towards my tough situation.
I did not expect what I did to him back then was so meaningful till he literally said "Ge, you were the one who open the door for me at Gojek". What I did back then was simply because I knew he was qualified for a vacant position and then persuade him to apply for it.
Time flies, we were sailing on the same boat at GoLife and we both were the few 'survivors' from GoLife first sunset in 2019 and able to find another role in other functions within Gojek environment. Till yesterday, our co-CEO made a tough decision that 9% of us should leave Gojek for good. And my fellow friend is among the 91% who stay at Gojek.
Then the magic happen less than 24 hours, I got an interview this evening after he shared one of his contact at top eCommerce platform and said there's a vacant position that might suitable for me.
0 notes
Text
ternyata ilmu kita masih minim ya, sangat sangat minim, maka merendah dan terus belajar harus menjadi giroh
0 notes
Text
Ingat Pastikan Ruhiyah Kita Baik Agar Pesan kita sampai kepadanya dan menjadikan Amal Jariyah
0 notes
Text
Kalau kamu yakin akan sesuatu, kemudian kemarin gagal mendapatkannya. Jangan ragu untuk memperjuangkannya lagi. Berapa kalinya, tergantung batas yang kamu buat sebelum akhirnya kamu memutuskan untuk merelakannya.
Karena mungkin setelah waktu berlalu. Dan kita tumbuh menjadi pribadi yang bertambah ilmu, menjadi lebih siap. Kita mungkin akan menyesal kalau hanya sekali berjuang saat itu. Kita menyadari betapa bodoh, kekanak-kanakannya, dan betapa gegabahnya keputusan kita.
Perjuangkanlah, lagi!
0 notes
Text
Jangan Berkhianat
Pekerjaan datang beruntun, tapi tetap kerjakan satu per satu, selesaikan urusan satu per satu. Kalau merasa tak sanggup menyelesaikan sekaligus, minta bantuan, bayar orang untuk mengerjakan, delegasikan pekerjaan ke rekan tim dll.
Kita selalu punya cara untuk tetap bertanggungjawab. Saat kita mendelegasikan tugas kita ke orang lain, yang kita limpahkan adalah tugasnya, bukan tanggungjawabnya. Kita harus tetap bertanggungjawab atas semua amanah yang kita pegang.
Sama saat kita sudah berkeluarga, anak-anak adalah tanggungjawab kita sebegai orang tua. Saat kita meminta bantuan orang lain untuk mengasuhnya, jangan sampai kita turut membebankan tanggungjawab itu kepada orang tsb. Kita bisa mendelegasikan tugas, tapi jangan pernah melepaskan tanggungjawab. Jangan pernah, menjadi pengkhianat atas amanah yang sudah kita ambil.
©kurniawangunadi
518 notes
·
View notes
Text
tetaplah pada jalur jalur yang sudah di sediakan, jangan pernah habis akal untuk menjemput Takdir terbaik darinya... minta Allah bantu
0 notes
Text
Memaafkan
dalam QS Al Imran ayat 134, ada tiga kualitas kebaikan yang Allah cintai di dalam diri manusia, jika memilikinya akan dijamin mendapat cinta-Nya. 1. Menyedekahkan harta di waktu lapang dan sempit Mereka yang menghabiskan kekayaannya pada saat-saat yang mudah dan saat yang sulit, mereka tidak takut kemiskinan, mereka terus belanjakan hartanya di jalan Allah. Allah menyebut mereka penuh kebaikan. 2. Menahan marah Jadi, jika Anda ingin mendapatkan cinta dari Allah maka ketika marah, telanlah kemarahan itu demi Allah. Dia akan mencintai kita sebagai balasannya. Kita akan melihat rahmat sebelum hari berakhir. 3. Memaafkan orang lain Allah mencintai orang-orang yang memaafkan orang lain. Dan ingat jika pengampunan itu selalu diulang satu kali, dua kali, tiga kali untuk hal yang sama, kita harus mulai bertanya pada diri sendiri: - "Akankah Allah memaafkan dia, jika saya tidak memaafkan mereka? "Apakah aku terlalu sering memaafkan orang ini karena aku bisa jadi hanya mendukung kejahatan yang mereka lakukan?" Semoga kita dijauhkan dari perasaan dendam ya sahabat,
0 notes
Text
bashir wa Sami’
Berusaha jadi orang baik itu susah. Harus mengalahkan ego, harus bisa merelakan, harus bisa mengalah. Berusaha jadi orang baik itu banyak bisikan setannya, takut ria, takut sombong. Tapi kita ga akan dapet sifat baik kalo ga berusaha, karena maksiat mudah dan berbuat baik itu susah. . . "Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui" Fussilat : 35&36
0 notes
Text
[MEMBERI DAN MENERIMA]
Tidak ada pemberian tanpa penerimaan. Pun sebaliknya, tidak ada yang dapat menerima tanpa ada yang memberi. . Dalam hidup, tidak banyak yang dapat menerima dengan baik apa yang diberikan dengan baik. Entah itu sedikit maupun banyak. Bagi sebagian, berapapun jumlahnya tidak pengaruh. Tetap saja mengeluh, tetap saja tidak cukup, tetap saja kurang baik, dan tetap bukan yang diharapkan. . Bagi sebagian yang lain, justru sebaliknya. Sedikit ataupun banyak tidak masalah. Tetap saja bersyukur, tetap dirasa lebih dari cukup, lebih dari baik, dan lebih dari yang diharapkan. . Tidak ada yang membedakan antara sebagian yang satu dengan yang lainnya, kecuali hati yang lapang. Hati yang mampu menerima dengan baik setiap pemberian yang datang. Juga hati yang mampu memberi sama baik, atau bahkan lebih, dari yang telah diterima. . Semoga kamu, di waktu yang selanjutnya dan seterusnya, dapat memiliki hati yang selapang itu ya. Hati yang dapat menerima pemberian (siapapun) dengan baik, entah itu sedikit ataupun banyak. Hati yang dapat menerima sebaik-baiknya rencana yang belum terlihat kebaikannya. Hati yang dapat berbaik sangka di setiap buruknya keadaan. Hati yang dapat menerima dengan lapang dan percaya takdir yang telah dituliskan. Hati yang dapat menerima pemberian yang (mungkin) tidak pernah kamu inginkan, pun penggantian yang tidak kamu harapkan, atau jawaban yang tidak kamu nantikan. Juga hati yang tetap dapat memberi lebih banyak kebaikan dari yang telah diterima. . Semoga juga nanti, di waktu yang terbaik dari sisimu dan sisi-Nya, akan ada hati yang bisa menerima dengan baik segala pemberian darimu. Segala usahamu, segala perjuanganmu, segala kebaikan dan keburukan dalam dirimu, segala kelebihan dan kekuranganmu, segala kuat dan lemahmu, segala bahagia dan sedihmu, segala hebat dan payahmu, segala kebijaksanaan dan kekanakanmu, segala syukur dan keluhanmu, segala sabar dan kemarahanmu, pun segala yang lainnya. Juga hati yang mau dan mampu memberi lebih banyak dari yang telah diterimanya. Akan ada. Semoga, ya :)
1 note
·
View note
Text
Rasulullah sebagai teladan yang sempurna bagi umat manusia, rutinitasnya gimana ya? Bayangkan, beliau memandu masyarakat yang: 1. Gak punya resource apa-apa, tinggal di gurun 2. Dipandang sebelah mata sama 2 imperium besar dunia saat itu, Persia dan Roma. 3. Warganya kerjaannya sibuk dan berantem sendiri. Menjadi: 1. Pembentuk dan memimpin peradaban dunia. 2. Dinobatkan oleh Michael Hart sebagai orang dengan No.1 terbesar sepanjang sejarah. Diatas Isaac Newton, Albert Einstein, etc di bukunya "The 100" 3. Menjadi nabi terakhir yang hadir di bumi Apa yang beliau lakukan ya sehari2, sampai bisa seperti itu? 1. Memulai hari setelah subuh 2. Selalu mindful di setiap aktivitas. Masuk kamar mandi aja diatur pake kaki kiri 3. Waktu dengan keluarga di pagi dan sore 4. Ada waktu bersosialisasi untuk membantu rakyat 5. Jadwal tidur: tidur siang, tidur malam setelah isya, tidur sebentar sebelum subuh. 6. Gak memusingkan makanan. Kalo pagi gak punya sarapan, beliau puasa 7. Waktu me time dengan Allah di malam hari ketika ibadah malam. 8. Shalat 5 waktu jadi akar dan pondasi dari semua aktivitas 9. Selesaikan hal paling penting di pagi hari. 10. Siap "kotor" untuk bantu orang yang butuh. Nyuapin, potong domba, dst Apa pelajaran rutinitas favoritmu?
0 notes
Text
A Letter to My Younger Self
If you are reading this letter, the ingenious scientists of my time have successfully manipulated the speed of light and created teleport stone as you’ve seen in The Sims so I can travel back in time to deliver you a message. I write this letter to you as your (almost) 22 year old self. Essentially still you, still stupid and reckless, yet a little older and tiny bit wiser. I’m sure you have many questions. I don’t mean to be creepy, just want to share some wisdom I’ve learned along the way. Hopefully, these could help you live a fuller and more peaceful life. Ready? Okay.
First and foremost, your life will get more interesting as you get older.
By interesting, I mean, you will most certainly screw up. A lot. Unless you are that kind of person who never does anything. But when you want to do something — something big and important and meaningful — you will be subjected to treatment ranging from indifference to outright sabotage. Up ahead there will be: Slights. Dismissals. One-sided compromises. You will be unappreciated, sabotaged, or experience surprising failures. Your expectations will not be met. You will lose. So, toughen up. And always choose love and kindness. That’s right, love. For the group that rejects you. For the friend that mock you behind your back. For the critic who attacks you. For the friend who stole your idea. For your loved one that let you down. Love. Damn, perhaps love is too much to ask for whatever it is that they had done to you. You could at the very least try to let it go. You could try to shake your head and laugh it off. So yeah, sh*t happens, and as they say, sometimes sh*t happens in public. It’s not fun. The questions remain: Are you going to make it worse? Or are you going to emerge from this with your dignity and character intact? Are you going to live to fight another day? Remember that hardship is part of choosing to live. Deserving or not deserving isn’t part of the equation.
Fast track to success? Help people.
Whenever you meet people, think about some way to help them, something you could do for them. Look at it in a way that entirely benefited them and not you. Maybe it’s coming up with ideas to hand over to your boss. Find people, thinkers, up-and-comers, and introduce them to each other. Cross wires to create new sparks. Find what nobody else wants to do and do it. Find inefficiencies and waste and redundancies. Identify leaks and patches to free up resources for new areas. Produce more than everyone else and give your ideas away. When you cultivate a network of people with diverse perspectives and ideas, you expand your mind, open opportunities, and experience a richer life. Remember, “the best man is the one who is the most beneficial for others.”
“Say little, do much.”
Truth is, the most influential person in the room is not always the person who speaks the most — contrary to what you believed back then. Besides, speaking a lot sometimes gives you this kind of ‘achievement bias’, thinking that you have achieved something while changing nothing. So yes, instead of chasing for superiority, aim for impact. Analyze what you can do to help. Ask more people to gain multiple perspectives. Listen to your guts. Do your homework first, and speak up! Greatness, indeed, comes from humble beginnings; it comes from grunt work. It means you’re the least important person in the room — until you change that with results.
It’s always about the process.
Many times, you will encounter failure or harsh criticism after giving your best shot. You’ll wonder, “So, all my efforts were in vain?” No, no. Marcus Aurelius once reminded himself, “Ambition means tying your well-being to that other people say or do…Sanity means tying it to your own actions.” So again, how are we supposed to carry on? Do your work. Do it well. Then “let go and let God.” That’s all there needs to be. Recognition and rewards — those are just extra. Rejection, that’s on them, not on us. The world is, after all, indifferent to what we humans ‘want’. If we persist in wanting, in needing, we are simply setting ourselves up for resentment or worse. Doing the work is enough.
Grit is important, so is agility.
Be adaptive to life’s dynamics as unexpected and unplanned surprises will come in your way. Balance out between your idealism and realism. As long as your values and principles are aligned, and you’re still on the ‘straight’ path, you’re good to go. As Captain America’s crush once put it, “Compromise where you can. Where you can’t, don’t. Even if everyone is telling you that something wrong is something right. Even if the whole world is telling you to move, it is your duty to plant yourself like a tree, look them in the eye, and say, ‘No, you move’.”
The real-life version of mission impossible? Making everyone happy.
Once you put yourself in that hole, you will be stuck in a never ending loophole in which you lose your identity and your dreams. Acknowledge that there are two kinds of things in this world: the ones that we can control and cannot. The things that we cannot control includes people’s judgement, thoughts, opinions, beliefs, feelings. Oh, these reminds me of the backwards law: the more you try to be certain about something, the more uncertain and insecure you will feel. The thing is, our brain is always trying to make sense of our current situation based on what we already believe and have already experienced. Every new piece of information is measured against the values and conclusions we already have. As a result, our brain is always biased toward what we feel to be true in that moment. So, when you get into a conflict or being hated by somebody, the first rule is #ChooseKind and keep calm. Sometimes, your reaction wouldn’t change a thing and it’s okay. It won’t make people suddenly love and respect you, it won’t magically change their minds. Sometimes, it’s better to just let things be (after you have finished your part), let people go, don’t over-explain yourself, and don’t expect people to understand where you’re coming from. Work on yourself and your inner peace.
Appreciate and stop second-guessing yourself.
Jess Glyne sings it better, “Don’t be so hard on yourself, no. Learn to forgive, learn to let go. Everyone trips, everyone falls.” Speak kindly to yourself. Don’t trip over what is behind you. Note the things that you’re proud of. Compare yourself only to your past. You might have been mistreated, yelled, misplaced, underestimated, misunderstood, left out, mistaken, laughed at, yet look you’re still around. See how far you have come! Never let these self-demeaning thoughts block you from helping people, doing something good, even creating incredible impact for others. It’s okay to take rest, your body will be thankful for that, but don’t stop doing what you’re doing.
Create an anchor of connection with God.
Okay, this one might sound cliché. We both know that we were that kind of person who slipped a lot here and there in terms of religious stuff. Skipped my prayers because I overslept. Exceeded my limits and go with friends that would lead me to the wrong path. Did a lot of bad things and did not care to repent. Do we screw up? Yes. But there’s one thing that your favorite mentor told me: you’re a human, not an angel. You do make a lot of mistakes, you forget things, you have tons of weaknesses. But you know what? God only wants us to do our best in staying on the straight path (not necessarily have to be in the front line of the pack), be it by constantly repenting, doing multitude of good deeds, etc. Find peace and joy in your prayers. Learn more about your deen. Pray sincerely, tell your story to Allah, ask for forgiveness and guidance. Do good deeds with your heart. Create an anchor of connection with God, be it reading the Quran in the morning, doing Sunnah prayers, etc. And trust me, your life would be much more at ease, really.
Congratulations, you’ve made it to the end of this ultra-long piece of advice. All and all, gratitude is the perfect word that would describe your life alongside with its ups and downs, your successes and screw-ups. Be grateful. Learn wherever and whenever you can. Never feel like you are the smart guy, because the truth is we really have lots of things to learn. The second we think that we are smart, is the moment we are being stupid. So yes, explore your life. Work hard. Help people. Talk with other humans. Rest. Repeat.
Good luck weirdo, (I’d say ‘much love’, yet that would be too mainstream. You know that already.)
Your future self.
0 notes
Text
Menilai Jalan Orang Lain yang Agak Memutar
Hidup ini, tidak selamanya tentang salah dan benar. Kalau kita berhasil melewati suatu masalah, bukan berarti orang-orang yang tak berhasil melewatinya adalah orang-orang yang salah. Bisa jadi, mereka memang sedang dilatih ketahanan dan ditempa untuk menjadi pribadi yang mereka butuhkan kelak di kemudian hari.
Kalau kita berhasil melewati fase kuliah dengan tepat waktu, baik, dan langsung mendapatkan peluang untuk masuk fase berikutnya. Bukan berarti, orang-orang yang butuh waktu lebih lama lulusnya, kuliah yang sulit untuk dimengerti, dan tidak mudahnya untuk masuk fase bekerja dsb. Bukan berarti mereka adalah orang-orang yang gagal dan kita adalah orang berhasil. Tidak juga ada satu alasan pun untuk kita merasa bahwa diri kita ini telah menjadi orang yang benar dan memaksa orang lain untuk menempuh jalan yang sama dengan kita.
Apa sulitnya menyebut dan mengakui bahwa kita adalah orang yang tumbuh dengan privilage.
Kemarin, kita mungkin akan bercerita tentang betapa kerasnya hidup kita, asal kita yang dari desa yang jauh, segala hal yang rasanya sangat heroik. Tapi coba akui bahwa kita dikelilingi oleh privilage, entah orang tua yang mendukung kita untuk berpendidikan tinggi, kesempatan untuk berorganisasi tidak hanya di kampus tapi juga di luar, kesempatan untuk mendapatkan beasiswa pengembangan diri, lingkaran pertamanan yang tidak toxic, dan sebagainya.
Hari ini, sampai kita berumah tangga pun. Kemudian mendapatkan pasangan yang bisa diajak melangkah dengan leluasa, kita bisa fokus mengembangkan karir, pasangan kita juga punya ruang aktualisasi. Semuanya adalah privilage.
Kalau ada orang lain bertanya, “Kok kamu bisa sih produktif banget gitu meski udah menikah.”
Ya karena pasangan itu mendukung kita untuk produktif. Dan dukungan itu, adalah privilage yang kita miliki. Sesuatu yang mungkin tidak ada di keluarga lainnya.
Lantas, apakah kalau keluarga lainnya tidak produktif (dalam standar kita), kita bisa menuduh mereka telah salah jalan, salah ini itu, pokoknya salah. Jangan-jangan, hati kitalah yang keras. Kita telah kehilangan satu sifat bijaksana, bernama empati. ©kurniawangunadi
754 notes
·
View notes
Text
[Tentang Takdir Yang Kita Inginkan❄️] . “Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min, yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan terbaik dirinya.” (HR Muslim) . Orang zaman dulu berkata, hidup itu bagaikan roda pedati. Tapi orang zaman sekarang bilang, hidup itu ibarat roller coaster, yang inti dari dua analogi tersebut sama: life has its ups and downs. . Sayangnya kita sering melupakan kasih sayang-Nya dengan menganggap Ia Yang Maha Penyayang, hanya sayang pada kita ketika kita mendapat kebahagiaan (re: sesuatu yang kita inginkan) dan menganggap Ia ‘sedang tidak baik’ ke kita saat kejadian yang kita label ‘musibah’ muncul (re: sesuatu yang tidak inginkan). . Padahal semua ‘diberikan’ satu paket. Yang dari seluruh kejadian tersebut, bukan tentang “apa kejadiannya”, namun tentang respon kita terhadapnya. Yup, we should always believe that He knows the best. Selalu ada maksud dari-Nya pada segala yang Ia tetapkan pada kita. Dan rangkaian kejadian “baik” dan “tidak mengenakkan” tersebut merupakan satu kesatuan dari episode yang sudah Ia skenariokan pada kita. . Berharap selalu mendapat yang kita inginkan ? Sejatinya, do’a dan ikhtiar adalah keharusan…. but we should realize Allah will give some happy episodes and its opposites. . Barangkali kita perlu baca lagi sirah bahwa orang selevel Rasul pun perjuangannya penuh tantangan. . Ada saatnya beliau menang & ada saatnya kalah dalam peperangan. Ada saatnya Allah membuka hati para lawan untuk merasakan manisnya iman, ada saatnya kaum lawan semakin membenci & menghina Rasul. . So, kenapa kita yang ga ada apa-apa dibanding Rasul ini ga bisa nrimo kalo ada takdir yang tak sesuai harapan? :”) . Semoga Ia selalu menganugerahkan kita mata & hati yang bijak agar menjadikan syukur dan sabar sebagai penolong :”) Aamiin.
0 notes
Text
Di usia selepas kuliah, selepas menikah, permainan kita tidak akan lagi di area yang sama. Jika kita lebih dulu masuk ke fase itu, mungkin kita akan merasa hidup di dunia yang berbeda.
Kalau teman kita masuk ke fase itu lebih dulu, kita mungkin akan merasa teman-teman itu tak lagi menjadikan kita sebagai prioritasnya, sebab prioritas mereka telah berganti; pekerjaan dan keluarga. Semakin dewasa, lingkaran pertemanan dekat kita akan semakin mengecil. Mengerucut. Kita akan mulai bisa memilah mana yang bisa kita jaga seterusnya dan mana yang perlu dilepas. Dan tak perlu takut melepaskannya karena kita akan memperoleh pengganti-penggantinya.
Setiap teman itu ada fasenya, setiap fase ada temannya. Setiap kali terjadi perubahan besar pada fase hidup, pasti akan terjadi hal-hal yang membuat kita kebingungan, khawatir, dan semua hal yang disimpulkan sebagai sebuah krisis. Semakin ke sini, semakin banyak fase kita lalui. Kita akan semakin paham bahwa teman dekat dan berkualitas itu bukan tentang seberapa banyak, melainkan seberapa dalam. Bahkan bisa jadi, orang-orang baru yang akan kita temui di fase yang baru kita masuki justru menjadi teman yang jauh lebih dalam dibanding dengan teman-teman kita di fase sebelumnya.
Jangan menggenggam terlalu erat apa-apa yang seharusnya kita lepas, karena teman yang sejati itu akan ada di setiap fase, tidak peduli skala prioritas silih berganti, nanti kita akan mendapati bahwa mereka selalu ada meski tak pernah jumpa, tak pernah berbagi kabar dan cerita. Tapi, mereka selalu bisa memahami perubahan-perubahan fase yang kita hadapi.
0 notes