Text
Best birthday gift ever.

⚠️ cw // mention of kissing.
Seperti apa yang Jeantara sampaikan pada roomchat mereka kalau ia akan menjemput Sazara pukul 7 malam satu jam sebelum acara itu dimulai. Jean berdiri bersandar pada Mclaren 720s spider milik nya sembari menunggu Sazara yang tengah bersiap-siap. He wait for her patiently. Doesn’t even want to rushed her.
“Jean, hi.”
Sapa perempuan cantik itu sambil tersenyum kikuk. Pasal nya sudah hampir setengah jam Jeantara menunggu dirinya dengan sabar. Sazara tentu sempat menawari nya masuk ke dalam rumah, namun Jean menolaknya, ia bilang ingin merokok jadilah Jean menunggu diluar.
“Kenapa? Does it look weird on me?” tanya Sazara kurang nyaman sebab Jean hanya menatapnya lurus, pandangannya tak terbaca lebih lagi tanpa sepatah kata apapun.
Kedatangan Sazara bertepatan dengan Jean yang selesai dengan kegiatan merokoknya, kemudian pria itu menjatuhkan batang rokok tersebut dan menginjak nya. Ia berjalan mendekat kearah dimana Sazara berdiri saat ini.
“How could you think about your looks while it’s so perfect?” Jean balik bertanya sambil menuntun Sazara memasuki mobil nya.
“I’m just lost my words when you starring at me like before, then started look at myself, do I look weird or do I staining my teeth with lipstick.” ujar Sazara dengan tawa diakhir kalimat nya.
“No? Definitely not. You’re dazzling. I can’t take my eyes off you.” kata Jean sambil tersenyum kecil kemudian Mclaren milik Jean melaju dengan kecepatan sedang keluar dari Grand West menuju markas Grimaldi yang berada di Grand Roses.
* * * *
Jean dan Sazara berjalan beriringan memasuki mansion milik keluarga Grimaldi. Anniversary orang tua Jean hari ini dilaksanakan di kediaman utama milik Grimaldi family. Yang tentu saja lebih luas daripada rumah yang ditinggali oleh keluarga Jean sendiri. Anniversary Dirgantara sendiri dan Adeline tentu saja dihadiri banyak orang. Begitu menginjakkan kaki ditempat ini kedua nya langsung mendapatkan atensi penuh dari para tamu lainnya.
Tentu mereka kaget, Rajaka Jeantara yang digadang-gadangkan akan dijodohkan dengan perempuan A atau B atau C malah datang bersama Sazara Kaia yang tentu saja kejadian ini langsung menimbulkan desas-desus yang sangat menarik untuk dibahas.
“Are you nervous?” tanya Jeantara memastikan Sazara aman dan nyaman disisi nya.
“I’m fine. Well, I hold crown on my head. And of course I won’t let it fall.” ujar Sazara penuh percaya diri.
Jean tersenyum kecil. Yah, he likes her confidence and courage. She literally radiated a really good energy for him and for people around her. “You’re doing the right things.”
Lalu mereka berjalan ke meja khusus untuk Jean’s circle dan tentu saja Manggala dan Sheila ada disana. “Keep her safe. Gue harus menyapa tamu yang datang.” ujar Jean kepada teman-temannya.
“Sayang, kamu disini dulu ya sama Sazara. Aku sama Jean nyapa tamu dulu.” ujar Manggala sambil menyempatkan mencium kening sang tunangan.
“Sazara kamu ngasih kado apa untuk Jean?” tanya Sheila berbisik kepada Sazara karena suasana cukup ramai, suaranya pasti teredam.
Sazara terdiam, ia tidak mengetahui jika hari ini adalah hari ulang tahun Jean. Mungkin ia melewatkan secuil informasi tentang pria itu. “Kak Shei, aku jujur nggak tau kalau ini ulang tahun nya Jean. And of course I didn’t bring gift for him.”
Sheila tertawa kecil. “Nggakpapa, kamu bilang aja kado nya lagi otw, nyusul gitu.” usulnya memberi saran.
Lampu yang semula cukup terang pun kemudian meredup, pertanda acara utama akan segera dibawakan. Semua tamu undangan berdiri. Jeantara langsung menghampiri Sazara, pria itu mengulurkan tangan kepada Sazara berniat mengajak nya berdiri didekat jendela besar dibagian belakang para tamu.
Dirgantara Grimaldi memulai pidato singkat nya. “For my wife who has become a really good partner for me. For being good mother for her child, good human for people around her. Thank you, thanks for being my wife. I'm so glad to have you, really.” ujar nya kepada sang istri yang tersipu malu. “And Jean, my son. Thanks for being my child, I know that we're not a perfect parents for you. We made mistake but we apologized. I'm sorry if we forced you to do something that you don't like, because we want the best for you. You turning 30 this day, I hope you'll get married asap.” ucap Dirgantara mengakhiri pidato singkat nya yang mengundang helqk tawa dan tepuk tangan dari para tamu.
“Happy birthday, Jean.” ujar Sazara setelah menyesap wine milik nya.
Jean tertawa kecil. “Thanks. But, where’s my gift?”
“Lagi on the way. Nanti aku kasih ke kamu kalau sudah datang.” jawab nya kemudian menyesap wine lagi.
“Just kidding, Sazara. Saya nggak butuh hadiah.” kata Jean kemudian.
“Nevermind. Aku udah siapin buat kamu.”
Jean menatap perempuan yang berada disampingnya ini. “Instead of a gift, can i get aㅡ” ucapannya tertahan di tenggorokan. Jean bingung, ia perang batin dengan dirinya sendiri, haruskah ia mengutarakan hal ini, namun ia sangat yakin sekali. Sazara pasti akan menganggap diri nya creepy and pervert.
“A what?” tanya Sazara.
Jean masih diam, pria itu menggeleng pelan. “A kisses?” celoteh Sazara asal namun pertanyaan itu seketika membuat wajah dan telinga Jean memerah. Sazara masih bisa melihatnya meskipun samar ditengah cahaya remang-remang.
“Can I?” tanya Jean berusaha terlihat tenang padahal jantung nya serasa hampir copot.
Lalu Jean merapatkan diri pada Sazara. Sazara diam, ingin melihat sejauh mana Jean berani bertindak, kemudian sebelum ciuman itu benar-benar mendarat pada bibir nya, Sazara buru-buru menghindar. Tak hanya itu, ia juga mendorong pelan wajah Jean supaya menjauh.
Jean tentu saja gondok setengah mati, ia merutuk sebal namun hanya di dalam hati. Ia malu bukan main.
“I didn’t say yes.” ujar Sazara santai, masih bisa tersenyum kecil menatap Jean tanpa rasa malu.
“Sorry, my bad.” ucap Jean sambil menunduk menyesal meratapi kebodohannya tadi. Sial, sekali dirinya. Kemudian ia memikirkan San Diego hills atau Heaven Memorial park yang akan menjadi tujuannya untuk mengubur diri.
Jean kemudian pamit untuk kembali menyapa tamu yang datang. Pria itu mendekat kearah telinga Sazara dan membisikkan sesuatu. “Buka email kamu.” ucap nya sebelum beranjak pergi.
Sazara menaikkan alis, belum mendapati satu pun pesan masuk. Namun saat ia menatap Jean dari tempat nya berdiri pria itu tersenyum singkat kepada Sazara, terlihat Jean memasukan ponsel nya ke dalam saku dan berlanjut berbincang dengan rekan nya.
Ting!
Perempuan itu buru-buru membuka ponsel milik nya. Ia membaca pesan dari Jeantara dengan cepat, sementara Jean masih memperhatikan Sazara di tempat ia berdiri tadi, beda nya sekarang teman yang tadi berbincang sudah menghilang.
Sazara tidak mengatakan apa-apa, hanya menyunggingkan senyuman tipis. Perempuan itu hanya berjalan lurus menghampiri Jean dengan raut wajah yang tidak terbaca, bunyi peraduan heels yang dikenakan yang berpadu kala ia menginjak lantai semen tersebut. Jean tentu masih bisa mendengarnya meskipun samar. Kedua nya hanya terfokus pada satu sama lain, membuat nya seperti main character di film atau movie sementara yang lain hanya cameo.
Sazara berdiri tepat didepan Jean. Jujur saja, Jean sedikit terintimidasi dengan eksistensi Sazara yang berada tidak jauh, mereka hanya berjarak dua langkah kaki. Perempuan itu masih belum mengatakan apa-apa namun dengan gerakan pasti ia menarik bahu Jeantara kemudian mendaratkan bibir berpoles lip tint milik nya diatas bibir pink nan lembut milik Jean, kenyal dan rasa nya sangat menyenangkan.
Sazara bisa merasakan deru napas Jean mengenai wajah nya dengan lembut. Samar-samar ia juga bisa mengecap rasa wine yang tertinggal. Jean menarik kedua tangan Sazara untuk bertengger di pinggang nya, dengan lembut dan tanpa menuntut sama sekali, semua terasa sangat pas dan menyenangkan. He’s really good kisser.
Baik Sazara maupun Jean tersenyum disela-sela ciuman mereka. Kegiatan kissing mereka selesai, Jean tersenyum lembut dan menatap Sazara teduh. Jempol nya mengusap lembut bibir Sazara yang sedikit belepotan karena lip tint.
“So, it’s a yes?” tanya Jean yang diangguki oleh Sazara dengan semangat.
“Literally the best birthday gift I've ever had.” bisik nya pada telinga si wanita kemudian ia mendaratkan kecupan lembut di kening nya.
0 notes
Text
Her.

Sazara tersenyum manis saat mendapati kedatangan Jeantara dengan style casual nya, hanya mengenakan celana ripped jeans dan tshirt hitam dengan leather jacket dan beanie hitam.
“I’m glad you landed safely.” Ucap Sazara menyambut Jean.
Mereka berpelukan dengan kaku, well ini pertama kali mereka melakukan kontak fisik yang cukup intens.
“Of course I am. Someone was waiting for me.” Timpal nya sambil tersenyum kecil yang tentu saja ucapannya barusan ditujukkan untuk Sazara.
“By the way, kebetulan saya mau hangout with my friend. Do you mind to come and join us? Ada Manggala’s fiancee juga.”
“Kak Sheila?”
Jean mengangguk sembari tersenyum. “I’m in.” Jawab Sazara begitu mengetahui ada Sheila disana.
Well, dia dan Sheila beberapa kali bertemu dan mereka kebetulan klop satu sama lain, sebab menemukan beberapa persamaan seperti hobi dan lain-lain.
“Razy dan Arya kalian bisa pulang sekarang.” Ujar Jean kepada sekretaris dan personal assistant nya.
“Pulang ke kantor atau ke rumah pak?”
“Ke rumah kalian masing-masing. Istirahat.” Tutur Jean sambil menyerahkan dua paper bag pada PA dan sekretarisnya. “ini untuk keluarga kalian di rumah.”
“Wah, makasih banyak ya pak.”
“Iya. Sana pulang. Hati-hati nyetir nya.”
“Bu Sazara, pak Jean kalau gitu kami izin pulang duluan. Hati-hati ya pak, bu.” Ujar kedua pegawai itu dengan sopan. Jean dan Sazara balas mengangguk dan tersenyum
“Biar aku aja yang nyetir,” ucap Sazara sambil membuka pintu mobil.
“No. Just let me.” larang nya.
“Enggak, aku aja yang nyetir. Kamu capek habis dari Jepang, tidur aja gih, nanti aku bangunin kalau udah sampai.” Ujar Sazara dengan yakin.
Setelah kurang lebih empat puluh lima menit berkendara mobil yang mereka tumpangi sampai di kafe yang menjadi tempat berkumpulnya Jean dan teman-temannya pada siang ini. Sazara bergegas membangunkan Jean yang benar-benar tertidur, ia tak masalah dengan hal itu. Lagi pula Sazara tahu pria ini pasti lelah.
“I’m sorry for letting you drove alone. I mean, I should talk orㅡ” ucapan Jean langsung dipotong oleh Sazara.
“Jean sorry for interrupt you, but that’s totally fine. I know you might be tired bacause of your busy schedule. That’s fine, okay?” ucap Sazara sambil menepuk bahu pria itu, menandakan jika ia baik-baik saja.
Sazara berdiri di belakang Jean, sedikit malu karena ini kali pertama dia bertemu dengan sahabat Jean, kecuali Manggala dan Sheila. Sazara hanya diam saat Jean berbincang sebentar dengan mereka, entah membicarakan hal apa. Ia tetap terlihat calm dan elegant walaupun mata mereka seperti men-scanning Sazara dari atas sampai bawah. Their glance doesn’t even bothered her. Alih-alih gugup Sazara lebih memilih menampilkan senyum terbaiknya.
Jean memutar badan, memastikan kalau Sazara baik-baik saja. “You guys already know about her right? But still, I’m gonna offically introduce her, Sazara.”
“Akhirnya ya, ada kesempatan buat ketemu sama lo. Gue Dimas.” Ucap pria lumayan tinggi dengan moles di wajahnya, ganteng. Dimas menyambut Sazara dengan ramah, bahkan senyuman nya enggak pudar daritadi.
“Gue Ezra. Glad to meet you, Ra.” Ucap pria dengan wajah manis dan keliat ramah banget, paling ramah diantara yang lainnya.
Setelah itu cowok yang keliat paling diem, he doesn’t talk much like the other, nama nya Esa. Dan berlanjut dengan cowok tatoan dengan piercing yang daritadi ngelihatin Sazara dari atas sampai bawah.
“Oh my God, Sazara! Gue kangen parah sih sama lo!” Sheila yang baru dateng, dari toilet langsung menyambut kedatangan Sazara, mereka cipika cipiki.
“Me too! Terakhir ketemu kan waktu di Sency kan.”
Setelahnya Sazara ambil posisi duduk nggak jauh dari Jean dan Sheila. Suasananya seru karena mereka cepat membaur sama Sazara, dan Sazara sendiri juga bisa menyesuaikan diri, lebih lagi selera humor mereka nggak jauh beda.
“He’s nice. I could say that dia bener-bener serius sama lo,” ucap Dimas nggak lama setelah Jean pamit keluar. “setelah kalian attend ke banyak party, or this, he willing you to meet us.” Lanjutnya yang disetujui oleh semua teman-temannya. “It means that he serious about you.”
Sazara manggut-manggut sambil merespon. “emangnya Jean nggak pernah punya cewek?” tanya nya.
“No.” Kali ini Manggala yang menjawab. “dia pernah pacaran, but we don’t know why she suddenly left him. At that time Jean benar-bener sedih, and after that he never been in relationship with any other girl.” Manggala bercerita sedikit hal yang ia tahu untuk Sazara. “Because he think that he never broke up with that girl, and he used to believe that she will comeback to him.”
“Tapi life is still going on, with or without her. Jean udah ikhlas, dan move on, which is good. Kita senang karena akhirnya dia nggak perlu sedih lagi.” Ujar Ezra menambahi takut kalau Sazara malah jadi salah paham.
“Kalian tahu siapa ceweknya?”
Mereka semua menggeleng. “Jean belum sempet ngenalin dia ke kami.” Jawab Ezra.
****
Sebelum Jean mengantarkan Sazara pulang mereka menjemput kucing Jean hitam milik Jean yang dititipkan ke pet hotel, iya karena dia tak sempat mengurus Miyo maka Miyo dititipkan selama beberapa hari kebetulan Mama Adel yang biasanya mengurus Miyo pun kali ini mempunyai schedule nya sendiri.
“Jean, Miyo warnanya apa?” tanya Sazara sambil menatap jalanan yang cukup ramai, cenderung macet bahkan. Biasa, jam pulang kerja memang rawan sekali terjadi kemacetan.
“Black. Miyo warna nya hitam, dia kecil.”
“Kamu masih takut kucing nggak?” tanya Jean sambil memarkiran mobil.
“Masih?”
Sazara balik bertanya kepada pria itu. Sementara Jean malah ikut diam, masih mencerna kalimat nya sendiri. “sorry, maksudnya kamu takut kucing atau enggak?” ucap nya kemudian.
“Enggak. Aku berani.” Jawab Sazara.
Lantas mereka berdua pun turun. Selagi Jean masih berbicara dengan salah satu pegawai pet hotel, Sazara yang bertugas menjemput Miyo.
Bertepatan dengan Jean yang memang sudah selesai dengan urusannya dan Sazara yang barusaja datang membawa Miyo didalam pet carrier tersebut.
“Boleh aku keluarin Miyo?” tanya Sazara sambil menatap Jean.
Jean mengangguk sambil membukakan pintu mobil untuk Sazara. “tapi hati-hati. Miyo galak.” Kata Jean memberi peringatan.
“Okay. I’ll handle Miyo carefully. Promise that you won’t hurt me, Miyo?” Sazara bermonolog dengan kucing hitam itu sementara Miyo hanya membalas dengan mengeong.
“Miyo udah lama sama kamu, Jean?”
Jean yang tengah menyetir pun mengangguk sebagai jawabannya. “Mungkin sekitar empat tahun.” Ujar nya.
“Lama juga ternyata, aku kira baru satu tahun atau berapa bulan gitu.” Kata Sazara sambil mengelus Miyo yang berada dalam pangkuannya.
Jean tertawa kecil. “nggak, udah lumayan lama.”
“Dulu waktu saya ambil Miyo dia masih kecil banget, baru dua minggu umur nya waktu itu. Saya adopsi Miyo karena,”
Sazara menoleh menatap Jean yang terdiam, menunda kalimat selanjutnya. “karena apa?” tanya Sazara pada akhirnya, sudah kelewat penasaran.
“Perempuan saya, dia bilang dia suka kucing. Terus saya inisiatif adopsi Miyo untuk dia, tapi ternyata dia takut kucing.” Ujar Jean menjelaskan dengan senyuman disepanjang kalimatnya. “Jadi saya yang rawat Miyo.”
“Terus perempuan kamu sekarang dimana?”
Jean menarik napas sebentar kemudian bersuara. “Dia pergi. Bukan meninggal, bukan, tapi pergi gitu aja, ninggalin saya tanpa pamit.”
Pria itu menoleh menatap Sazara. “tapi saya sudah move on.”
“I know. I feel bad for hear that.” Respon Sazara dengan kalem.
0 notes
Text
Direja's Party and Charity events.
“You can hold my hand. I won’t let you fall.” Ucap Jean sambil menatap Sazara sesaat sebelum mereka keluar dari Maserati milik Jean.
Kemudian butterfly doors Maserati MC20 milik Jean terbuka. Jeantara dan Sazara keluar dari mobil tersebut kedua nya berjalan bersama dengan tangan Sazara yang tersemat di lengan kokoh milik Jeantara.
Sazara nampak sangat cantik dengan One shoulder bow tied dress warna hitam dari Saint Laurent dan Versace Medusa high heels. Sementara Jean nampak gagah dengan balutan black cotton blazer dari Givenchy. Jean nampak casual namun kesan formal tak luntur dari pria dengan tinggi 185 sentimeter itu.
Mereka menapaki jalan yang akan membawa mereka ke ferry milik Direja family.
“Jean, aku kesana dulu ya?” ucap Sazara. Meninggalkan Jeantara yang tengah bertegur sapa dengan rekan-rekan kerja lain nya. Sementara Jean hanya memberi anggukan kecil.
“Sazara?”
Yang merasa punya nama pun menoleh. Senyum cantik nya terbit begitu tahu Esmee slash best friend of Mima slash one of Direja family member.
“Hi, tante!” Sazara menyambut wanita itu dengan ramah. Senyum nya masih belum luntur.
“You enjoyed the party, kan?”
“Absolutlety, tante. The athmosphere and the food or the champagne that i drink before. It’s all good. I really enjoyed this. You did well, Tante.”
“Wah, glad that you enjoy! Thank you for coming, cantik.” Ucap Esmee sambil mengangkat gelas champagne nya. “Kamu datang sama siapa, nak?”
“Aku datang sama Jeantara, tante.”
“That Jean? Part of Grimaldi, right?”
Sazara tertawa kecil. “Iya tante. Jeantara Grimaldi.”
Kemudian Esmee memberi senyuman jahil dengan tujuan menggoda Sazara. “Hey! What’s between you two, hmm?”
“Nggak ada apa-apa, tante. Seriusan!”
“He won’t willing attend to this party or other stuff with the girl if she means nothing, pretty. It means you had something that make him willing attend this with you. Good for both of you!”
“But there’s nothing between us, kok, Tante.”
“Yet.” Ucap Esmee dengan kerlingan sambil berbisik. “tante tunggu undangannya, cantik!”
“Hey.”
Jean ikut berdiri disebelah Sazara, mereka tengah berada di deck kapal bersandar pada railing sambil menatap hamparan laut lepas yang terlihat gelap gulita karena sekarang waktu menunjukam pukul sebelas malam.
“Yang lain dimana?” tanya Sazara sambil menatap Jean sekilas.
“Istirahat, di stateroom.”
“Mau tau fakta tentang laut di Indonesia, nggak?” Jeantara bertanya pada Sazara namun mata nya tak beralih dari hamparan lautan di bawahnya saat ini. Sazara lalu menoleh menatap pria itu, nampak tertarik kemudian mengangguk pertanda setuju.
“Indonesia punya enam dari tujuh spesies penyu di dunia, did you know one of them?”
“Yep, i know one of them, penyu sisik atau eretmochelys imbricata. Bener, nggak?” ucap Sazara menyebutkan salah satu jenis penyu yang ia ketahui.
Jean mengangguk dan tersenyum. “Benar. Selain penyu, laut Indonesia juga penghasil komonditas laut terbanyak kedua setelah China. Lalu, terumbu karang, Indonesia punya wilayah terluas terumbu karang di Asia Tenggara.”
"What a privillage to born on this wonderful country." Respon Sazara dengan senyum kecil nya.
“Jean, kamu tahu salah satu bagian terbaik dari charity ini?” tanya Sazara sambil mengambil gelas champagne untuk yang ketiga kali nya.
“iya itu, untuk anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tua nya and such as stuff.”
Sazara mengangguk. “Hasil dari charity events yang kita lakukan adalah untuk abandoned child, that’s true. Tapi nggak cuma itu, mereka juga aktif melakukan penghijauan dihutan-hutan yang mulai gundul. Kalau kita pikirkan dampak dari pohon-pohon yang ditebang dengan ilegal, kita juga dapat dampak buruk nya. Kita semua, manusia, hewan, tumbuhan. Dan ini lah gimana cara nya kita melestarikan lagi alam yang sudah mulai rusak.”
“But sometimes, human are selfish. They just care about their importance. They don’t care about other things, they don’t wanna care if they might be harm animals or plants.”
Jeantara mengangguk membenarkan. Mama was true. That she’s incredibly amazing.
“You tell the truth, Sazara. Yes, people are selfish as hell. They missed the point that we didn't lives here alone. Manusia, hewan dan tumbuhan itu hidup berdampingan.”
He draped his blazer on Sazara’s. And murmured. “I don’t wanna you get cold.”
“This is unnecessary, but thank you.” Ucap nya sambil tersenyum dan membenarkan letak jas milik Jean.
“Ayo ke stateroom. Kamu pasti capek.”
“Sazara.”
“Ada apa?”
“We sharing our stateroom. I don’t know who planning this, but I’ll sleep with Manggala.”
“Dia kan sama kak Sheila? Please don't bothered them."
Holy crap. Jean tidak tahu harus apa saat ini mungkin ia tidak bisa tidur malam ini.
“It’s okay, Jean. We can share the bed.” Ucap nya sambil membuka pintu stateroom dengan key card.
“No, no, it's okay. I can sleep outside. Don't mind me."
“Kenapa? Ini beneran nggakpapa, kok, mungkin karena stateroom nya terbatas jadi kita harus share room.” Ucap Sazara benar-benar tidak mempermasalahkan hal itu.
“Alright, then. I'll sleep on the couch." Ujar Jean sambil menutup pintu stateroom.
1 note
·
View note