gajadikejerman
gajadikejerman
Underrated undercover intelligence
33 posts
devastated i must procastinate my will-o'-the-wisp
Don't wanna be here? Send us removal request.
gajadikejerman · 4 years ago
Text
Beropini
i argue in the 21-22 century, the class struggle is not among the bourgeois vs proletarian but it is religious international society vs both left-right society. I put my theoretical framework on gramscianism hegemony theory where the hegemon (left-right society) finally can regulate and maintain their position through education, media, and similar institution in the name of each classes’ interest 
2 notes · View notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
Majesty, Nicki Minaj
Gue paling males kalo udh nyusun plan jangka panjang dengan segala pertimbangan tiba-tiba harus terdistraksi dari luar
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
Unterstützung
woyyyy nangis banget banget setelah dapet dukungan emosional walaupun cuma dari kata-kata temen gua yang bisa gua bilang sekarang dia ini  tinggal satu-satunya bisa gua ajak ngomong bahasa Jerman untuk mempertahankan kemampuan yg makin rusty ini 😭😭
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
UN 101: Summary
Name_NIM_Country_SummaryUN101
                                                           Title
Content
Content
Content
Conclusion
Bibliography
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
The Impact of Climate Change towards Food Secuirty
UN 101: Responding Crisis
                                                    Germany to UN
(First Paragraph)
(Second Paragraph)
(Third Paragraph & Solutions)
Bibliography
*content for academic purposes
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
Intro to IR: Answering Question
Hazbi Bernbach- NIM- Country
1
2
3
Reference
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
Capeeekk
i hate people over glorify religion above sciences vice versa. is that too hard to be balance? oh one more thing, learn more about discourse and history! try to see from various sides do not accept only one argument just because the informant is aligned with you by profile or on what you need. I know every action is purposive but by understanding both perspectives (sciences & religions [even better if you compare many religions]) one can be neutral and positionate itself to gain virtue. As far as I know every religions teach kindness Only demon mislead it into the wrong way lately im whacked seeing issues such as, gender and equality, historical dispute (Israel-Palestine, Hagia Sophia, 9 Dash Line etc), sex consent, relationship, culture, disparity, poverty and soooo onnn.
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
It is not things in themselves that trouble is, but our opinions of things
-Epictetus
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Quote
I felt a Funeral, in my Brain,... And Mourners to and fro... Kept treading- treading - till it seemed That Sense was breaking through
Emily Dickinson
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
I want to have property in the Nordic and spend my old age there
1 note · View note
gajadikejerman · 5 years ago
Text
Ada beberapa situasi, memungkinan harapan dan gagasan kita tercapai ketika kita sudah meninggal
-Worte des Tages
2 notes · View notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
Abis rewatch 99 Cahaya di Langit Eropa 1 & 2 gua mikir, pasti beda banget cerita S1/S2/S3 di LN
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
God will always lead me
Dari Kemarin dan hari ini atau belakangan ini, gua merasa damai dan senang banget. Gatau dari mana tapi, di ulu hati kaya ada sesuatu yang bikin gua seneng terus dengan vibes dan atmosfer sekeliling gua. I have butterflies in my stomach kalo dalam bahasa Jerman ich habe Schmetterlinge in meinen Bauch.
Ada perasaan antara haru, senang, duka, perih, bangga
ya gua mulai bisa berdamai dengan takdir yang Tuhan gariskan gua selama ini. Gua percaya sebaik-baiknya rencana manusia, rencana Tuhan pasti yang lebih baik. 
Temen-temen gua  yang kenal dekat dengan gua mungkin ga semua nya punya Tumblr dan follow gua tapi mereka pasti tau tentang pengalaman dan keseharian gua gimana especially those my High School dan College Friends some of my friend in Goethe.
Ya
Gua harus menunda dan mengikuti takdir bahwa gua ga melanjutkan studi s1 di Jerman.
Sedih ??..
banget, rasanya masih sering terasa sakit perih
apalagi kalo inget dulu banyak waktu selama SMA yang katanya ‘waktu anak muda’ sebelum mengenal lelahnya kuliah, gua korbanin weekend bahkan setiap hari untuk belajar bahasa Jerman. Gua jalanin sendiri, atas dasar keinginan dan inisiatif gua untuk meraih harapan bisa studi di Jerman.  Desak-desakan di KRL, nunggu gojek di halte Tanah Abang, kehujanan di jalan, telat masuk kelas itu capeknya. Tapi capeknya itu ga terasa kalo udah bisa ketemu teman di kursus dari berbagai latar belakang budaya, agama, ras, kebangsaan. Selain itu, kalo belajar budaya mereka yang positif baik dari guru bahasa, teman kursus, dan dari materi bahasa kebudayan Jerman yang gua dapet Apalagi, hampir setiap ujian kenaikan gua berhasil mendapat nilai terbaik di kelas.
Tapi takdir berkata lain, 
karena tiba-tiba ibu gua sakit dan harus cuci darah seumur hidup selain itu pemerintah Jerman merubah kebijakan bagi pelajar dari negara dunia Ketiga harus memiliki deposit awal yang tadinya hanya 8040 euro menjadi 11000 euro. Keluarga pasti memprioritaskan nyawa dulu, nyawa lebih berharga dari segalanya. Jadi, keluarga gua fokus ke pengobatan ibu gua dulu
Hancur, sakit, pedih rasanya.
Gua inget bulan Juli-Agustus 2019 adalah periode amplitudo gua. Dari gua yang berada diposisi paling melihat kemampuan bahasa Jerman gua dibandingkan teman-teman di kelas, langsung jatuh ketika gua harus menghadapi kenyataan untuk studi di Indo.
Gua pernah berfikir, Tuhan kenapa ga adil sih ?
Jujur, kesihan melihat teman-teman kursus gua, mereka les karena keinginan ortunya untuk kuliah di sana dan finansial mereka kuat tapi pas ujian banyak dari mereka yang ga naik bahkan ga lulus. Sementara gua, yang sumpah murni gua ingin menuntut ilmu dan dikasih kemampuan untuk mencerna bahasa dengan mudah malah gajadi kesana.
Di perode tersebut gua banting stir untuk masuk Univ di Indo lewat jalur apapun. Gaada persiapan sama sekali. ga kaya teman-teman gua yang udah bimbel bertahun-tahun. Gua malah les bahasa Jerman.
Di masa itu juga gua mulai merasakan God’s Help, gua inget banget waktu ngerjain soal UTBK pertama. Waktu itu, gua pilih yang tanggal terakhir biar bisa denger review temen-temen SMA. Katanya soal-soal soshum unpredictable dan banyak trivia question.
Nature dan perasaan gua yang udh ancur mengarahkan gua ke bodoamat dan pasrah. UTBK pun gua reluctant karena gua pasrah aja kepada Tuhan mau dibawa kemana gua.
Tapi ternyata...
Pas gua kerjain soal-soalnya ternyata ga sesulit yang gua bayangin. Pertanyaan-pertanyaannya masih bisa gua jawab, kecuali kemampuan kuantitatif. Ya part itu udah gua maklumin aja karena semua orang tau, im not smart at quantitative reasoning.
Dan hasil tes pun keluar, hmm not bad score i think.
Dengan score segitu gua pilih HI dan Sastra Jerman. 
siapa sangka gua keterima HI di salah satu PTN di Surabaya, but again ga seperti anak-anak SMA yang bangga keterima PTN, gua justru nangis, sedih, ngurung diri karena gua harus kuliah bukan di tempat yang gua inginkan.
Kehidupan kampus ala Indo pun mulai gua cicip satu-persatu, mulai dari ospek yang menurut gua buang-buang waktu dan ga terlalu bermanfaat, senioritas (walaupun mereka berdalih gamake fisik, but verbal action for me is severe), kenapa ga langsung kuliah aja sih ?
Selain itu, gua merasakan fasilitas ala kadarnya mulai dari kantin, kelas, bangku, dan masih ada gap seolah antar mahasiswa dengan dosen. Ini yang bikin gua makin sedih banget ngehadapi takdir gua jadi kuliah di Jerman. Ekspektasi gua adalah bisa kuliah dengan lingkungan dan fasiltas yag baik serta keakraban dengan dosen-dosennya, sayang ekspektasi itu terlalu tinggi dan gua taruh di Univ di Jerman yang gua gagal raih.
Perlahan gua kuliah, gua mulai adjust and accustomed with my circumtances. I started to have close friends and build relation with beneficial senior and lecture. Gua mulai menerima takdir tapi setiap malam jujur masih ada kehilangan dan kesedihan di diri gua about what happened to me in the last 3 years during high school.
Gua merasa, kapan ilmu bahasa Jerman dan kultur budaya serta pengetahuan tentang geografi (btw gua dulu olimpiade geo sampe provinsi) ini kepake ?
Walaupun ya dibeberapa matkul seperti pengantar HI,ilmu itu lumayan ngebantu.
Pada akhirnya, di semester 2 ini gua ketemu matkul-matkul yang selama ini gua cari. favorit gua adalah teori HI, pengantar globalisasi, dan sistem Politik AS. Lewat matkul-matkul ini gua bener-bener bisa mengaplikasikan dan menggali lebih dalam relasi apa sebenarnya yang terjadi antar aktor, agen, dan struktur. Lewat matkul ini juga tumbuh diskusi dan bisa mengenal teman-teman serta pola pikir masing-masing orang serta cara mereka capturing isu. Dari matkul ini, gua bisa melihat suatu peristiwa dari sisi mana saja dan orang-orang yang mendukung serta kontra dengan isu tersebut sehingga gua bisa memposisikan diri agar ga salah bertindak. Hal itu juga yang mengantarkan gua dan terbuka terhadap diskursus. Di titik ini, lah akhirnya puncak dari titik balik gua. 
Gua melihat banyak kejadian baik yang terjadi sama orang lain dan terjadi sama gua secara tidak langsung membantu karir gua.
Gua jadi sering terlibat diskusi di media sosial yang akhirnya mendekatkan gua ke senior-senior yang benar-benar baik bukan mereka yang menutup kekurangan dengan tindakan senioritas. Gua juga ikut MUN, lewat MUN gua bangun relasi dengan senior, mahasiswa dari univ lain yang punya interest yang sama. Lewat MUN ini, gua bisa banyak tau hal-hal baru melalui pre research dan mengasah public speaking yang selama ini orang taunya gua bener-bener resereved (tapi memang gua introvert sih). 
Selama titik balik ini gua banyak belajar dan mengajarkan orang dan gua senang dengan itu.
Yang luar biasa adalah ketika fase ujian. Entah dari mana, gua setiap ujian seolah ada yang membantu. Alam seolah udah ngarahin pembuat soal/penguji untuk ngasih pertanyaan yang bisa gua jawab. 
Hal itu bener-bener terjadi pas UAS semester gua baru-baru ini.
Dan 2 hari ini gua mendapat out of nowhere entah kenapa ada orang yang pengen les privat bahasa Jerman dari gua, semalem di ResearchGate ada researcher yang baca tulisan gua dan menawarkan diri untuk ngereview paper gua. Terakhir, semalem gua mimpi gua ketemu temen-temen kursus les bahasa Jerman dulu dan guru-guru bahasa Jerman gua. Di mimpi itu, mereka pamit ke gua karena mereka udah siap berangkat dan terakhir mereka dan guru gua berpesan “Hazbi mach dein Bachelorstudium in Indo fertig, wir warten auf dich in DE, wir wissen dass du kannst” artinya “Hazbi selsaiin S1 kamu di Indo, kita nunggu kamu di Jerman, kita tau kamu bisa” Di mimpi itu gua inget banget gua nangis dan seketika itu gua bangun. And you know what happened ? i checked my phone and see the notification, ada tawaran kerja untuk jd penerjemah German-Indo.
But i need to take a consideration before act and asking some of my closest and take a consultation with those whose expertises are on that field
Ya Allah i feel you know, you will always lead me but sometimes i look away from you, so help me and forgive me God.
These are some verses from God to describe
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al Baqarah; 216)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Al Insyirah 5-6)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (Al Baqarah 286)
4 notes · View notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
Konsep Power-knowledge Michel Foucault in my opinion banyak terpengaruh karya-karya Goethe. Padahal mereka hidup di masa yang beda dan selisih tahun yang jauh 🤔
“Buku-buku tertentu tampaknya ditulis bukan agar orang dapat belajar sesuatu darinya, melainkan agar orang tahu bahwa penulisnya berpengetahuan. Tepuk tangan, sama halnya dengan cinta yang berbalas, hanya bisa diharapkan, tidak bisa dipaksakan”.
- Johann Wolfgang von Goethe
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
The things i hate most being an INTJ is, when i have such well prepared long term vision or plan but my environmental will including family and friends doubt my visionary idea or even make fun of my strategy. Second, when i work in group or be the part of working system sometimes before start to interact with people on that framework, i can determine what it going to be, the worse thing when my prediction about the works lead to failure. I can not resist myself to judge the system and blame the people on the background. Third, and the most silly one is, when i try to take over the wrecked stint, those lame people regard me as a know-it-at-all
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Text
Somewhen irgendwann one day
people will know 
everything they ought to know
people are you, family, businessman, government, academia, and me myself
0 notes
gajadikejerman · 5 years ago
Quote
Dalam praktiknya tidak ada orang yang toleran! Sebab siapa pun yang berjanji bahwa ia dengan senang hati akan membiarkan semua orang dengan sifat dan keunikan masing-masing, justru selalu berusaha menghalau mereka yang tidak sepikiran dengannya.
Johan Wolfgang von Goethe
2 notes · View notes