Text
The Real meaning Of peace
The Real Meaning of Peace There once was a king who offered a prize to the artist who would paint the best picture of peace.Many artists tried.The king looked at all the pictures.But there were only two he really liked,and he had to choose between them. One picture was of a calm lake.The lake was a perfect mirror for the peaceful towering mountains all around it. Overhead was a blue sky with fluffy white clouds.All who saw this picture thought that it was a perfect picture of peace.The other picture had mountains,too.but these were rugged and bare.Above was an angry sky,from which rain fell and in which lightning played.Down the side of the mountain tumbled a foaming waterfall.This did not look peaceful at all. But when the king looked closely, he saw a behind the waterfall a tiny bush growing in a crack in the rock. In the bush a mother bird had build her nest.There,in the midst of the rush of angry water,sat the mother bird on her nest-in perfect peace. What picture do you think won the prize? The king chose the second picture. Do you know why? "Because," explained the king,"peace does not mean to be in a place where there is no noise,trouble,or hard work. Peace means to be in the midst of all those things and still be calm in your heart. That is the real meaning of peace." Allah did not make this world a permanent world.this is a temporary world and everything here has a time limit.when its time comes it will die or come to an end. Neither the good things of this world are forever,nor the bad things eternal. We are here for a short time and we are being tested. Those who will pass this test will find an eternal world that is perfect and permanent. Those who will fail this test shall see the evil consequences of their sins and corruption.
1 note
·
View note
Photo

What to do when bad things happen. Surah Ali imran 3:160 says: "if Allah helps you,none can overcome you and if He forsakes you,who is there other than Him that can help you? Therefore,in Allah alone let the believers put their trust." Many think that tests from Allah are always signs of his wrath.As muslims, we believe that the trials afflicting us can be signs of His love.
1 note
·
View note
Text
Keluarga Rasulullah Di Aidilfitri 😭
Oleh: Fauz Noor (Kyai Bedus)
PADA saat malam Takbiran, Ali ibn Abi Thalib terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan kurma. Bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung kurma. Terihat, Sayyidina Ali memanggul gandum, sementara istrinya Fathimah menuntun Hasan dan Husein. Mereka sekeluarga mendatangi kaum fakir miskin untuk disantuni.
Esok harinya tiba salat ‘Idul Fitri. Mereka sekeluarga khusyuk mengikuti salat jama’ah dan mendengarkan khutbah. Selepas khutbah ‘Id selesai, keluarga Rasulullah Saw. itu pulang ke rumah dengan wajah berseri-seri.
Sahabat beliau, Ibnu Rafi’i bermaksud untuk mengucapkan selamat ‘Idul Fitri kepada keluarga putri Rasulullah Saw. Sampai di depan pintu rumah, alangkah tercengang Ibnu Rafi’i melihat apa yang dimakan oleh keluarga Rasulullah itu.
Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein yang masih balita, dalam ‘Idul Fitri makanannya adalah gandum tanpa mentega, gandum basi yang baunya tercium oleh sahabat Nabi itu. Seketika Ibnu Rafi’i berucap istighfar, sambil mengusap-usap dadanya seolah ada yang nyeri di sana. Mata Ibnu Rafi’i berlinang butiran bening, perlahan butiran itu menetes di pipinya.
Kecamuk dalam dada Ibnu Rafi’i sangat kuat, setengah lari ia pun bergegas menghadap Rasulullah Saw. Tiba di depan Rasulullah, “Ya Rasulullah, ya Rasulullah, ya Rasulullah. Putra baginda, putri baginda dan cucu baginda,” ujar Ibnu Rafi’i. “Ada apa wahai sahabatku?” tanya Rasulullah.
“Tengoklah ke rumah putri baginda, ya Rasulullah. Tengoklah cucu baginda Hasan dan Husein.”
“Kenapa keluargaku?”
“Tengoklah sendiri oleh baginda, saya tidak kuasa mengatakan semuanya.”
Rasulullah Saw. pun bergegas menuju rumah Sayyidatuna Fathimah az-Zahra r.a. Tiba di teras rumah, tawa bahagia mengisi percakapan antara Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fathimah dan kedua anaknya. Mata Rasulullah pun berlinang. Butiran mutiara bening menghiasi wajah Rasulullah Saw. nan suci.
Air mata Rasulullah berderai, melihat kebersahajaan putri beliau bersama keluarganya. Di hari yang Fitri, di saat semua orang berbahagia, di saat semua orang makan yang enak-enak. Keluarga Rasulullah Saw. penuh tawa bahagia dengan gandum yang baunya tercium tak sedap, dengan makanan yang sudah basi.
“Ya Allah, Allahumma Isyhad. Ya Allah saksikanlah, saksikanlah. Di hari ‘Idul Fitri keluargaku makanannya adalah gandum yang basi. Di hari ‘Idul Fitri keluargaku berbahagia dengan makanan yang basi. Mereka membela kaum papa, ya Allah. Mereka mencintai kaum fuqara dan masakin. Mereka relakan lidah dan perutnya mengecap makanan basi asalkan kaum fakir-miskin bisa memakan makanan yang lezat. Allahumma Isyhad, saksikanlah ya Allah, saksikanlah,” bibir Rasulullah berbisik lembut.
Sayyidatuna Fathimah tersadar kalau di luar pintu rumah, bapaknya sedang berdiri tegak. “Ya Abah, ada apa gerangan Abah menangis?” Rasulullah tak tahan mendengar pertanyaan itu. Setengah berlari ia memeluk putri kesayangannya sambil berujar, “Surga untukmu, Nak. Surga untukmu.”
Demikianlah, menurut Ibnu Rafi’i, keluarga Rasulullah Saw. pada hari ‘Idul Fitri senantiasa menyantap makanan yang basi berbau apek. Ibnu Rafi’i berkata, “Aku diperintahkan oleh Rasulullah Saw. agar tidak menceritakan tradisi keluarganya setiap ‘Idul Fitri. Aku pun simpan kisah itu dalam hatiku. Namun, selepas Rasulullah Saw. wafat, aku takut dituduh menyembunyikan hadits, maka aku ceritkan agar jadi pelajaran bagi segenap kaum Muslimin.” (Musnad Imam Ahmad, jilid 2, hlm. 232).
Ya Rasulullah, begitu mulianya hati baginda bersama keluarga. Siapa gerangan yang tak malu? Siapa orangnya yang tak kelu? Kami di hari nan fitri, makanan kami lezat-lezat, makanan kami enak-enak. Harus kami apakan diri ini, ya Rasul? Kami malu.
Ya Rasulllah, teteskan kemuliaan jiwa baginda kepada kami, teteskan walau hanya setitik, agar jiwa kami semua tiada tandus dari kasih. Ya Rasulallah, berikan kedermawanan jiwa baginda dan keluarga kepada kami dan keluarga kami. Lapangkan dada kami untuk tidak terpukau oleh kemilau dunia sementara kaum fakir-miskin menderita. Luaskan hati kami untuk bisa mencintai kaum papa sebagaimana baginda telah memberikan teladan yang begitu sangat mulia. Allâhumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidinâ Muhammad wa ‘ala Ali Sayyidina Muhammad.
0 notes
Text
Rewards For a Charitable Act 🌹 (2nd Story about Intentions)
In Islam, Whatever permissible action a person does can become a form of ‘ibadah’ through the correct niyyah, eg eating,a person can intend to eat so that he can gain strength to worship Allah. Now, through this niyyah,his eating also becomes a forms of 'ibadah’ and he will rewarded for it, In Shaa Allah.As long as our intentions are correct and our actions are acceptable and syariah compliant, we stand to be rewarded for even mundane, daily activities . Sincere niyyah in our day to day activities can allow our entire life to become an act of worship , as long as the objective of that life is the pleasure of Allah Subhanahu wa ta'ala, whose pleasure is achieved by doing good and refraining from evil. Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam has said : helping a person or his belonging onto his mount is an act of charity. A good word is charity. Every step taken on the way to performing prayers is charity. Removing an obstacle from the road is charity".(sahih al bukhari ) here’s a beautiful story that illustrates Allah subhanahu wa ta'ala ’s great generosity in rewarding a person’s charitable deed. -Rewards for a charitable Act- Ibrahim Bin Adham saw an intoxicated man lying in the street. He was frothing from his mouth. Ibrahim washed the man’s mouth and with a heavy heart sighed: “ The mouth which should be involved in the zikr of Allah should not be in this condition” At night, Ibrahim dreamt that angel was saying: “ you cleansed his mouth for the sake of Allah,hence Allah has cleansed your heart.” when the man sobered up,people informed him of what had transpired. He was so much affected by what he heard that he repented and devoted himself to the remembrance of Allah. Erning a living can be rewarded as well.Once the companions saw a man and was astonished by his hard work and Industry. They lame ted:“If he were only doing this much work for the sake of Allah.” to which Rasulullah replied: ’ if he is working to support his small children, then it is for the sake of Allah.if he is working to support his elderly parents, then it is for the sake of Allah.if he is working to occupy himself and keep his desires in check, then it is for the sake of God. if,on the other hand , he is doing to show off and earn fame, then he is working for the sake of satan.“ ( Al mundhiri, as suyuti ) Masha Allah 💕💕 We may gain reward even for the most natural acts.if of course they are accompanied by the proper intention of Rasulullah Shallahu alaihi wasalam has said ” when one of you sleeps with his wife, it is an act of charity.“ The same can be said for talking, sleeping and working as well as traits of good character, such as truthfulness,honesty, generosity, courage and humbleness. This too can become worship through sincere niyyah and obedience to Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
0 notes
Text
The Fragrant Grave 💕💕
here’s a beautiful true story that i got from Sharifah khadijjah Alkaff about ‘intentions’ (niyyah)
The Fragrant Grave
While visiting a remote Village in pakistan a group of scholars passed by a Graveyard and perceived a beautiful fragrant. They were curious and entered the graveyard to locate the source of the smell. Finally they found the grave was emitting the beautiful smell and noted the name on the tombstone. When they later met the villagers they asked about the deceased and requested to meet his family. They then asked the daughter of the deceased, whose grave was emitting such a beautiful smell, what his 'amal or deed was when he was alive. his daughter replied : My father could not read the Arabic script in the Qur'an but everyday,without fail , he would take 'wudhu’ sit down with the Quran and trace every verse with his finger saying صدق الله العظيم. Masha Allah 😭😭
1 note
·
View note
Text
The Fragrant Grave 💕💕
here's a beautiful true story that i got from Sharifah khadijjah Alkaff about 'intentions' (niyyah) The Fragrant Grave While visiting a remote Village in pakistan a group of scholars passed by a Graveyard and perceived a beautiful fragrant. They were curious and entered the graveyard to locate the source of the smell. Finally they found the grave was emitting the beautiful smell and noted the name on the tombstone. When they later met the villagers they asked about the deceased and requested to meet his family. They then asked the daughter of the deceased, whose grave was emitting such a beautiful smell, what his 'amal or deed was when he was alive. his daughter replied : My father could not read the Arabic script in the Qur'an but everyday,without fail , he would take 'wudhu' sit down with the Quran and trace every verse with his finger saying صدق الله العظيم. Masha Allah 😭😭
1 note
·
View note
Quote
ibn al-mubarak : maybe a small action is made great by its intention,and maybe a great action is made small by its intention
Book of Intention by sharifah khadijah Alkaff
0 notes
Quote
" Cinta Allah pada seseorang itu Allah biarkan hati dia hancur berkali kali sampai tiada pengharapannya selain pada Allah " by SharifahAimiAlAydrus
1 note
·
View note
Quote
"Cinta Nabi SAW sekemampuanmu mencintai seseorang, Cintai beliau hingga jadi ringan bagimu mengerjakan sunnah-sunnah beliau. Cintai Beliau hingga lisanmu memiliki kegemaran berselawat dan menyebut-nyebut namanya, Cintai Beliau maka cinta itu akan membawamu padanya, pada syafaatnya pada cinta Allah dipuncaknya." — Hubabah Bahiyyah حفظها الله تعالى Isyfa'lana Ya Rasulullah 😭 @PencintaSayyidahFatimah
1 note
·
View note
Text
MEREKA YANG BENAR-BENAR CINTAKAN SAYYIDATUNA FATIMAH
Wanita yang terlihat tidak pandai bergaya kerana dilihat sentiasa berjubah litup, Terlihat tidak mengikuti gaya lilitan hijab terkini kerana istiqomah dengan tudung labuhnya dan terlihat tidak pandai bermekap kerana menutup wajah dengan berniqab, Terlihat seram dan suram kerana berpakaian serba hitam. Jarang terlihat kerana tersembunyi, terlihat jarang keluar rumah kerana lebih selesa di rumah, Harinya dihiasi dengan ibadah, waktu lapangnya dipenuhi dengan membaca kalam Ilahi. Tidak pernah fanatik menyanjungi barisan artis terkini kerana khusyuk meneladani kisah hidup para srikandi. Mengkaji sirah perjuangan sahabat Nabi, tidak tergiur dengan ajakan manis si ajnabi kerana terlalu asyik melayan ayat cinta Ilahi dan membalas rindu abadi terhadap sang Rasul. Terlihat tidak berfoya-foya dan bertutur manja kerana punya rasa malu yang tinggi, maka merekalah sebenar-benar wanita yang tidak cinta dan tidak peduli terhadap urusan dunia dan segala macam isi dunia yang menipunya. Merekalah wanita yang sebenar-benar wanita yang meniru ibunda yang mereka cintai, Sayyidatuna Fatimah, mereka tidak peduli terhadap zaman yang mana bila berganti, maka fesyennya pun berganti. Kain hitam tetap warna kecintaan mereka. Niqab membantu mereka untuk menutupi wajah mereka kerana rasa malu yang menebal, kerana mereka benar-benar mentaati pesan ibunda mereka Sayyidatuna Fatimah Az Zahra'. Bila kau temukan wanita yang mengaku cintakan Sayyidah Fatimah, namun masih hobi narsis dan berpakaian warna-warni, masih diragukan cintanya itu tuluskah atau hanya sekadar cinta yang hanya terucap di bibir? Madad Ya Ummu Abiha Sayyidah Fatimah Zahra' 💞💓 @PencintaSayyidahFatimah
1 note
·
View note
Text
Siapa yang kentut...? Silahkan Berdiri
Kisah 1 Dikisahkan, bahwa suatu hari para sahabat sedang berkumpul di masjid.Lalu terciumlah bau kentut diantara mereka, sehingga membuat para sahabat tidak tahan dengan bau tersebut, salah seorang dari mereka berdiri dan berkata, “Barangsiapa yang kentut, silakan bangun”. Hening, tak seorang pun berdiri. Ketika datang waktu Isya mereka berkata, “Orang yang kentut pasti akan berwudhu setelah ini. Orang itulah yang kentut”. Setelah itu, para sahabat menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang keluar.Masih seperti tadi, tak seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya, mungkin malu. Lalu Bilal bangun untuk mengumandangkan adzan.Kemudian Nabi Muhammad berkata: “Tunggu dulu, aku belum batal, tapi aku hendak berwudhu lagi." Lalu para sahabat pun ikut berwudhu dan tidak diketahui siapa yang kentut waktu itu. Kisah 2 Usai shalat ashar di masjid Quba, seorang sahabat mengundang Nabi beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya.Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap. Rupanya diantara yang hadir ada yang buang angin.Para sahabat saling menoleh. Wajah Nabi sedikit berubah tanda tidak nyaman. Maka tatkala waktu shalat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah berkata: "Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu!". Mendengar perintah Nabi tersebut maka seluruh jamaah mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi. Subhanallah.Sungguh, dalam diri Nabi terdapat teladan yang baik bagi kita semua. Kisah 3 Kisah tentang menjaga perasaan saudara seiman pun juga terjadi pada seorang ulama, yaitu Syaikh Abdurrahman Hatim bin Alwan. Beliau merupakan salah satu ulama besar di Khurasan pada zamannya. Dikenal dengan Hatim Al A’sham, yang artinya Hatim si tuli. Suatu ketika ada seorang wanita yang datang menemui beliau. Namun, tanpa sengaja ia kentut dengan suara yang cukup keras. Wanita itu salah tingkah, menahan malu.Lalu syaikh ini pura-pura tuli, dan meminta si wanita mengulangi pertanyaannya. Dengan sikap sang syaikh,wanita itu pun merasa sedikit lega. Ia mengira sang syaikh benar-benar tuli.Lalu mereka berbicara dengan saling meninggikan suara. Wanita itu hidup selama lima belas tahun setelah kejadian tersebut. Selama itu pula Syaikh Hatim pura-pura tuli. Hingga wanita itu meninggal, ia tak pernah tahu kepura-puraan beliau. Ketiga kisah di atas menceritakan bagaimana seharusnya seorang muslim menjaga kehormatan saudaranya. Bukan malah menertawakannya atau menyebarkan aibnya. Abu Hurairah berkata, Nabi bersabda : وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. “... siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya menolong saudaranya.”
0 notes
Quote
Hari hari terbaik yang kau miliki adalah pada saat kau menikmatinya dengan penuh rasa syukur
F.A Yogyakarta, 7 Juni 2017 (Ramadhan Day-13)
97 notes
·
View notes
Quote
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞ "Diantara adab-adab orang yang berpuasa adalah tidak memperbanyak tidur" [Imam Habib Abdullah Bin Alwi Al-Haddad رحمة الله تعالى] Muhasabah Diri & Teruskan Berselawat | telegram: @iloverasulullah
0 notes
Quote
۞اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞ "Ketika Sayyidina Ali كرم الله وجهه memandikan jenazah Habibuna Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata sambil menangis: "Engkau wangi di masa hidup dan ketika wafat wahai Rasulullah". Kerana air yang digunakan untuk memandikan Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjadi wangi, bukan air yang mewangikan jenazah Baginda, bahkan air itu menjadi wangi setelah dipakai untuk memandikan Rasulullah صلى الله عليه وسلم" [Almarhum Habib Munzir Al-Musawa] Muhasabah Diri & Teruskan Berselawat | telegram: @iloverasulullah
0 notes
Quote
"Apabila kamu benar dan bersungguh-sungguh dalam niatmu, Allah akan menjadikan sebab-sebab yang boleh menghantarkanmu pada apa yang kamu niatkan." — Hubabah Ummu Salim حفظها الله تعالى 💓🌸 @PencintaSayyidahFatimah
2 notes
·
View notes
Text
PERANAN WANITA SEBAGAI PENDAKWAH DALAM MENJAGA NILAI MURNI ANAK-ANAK
۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞ PERANAN WANITA SEBAGAI PENDAKWAH DALAM MENJAGA NILAI MURNI ANAK-ANAK. "Jalan dakwah ialah jalan Nabi ﷺ. Oleh itu, sesiapa yang menjalankan tugas dakwah ini, dia mesti merasa kehebatan dan kepentingannya. Wanita juga memainkan peranan yang penting dalam tugas dakwah ini. Peranan ibu sebagai pendakwah. 1) Dialah madrasah pertama anak-anak. Anak-anak ibarat adunan tepung yang diuli oleh ibu lalu dia yang membentukkannya. Seperti disebutkan dalam hadis bahwa setiap anak lahir atas fitrah lalu dibentuk oleh ibu bapanya samada menjadi yahudi atau nasrani atau majusi. Ibu-ibu mesti merasa tanggungjawabnya kerana setiap pengembala akan disoal tentang gembalaannya sepertimana disebut dalam hadis. Ketahuilah betapa ramai ibu-ibu yang berjaya melahirkan anak-anak yang menjadi ulama dan auliya. Anak-anak lebih terkesan dengan perbuatan ibu, lebih dari perkataannya. Tersebut kisah seorang pencuri ketika dia hendak dihukum, dia berteriak : "Potonglah tangan ibuku dahulu." Bila ditanya, dia berkata, "Dahulu ketika aku berumur 7 tahun, pertama kali aku mencuri telur ayam jiran, lalu ibuku memberi semangat padaku dan berkata, "Harini kamu bawa balik telur, esok lusa bawalah balik ayam, seterusnya kambing dan sebagainya.'" 2) Kepentingan niat seorang ibu sebagaimana kisah Sayyidatina Hannah, ibu Sayyidatina Maryam, yang telah menazarkan anak dalam perutnya untuk khidmat agama. Walaupun akhirnya lahir anak perempuan bukan lelaki tetapi Allah sampaikan niatnya itu. Habib Ali Masyhur berkata, "Perkara pertama yang diperintah sebelum menikah ialah memasang niat-niat yang soleh." Wanita-wanita Tarim mengajar anak-anak mereka memasang niat yang baik sebagaimana mereka mengajar anak-anak itu wudhu' dan solat. 3) Menjaga amalan-amalan sunnah untuk pelihara anak dari godaan syaitan. Antaranya amalan para solihin di Baido', bacaan surah Al-Baqarah dipasang selama 3 hari tanpa henti di rumah yang ada kelahiran, supaya syaitan tidak dapat mendekati bayi itu. Tahnik juga adalah sunnah Nabi ﷺ. Dan antara hikmahnya, diharapkan anak yang sudah ditahnikkan dengan benda manis maka dia tidak akan menerima dalam mulutnya perkara-perkara dan percakapan-percakapan dalam mulutnya perkara-perkara dan percakapan-percakapan yang tidak manis (elok). 4) Begitu juga penting mendidik anak-anak akan adab-adab makan, minum, keluar masuk rumah. Ibu yang harus menanggung tanggungjawab dan usaha dalam melatihkan perkara ini dalam anak-anak. Oleh itu, bersabarlah wahai para ibu seperti kata-kata Baginda ﷺ kepada Sayyidatina Fatimah رضي الله عنها, "Sabarlah wahai Fatimah, sesungguhnya ganjaran yang kamu akan dapati adalah mengikut kadar penat lelahmu." 5) Penting ibu mendoakan anak-anak agar mereka menjadi penyejuk mata mereka, begitu juga penyejuk mata Baginda ﷺ." [Hubabah Ummu Salim binti Muhammad Al-Haddar] (Isteri Al-Habib Umar bin Hafidz) Multaqa Dakwah ke-9, 25 RabiulAwwal 1437H Cintailah Para Ulama', Pewaris Para Anbiya' instagram | telegram : @kalam_ulama t.me/kalam_ulama
0 notes