Tumgik
fiklav · 3 months
Text
Jahe Anget
Malam itu, isi kepala terasa berat dan berantakan. Energi hampir habis, bensin pun turut habis. Aku melipir ke pom bensin terdekat.  Antriannya cukup panjang. Alih-alih menguji kesabaran, justru menemukan kehangatan.
Antrian di depanku mungkin sekitar belasan motor. Dari kejauhan, terlihat ada yang menawarkan dagangan di sepanjang antrian. Seorang pria menenteng dua termos ukuran sedang dan menawarkan minuman yang terbungkus plastik kecil. Tampaknya belum ada yang tertarik untuk membelinya. Saat berada di hadapanku, dia menawarkan es jeli dan jahe anget. Hmm, jahe anget sepertinya cocok.
"Jahenya aja, Mas. Dua." Pesanku.
Dengan wajah semringah, ia memasukkan 2 jahe anget ke plastik, lalu menyerahkannya kepadaku.
"Ini bisa tahan sampe besok pagi, Mba." Katanya sambil tersenyum. Aku mengangguk.
Ia mengucapkan terima kasih, dan mendoakan supaya diberi kesehatan dan kelancaran urusan serta mengingatkan untuk memperbanyak sholawat dan dzikir. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, dia bilang, "Jangan cari ridho manusia Mbak, cari ridho Allah aja. Perbanyak sholawat sama dzikir."
Bhaiiik. Selain jahe anget yang cocok untuk kondisi tubuhku yang kurang fit, pesan dari penjualnya juga cocok untuk kondisi jiwaku yang terhimpit wkwkw.
Merasakan kebaikan dalam bentuk perkataan, sikap, dan doa-doa baik seperti itu sedikit menghiburku. Mengingat hal-hal yang tak menyenangkan dan masalah-masalah sepele yang berhubungan dengan manusia kerap memenuhi isi kepala.
Kebaikan kecil itu menjadi lebih bermakna setelah mengalami hal-hal yang menurutku buruk.
Masalah tetap ada. Mumet tetap nyata. Capek tetap iya. Tapi aku percaya dengan salah satu kutipan surat cinta Albert Camus bahwa, "Di tengah-tengah kekacauan, kutemukan di dalam diriku ketenangan yang tidak terkalahkan. Di tengah-tengah musim gugur, kutemukan di dalam diriku musim panas yang tak terkalahkan. Dan itu membuatku bahagia. Karena apa pun yang terjadi, di dalam diriku ada sesuatu yang lebih kuat, sesuatu yang lebih baik, yang menekan balik."
Aku melanjutkan perjalanan pulang dengan hati yang ringan. Menikmati malam dan ketenangannya. Semudah itu Allah mengubah suasana hati manusia.
Beberapa menit sebelum sampai rumah, aku berada di belakang mobil dengan stiker yang bertuliskan:
"Pandongane biyunge"
Senyum mengembang lagi. Wkwkwk.
Teringat bahwa "Aku masih punya doa ibu eh". Apa pun yang terjadi, duniaku baik-baik saja. 
Sampai di rumah, mama menyambutku. Seperti biasa kami duduk di ruang tamu untuk berbincang sebentar. Bercerita tentang hal-hal yang terjadi hari ini sambil menikmati jahe anget.
6 notes · View notes
fiklav · 4 months
Text
Off day. Beres-beres. Ngopi. Makan kue gabin. Ngerjain orderan kufi. Dengerin lagu. Makan siang bareng mama. Leyeh-leyeh. Dengerin podcast mas sabrang. Tidur siang. Makan mie ayam. Keluar di sore yang cerah. Telponan. Nulis gratitude journal.
Udah cukup energinya buat menghadapi huru-hara lagi. Tapi sebelumnya nangis dulu.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
4 notes · View notes
fiklav · 4 months
Text
Perkara-perkara sepintas lalu yang mengecewakan, menyedihkan, melelahkan atau semacamnya seringkali meluruh saat menyadari bahwa kamu masih memiliki seseorang yang berharga dalam hidupmu. Entah teman, pasangan, atau pun keluarga. Bersama mereka sepenuh waktu dalam sehari mungkin tak bisa, tapi tidak dengan cintanya. Justru penuh dan luber biasa.
5 notes · View notes
fiklav · 4 months
Text
MESTINYA tak terlalu sulit untuk memulangkan segala perasaan yang kita lepaskan itu selalu ke diri sendiri. bahwa yang kita tangisi, yang kita cintai, yang kita marahi, yang kita bela, yang kita musuhi, yang kita lukai, yang kita sanjungi, atau yang habis-habisan kita cari, sebenarnya adalah diri kita sendiri.
dengan kata lain, menyayangi orang lain (sebenarnya) adalah cara kita menyayangi diri sendiri; menghargai orang lain (sebenarnya) adalah cara kita menghargai diri sendiri; menyakiti orang lain (sebenarnya) adalah cara kita menyakiti diri sendiri; dan seterusnya… dan seterusnya.
—Alfin Rizal
9 notes · View notes
fiklav · 4 months
Text
Morning Morning Walking Walking. Begitulah Mas Iqbal Hape a.k.a Iqbal Hariadi menyebut aktivitasnya ketika jalan kaki pagi pagi sambil berbagi insight dalam kontennya.
Awal Oktober mulai mengagendakan. Terakhir hampir 2 bulan lalu dan baru terlaksana lagi tadi pagi. Seneng bisa menikmati pagi tanpa buru-buru. Memerhatikan langkah kecil dan suasana sekitar. Udara segar, kicau burung, kokok ayam, kerik jangkrik, tingkah kucing-kucing kampung, sayup-sayup ceramah dan shalawatan, siaran radio dan televisi dari rumah-rumah, aktivitas warga lainnya seperti menyapu halaman, menyiram tanaman, atau menata dagangan buat menu sarapan. Itu semua melatih kesadaran untuk merasakan dan menikmati hidup saat ini.
Memiliki kemampuan mengontrol pikiran akan membuat hidup lebih sederhana. Banyak hal yang terjadi. Tetapi gak semuanya masuk dalam lingkar pengaruh kalau kata Mas Sabrang. Tau apa yang harus dilakukan sebaik-baiknya. Tau mana yang perlu dikhawatirkan dan mana yang tidak. Mana yang perlu dipikirkan, mana yang tidak. Biar hidupnya lebih efektif. Memang perlu latihan untuk paham positioning tersebut.
Tumblr media
3 notes · View notes
fiklav · 5 months
Text
Hari ini berasa drama banget. Ada dua hal yang bikin panik sekaligus terharu. Panik karena adanya masalah dan terharu sama cara Allah menolongku lewat kebaikan orang-orang huaaa!
Yang pertama, HP ketinggalan di masjid abis sholat dzuhur. Baru sadar 15 menit sebelum jam masuk kerja. Lagi naroh tas di loker, mau ngecek HP lha kok gak adaaa. Panik lah. Terakhir aku taroh di karpet masjid deket tempat sholat. Masjidnya gak terlalu jauh, tapi jalan ke parkirannya mayan jauh. Karna lagi dipindah sementara. Dari parkiran lanjut naik motor ke masjid. Pas udah nyampe, aku tanya bapak-bapak yang duduk di teras masjid katanya enggak tau. Trus dari dalem ada yang nyaut, kayanya takmir masjid, "HP ya mbak?". Aku langsung masuk dan masnya nyodorin HPku. Huuuaaaa. Gak kebayang kalo yang nemuin bukan takmir masjidnya. Dalam 15 menit aku bolak-balik naik motor ±500 meter, jalan kaki semi lari ±300 meter. Sungguh engaaappp tapi melegakan.
Yang kedua, pulang malem dan motor mogok kehabisan bensin. Gusti. Ceroboh betul hambaMu ini. Padahal udah tak inget-inget beli bensin dulu, tapi pas di jalan kelupaan. Ngebut ngebut aje. Gak ngecek speedometer lagi. Sebelum mogok, di jalan ketemu rekan kerja. Nyampe tugu perbatasan udah ada tanda-tanda mau mati. Aku melipir. Temenku sempet ngeh tapi aku gak langsung bilang. 100 meter dari tugu perbatasan motorku mati. Temenku udah gak keliatan. Mana jalanan gelap banget Ya Allah. Rasa takutnya lebih takut ke manusia daripada setan. Aku langsung telpon sepupu minta tolong buat beliin bensin. Soalnya kalo mau dorong motor sendiri gak kuat karna pas mau tanjakan.
Lagi nunggu, eh temenku balik nyamperin. Katanya, dia ngeh kok aku gak keliatan-keliatan jadi dia puter balik, mastiin aku kenapa. Yaampuuuun. Dia mau bantu nyetep tapi bukan motor matic jadi susah, mana posisinya agak nanjak. Dia juga udah nawarin buat beliin bensin tapi aku udah bilang sepupuku. Akhirnya dia nemenin buat nungguin sepupuku.
Dia bilang, coba jalan bentar tak bantu dorong. Abis nanjak dikit di depan udah turunan. Aku coba starter motor, eh tenyata masih bisa jalan. Bentar doang. Mati lagi. Tapi seenggaknya kita udah jalan dan nunggu di tempat yang lebih terang. Aku telpon sepupuku katanya masih lagi antri beli bensin. Gak enak ke temenku karna udah nunggu lama. Aku suruh dia pulang aja, rumah dia juga lebih jauh, tapi katanya gapapa. Selaw selow.
Gak berapa lama, tiba-tiba ada mas-mas nyamperin. Ternyata temennya temenku. Temen seorganisasi. Dia nawarin buat bantu nyetep sampe pom bensin terdekat. Sepupuku juga belom dateng-dateng. Katanya masih belum dapet bensin. Yaudah kubilang gak usah aja, mau disetepin temen. Akhirnya disetep ±4 km. Weh. Baik banget. Padahal tujuannya berlawanan. Kayanya bentuk solidaritas sesama kader hahah.
Akhirnya sampai di pom bensin. Mungkin kalau temenku gak puter balik dan nemenin aku, aku bakal lebih lama nunggu di pinggir jalan yang gelap itu sampe sepupuku dateng. Huaaa terharu ketemu orang-orang baik.
Alhamdulillah malam ini sampai rumah dengan selamat. Masih ada yang mau diceritain tapi udah ngantuk. Besok berangkat pagi. Dah lah.
0 notes
fiklav · 5 months
Text
Mungkin benar bahwa pilihan yang baik memang sering terlihat gak enak. Sering terasa berat. Pelajaran-pelajarannya dibayar dengan luka. Tapi itu yang bikin berharga.
3 notes · View notes
fiklav · 5 months
Text
Akan ada situasi yang membuat kamu memilih sesuatu yang bukan kamu mau but soon you'll know how important it for yourself. Jadi, keputusan tersulit apa pun kalau buat diri sendiri jadi lebih baik, go for it. —Rintik Sedu
1 note · View note
fiklav · 5 months
Text
Masih belum move on dari Gadis Kretek sejak baca novelnya 6 bulan lalu dan nonton seriesnya 3 minggu lalu. Bahkan beberapa soundtracknya masih aku dengerin sampai sekarang, tentunya dua lagunya Nadin Amizah, Noh Salleh - Sang Penikam dan Sore - Pergi Tanpa Pesan.
Aku suka Jeng Yah versi novel tapi tak bisa dipungkiri bahwa versi filmnya juga apik pol. Reviewnya udah banyak bertebaran di mana-mana jadi aku cuma mau ngutip kuwot dari Jeng Yah versi tudum.
Tumblr media Tumblr media
6 notes · View notes
fiklav · 7 months
Text
Tumblr media
Laku tirakat yang mama kerjakan telah sampai di hari ke-40 bertepatan di hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Katanya, beliau merasakan banyak sekali keberkahan. Masya Allah. Upaya mama dalam rangka taqarrub ilallah, doa-doa mama, dan kasih sayang mama menjelma cahaya yang menyeruak ke dalam sukma. Kalau kata Nadin Amizah, nyawaku nyala karena denganmu.
4 notes · View notes
fiklav · 8 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Kau, Rabu, dan Perkara2 Sepintas Lalu
Tumblr media
3 notes · View notes
fiklav · 8 months
Text
Kalau keputusanku saat itu hanya berdasarkan ego dan nafsu belaka, tidak melibatkan Allah, mungkin aku selalu bangun dalam keadaan bimbang yang berujung sesal.
Berkali kumenenangkan dan meyakinkan diri bahwa, “Takkan kecewa, hati yang melibatkan Allah dalam setiap urusannya”.
9 notes · View notes
fiklav · 8 months
Text
Luka dan kebahagiaan kadang bisa terjadi dalam waktu yang bersamaan. Barangkali yang memilih porsi bahagia lebih besar adalah mereka yang meyakini adanya sebuah tanah lapang terbentuk di dalam dadanya. Sehingga luka-luka tak begitu menyempitkan hatinya.
29 notes · View notes
fiklav · 8 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Teringat dawuh simbah dan mas sabrang bahwa disadari atau tidak, kita sedang menempuh perjalanan sunyi masing-masing. Seperti sendiri tapi tak sendiri. Ada sentuhan yang kita alami dan rasakan. Entah melalui hangatnya mentari, obrolan bersama driver ojol, kebaikan orang-orang sekitar, kucing-kucing liar, whatsapp dari ibu, atau apa pun yang mengantarkan kita pada kesadaran akan keberadaan-Nya.
9 notes · View notes
fiklav · 9 months
Text
Sinau cahaya.
Tumblr media
2 notes · View notes
fiklav · 11 months
Text
Kegiatan minggu pagi hingga siang tadi cukup terpengaruhi oleh postingan Ali Ma'ruf dan kawan-kawan yang sering membagikan kesenangannya. Terutama dua hal ini: jalan kaki dan makanan.
Pergilah kami ke Purwokerto untuk telusur gang dan bangunan lama, makan es krim jadul, roti pisang coklat, minum es dawet di pinggir jalan, es jeruk—iyaaa es terooos soalnya panas.
Mungkin kita memang perlu terbiasa mensyukuri hal-hal yang biasa saja agar hidup terasa lebih sederhana. Tak serumit isi kepala yang belum tentu kebenarannya.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
12 notes · View notes
fiklav · 11 months
Text
Yang kata orang ‘waktu akan menyembuhkan’ itu jadwalnya kapan ya? Mau berobat sendiri aja lah. Kata Sal Priadi, canggih tubuh ini bisa menyembuhkan lukanya sendiri kok.
7 notes · View notes