fhunasme

[fhunasme]

Beri Kesempatan

Kadang, rumah berantakan bukan karena ibu malas, tidak sempat, atau tidak pandai menjaga kerapihan rumah.

Tapi bisa menjadi sarana memberi kesempatan dan ruang untuk anak-anak, dan penghuni rumah belajar rasa tidak nyaman dari rumah berantakan, belajar tumbuh kesadaran mengembalikan barang ketempatnya, dan merapihkan yang tidak sesuai, walau butuh waktu yang lama.

Anak yang dari kecil terbiasa melihat rumah rapih karena ada yang mengerjakan, maka ketika besar dia ingin selalu rapih tanpa kesadaran merapihkan.

Rapih dan bersihnya rumah bukan tanggung jawab satu orang, tapi tanggung jawab semua anggota yang tinggal di rumah tersebut.

Rasa ini, kesadaran ini butuh waktu untuk tumbuh, butuh kesempatan. Dengan harga, rumah akan ada fase-fase berantakan dalam kurun waktu tertentu.

[fhunasme]

Sudah 6 bulan berlalu, setengah tahun terlewati.

Mungkin hidupmu masih disitu, langkahmu masih ragu untuk melanjutkan kehidupan, mengabaikan yang berlalu.

Disisi lain, di tempat lain, kehidupan berjalan, orang bertambah, melanjutkan rencana.

Ya, karena hidup ini terus berputar, dan tidak selalu berporos padamu. Kau yang tetap ragu, lambat melangkah, dan yang lain yang melangkah maju tanpa ragu.

Kau bukan siapa-siapa untuk terlalu dihiraukan, dan yaa, begitulah hidup.

[fhunasme]

Versi masing-masing

Kita tidak tahu bentuk kasih sayang seperti apa yang Allah berikan kepada setiap makhluknya.

Ada yang kasih sayangnya berupa ujian, kesulitan, kesedihan, yang dengannya hambanya selalu mendekat kepada Allah, meminta banyak, menempatkan diri sebagai hamba.

Ada yang kasih sayangnya berupa kemudahan, kesenangan, keberlimpahan, karena Allah tahu dia mampu menikmati kasih sayang dengan cara ini.

Kehidupan berputar, semua orang mengalami bahagia-sedih, kurang-cukup, mudah-sulit, lapang-sempit dengan versinya masing-masing dan dengan kadar kemampuan masing-masing.

[fhunasme]

Pelajaran Mahal

Kondisi, dan fase masa-masa sulit orang tua bisa jadi pelajaran mahal dan berharga bagi anak, yang sudah pasti tidak kita harapkan lagi.

Ini waktu, momentum Allah tarbiyah dari Allah, memperlihatakan kepada anak-anak bagaimana orang tuanya berjuang, tetap memegang yang halal dalam himpitnua kondisi.

Bagi orang tua pun, ini pelajaran besar, menjadi fasilitator anak untuk menumbuhkan rasa syukur dan sabar dengan segala keterbatasan kondisi.

Sementara, mari kita lalui, dan kota dapatkan nilai terbaik di fase ujian kali ini. Bersama Allah, kita bisa lalui semuanya.

[fhunasme]

Jurnal Shalat

Ini pengalaman pertama kami mendampingi ananda kami yang usianya baru memasuki 7 tahun belajar shalat.

Sebagaimana yang kami pelajari, bahwa rentan anak usia 7-10 tahun adalah waktunya mereka belaajr untuk menegakkan shalat. maka pada rentan waku ini, selain kami punya tugas untuk selalu mengingatkannya sholat setiap waktunya datang, adalah mengesankan bahwa shalat menyenangkan, bahwa shalat bukan beban, bahwa shalat bisa jadi bentuk syukur kita.

Saya teringat ketika kecil, dengan segala keterbatasan ilmu yang orang tua saya miliki, saya menerima bahwa shalat itu berat sekali, mengganggu waktu bermain, menjeda aktivitas dan saya enggan melakukannya.

Ustadz Budi Ashari mengatakan, terhadap syariat yang kita terapkan kepada anak jangan sampai anak trauma syari'at.

Lalu, Ustadz Fauzhil Adzim mengatakan, benar bahwa jika anak tidak shalat kita boleh memukulknya dengan pukulan yang mendidik. Tapi Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam mengajarkan kita rentan waktu 7-10 tahun untuk mengajarkan ananda shalat, supaya jangan sampai pukulan itu dilakukan.

Di beberapa hari ini, kami banyak mendidik diri kami untuk shalat di awal waktu, dan mengajak dengan penuh lembah lembut, supaya ananda kelak dapat menikmati setiap sholatnya.

Tugas kami bukan hanya membuat ananda menegakkan sholat, tapi juga memperbaiki kualitas gerakan dn bacaan sholatnya. Supaya shalatnya kelak bukan hanya menjadi rutinitas, tapi benar-benar sebagai pencegah dari perbuatan keji dan munkar. Mohon do'a untuk ananda kami.

[fhunasme]

Perasaan kita

Terhadap diri kita sendiri, seringkali kita tidak mampu mengendalikan apa yang terjadi pada diri kita. Marah kita, sedih kita, kecewa kita, sakit hati kita, benci dan perasaan yang tak bisa kita hindari.

Katanya seiring berjalannya waktu, semua perasaan itu akan terurai dan kita akan sembuh. Tapi ternyata tidak.

Kita butuh bantuan Allah untuk melepas semuanya, untuk melerai rasa-rasa tidak kita harapkan dan tidak bisa kendalikan.

Jika tanpa bantuan Allah, kita tak akan bisa. Mungkin sampai saat ini aku masih dengan rasa-rasa itu.

Pertengahan syawal 1446 H

[fhunasme]

Kaya kemarin pas i'tikaf. Beda banget antara sendirian dan janjian sama temen. Waktu sama temen bisa berdiri lebih lama, padahal rakaatnya lebih banyak dari malam sebelumnya.

Mengejar syurga sendirian itu berat. Maka temukan partner ibadahmu agar syurga terasa dekat untuk diraih.

[fhunasme]

Decluttering

Lebaran ini selain jadi momen silaturahim dan balik kampung yang minim sinyal, iseng-iseng declutter foto, video, dokumen, di ponsel genggam supaya lebih luas ruang penyimpanan dan nyaman.

Ternyata dari foto, video, dokumen yang tersimpan, ada rasa dan kenangan dari setiap item. Ada evaluasi dan pengingat langkah perjalanan juga.

Bersamaan dengan menekan tombol hapus, merelakan juga semua rasa tidak menyenangkan yang jadi teringat ketika melihat lagi. Merefleksi juga sejauh mana syukur yang dilangitkan dan dibumikan dengan apa sudah yang Allah beri di kehidupan ini.

Yaa allah, kini aku lebih siap untuk kembali dengan perasaan yang lebih lapang, tolong bersamai aku selalu.

[fhunasme]

Wahai Rasulullah

Yaa Rasulullah, dua hari ini kami bersuka cita menyambut hari raya, mengumandangka takbir.

Saling mengucap tahniah, berkirim hadiah.

Tapi,,

Rasanya ada yang kurang, karena di belahan bumi Syam, umatmu, saudara kami tak dapat berhari raya dengan bahagia, tak dapat saling berkirim hadiah. Saling mengucap tahniah terganti dengan kalimat istirja'. Takbir yang digaungkan, takbir menguatkan bahwa Engkau satu-satunya penolong dan wali mereka.

Maafkan kami yang masih bisa ceria dalam hari raya kami.

*tulisan yang tertunda posting

[fhunasme]

Meminta diterima.

Di penghujung ramadhan, pasti meminta agar Allah menerima semua amal yang dilakukan sebulan kebelakang. Puasanya, sujud dan rukunya, sedekahnya, tilawahnya, dan semua amal ang kita lakukan.

Ditengah permintaan diterimanya amal, diri ini tersadar, "yaa Rabb tapi amalku cacat"

Shaumku banyak ternoda, solatku begitu tergesa tanpa kekhusyu'an, sedekahku sekadarnya, tilawahku mengejar hitungan. Layakkah aku mempersembahkan amal-amal ini duhai Rabb.

Meski menyadari amalnya compang camping, tapi tetap penuh harap agar Allah kiranya menerima amal ini, amal yang jauh dibandingkan para shaalihin di belahan bumi-Mu.

اللهم تقبل منا صيامنا وأعمالنا

[fhunasme]

Teman

Dibilangan 10 hari terakhir ramadhan tahun ini. Memutuskan untuk i'tikaf mandiri. Ada dan tidak ada teman yang bisa, tetap melaksanakan i'tikaf.

Di hari ganjil yang lain, ada teman yang bisa melaksanakan i'tikaf bersama. Dan, ternyata teman punya pengaruh besar dalam perjalanan ibadah malam itu.

Ketika mengantuk, ada teman yang membangunkan untuk sama-sama menegakkan qiyam. Di jeda solat bacaan imam yang panjang, berbincang ringan meringankan lelahnya berdiri. Lalu sama sama kembali membaca kalam-Nya.

Solat yang hari itu lebih banyak jumlah rakaatnya, lebih banyak bacaannya, terasa lebih ringan karena ada teman disamping yang sama-sama melaluinya bersama.

Jika dalam perburuan lailatu qadr teman saja berperan penting, maka dalam melalui kehidupan dan perjuangan lainnya, ia bisa menguatkan.

[fhunasme]

Beberapa hari kebelakang, ada perasaan yang tidak bisa aku deskripsikan. Semua terlalu bercampur dan ramai rasanya.

[fhunasme]

Aku penasaran pada waktu. Kapan aku bisa menceritakan semua perasaan dan pertanyaan pada orang secara terbuka dengan tanpa perasaan.

Sampai tiba waktunya mari berlatih berdamai.

[fhunasme]

Tidak Mudah

Tidak ada profesi, pekerjaan, dan kehidupan yang mudah untuk dilalui.

Semuanya menghadapi kesulitannya masing-masing. Yang kalau bertukar peran kita belum tentu sanggup melewatinya.

Kita sering merasa tak mampu untuk terus melangkah, tapi enggan untuk menyerah. Semua itu sampai pada kita, karena kita mampu menghadapinya, mampu melaluinya. Yang diberikan orang lain, belum tentu kita mampu, dan janhan memandang mudah hidup orang.

[fhunasme]

Ramadhannya Ibu

Ibadah para bunda ketika ramadhan mungkin jauh dari kata ideal.

Hitungan juz, kalah dengan ayah.

Jumlah rakaat pun, menurun tajam dari ketika masih sendiri.

Tapi, Maha Rahmannya Allah menjadikan setiap aktivitas yang bunda lakukan dapat bernilai ibadah. Bahkan dapat pahala yang sama tanpa mengurangi pahala orang yang melakukan

[fhunasme]

Merajuk

Ahh, sepertinya akhir-akhir ini sedang merajuk.

Entah karena lelah, atau karena ingin diperhatikan. Atau, kesal dengan ketidak mampuan diri ini menceritakan keadaan sesungguhnya.

[fhunasme]

Menikmati

Salah satu seni pernikahan; jika pasangan kita sedang menyebalkan, mari kita nikmati perilakunya.

Beri ruang ia untuk menyebalkan selayaknya manusia pada umumnya. Beri ia waktu untuk menuntaskan menyebalkannya sikapnya.

Sebentar lagi juga mereda 😊