Tumgik
faridalfaruq · 4 years
Text
Tumblr media
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2663926657224902&id=100008227817040
*HERD IMMUNITY DAN KONSEKUENSI*
Maju mundur saya mau nuliskan ini. Sudah sejak dua hari lalu. Takut disalah artikan. Karena teori dan pilihan skenario ini berat. Nampaknya gak ada pilihan lain.
Kemarin saya gak memproduksi tulisan apa-apa. Diam. Banyak diskusi dengan seorang Mahasiswa Doktoral di Univ Pisa Italia. Diskusi juga dengan sahabat yang lagi nemenin istrinya S3 di Belanda. Bincang juga dengan Dokter yang lagi ambil Sub Spesialis di Kobe Jepang. Simpulannya sama : Herd Immunity.
Sebelum saya menuliskan skenario ini. Saya ijin menyampaikan disclaimer dulu. Saya orang awam. Bukan ahli apa-apa.
Latar belakang pendidikan sempet kuliah engineering. Sempat doank. Jadi tulisan saya boleh dikritik, karena saya bukan virolog, bukan juga dokter klinis, atau expert di bidang corona. Jadi dalam membaca tulisan saya, jangan begitu percaya. Tulisan orang awam. Biasa aja.
Saya menulis ini karena dorongan banyak temen-temen. Saya menyadari punya kemampuan menulis. Maka niatnya membantu orang lain mudah faham. Maka saya menulis, agar kemudian kita memahami jalan keluar dari kabut gelap kedepan.
Bombardir pertanyaannya selalu sama.
Menurut ente kapan Rend ini berakhir?
Vaksin bakalan bener ada atau nggak?
Ini jalan keluarnya kira-kira bagaimana ya?
Dan seterusnya.
Pertanyaan itu yang membuat saya tenggelam dalam berbagai literatur ilmiah. Dalam dan luar negeri. Hingga website resmi corona virus yang berbahasa Italia itu saya coba terjemahkan satu-satu istilahnya di grafik. Capek memang.
Pertanyaan itu pula yang menggiring kepala saya pada satu skenario paling mungkin di Indonesia : Herd Immunity.
*****
Agar kita bisa memahami tentang pilihan sulit ini, ijinkan saya membahas tentang apa yang dilakukan Wuhan, Korsel dan Italia. Versus dengan apa yang dilakukan Iran.
Di Wuhan, Korsel dan Italia, skenario Lockdown terbukti berhasil. Karena memang warganya dan pemerintahnya punya kapasitas.
Warganya punya tabungan untuk hidup kedepan. Warganya teredukasi. Hampir semua connected. Jadi komunikasi keputusan negara mudah.
Beda kayak di negeri ini, masih ada yang belum terjangkau internet. Adapun punya smartphone dan internet, aplikasinya joget. Gak bisa akses info ilmiah.
Pemerintah Cina dan Italia juga punya sumber dana. Ngasih diskon. Ngasih bantuan. Menjaga supply pangan.
Bukan berarti Indonesia gak punya dana. Ada. Tapi gak bisa untuk segini banyak orang.
Konsep lockdown ini seperti "menghapus file". Anda seperti pukul nyamuk satu-satu.
Virus ini makhluk yang butuh inang. Butuh reservoir untuk hidup. Butuh agen. Butuh nempel di makhluk hidup agar dia bisa eksis.
Maka virus tanpa inang akan mati. Tanpa menempel di inang ia akan selesai. Begitu teorinya. Waktu bertahan tanpa inang berbeda pendapat antar ilmuwan. Gak akan saya bahas.
Wuhan, Korsel, Italia, menerapkan pola ini : virus pada manusia dipaksa mati dengan anti bodi. Virus diluar tubuh manusia dibiarkan mati, hilang, atau dibersihkan.
Yang positif di isolasi. Yang sakit berat di rawat.
Yang nampak tidak bergejala juga di test massal. Untuk dicari yang positif yang mana. Begitu positif, di isolasi lagi.
Kenapa? Karena menjadi carrier tanpa gejala inilah yang menjadi biang gak selesainya sebaran kasus.
Maka Wuhan dan Italia sangat ketat dengan lockdown. Kalo warga korsel, tanpa disuruh pun sudah teratur lockdown. Mirip Jepang.
Mereka tahan semua orang didalam rumah. Karena andai yang didalam rumah gak ditest, virus akan mengalami masa inkubasi hingga 14 hari. Bakal mati sendiri. Apalagi Wuhan menjalani lockdown 2 bulan.
Wuhan secara strategi sebenarnya menahan interaksi sosial. Lalu membiarkan yang sebenarnya positif walau tidak dites memiliki antibodi dengan sendirinya.
Begitu juga yang dilakukan di Italia. Di lock. Diberesin satu demi satu. Hingga targetnya zero casses per day seperti Wuhan.
Secara garis bessr begitu. Hingga Wuhan hari ini memulangkan dokter-dokternya. Menutup rumah sakit darurat. Dan sudah 3 hari ini zero case covid-19. Mereka sudah statement menang atas corona.
Strateginya begitu. Total lockdown. Semua di isolasi di rumah. Disiplin.
Rumus ini akan buyar kalo yang satu nau di isolasi sementara yang lain masih keluyuran. Bubar dah skema lockdown.
*****
Sekarang kita ke negeri ini, kita buka mata dan hati ya. Saya sampaikan ini murni pendapat atas masalah kemanusiaan. Sentimen politik kita bahas nanti. Bukan saatnya.
Begini...
Ramai di linimasa ini, sahabat dominan menyerukan lockdown. Menganggap bahwa skenario Wuhan dan Italia bisa kita lakukan.
Dari apa yang saya lihat hari ini - semoga saya salah - Total Lockdown bukan skenario kita. Kecuali cuma slowdown soci distancing, bubarin keramaian. Itu masih bisa. Tapi kalo ngekep warga di rumah. Hmmm.. Susah.
Lockdown itu membutuhkan jumlah petugas yang cukup. Di Italia, polisi mondar-mandir, yang keluar tanpa keperluan didenda ratusan euro. Cek aja linimasa. Banyak beritanya.
Itu aja sudah pake polisi, terjadi puluhan ribu pelanggaran. Masih aja keluar.
Lalu kita lihat di Indonesia. Jelas sulit
Bisa dibayangkan polisi kita nahan masyarakat gak keluar rumah. yang keluar di denda. Ditilang aja ngamuk kok. Apalagi didenda untuk sekedar keluar rumah. Wah.. Chaos.
Belum lagi, di Wuhan dan Italia, mereka punya solusi, kalo diam di rumah, stay at home, work for home, makan mereka terjamin. Di Indonesia rada repot.
Di kita, kalo gak keluar rumah, makannya gimana? Seriusan ini.
Saya nulis begini bukan berarti besok Anda langsung ngumpul-ngumpul dan keluar rumah. Arah tulisan says gak kesitu.
Saya cuma ingin buka mata kita semua. Lockdown kayak Wuhan dan Itali, untuk negeri dengan sosio kultur kayak Indonesia. Gak bisa.
Rame kan di berita, udah jelas jadi suspect, malah bantu-bantu nikahan tetangga. Ditelpon sama dinkes untuk ngontrol, malah ngakunya di rumah, padahal jalan-jalan.
Itu cuma ngisolasi 1 orang aja, kita gak sanggup lho. Asli. Apalagi 271 juta jiwa di hold. Atau Jabodetabek aja deh, 25 jutaan warga, di hold gak boleh keluar rumah kompak. Gak bisa. Beneran.
Menutup event-event perkumpulan insyaAllah bisa. Meniadakan gathering ibadah bisa. InsyaAllah. Tapi kalo total lockdown. Apalagi bahasanya lockdown antar daerah. Nampak resiko sosialnya besar dan ini juga yang kayaknya ada di fikiran Pak Jokowi.
Maka bisa dilihat di Iran. Mereka masih terus aktivitas. Adanya yang terjangkit covid-19 dan sakit berat, ya mereka hadapi. Nanti saya jelaskan di tulisan berikut, kenapa Iran begitu.
*****
Keadaan diatas membuat skenario "pukul nyamuk satu-satu" gak mungkin jalan.
Kita gak bisa paksa warga didalam rumah. Kita gak bisa membersihkan pergerakan.
Akan tetap terus terjadi pergerakan massa, walau kecil. Padahal yang bergerak bisa jadi sudah positif covid-19 namun tanpa gejala apa-apa. Ini yang membuat skenario lockdown buyar.
Belum lagi dengan slowdown nya Jakarta. Dan status Jakarta menjadi episenter pendemi. Membuat banyak warga jabodetabek mudik ke kampung halaman.
Panah-panah merah sudah menyebar ke daerah. Ini seperti anak-anak muda Lombardi yang mudik ke Italia selatan. Persis.
Intinya skenario Lockdown sulit jalan.
Lalu bagaimana mengakhiri wabah ini?
Satu dua expert sudah mulai bicara. Walau malu-malu. Kecuali menteri pertahanan Israel yang pada akhirnya bicara tentang ini juga : Herd Immunity. Termasuk PM Inggris Pak Borris.
Begini,
Virus yang menjangkiti tubuh akan diserang oleh antibodi ini. Inilah tafakur mendalam kita hari ini, antibodi kita menyusun bahan baku serangan untuk virus covid-19. Khusus untuk si dia saja.
Maka muncul angka 14 harian, atau kurang, dimana antibodi kita menyusun serangan ke covid. Hingga antibodi yang khusus dibentuk untuk covid terbentuk.
Maka setelah terbentuk antibodi alami covid, tubuh kita kebal covid. Secara teori, tidak lagi bisa dijangkiti covid-19. Mudah-mudahan teorinya bener.
Nah, Ketika sudah cukup banyak masyarakat yang terjangkiti covid-19, akan terbentuk "sekawanan" manusia yang sudah kebal covid-19. Dan disaat itulah terbentuk namanya Kekebalan Kawanan : Herd Immunity.
Coba deh, buka video-video yang viral tentang melandaikan kurva. Kan disitu sudah diberitahu, bahwa pada akhirnya semua orang akan terjangkit. Tinggal kecepatan lonjakan yang gejala berat saja. Itu yang diperlambat.
Ikhtiar social diatancing kita akan kesitu arahnya. Melandaikan kurva. Memberikan waktu bagi paramedis untuk melayani yang sakit berat. Jangan sampai okupansi rumah sakit gak cukup. Maka jangan sampai yang positif covid dan gejala berat jumlahnya puluhan ribu atas satu waktu.
Teori Herd Community ini berat untuk disampaikan. Secara ilmiah, 60%-70% masyarakat akan terjangkit. Dan kemudian mayoritas yang bertahan akan membentuk antibodi alami.
Di Wuhan, mungkin gak butuh sampai 60-70 persen. Karena mereka total lockdown. Mereka sampai semprot kota pake disinfektan 2 hari sekali. memang targetnya bunuh virus. Bisa jadi juga mereka sudah nemu vaksin. Sudah di shot ke sebagian besar populasi. Itu juga bikin Herd Immunity.
Italia juga nampak cara memeranginya sama. Total Lockdown.
Namun lihatlah Iran, mereka nampaknya pake teori ini, biarkan semua terpapar pada akhirnya. Mereka gak punya kapasitas untuk lockdown. Yang ada tinggal gali kuburan massal di Qom. Ini fakta.
Nampak Iran sudah memahami tracknya. Berharap Her Immunity.
Iran menjadi parah karena adanya embargo dari US, yang membuat alat-alat medis kurang. Iran sampai mau minjem ke IMF untuk perawatan. Skenario paparan maksimal memang butuh persiapan.
Walau skenario terpapar xepat tidak kita pilih, melihat kondisi negeri dan perilakunya, inilah yang sebenarnya akan kita hadapi.
******
Saya secara pribadi berharap, slowdown dan social distancing yang kita lakukan sekarang akan memperlambat penularan, memberikan waktu pada fasilitas kesehatan untuk bersiap. Tapi tidak bisa mencegah penularan pada semua.
Adapun waktu yang terus berjalan, semoga bisa menjadi buying time untuk menunggu vaksin.
Sampai di titik ini, Anda pembaca mungkin merasa saya mendoakan yang buruk untuk negeri. Sama sekali tidak. Ini ulasan ilmiah dari studi literatur saja. Bahwa begitulah wabah berakhir. Hampir semua orang terjangkit dan membentuk antibodi alami.
Semoga sampai disini hati tetap dingin dan optimis. Karena ini baru setengah tulisan. Berikutnya saya akan menuliskan tentang konsekuensinya.
*****
Target saya menulis ini adalah... agar kita sebagai anak bangsa bisa memitigasi konsekuensinya.
Karena inilah yang saya bisa rasakan dan simpulkan. Walau mudah-mudahan salah. Her Immunity ini skenario negeri kita.
Maka konsekuensi pertama adalah "bersiap terpapar"
Slowdown di rumah ini harus menjadikan kita pribadi yang sehat jasmani dan batin. Karena paparannya cepat atau lambat akan segera datang. Apalagi si covid ini rada bandel, cepet nular.
Makan yang bergizi , perkuat imunitas tubuh, istirahat yang cukup, olahraga gerakkan tubuh, bantu tubuh menyiapkan metabolisme yang optimum, untuk memproduksi antibodi covid secara mandiri.
Untuk urusan ini sudah banyak yang menuliskannya. Saya gak mau nulis ulang. Silakan cari sendiri.
Termasuk persiapan batin, mulailah memaafkan diri sendiri, memaafkan orang lain, saling mendoakan. Kita perlu batin yang sehat untuk masa-masa ekstrim seperti ini.
*****
Konsekuensi kedua adalah "mayoritas jadi carrier"
Dengan demografi anak negeri yang penuh anak muda. Secara statistik, masyarakat kita akan mengalami gejala ringan di anak muda. Bahkan tak bergejala.
Maka anak muda negeri ini akan dominan menjadi cariier virus.
Ini juga yang harusnya diedukasi mendalam. Bahwa positif covid-19 bukan seperti positif HIV. Ini ada diberita, begitu positif covid-19 malah kabur. Salah faham kayaknya. Butuh diedukasi.
Dengan simpulan ini, saya menyarankan bangun gerakan pisahkan manula dan anak muda. untuk usia 50 tahun keatas, jangan sampai berbaur dengan yang muda.
Inget gak, 60-70% harus terpapar virus agar terbentuk Herd Immunity.
Kita siasati saja. 60% yang terjangkit itu biar anak muda saja. Kemungkinan illnes beratnya kecil. Dibawah 10%. Begitu kata lietaratur ya. Cross cek aja. Gak maksud sok tau.
Ini juga termasuk pada resiko kerja. Untuk di rumah sakit misalnya. Dokter senior, konsulen senior, mundur aja ke belakang meja. Kontrol dari jauh. Komando dari meja. Jadi penasehat dan pengarah ke dokter-dokter yang under 50. Seriusan ini. Bisa gak kira-kira. Atau etis gak kira-kira.
Karena kalo pola paparan mayoritas ini kena ke generasi elder negeri ini, ini yang membuat tingkat kematian tinggi seperti Italia.
Pada orang tua, pada masayikh itu terdapat kemuliaan dan kebaikan, kita sangat perlu keberadaan mereka untuk tetap sehat dan mendoakan kita. Mengarahkan. Dan menasehati.
Baca data yang jujur. China 2M populasi, Italia 60 juta Populasi. Angka kematian di Italia sudah melebihi Cina akan covid. Ini karena para manula gak segera dipisahkan dengan yang muda.
*****
Konsekuensi ketiga "Siapkan Fasilitas Medis"
Angka ilmiahnya sudah ada. 60% Terjangkit. Mayoritas tanpa gejala.
20% gejala ringan. Bisa isolasi mandiri.
10% gejala berat yang dimana sepertiganya diprediksi meninggal. Maka muncul angka kematian 3%.
Coba simulasi aja. Gak nakut-nakutin, agar kita bersiap.
Barusan saya sudah ketik simulasi angkanya. Tapi saya gak tega. Jadi saya hapus lagi. Hitung saja sendiri ya.
Intinya,....
Jangan sampai kayak Italia hari ini, kaget gak ada tempat rawat. Padahal Italia ini negeri yang kesehatan gratis. Kesehatan ini jadi nomor 1 perhatian. Ujian memang. Kita doakan segera berlalu.
Akhirnya sibuk bangun tenda darurat. Sibuk nyari gedung untuk rumah sakit. Full sampe lorong-lorong kepake semua.
Kita jangan sampai kaget di akhir. Mumpung ada waktu, siapin aja dari sekarang.
Jangan nunggu intruksi pemerintah, sediakan aja secara swadaya dari arus bawah. Siapin bangunannnya. Bed nya. Pelan-pelan.
Dengan skenario terpapar 60% populasi, lebih baik mumpung ada waktu kita bersiap. Karena jumlah penduduk kita 4,5 kali Italia. Beneran.
Saya sudah teriak-teriak berkali-kali, kalo pendekatan pencegahan/preventif gak bisa, ya sudah fokus pengobatan.
Maka saya membaca langkah Pak Jokowi, beliau sebenernya menuju pada Herd Immunity.
"5 juta obat sudah dibeli"
Ini sudah langkah pengobatan. Adapun ceramah tentang pembatasan gerak, hanya normatif.
"Mohon pada pemerintah daerah untuk memperhatikan prosedur kesehatan"
Tafsirnya luas. Tapi kalo niat ngobatin, jelas, beliau impor obat. Jelas sudah arahnya.
Wisma Atlet towernya akan dijadikan rumah sakit darurat.
Ada pulau yang disiapkan jadi pulai isolasi.
Arah pemerintah ini nampak bersiap mengobati dan merawat ketimbang melockdown. Karena perhitungannya bisa jadi kita banyak anak muda, memang yang diharapkan antibodi alami anak negeri yang bekerja. Lalu selamatkan yang elder.
Maka konsekuensi ketiga ini perlu kita dalami.
Satu masjid satu rumah sakit darurat.
Pak Erick Tohir saja sudah calling relawan. Oprec relawan secara nasional. Ndak lama lagi akan banyak program wakaf dan infaq alat medis.
Memang kesitu arahnya. Virus akan memapar ke mayoritas anak bangsa. Biarkan Herd Immunity terbentuk dengan sendirinya.
98 notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
serius, semangat perbaikan ngga cuma buat orang yang masa lalunya kelam.
punya masa lalu yang baik pun bisa jadi penyemangat untuk kembali jika kita sedang dalam masa “kelam” sekarang.
tetaplah berbuat kebaikan-kebaikan yang terbaik selagi semangat, kelak, saat kamu futur, kamu akan merindu masa-masa itu. pernah merasakan nikmatnya melewati setiap waktu dengan kebaikan-kebaikan.
semuanya bisa menjadi serba baik jika semangatnya perbaikan.
22 notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Syaikh Ali Ath Thantawy ditanya tentang bacaan terbagus yang pernah dibaca beliau sepanjang hidupnya. Maka Beliau berkata, "Aku telah membaca banyak buku selama 70 tahun ini, namun aku tidak menemukan hikmah paling indah selain kalimat yang disebutkan Ibnu Jauzi rahimahullah dalam 'Shaidul Khatir' yang berbunyi,
"Sungguh lelahnya taat akan berlalu, namun pahalanya kekal. Dan sungguh lezatnya maksiat akan berlalu, namun akibatnya kekal."
551 notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Khawatirmu Tentang Masa Depan
@edgarhamas
Jujur saja, sebenarnya apa hal yang lebih membuatmu khawatir dibanding ketakutanmu pada masa depan?
Itulah yang membuat manusia yang kamu lihat —dan barangkali kita sendiri— belajar mati-matian demi ijazah, katanya agar di ‘hari depan’ diterima di universitas ternama. Sibuk kuliah dan ingin cepat lulus, demi 'masa depan’ yang cerah di perusahaan besar. Kerja lembur bagai kuda dengan misi menciptakan 'masa depan’ karir yang gemilang.
Kekhawatiran kita akan masa depan itu seperti kita berlari mengejar bayang-bayang kita sendiri. Tak pernah berakhir, dan selalu membuat hati gelisah. Menghidupkan hari ini demi esok hari. Sebuah cara hidup paling menyiksa yang pernah ada. Dibayang-bayangi esok akan jadi apa dan akan makan apa. Cara pandang seperti itulah yang melahirkan hamba dunia.
Untungnya, kita punya iman. Dengan iman, kita seperti punya obor yang menuntun kita menyusuri hari-hari ke depan yang gelap temaram. Iman membuat kita tahu bahwa selalu ada jalan bagi mereka yang yakin bahwa segala sesuatu —rizki, cinta dan pencapaian hidup— ada di tangan Allah. Maka mereka tenang, namun tak juga berpaku tangan. Mereka tenteram, tapi justru berkarya makin melesat!
Perkara rezeki dan karunia di esok hari, Allah bilang padamu dengan terang, “Kamilah yang membagi-bagi penghidupan mereka dalam kehidupan dunia” (Az Zukhruf 32) Semua sudah ada jatahnya, sudah ada pembagian seadil-adilnya.
Allah tak pinta kita untuk sibuk menghabiskan waktu demi karir. Justru Allah ingin karir kita hidup untuk menyelamatkan waktu kita yang sempit ini; menghidupkannya menjadi ibadah yang bernilai berat di timbangan akhirat.
Bahkan sejatinya, kerja kita, belajar kita, kegiatan kita, koneksi yang kita bangun, relasi yang kita kumpulkan; hakikatnya bukan untuk mencari penghidupan, tapi untuk bersyukur pada Allah. Unik kan? Kerja bukan demi rezeki, tapi sebagai tanda syukur.
Tapi memang begitulah aslinya. Dan itulah yang Allah ajarkan pada Nabi Daud dan keluarganya, “Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’ 13)
Dan kamu pasti tahu, keluarga Nabi Daud justru menjadi keluarga paling kaya sepanjang sejarah manusia. Ia menjadi raja dan anaknya menjadi raja. Bukan sembarang raja.
Yang kamu khawatirkan tentang masa depanmu, sudah Allah cover.
Bersyukurlah dengan menjalani hidup yang bermanfaat bagi dakwah dan umat, itulah cara kita mencover waktu menjadi bulir-bulir pahala yang berat di timbangan amal.
3K notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Serial Pernikahan #3: Pemberian yang Merawat Cinta
Tidak salah jika kita pahami bahwa pemberian itu bernilai baik. Namun tidak selamanya pemberian yang baik itu sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita, tak selamanya pula pemberian mampu menumbuhkan cinta.
Untuk memberi sesuai dengan yang diminati pasangan, kita perlu mengenal bagaimana pria dan wanita memberi nilai.
Pria, Pahami Bagaimana Wanita Menilai
Umumnya bagi seorang pria, berkarir tinggi dan mendapatkan gaji besar adalah keyakinan bahwa dirinya layak mendapatkan cinta. Ia berpikir memberikan hadiah yang nilainya besar seperti rumah atau mobil tentu akan membahagiakan pasangannya.
Tapi wanita punya cara menilai yang berbeda. Bagi wanita, besar kecil rupa atau harga, poinnya sama saja. Suami bekerja pagi-sore nilainya satu poin, gaji suami naik mungkin nilainya dua sampai tiga poin, tapi jika pulang kerja suami membawakan makanan kesukaan istri atau membantu pekerjaan rumah bisa jadi 10 poin dan lebih.
Hal yang disayangkan adalah ketika pria terlalu fokus pada hal-hal besar dan mengabaikan pemberian kecil. Ketika wanita merasa kurang "diberi", pria cenderung marah karena wanita seperti tidak menghargai apa yang sudah diraih suaminya. Pria perlu mengerti, hati wanita sebetulnya mudah menerima. Dengan sedikit perhatian, ia bisa merasa dirinya disayang dan memberi pasangannya poin.
Wanita, Begini Cara Pria Memberi Angka
Pria ternyata lebih mudah memberikan angka untuk wanita. Setiap kali wanita menghargai apa yang telah dilakukan pria baginya, pria merasa disayang dan memberinya poin. Pria juga tidak banyak menuntut wanita, ia cukup mendapatkan cinta dari wanita. Sayang wanita kerap kali tidak menyadari kekuatan cinta mereka dan perasaannya cenderung berubah-ubah.
Sumber utama cinta bagi pria yaitu tanggapan penuh cinta dari wanita terhadap tingkah lakunya. Jika wanita menyiapkan hidangan bagi pria, mungkin pria bisa memberinya angka 1 poin atau 10 poin.
Besar kecilnya angka tergantung bagaimana perasaan wanita ketika menyiapkan hidangan tersebut. Jika wanita menghidangkannya dengan rasa cinta, semakin tinggi angka yang pria beri. Jika wanita menyimpan rasa kesal, hidangan yang dimasaknya akan sangat kecil di mata pria.
Pun saat pria mengemudi dan kehilangan arah, misalnya. Wanita tidak meresponnya secara negatif, melainkan menanggapinya dengan sabar, lembut dan hal-hal positif lainnya seperti berkata, "Tidak masalah, kita tidak akan merasakan rindangnya jejeran pepohonan jika melalui jalan yang benar", dan contoh lainnya.
Catatan Singkat
Dari sini kita mengerti bahwa pria perlu memprioritaskan “tindakan cinta” untuk memberi sesuai kebutuhan wanita. Sedangkan wanita perlu memprioritaskan “sikap-sikap dan perasaan-perasaan cinta” yang menjamin kebutuhan pasangannya terpenuhi.
Pada akhirnya, meski di sini kita membahas poin dan angka, penilaian Allah tetap yang utama. Maka jangan biarkan pemberian tindakan atau sikap dan perasaan kita hanya karena nilai manusia semata.
Sebagaimana pemberian tak selalu mampu merawat cinta, maka mencintai tak hanya soal memberi tapi juga menerima. Semoga bermanfaat :)
215 notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Serial Pernikahan #2: Pria Seperti Karet Gelang, Wanita Seperti Gelombang
Mengenal Siklus Pria dan Wanita
Karet gelang dan gelombang, begitulah perumpamaan pria dan wanita yang ditulis John Gray pada karyanya. Kalau kita bayangkan sebuah karet, ia merupakan benda yang bisa ditarik lalu merekat kembali. Seperti itu pula siklus pria.
Kaum laki-laki terbiasa menghadapi masalahnya sendiri. Lingkungan cenderung mengajarkan mereka agar mandiri dan mampu dipercaya. Bagi pria, menyelesaikan masalah tanpa melibatkan seseorang akan membanggakan.
Pria bisa saja di suatu waktu menarik diri dari wanita dan berdiam di “dunia"nya. Selain untuk menemukan dan menyelesaikan masalah, pria juga butuh menarik diri agar mengeratkan kembali hubungannya dengan wanita. Namun biasanya sebagian wanita keliru, ia malah merasa pasangannya sudah tidak lagi menyayanginya dan tak ingin berbicara padanya.
Pun wanita yang diibaratkan gelombang, menggambarkan bahwa siklus wanita juga sama seperti pria dalam ketidakstabilannya. Ia naik turun dalam mencintai sesuatu. Di suatu waktu wanita mampu naik hingga begitu bahagia. Tapi di satu kesempatan lain ia bisa merasakan jatuh yang berlarut.
Wanita biasa menyelesaikan masalah dengan menemui kedalaman hatinya. Untuk turun menuju dasar hati, emosi wanita cenderung negatif. Ia bisa marah, lelah, kecewa, sedih, khawatir atau takut. Tapi setelah ia menemukan inti permasalahannya, setelah ia sadar berada jauh di kedalaman, ia akan mampu melesat menuju permukaan dan menampakkan rasa cinta dan bahagianya lagi.
Sayang sebagian pria keliru mengartikan naik turun gelombang ini. Di saat wanita berada di atas, pria merasa berhasil telah membahagiakannya. Ketika esoknya wanita merasa kacau, pria menyalahkan wanita yang tidak bisa menjaga rasa bahagianya.
Lalu Bagaimana Pria dan Wanita Bersikap?
Setelah mengenal kedua siklus ini, pria dan wanita bisa saling memahami dan menerima. Ketika pria melihat wanita yang terjatuh, pria perlu menahan diri agar tidak menyalahkan semangatnya yang rapuh. Sebab menyalahkan keresahan wanita sama saja tidak menghargai perasaannya. Ia hanya ingin didengarkan dan dimengerti. Maka temani saja wanita selama penurunannya ke dasar hati.
Untuk wanita yang menemukan pasangannya menarik diri, wanita juga perlu menahan dirinya agar tidak melemparkan banyak pertanyaan. Percayakan saja bahwa ia bisa melewati masa sulitnya. Selama pria memasuki dunianya, hindari menawarkan bantuan kecuali jika diminta. Daripada itu, wanita lebih baik memberinya dukungan dan dorongan. Dan ketika pria kembali, sambut dan hargailah usahanya.
Sekelebat Pikiran dari Mempelajari Kedua Siklus Ini
Dari analogi di atas, saya mengambil poin bahwa manusia memang punya siklus masing-masing. Iman pun demikian, bisa naik bisa turun. Lalu yang perlu kita ketahui, bagaimana kondisi pasangan kita ketika melewati masa itu.
Saya juga belajar, mungkin ini salah satu hikmah mengapa Allah wajibkan mencari nafkah untuk suami. Karena dengan memusatkan pikiran atau harus membuat jarak dari istri sementara, laki-laki punya waktu sendiri untuk mengisi energi sebelum mencurahkan perhatiannya untuk istri.
Istri shalihah adalah ia yang mampu menjaga suami dalam kepergiannya. Menjaga cintanya, menjaga emosinya, dan menjaga kesyukurannya. Hal-hal yang berujung mulia. *Entah pikiran ini nyambung atau tidak :D
Semoga bermanfaat :)
148 notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Serial Pernikahan #1: Belajar Seni Komunikasi Suami-Istri (Muqaddimah)
Dalam merawat cinta, sepasang suami istri terkadang perlu belajar kembali memahami satu sama lain. Memiliki rasa sayang memang menjadi faktor awetnya sebuah hubungan, namun kita mengingat, pasangan relationship goals tentu punya beragam rintangan, bedanya mereka mampu melewati itu dengan ilmu dan hati yang baik.
Pria dan wanita adalah makhluk berbeda yang Allah fitrahkan bersatu. Kalau kata penulis John Gray, pria berasal dari Mars, sedangkan wanita datang dari Venus. Artinya pria dan wanita dibesarkan di lingkungan dan pola asuh yang berbeda. Masing-masing tumbuh dengan kebutuhan, kecenderungan, dan sikap naluriah yang berbeda pula.
Jadi teringat, di awal pernikahan suami pernah menyampaikan, keterbukaan adalah kunci komunikasi. Salah satu misi kita yaitu menghidupkan budaya musyawarah antara anggota keluarga. Mudah sekali tercantum di atas kertas, tapi kita merasa terus butuh mengembangkan bagaimana memahami komunikasi yang baik.
Selain itu, fenomena perceraian yang semakin menaik juga memicu kita belajar mempertahankan hubungan. Misalnya saja di tahun 2015, jumlah pengajuan cerai talak (dari suami) ataupun cerai gugat (dari istri) di Indonesia mencapai 394.246 pengajuan. Di tahun 2016, menaik hingga 403.070. Dan di tahun 2017, pengajuan cerai terjadi sebanyak 415.848 kali. Di antara sebab utama perceraian ini yaitu perselisihan yang tak berkesudahan.
Seringkali apa yang dilakukan suami untuk istrinya ternyata tidak cukup membahagiakan sang istri. Pun apa yang dikorbankan istri untuk suami ternyata tidak berbalas karena suami yang merasa biasa-biasa saja. Yang demikian sebab tidak adanya saling memahami kebutuhan masing-masing.
Karenanya, selain kembali kepada tujuan mulia pernikahan dan mengarahkan niat untuk Allah semata, kita perlu mengolah komunikasi kita dengan pasangan. Memahami kebutuhan cintanya, bagaimana mendukungnya, menghargainya, dan menjadi tempatnya berpulang.
Satu pinta kita yang tak lepas dari doa, Allah jadikan pasangan serta keturunan kita penyejuk mata. Pun kita berharap mampu meneladani Rasulullah, sosok yang paling baik terhadap keluarganya. Semoga mempelajari hal ini sembari menuliskannya menjadi satu ikhtiar dan Allah berkahi.
*Serial ini ditulis sebagai rangkuman dari buku yang tengah saya baca, “Men are from Mars, Women are from Venus” karya John Gray, Ph.D. Buku timeless international bestseller yang sudah diterjemahkan dan dicetak sejak tahun 1995. Hingga cetakan ke-31 (sekarang), buku ini menjadi karya yang direkomendasikan untuk pasangan. Semoga bermanfaat :)
83 notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Mencintai Orang Baik
Kebaikan itu magis. Kita senang melihat perbuatan baik. Kita senang pada orang yang berbuat kebaikan. Orang baik punya daya tarik.
Kita pun boleh jadi mencintai seseorang karena dalam pandangan kita, orang tersebut baik. Tak peduli jika orang lain tak sepakat dengan kita. Kita selalu bisa melihat sisi baik dari orang yang kita cintai. Dan berharap kita bisa membuat orang lain juga melihat sisi baik tersebut.
Mencintai orang baik seperti mudah. Ada banyak hal yang bisa kita kagumi darinya secara spontan. Semua orang akan berpikir kita begitu beruntung memilikinya sebagai seseorang yang dicintai.
Tapi, pada kenyataannya tidak selalu semudah itu.
Mencintai orang baik berarti memahami bahwa kebaikannya dibutuhkan oleh banyak orang. Bukan hanya oleh kita. Sebagai konsekuensi dari menjadi orang baik, tentu ia juga disayangi oleh banyak orang. Bukan hanya oleh kita.
Kita tahu bahwa ia baik bukan hanya pada kita. Tetapi pada semua orang. Itu berarti selain ia sebagai kekasih, atau suami, istri, ayah atau ibu yang baik, ia pun seorang anak yang berbakti pada kedua orang tuanya, teman yang suka membantu, pelayan masyarakat yang mengayomi, pekerja yang profesional, atau pemimpin yang berdedikasi.
Mencintai orang baik berarti memahami bahwa di hatinya bukan hanya ada kita. Hatinya memiliki banyak ruang untuk mengasihi banyak orang. Waktunya dibagi kepada banyak orang yang membutuhkan. Akalnya digunakan untuk memikirkan banyak orang.
Mencintai orang baik juga berarti memahami bahwa kita tak bisa egois dan berpikir bahwa ia milik kita. Karena akan selalu ada celah-celah yang dimanfaatkan para penggoda untuk mengembuskan perasaan iri dan cemburu.
Sejak detik pertama, mencintai orang baik berarti rela. Rela untuk tidak selalu jadi yang utama. Rela untuk mendukung tanpa keluh kesah. Rela untuk mendoakan tanpa lelah.
Berharap dipersatukan dengan orang baik ibarat mendambakan hujan. Kita tak bisa memintanya untuk jatuh di halaman rumah kita saja.
@urfa-qurrota-ainy
4K notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Seringnya, kita selalu mencoba untuk menyembunyikan perasaan, dan kita lupa bahwa mata dapat berbicara.
Tidak apa-apa, menangis saja.
:)
79 notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Pernahkah berada di fase ketika lingkungan eksternal menyemangati kita dan mereka berpikir bahwa kita mampu tapi diri sendiri merasa tidak mampu dan malah menjadi tekanan untuk diri sendiri?
Sebenarnya yang salah kita atau mereka? :"
121 notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Kelak, kita akan bersyukur atas apa saja yang Allah tunda.
.. juga pada harapan yang tak menjadi nyata.
1K notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
carilah tempat dimana dihargai bukan di butuhkan!
sebab banyak yg datang karena butuh,
tapi lupa bagaimana cara nya menghargai.
0 notes
faridalfaruq · 5 years
Text
#tentangpernikahan : Tak Selamanya Indah
Sekalipun berat, bukan berarti kita bisa seenaknya saja mengeluh. Sekalipun rasanya lelah, tak berarti kita bebas menyerah begitu saja.
Pernikahan seharusnya tak menjadikan kita lemah, karena ada dua insan yang tengah menyatu dan memiliki kekuatan masing-masing. Pernikahan bukan ajang siapa benar dia yang menang, tetapi perkara seberapa kuat kamu dapat bersabar mempertahankan rasa syukur yang tenang.
Bila kita seringkali mendengar banyak kisah pernikahan yang begitu indah, dan membayangkan bahwasanya pernikahan itu segalanya bahagia, ingatlah bahwa pelangi tercipta setelah adanya hujan yang membasahi bumi. Bahwasanya mentari terbit setelah adanya gelap malam hari. Yang tampak oleh mata telanjangmu, hanyalah permukaan yang telah dikemas begitu rapinya. Menyembunyikan segala macam aib yang disimpannya sendirian.
Namun, tak juga berarti bahwa kehidupan pernikahan penuh akan isak tangis dan kobarnya amarah. Hanya saja, kita perlu berbagai kerikil untuk dapat bertemu jalan yang mulus, dan merasakan gemericik hujan sebelum menyentuh hangatnya mentari.
Pernikahan kita adalah bagaimana kita memulainya, bagaimana kita memandangnya, bagaimana kita mau melukiskan ceritanya, bagaimana kita menyerahkan kepada Sang Pencipta-Nya.
Tak perlu saling menyalahkan, kita hanya butuh berkontemplasi dan berkaca pada diri sendiri. Sudah seberapa keras pengorbanan kita untuk terus bersyukur atas nikmat Allah Yang Maha Kuasa yang turun melalui pasangan kita?
Merasa cukuplah, maka semua akan terasa lillah.
Salinglah menggemgam dan berbisik, terima kasih Allah telah menurunkan dan menciptakan dirimu untukku, telah memberikan cinta-Nya melaluimu yang begitu sabar dan tenang, betapa besar karunia-Nya telah memilihkan dirimu sebagai pasanganku yang begitu hebat. Sungguh, hanya Allah yang mengerti bagaimana rasa sayangku yang tulus padamu karena-Nya.
@shafiranoorlatifah | 29 November 2019.
887 notes · View notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Terimakasih buat kamu yang Bahagia merasakan LETIH
karena ku tau kamu tidak akan pernah lebih untuk berbahagia
0 notes
faridalfaruq · 5 years
Text
motor jepang mesine ulet
ngutangi gampang
nagihe sing mbulet
0 notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Perbaiki dan perkuat Niat, Kurangi Sambat
Insya allah
USAHA
Ra Bakal
KHIANAT
0 notes
faridalfaruq · 5 years
Text
Iri dan dengki bahkan hasud
Adalah bagi mereka orang yang tak pernah menghargai diri sendiri
Selamat Pagi Netijen
0 notes