Quote
ketika pembelajaran datang setiap hari, kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas merupakan karakteristik yang diperlukan
STWA
7 notes
·
View notes
Photo

Kau menemukan seseorang yang bisa memapahmu keluar dari kesedihan, sementara aku masih asyik berkencan dengan kesendirian. The other side of 'Sepucuk Surat Undangan' -fiersabesari- – View on Path.
1 note
·
View note
Quote
Perkara jodoh, itu semacam “alif lam mim” pada awal surah Al-Baqarah. Maknanya? Hanya Allah yang tahu.
(via mangatapurnama)
Only my Lord.
943 notes
·
View notes
Text
Reading Digital Wars by Charles Arthur
"Have you googled her yet ?" Pada kasus ini, penyataan tersebut adalah contoh dimana raksasa Google sudah tertanam secara tidak langsung dalam kesadaran publik. Selanjutnya Apple, Microsoft, dll. Amazing World! – View on Path.
0 notes
Photo

A day to remember. • • • When I was in Salzburg. #salzburg #austria #ALMI #training #asian (at Festung Hohensalzburg - Fortress Hohensalzburg)
1 note
·
View note
Photo

الذي يعيش يرى، ولكن الذي يسافر يرى أكثر Who lives sees, who travels sees more. -Barakallah- at Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) – View on Path.
0 notes
Photo

Semar(ang). at Sam Poo Kong Temple (Zheng He Temple) – View on Path.
0 notes
Photo

Asahi Sosetsu Project. New Plant, New Line Production. • • • -ThisIsHowWeWork- 📷 PT.DPUM (at Pati, Jawa Tengah, Indonesia)
0 notes
Photo

Love requirest sacrifice, but it's worth it. • • • • • #LongestRide #tour #DeJava (at Brexit Brebes Jawa Tengah)
0 notes
Quote
Katanya - tidak ada istilah 'search someone' tapi yang ada 'find someone'.
Diskusi kemarin sore
0 notes
Quote
Katanya lingkungan itu membentuk kepribadian, ambil setiap sisi baik dari lingkungan. Lalu belajar dari sisi lainnya agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Lingkungan Kampus Tetangga
0 notes
Text
Tentang inspirasi lingkaran dalam lingkungan.
Tulisan : Terpaut Waktu - Kita dan Orang Tua
Saya senang sekali menjadi saksi tumbuhnya teman-teman saya. Ketika mengenal mereka beberapa tahun terakhir, dari zaman “alay”nya ketika mahasiswa, galaunya ketika tugas akhir, resahnya mencari pekerjaan, dan berbagai krisis yang dihadapi. Pagi ini, di sebuah group whatsapp, salah satu teman laki-laki bertanya tentang bagaimana mulai mencicil pembelian rumah. Saya senang melihat bagaimana pemikiran teman-teman saya mulai tumbuh dewasa, sudah mulai menapaki kehidupan dengan lebih berani.
Saya bilang berani karena memang idealisme ketika kuliah dihadapkan pada realita di masyarakat, seseorang dituntut untuk menjadi luwes, idealis, realistis, dan konsisten dalam satu waktu. Ada tekanan hebat yang dirasakan oleh seseorang yang baru lulus kuliah. Ketika pikirannya dihadapkan pada kebutuhan hidup, ketika impiannya dihadapkan pada harapan orang tua dan persepsi masyarakat.
Kalau saya tarik ke belakang dan kita semua mau merenungkan. Betapa hebatnya orang tua kita masing-masing. Saya percaya, setiap orang tua di dunia ini sudah melewati masa-masa seperti kita. Bagaimana rasanya galau mencari/menciptakan pekerjaan, pertentangan idealisme, jatuh cinta, resahnya seorang pemuda bertemu dengan ayah dari pujaan hatinya, bagaimana rasanya menikah, bagaimana mulai membeli rumah untuk keluarga, bagaimana mendidik anak dari bayi hingga seusia kita saat ini, bagaimana menafkahi keluarga, bagaimana membiayai pendidikan dan segala kebutuhan hidup anak-anaknya, dan segala hal yang telah mereka lakukan hingga hari ini.
Kita baru mulai merasakan betapa susahnya mencari uang, juga betapa susahnya menjaga idealisme kita. Kita masih meraba-raba tentang hidup. Dan terus terang, saya menyadari saya tidak pernah bisa membandingkan diri saya dengan para orang tua yang telah lebih dulu memulai segalanya.
Mungkin, hari ini, saat ini, diwaktu tulisan ini dibuat dan dibaca. Kita tengah merasakan khawatir tentang masa depan. Bagaimana caranya nanti memiliki rumah sendiri untuk keluarga, bagaimana nanti anak-anak dan juga pendidikannya, begitu banyak hal yang sebenarnya sulit kita bayangkan. Tapi, orang tua kita berhasil membuktikannya. Kita bisa hidup dengan layak, kita bisa meminta segala hal yang terlihat sederhana tapi kita belum mampu membelinya dengan uang kita sendiri.
Mungkin hari ini juga kita tengah terkagum dengan bagaimana orang tua kita berpikir, luasnya ilmu pengetahuannya, kebijaksanaannya, juga segala hal yang membuat kita merasa ingin menjadi seperti beliau.
Orang tua kita dan kita memiliki selisih waktu lebih kurang 20 tahun. Ada interval yang begitu jauh, maka menjadi tidak bijak bila kita membandingkan diri kita dengan orang tua kita atau orang tua siapapun dengan segala pencapaiannya. Kita adalah pemuda yang menang semangat tapi kalah pengalaman. Dan orang tua, mungkin semangatnya tidak sekuat dulu di tengah usianya dan kondisi fisiknya, tapi mereka kaya akan pengalaman. Maka, saya selalu senang berdiskusi dengan orang tua, termasuk orang tua teman-teman saya, dll. Ada banyak hal yang bisa saya pelajari terkait pengalaman yang bisa saya gunakan untuk mengakselerasi diri saya.
Dalam diskusi-diskusi bersama teman-teman seusia beberapa hari ini sering membuat saya tersenyum sendiri. Bagaimana tidak, teman saya yang dulu terlihat sangat santai, ternyata begitu serius mempersiapkan diri. Teman saya yang suka bercanda, mulai berani mencicil rumah yang dia niatkan untuk keluarganya nanti. Teman saya yang lain, yang dulunya suka main, mulai memikirkan tentang aktivitas sosial. Ada hal-hal menarik yang saya pelajari dari teman-teman saya, ditengah kegelisahannya tentang impian, cita-cita, kemapanan finansial, dan asmara. Mereka tidak berhenti begitu saja dan berlama-lama tenggelam dalam angan-angan. Ada upaya-upaya yang dilakukan, sekalipun itu hanya menggeser langkahnya sepersekian mili, mereka tetap bergerak.
Semoga pertemanan seperti ini terus terjaga dan saling menjaga. Bila kelak kita sudah menjadi orang tua, kita tidak menyesal telah melakukan semua ini di masa muda. Kalau kita punya anak-anak yang baik, tidak ada salahnya kita besanan. Tidak ada salahnya, kan? Apalagi kalau saya sudah mengenal siapa orang tuanya dan bagaimana mereka mendidik anak-anak mereka.
Maka lingkarilah diri kita masing-masing dengan lingkaran orang-orang baik. Orang-orang yang mungkin saat ini begitu mudah di ajak jalan-jalan dan melakukan hal-hal absurd, tapi seketika mencari masjid ketika adzan berkumandang. Semangat untuk kita semua :)
Yogyakarta, 19 Juli 2016 | ©kurniawangunadi
667 notes
·
View notes
Text
Lelaki yang Kamu Cari

Kalau di tengah perjalanan, kamu bertemu dengan lelaki yang kerjanya malas-malasan, banyak mengeluh dan alasan, juga banyak berbicara tentang “akan dan nanti”, lupakan saja. Ditengah sifatnya yang merasa superior, laki-laki adalah jenis manusia yang mudah dipatahkan harga dirinya. Dipatahkan oleh kemalasannya sendiri.
Pernah satu hari, teman saya mengatakan kalau perempuan itu matre. Bagi saya, perempuan “harus” matre biar laki-laki pemalas seperti dia ini mau bekerja keras. Tidak hanya mencari yang mau hidup susah. Padahal sejatinya, laki-laki yang bertanggungjawab tidak akan pernah membiarkan perempuan yang dicintainya hidup susah!
Kalau kamu lihat laki-laki lebih banyak nongkrongnya daripada aksi nyatanya, lupakan. Sebab kamu tidak sedang mencari teman yang sekedar teman, kamu sedang mencari ayah yang baik untuk anak-anak yang akan lahir dari rahim sucimu. Dan itu bukanlah sesuatu yang sederhana dan hanya sekedar cinta, butuh lebih dari itu, yaitu pengorbanan.
Coba dengarkan kata-kata yang lahir dari bicaranya, dengarkan baik-baik. Maka itulah isi kepalanya. Tempat dimana nantinya kamu tinggal, cari tempat tinggal yang baik. Sebuah pikiran yang jernih, penuh ilmu pengetahuan, penuh kosakata yang baik, dan lurus.
Coba lihat bagaimana dia membelanjakan uangnya. Laki-laki yang bertanggungjawab benar tahu siapa saja yang berhak atas harta yang dia dapatkan. Habiskah hanya untuk kesenangan atau sesuatu yang lebih bermakna dari itu. Karena nantinya, harta itu akan berada dalam kendalimu. Sesuatu yang banyak melenakan keluarga adalah harta.
Coba lihat baik-baik, di antara begitu banyak laki-laki yang kamu kenal. Mungkin hanya sedikit yang layak menjadi ayah suatu hari nanti. Dari yang sedikit itu, coba cari tahu bagaimana perjalanan hidupnya. Karena belajar tentang proses hidup seseorang akan mengantarkan kita pada sebuah pemahaman bahwa laki-laki yang bertanggungjawab tidak serta merta demikian. Karena pada dasarnya laki-laki itu liar. Sebab itu, yang terbaik dari mereka adalah yang memiliki kemampuan mengendalikan dirinya sendiri.
Selamat mencari tahu.
©kurniawangunadi
3K notes
·
View notes
Text
Pencerahan dikala bingung melanda antara tujuan kita atau tujuan kita dengan cara pandang orang lain.
Ramadhan #26 : Perjuangan Orang Tua
Tulisan ini adalah bagian dari proyek 30 Hari menulis selama bulan Ramadhan 1437 H. Tulisan ini dibuat oleh ©kurniawangunadi dan akan dimuat pada pukul 03.25 setiap hari sepanjang bulan ramadhan. Semoga tulisan ini bisa memberi banyak pemahaman baik.
Bagaimana kamu hari ini adalah hasil dari begitu banyak doa dan perjuangan orang lain yang sangat berharga. Entah sebanyak apapun pertentangan, ketidaksetujuan, dan ketidaksepahaman. Percayalah bahwa mereka selalu ingin kamu mendapat yang terbaik.
Hanya saja, versi terbaik yang mereka tahu terbatas pada apa yang mereka ketahui. Padahal kita tahu bahwa zaman telah berganti, apa yang kamu dan mereka rasakan dan dapatkan sangat berbeda. Untuk itu, kamu perlu menyediakan telinga dan hati yang lapang untuk mendengarkan nasihatnya sekalipun kamu merasa paling tahu tentang apa yang terbaik untukmu.
Hanya saja, versi terbaik yang mereka tahu hanya sebatas itu. Hanya itulah yang mereka tahu. Tidak perlu menuntut mereka untuk selalu mengerti kita karena sebenarnya sederhana. Tanyakanlah, apakah mereka ingin kamu bahagia? Lantas jelaskan apa saja yang membuatmu bahagia. Agar mereka juga tahu bahwa kebahagiaan itu tidak hanya terletak pada segala sesuatu yang terbaik menurut mereka.
Selamat berbakti.
©kurniawangunadi
459 notes
·
View notes
Text
Ramadhan #28 : Arah Musim
Tulisan ini adalah bagian dari proyek 30 Hari menulis selama bulan Ramadhan 1437 H. Tulisan ini dibuat oleh ©kurniawangunadi dan akan dimuat pada pukul 03.25 setiap hari sepanjang bulan ramadhan. Semoga tulisan ini bisa memberi banyak pemahaman baik.

Di kesempatan ramadhan ke-28 ini, di antara sekian tulisan yang lahir setiap pagi. Saya tengah menyusun buku ketiga saya yang akhirnya rilis juga judulnya; Arah Musim.
Di bulan yang baik ini, izinkan saya memperkenalkan anak ketiga saya ini sebagai sebuah rekam jejak. Untuk menyelesaikan naskah ini, benar-benar melelahkan. Ikhtiar yang melelahkan untuk mendapatkan data pendukung, diskusi, referensi buku, dan yang terakhir adalah niat. Namun, semuanya menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri mengingat naskah buku ini semakin menemukan titik terang.
Mengapa saya beri nama Arah Musim?
Buku ini akan lebih banyak menyampaikan tentang ketidakpastian. Saya menyukai ketidakpastian, semacam kondisi tidak nyaman dan aman yang memaksa manusia untuk terus berjuang. Bahkan kita tidak bisa memastikan apa yang terjadi satu detik kemudian tanpa seizin-Nya, kan?
Arah Musim ini adalah sebuah perenungan saya pada takdir-takdir dan bagaimana takdir itu berjalan. Bagaimana kehidupan manusia bisa berubah 180 derajat karena satu keputusan yang dia ambil. Bagaimana setiap pilihan hidup mengantarkan seorang manusia ke takdir-takdir yang berbeda.
Semoga, sekali lagi, pohon-pohon yang ditebang dan dijadikan kertas untuk menjadi buku ini, bisa memberi nilai dan manfaat yang besar untuk kehidupan manusia. Semoga buku ini, lagi-lagi saya berdoa, bisa memberi banyak pemahaman baik.
Arah Musim insyaAllah akan rilis bersama dengan buku keduanya @prawitamutia juga melalui @langitlangit.yk
©kurniawangunadi
256 notes
·
View notes