Text
Yang saya pelajari hari ini.

Sedikit ingin mengutarakan, tapi mungkin agak sedikit serius. Well, tulisan ini sebenarnya ditujukan sepenuhnya ke diri saya sendiri, bermulai dari banyak-nya curhatan dari sahabat-sahabat saya. Atau barangkali untuk kita semua yang sedang menghadapi atau berusaha melewati fase terbapuk yang saya sebut fase quarter life crisis.
Bagi orang yang sudah menginjak usia 20-an tahun mungkin sudah tidak asing lagi dengan quarter life crisis. Atau mungkin saja ada yang tidak tau dengan istilah itu? Tapi sadar atau tidak, semua akan mengalaminya.
Saat ini saya baru saja menginjak usia 23 tahun, looking back for the past one years ago, tepatnya setelah dari masa kuliah, waktu saya lebih banyak kepada merenung dan berpikir. Apapun yang saya pikirkan, mostly adalah tentang kehidupan, tentang tujuan dan arah hidup yang sudah saya jalani selama 23 tahun.
Seolah bertanya-tanya, apakah semua yang saya lakukan ini sudah tepat? apakah kerjaan yang dijalankan juga sudah sesuai? dan sesuai dengan passion?. Lalu apa yang dilakukan selama ini, dan apakah saya siap ambil tantangan baru dan melepas semua achievement yang pernah saya dapat?. Dan berbagai pemikiran lainnya, termasuk juga pemikiran tentang pernikahan.
Bagi saya, keputusan menikah adalah keputusan yang terberat, itulah mengapa saya selalu angkat jempol kepada siapapun terutama sahabat-sehabat saya yang mengambil keputusan untuk menikah diusia yang sama dengan mantap.
Berat bagi saya bukan berarti selamanya akan begitu. Tentu saya memahami kalau menikah bukan hanya soal materi, tapi juga soal kesiapan diri dalam membina keluarga, mengambil peran dan bertanggung jawab selalu pada keputusan yang sudah diambil dalam ikatan janji suci yang disebut ijab qabul.
And well, saya tidak akan menikah karena omongan orang atau tetangga saya menikah, atau karena semua sahabat saya sudah menikah, atau karena kucing saya kawin atau karena paksaan siapapun. Saya akan menikah dengan orang yang saya benar-benar yakin bahwa saya bisa menghabiskan sisa hidup saya didunia dengan baik bersamanya dan ketika saya memang sudah siap.
Karena menurut saya, pernikahan itu seperti kematian, ia tidak dapat diprediksi namun wajib untuk disiapkan. Pernikahan itu seperti kematian, ia tidak perlu dibicarakan namun ia pasti akan datang.
Sebagain orang berkutat pada pemikiran “Menikah untuk menghindari zina”. Itu sepenuhnya tidak salah, dan saya sepakat dengan perkataan itu, tapi menikah itu bukan hanya soal hubungan badan saja kan? Lagipula, cara menghindari zina juga banyak macamnya, betul menikah itu adalah solusi utama, tapi ada cara lain yang bisa dilakukan oleh siapapun dengan mudah, puasa misalnya. Dan menikah itu bukan hanya soal dengan siapa, tapi untuk apa.
Tentang karir, saya rasa dua tahun masing kurang pengalaman, jadi saya memutuskan untuk stay, dan memberikan yang terbaik untuk kumpulkan dana darurat dan tabungan lalu melompat ke perusahaan lain, tentu saja dengan pengalaman yang lebih banyak dan tidak berpindah-pindah akan jadi bargaining power ketika pindah kerjaan nanti.
Tentang hidup, saya menjalaninya saja dari hari ke hari. Bertahan. Memulai lebih hidup di kehidupan nyata, dan detoksifikasi di dunia maya. Toh pada akhirnya kita sendiri yang bertanggung jawab atas hidup yang kita jalani.
Kembali pada quarter life crisis, karena seringnya memikirkan dan merenungi masa terbapuk ini, saya merasa ada sisi stimulus, terutama untuk berlatih mengendalikan perangai dari segi perkataan dan perbuatan, di didik untuk menjadi dewasa, bukan saja soal umur, tapi pola pikir. Sebab, dewasa adalah tetap menunaikan kewajiban, seberat apapun kondisi yang menimpa.
Dewasa adalah tetap memenuhi hak lain atas diri saya sendiri, semenyebal apapun orang yang harus saya penuhi haknya itu. Dewasa adalah memaafkan orang lain sebelum orang itu meminta maaf, bahkan tetap memaafkan meskipun orang itu tidak memintanya. Bukan karena memaafkan itu sebuah keharusan, tapi karena dengan tidak memaafkan, bisa jadi saya akan lebih menyakiti perasaan diri sendiri.
Dan dewasa tidak selalu saya yang harus mengalah, tapi dewasa adalah saya tau kapan harus mengalah. Bukan karena takut ataupun lemah. Tapi terkadang, mengalah memang pilihan bijak. Dan lebih kepada mengurangi ego, bukan karena bagi saya ego itu tidak penting, tapi karena menjaga kebersamaan selalu lebih penting daripada ego masing-masing.
“Seorang pria tak boleh banyak bicara ketika dadu sudah dilempar”
Saya mulai mengambil langkah dalam menentukan sikap dan prioritas, apa yang perlu dan apa yang tidak perlu dipikirkan, mulai memisahkan hal yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak, contohnya seperti menyikapi fase ini. Saya tidak akan bisa mencegah datangnya fase quarter life crisis ini, tapi saya bisa mengendalikan bagaimana dalam menyikapinya. Sebab, kegelisahan akibatnya bisa jadi bertambah parah kalau sering membanding-bandingkan diri dengan orang lain.
Karena itu, ketegasan terhadap diri sendiri saya rasa sangat perlu, terutama dalam membentuk suatu sikap yang dapat menempatkan diri dalam posisi seimbang, kapan harus pasif, dan kapan harus agresif. Dan, tidak perlu relevan dengan semua hal kalau memang itu tidak bisa membuat diri happy atau bahkan menyusahkan diri sendiri, tidak perlu ikut trend juga jika memang tak sesuai dengan kepribadian.
Pada akhirnya, bukan hanya soal melampaui dan bersegera menghindari fase quarter life crisis, tapi ini adalah tentang perjalanan menuju dewasa, menghadapi dan berdamai dengan sejumlah insecurities atau rasa gelisah dan tidak aman. And then, rasa insecure juga barangkali adalah cara Allah berkata pada kita untuk lebih humble karena kita bukan yang paling keren di dunia ini. Jadi, itu bukalah sesuatu yang perlu ditakutkan. Anggap saja perasaan ini adalah sebagai pengingat bagi diri kalau ada yang lebih baik dari kita, sehingga kita harus bisa lebih baik dari kemarin. Kita semua akan beranjak dewasa, dan ini semua hanyalah permulaan untuk hal-hal selanjutnya yang akan datang.
Tapi satu hal yang pasti, kita akan pulang.
Tangerang, 23 Juni 2020 | 23.00 WIB
70 notes
·
View notes
Text
“Ada 3 jenis anak muda yang patut diambil keteladanannya. Pertama, anak muda sukses yang bukan karena warisan bapaknya. Kedua, anak muda yang lantang menyuarakan kebenaran di depan penguasa. Ketiga, anak muda yang menyembunyikan amalan sepertiga malamnya.”
— Yang pertama soal dunia. Yang kedua soal dunia dan tanggung jawab akhirat. Yang ketiga itu soal akhiratnya. Ketiganya itu adalah manifestasi dari kesempurnaan seorang hamba–muda.
918 notes
·
View notes
Text
"Terima kasih. Untuk segala kelembutanmu, yang mampu mengikis amarah-amarah yang kusimpan. Kini, gelisahku telah reda, luruh bersama hujan yang tadi sore menyapa pelataran."
Aku batu. Yang akan tetap menjadi keras. Sementara kau kapas. Yang akan tetap menjadi lembut.
Tetaplah di sisiku. Memeluk, meredam baraku.
87 notes
·
View notes
Photo

☕ KAMU NDAK BISA MEMBATALKAN MASA LALU, yg bisa kamu lakukan adalah menjadikan hari ini hari terbaik dalam hidupmu. . Kamu cuma hidup sekali, maka fokuslah pada dirimu dan yg saat ini , sehingga kamu akan memiliki lebih sedikit waktu untuk memikirkan masa lalu. Ingat, Ndak semua isi otak kita harus diisi dengan hal-hal luka. Namun juga Ndak semuanya bisa dipenuhi dengan hal-hal bahagia saja. Sederhananya jika kita mengisi otak dengan perasaan pahit secukupnya, maka akan selalu ada sedikit ruang yg akhirnya diisi untuk hal-hal positif. Muahsabah, instrospeksi, bijaksana, dan skill-skill hati lain yg akan tumbuh dengan baik dengan sendirinya jika kita tepat memperlakukannya. . Ndak ada alasan bagimu untuk terus-menerus nyalahin diri sendiri. Jika kamu ndak bisa memaafkan diri sendiri, trus giimana kamu bisa hidup dalam damai dan bahagia? . Memang sulit dan itu SANGAT SULIT untuk melepaskan rasa sakit mengingat seseorang yg pernah memiliki peran dalam hidupmu, beerrat move on dari masa lalu. Cuma, memang ini yg harus kamu pilih untuk kebaikan masa depanmu. . Salah satu cara untuk melepaskan rasa sakitmu dalam proses untuk move on dari masa lalumu, kamu bisa pilih untuk ikut dalam setiap movement @save_jomblo! Di sini kita bisa sharing. Berbagi cerita dan latihan melepaskan rasa yang ada. Sambil curcol santuy, sambil canda dan menertawakan diri sendiri sewajarnya. Dan emang sewajarnya pula rasa sakitnya juga ikut terasa. Namun melakukan sesuatu yang berbeda hari ini dengan terbuka adalah pilihan yg tepat untuk menyambut kembali kebahagiaan dalam hidup.. ☕. #vd #savejomblo #masbaper #hearbooster #separuhagamamuadadisini #syiarklik #kliniknikah #relationship #pranikah #quotes #photo #me (di Djogjas Resto) https://www.instagram.com/p/B8U3qTwnMfF/?igshid=2pm5wbm6cgn
9 notes
·
View notes
Text
“Jikapun di akhir cerita bukan aku yang mendampingi hidupmu, maukah kau mengingatku sebagai bagian terbaik yang pernah kau lalui di masa lalumu itu?”
— (via mbeeer)
1K notes
·
View notes
Text
"Mertua dan Menantu"
Rutinitas harian saya untuk bertanya kabar kali ini adalah mengakhiri obrolan dengan bertanya pendapat mama tentang 'menantu perempuan'.
Beliau sempat bertanya-tanya ketidakbiasaan saya bertanya tentang ini, lalu beliaupun tertawa, tertawa karena senang sepertinya :D
Alhamdulillahnya, beliau tidak pernah menuntut anak-anaknya yang belum menikah untuk cepat-cepat 'menghadiahi' beliau seorang menantu. Lebih sering 'membekali' dan memberikan teladan kepada anak-anaknya tentang hak dan kewajiban sebagai seorang hamba yang insya Allah nantinya akan menikah.
Kembali ke bahasan diatas, mama pun menjawab: "Intinya begini nak, setiap orang tua.. apalagi seorang ibu, tentunya yang paling utama adalah menginginkan anak lelakinya mendapatkan perempuan yang shalihah.
Dipastikan yang shalihah itu mampu menempatkan diri nantinya ketika menjadi seorang istri, ibu, menantu, dan juga seorang anak. Yang satu sama lain tidak berbeda pemahaman dalam menjalankan agama. Didukung keluarga dari pihak perempuan yang juga sama-sama memahami bahwa anak perempuannya ketika sudah menikah, baktinya akan beralih kepada suaminya.
Mama sama bapak sudah sering membahas apa hak dan kewajiban laki-laki ketika akan dan sesudah menikah bukan? Sepertinya tidak perlu mama bahas kembali, mama yakin sudah tercatat dan diingat dengan baik seperti biasanya. (Beliau ini selalu berprasangka baik dalam segala hal kepadanya anak-anaknya, ini yang justru membuat saya merasa 'ditampar' ketika melakukan sebaliknya).
Kebanyakan orang tua, terutama seorang ibu ketika anak lelakinya menikah itu takut 'kehilangan' nak. Dan disayangkan, terkadang ada seorang ibu yang 'cemburu' ketika anak lelakinya telah menikah, takut dan cemas posisinya dalam keluarga akan digantikan, dan hubungan dengan anak akan berubah.
Mama belum mengalami, jika pertanyaannya tentang menantu perempuan. Namun hal seperti itu seharusnya tidak perlu sampai terjadi. Mama setidaknya cukup punya pengalaman bagaimana rasanya melepaskan seorang anak perempuan.
Yang tepat adalah memposisikan diri menjadi ibu bagi menantunya. Kenali dan dekati menantunya dengan baik. Tapi juga memahami batasan sebagai orang tua yang anak-anaknya telah menikah. Jangan sampai 'masuk' kedalamnya dengan mengatur ini dan itu.
Seorang ibu baiknya mencukupkan diri untuk selalu memastikan, apakah anak lelakinya sudah menjadi imam yang baik? Apakah menantunya dijaga dengan baik? Dan memastikan agar menantunya tetap menjaga silaturahim dengan orang tua dan kerabatnya.
Karena ketika memutuskan menerima anak lelakinya sebagai suami, selain wajib mentaati Allah.. seorang menantu itu rela 'mengabdikan' hidupnya kepada anak lelakinya, membantu dan mendampingi suaminya untuk berbakti kepada orang tuanya (mertuanya), menomor-satukan baktinya kepada suami daripada kedua orang tua kandungnya. Itu bukan sesuatu yang mudah, nak."
How can I not love you, mama?
1K notes
·
View notes
Text
Pegawai Yang Amanah
(Semoga saya & anda dimudahkan untuk itu)
عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- عن النبيِّ -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم- أَنَّهُ قَالَ: «الخَاِزنُ المسلم الأمين الَّذِي يُنْفِذُ ما أُمِرَ بِهِ فَيُعْطِيهِ كَامِلاً مُوَفَّراً طَيِّبَةً بِهِ نَفسُهُ فَيَدْفَعُه إلى الَّذِي أُمِرَ لَهُ بِهِ، أَحَدُ المُتَصَدِّقِين». وفي رواية: «الذي يُعطِي مَا أُمِرَ به».
[صحيح.] - [متفق عليه.]
"Pegawai/bendahara muslim yg amanah yang melaksanakan perintah dengan memberikan/mencairkan (dana/bantuan) secara sempurna setulus hati kepada yg berhak/penerima, dia termasuk orang orang yang bersedekah."
Bendahara/pegawai yang mengumpulkan 4 sifat berikut mendapatkan pahala sedekah meski tidak mengeluarkan uang sepeserpun:
1- Pegawai muslim
2- Amanah
3- Melaksanakan sesuai perintah/mandat
4- Tulus & ridho dlm melayani
Hadist ini rambu2 bagi semua pegawai, utamanya ASN/pejabat negara
Di antara konsekuensi pengamalan hadits ini:
a. Tidak boleh ada kontrak politik
b. Tidak boleh menerima hadiah/amplop ketika tanda tangan/melaksanakan tugas keamanan/adminstratif
c. Adil dlm melaksanakan hak2 warga negara
d. Tidak boleh mempersulit warga dalam memperoleh haknya.
e. Dll
الشرح
الخازن مبتدأ، وأحد المتصدقين خبر، يعني أن الخازن الذي جمع هذه الأوصاف الأربعة: الإسلام، والأمانة، وإنفاذ ما أُمِر بإعطائه، وأن يكون زمن البذل والعطاء منشرح الصدر ظاهر البشاشة والسرور. فهو مسلم احترازا من الكافر، فالخازن إذا كان كافرا وإن كان أمينا وينفذ ما أمر به ليس له أجر؛ لأن الكفار لا أجر لهم في الآخرة فيما عملوا من الخير، قال الله تعالى: (وقدمنا إلى ما عملوا من عمل فجعلناه هباء منثورا)، وقال تعالى: (ومن يرتدد منكم عن دينه فيمت وهو كافر فأولئك حبطت أعمالهم في الدنيا والآخرة وأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون)، أما إذا عمل خيرا ثم أسلم فإنه يسلم على ما أسلف من خير ويعطى أجره. الوصف الثاني: الأمين يعني الذي أدى ما ائتمن عليه، فحفِظ المال، ولم يفسده، ولم يفرط فيه، ولم يعتد فيه. الوصف الثالث: الذي ينفذ ما أمر به يعني يفعله؛ لأن من الناس من يكون أمينا لكنه متكاسل، فهذا أمين ومنفذ يفعل ما أمر به، فيجمع بين القوة والأمانة. الوصف الرابع: أن تكون طيبة به نفسه، إذا نفذ وأعطى ما أمر به أعطاه وهو طيبة به نفسه، يعني لا يمن على المعطَى، أو يظهر أن له فضلا عليه بل يعطيه طيبة به نفسه، فهذا يكون أحد المتصدقين مع أنه لم يدفع من ماله فلسا واحدا.
9 notes
·
View notes
Text

Rido seorang office boy. Meski penghasilannya pas-pasan, tapi Rido bisa makan enak setiap hari. Karena sikapnya yang jujur, rendah hati dan ringan tangan, ia menjadi kesayangan atasan dan karyawan di tempatnya bekerja. Setiap kali ia membelikan makan siang untuk orang kantor, selalu ada jatah lebih untuknya. Begitu juga lagi kalau ada yang jajan cemilan kekinian, ia selalu ditawari untuk ikut icip-icip.
Rido nggak punya kendaraan pribadi. Paham akan bahayanya riba, ia memilih untuk naik angkot saja daripada harus beli motor kredit. Ga jarang juga Rido ditawari tumpangan oleh orang kantor yang rumahnya searah dengannya. Lumayan tanpa harus keluar uang tapi bisa menikmati mobil nyaman ber-ac dengan kursinya yang empuk, dibanding harus berdesak-desakan di angkot.
Rido tinggal di sebuah rumah kontrakan di dalam gang. Di tempat yang sama, istrinya menambah penghasilan keluarga dengan berjualan nasi uduk setiap pagi. Keuntungannya lumayan buat uang bekal sekolah anak-anak.
Rido memiliki jam kerja yang tetap setiap hari, yaitu dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Berhubung kontrakannya ga terlalu jauh dari kantor, maka setiap Maghrib dan Isya ia selalu bisa sholat berjamaah di masjid serta mengisi malam hari dengan waktu yang berkualitas dengan keluarganya.
Karena istirahat malamnya yang cukup, Ridho bisa bangun lebih awal sebelum adzan shubuh berkumandang. Setelah sholat ia masih punya waktu untuk membantu istrinya menyiapkan nasi uduk dan makanan pelengkapnya karena pukul 5.30 satu persatu para pelanggan nasi uduk sudah mulai berdatangan.
-----
Romi seorang pegawai kantoran. Penghasilannya berkali-kali lipat dari Ridho. Tapi tiap bulan gajinya sudah dipangkas habis untuk membayar cicilan mobil dan cicilan rumah. Meski double income karena istrinya juga adalah pegawai kantoran, tapi banyak pengeluaran tak terduga tiap bulannya hingga gaji mereka selalu saja terasa kurang.
Demi penghematan, Romi jarang makan siang di luar kantor bersama teman-temannya. Tempo ia makan siang dengan nasi uduk yang dibelinya pagi hari di pinggir jalan, atau paling banter makan di warteg sekaligus tempat nongkrong para supir dan OB.
Meski jam kerjanya hanya sampai jam 5 sore, jarang sekali ia bisa pulang ontime. Hampir setiap hari lembur sampai malam karena kerjaan yang dikejar deadline.
Praktis Romi jarang bertemu dengan anak-anak, karena mereka sudah tidur ketika ia tiba di rumah. Belum lagi kalau ada penugasan beberapa hari ke luar kota, membuatnya semakin sulit berkumpul dengan keluarganya.
Sholat jamaah? Jangan ditanya. Jangankan Maghrib dan Isya berjamaah di masjid, ia baru sempat sholat Isya jam 9 atau 10 malam, hanya beberapa saat sebelum istirahat malamnya.
Meski masjid hanya terletak sebelah blok dari rumahnya, tapi jarang sekali ia mendengar adzan shubuh. Ia hanya bangun setelah alarm di hp-nya berbunyi, yaitu jam 5 pagi.
-----
Kita sering terkecoh, mengira kalau rizki kita itu berbanding lurus dengan pemasukan atau harta. Sehingga tanpa disadari, kita menjadi budak dunia yang money oriented.
Kerja, kerja, kerja
biar dapat uang, uang, uang,
biar bisa beli barang, barang, barang,
biar bisa jajan, jajan, jajan,
ato bisa jalan, jalan, jalan.
Kalo kata mbak Madonna mah, We are living in a material world, and I am a material girl 😄
Padahal rizki bukan selalu soal materi, tapi lebih kepada hal-hal yang terasa nyaman di badan, dan sekaligus juga memberi ketenangan di hati dan pikiran.
Bisa sholat jamaah 5 waktu di masjid, itu rizki.
Bisa bercengkrama setiap hari bersama anak istri, itu rizki.
Keluarga yang sholeh, itu rizki.
Bisa tidur nyenyak tanpa pusing mikirin hutang, itu rizki.
Punya waktu untuk mendalami ilmu agama, itu rizki.
Bisa bersedekah setiap hari, itu rizki.
Memiliki badan yang sehat dan
cukup waktu untuk beristirahat, itu rizki.
Bahkan buat sebagian orang, bisa makan sepiring nasi hangat dengan lauk telur dadar, kerupuk dan kecap, bisa jadi rizki yang tak ternilai harganya.
Karena di luar sana ada orang-orang yang Allah kasih materi berlebih, tapi nggak Allah beri rizki yang menenangkan hati.
Karena yang ia tau, bahagia itu letaknya di harta dan kesenangan sementara.
Dan tanpa disadari, yang ia kumpulkan selama ini hanya sedikit sekali yang ia nikmati, sedangkan sisanya hanya menjadi harta warisan yang nantinya habis dibagi-bagi.
Tong ngahuleung kalo secara materi kita biasa-biasa aja. Ga punya kendaraan pribadi, atau mungkin hanya mampu mengontrak rumah sepetak. Apapun yang Allah takdirkan, itulah yang terbaik buat kita. Ga perlu tricky-tricky buat memperkaya diri. Yang penting cari nafkah halal dan berkah biar Allah ridho, biar selamat dunia akhirat.
Hidup kekal kita itu di akhirat.
Jangan habiskan usia kita hanya mengejar dunia yang nggak ada habisnya.
Waspada juga dengan ujian harta, yaitu ketika harta yang kita miliki tidak menjadi manfaat, serta melalaikan kita dari taat.
-----
Manusia selalu mengatakan, “Hartaku… hartaku…” padahal hakekat dari hartamu – wahai manusia – hanyalah apa yang kamu makan sampai habis, apa yang kamu gunakan sampai rusak, dan apa yang kamu sedekahkan, sehingga tersisa di hari kiamat. (HR. Ahmad 16305, Muslim 7609 dan yang lainnya).
130 notes
·
View notes
Text
100 day challenge
1. Write down one goal you want to achieve before Ramadan - work towards it 2. Take your mushaf out the shelf - set up a daily portion you are going to read starting today 3. Are you already reading your morning and evening adhkaar? No? Start today! 4. Listen to your favourite surah 5. Pray the 2 sunnah rakaat before fajr 6. Take a deep breath and say alhamdulillah for what was, what is and what will be 7. Stay awake after fajr 8. Send blessings upon the prophet 9. In your salat - take a breath between each verse of surah al fatiha 10. Recite surah al-ikhlaas 11. Dont forget to read your daily portion of the quran! Is it hard to take your mushaf with you, download an app! 12. Say la hawla wa la quwwata illa billah before leaving the house 13. Smile 14. Take some time to say a sincere dua for yourself 15. Istighfaar - repent 16. Master your anger - when you’re angry today, sit down. Are you sitting already, lay down. 17. Give in charity 18. Say bismillah before having your meal and a sincere alhamdulillah when your tummy is full. 19. Subhanallah alhamdulillah allahu akbar 33× after each salat 20. Sit down when drinking water. 21. Read the translation of surah al fatiha 22. Take an empty notebook; write 1 thing you are thankfull for each day. 23. Do not lose sight of your goal. 24. Send blessings upon the prophet 25. After prayer say: Astaghfirullah 3× - allahuma anta salam wa minka salam tabarakta ya dhal-jalali wal- Ikram. 26. Master your Qul’s - say them before sleeping 27. Read something beneficial 28. Listen to surah ar rahmaan - fa bi ayyi ā-la irabbikuma tukadhibaan? 29. SubhanAllahi wabihamdihi, subhanAllahi al'adheem 100× 30. A good word is charity 31. Reflect upon 1 attribute of Allah; call upon Allah by that specific name. 32. Remember the dua for entering & leaving the bathroom? Search it up, memorise and say it. 33. Back to your daily portion of the quran? Are you sticking to it? Why not? What is making it difficult for you? Tackle that today 34. Choose one sahaba you are going to read and learn about 35. Read ayat al kursi 36. When you say la ilaha ill Allah, your lips do not move? Did you try it… say it a couple times more. 37. Listen to surah al kahf 38. Think before you speak 39. Ever heard of sayyid al istighfar? Read and start memorising. 40. Make dua for your family 41. No social media today 42. When you lose hope, say: La ilaha illa anta subhanak, inni kuntu mina dhalimeen. 43. Are you still doing the daily gratitude? Today list 10 things you are gratefull for. 44. Meeting your brother with a smile is charity, a good word is a charity .. what can you do today as charity? 45. Read surah al kahf - post a sticky note and try to read it every friday from now on in sha allah 46. After isha, pray the 2 sunnah rakaat with al-alaa and al kafiroon 47. Small an consistant deeds are loved by Allah - what small and consistant deed can you start performing? 48. Make dua for the ummah 49. Have you done anything to come closer to your goal from day 1? Focus 30 minutes and move forward. 50. Half way - add to your daily portion of the quran. Did you read 1 page? Make it 2! 51. Share something beneficial 52. Recite 3 times surah al ikhlaas 53. It is from Islam to not ask about things that are not your business. Today mind your own and try not to be curious. 54. In prayer, before surah al fatiha, say subhanakallahuma wa bihamdik, watabarakasmuk, wa ta'ala shadduk, wa la illaha ghayruk 55. Give up a fight/discussion, even if you are right. 56. Read 1 of the 40 hadith an nawwawi 57. The sahaba you thought about last time, what have you learned from him/her. What is something you can implement in your life? 58. Check upon someone you havent heard of for a while. 59. Pray 2 rakaat of tawbah (repenting) 60. Listen to some ruqya 61. Accept Allahs plan for you, place your trust and hope in the One that created you 62. Learn a new dua 63. Walk in nature and reflect about the Creator and the creation 64. Listen to and recite surah ad-duha and find comfort. 65. Send blessings upon the prophet 66. How is the quran reading going? Go through the translation of todays portion. 67. Stay a bit longer in sujood and then again and again. 68. Make dua for someone who needs it 69. Gratitude - thank someone for helping you. 70. Do a private good deed between you and Allah 71. Seek refuge of the shaytaan during the day and evening. Every time you remember. 72. Choose 3 names of Allah and write a dua using Those names. 73. Ask for forgiveness. 74. Listen to surah al baqarah - yess the whole 2 hours. 75. Iqra bismi rabbika ladhi khalaq - read a book 76. Remember death 77. Make dua for the deceased that have no one to pray for them. 78. Think about sadaqa jariya - what can you do that will count as sadaqa jariya? 79. Unfollow trash and follow beneficial accounts 80. Dhikr time: subhanallahi wabihamdihi, ‘adada khalqihi, wa reeda nafsihi, wa zinata ‘arshihi , wa midada kalimatihi 81. Limit your phone usage, memorise a new short surah/ some verses of a longer one. 82. Sleep with a clean heart. Forgive those that hurt you and grant yourself some peace. 83. Delete the apps you are wasting your time with. Download 1 app that will bring you closer to your deen. 84. Ask Allah everything you need. 85. What about your goal? Reaching any closer? You are almost there! 86. Listen to a new reciter 87. Pray 2 sunnah rakaat after maghreb 88. Greet someone with the full salam. Salaam alaikum warahmatullahi wabarakatuhu. 89. Read the tafseer of surah al asr 90. Memorise the dua when going to sleep 91. Memorise the dua for getting up 92. Listen to surah ash-sharh 93. That small deed you choose on day 47, start making it consistant. 94. Read ayaat al kursi and amana rasul - understand what you are reading. 95. Pick one prophet and learn his story 96. Back to surah al kahf - read the story of musa and khidr. What lessons can you take? 97. Be kind for no reason, except to please Allah. 98. Dhikr time: hasbunallahu wa ni'mal wakeel 99. What are some things you need improvement in? Write them down and start improving yourself? 100. You planted seeds alhamdulillah, now start growing so you may eat the fruits after ramadan.
786 notes
·
View notes
Text
Pelajaran Mengupas Salak
Tulisan Bapak Abul Muamar ini, bagi saya bagus bangat. Beneran. Maa syaa Allaah. Betapa dari kemampuan mengupas salak dan rambutan misalnya, dapat memberikan pengajaran parenting yang luar biasa berdampaknya bagi kehidupan si anak. Mulai dari menumbuhkan rasa ingin tahu sampai kemampuan untuk bertahan hidup. Huwaa.
Tulisan di bawah ini, saya salin dari halaman Sahabat Gorga.
Sudah sejak ribuan tahun yang lalu kita meninggalkan pola dan cara-cara hidup purba. Kita tak lagi nomaden, tidak lagi berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain menuruti cuaca dan ketersediaan makanan. Kita, pendeknya, telah lama tak lagi menjadi manusia pemburu-pengumpul.
Perlahan namun pasti, kita juga tak lagi sibuk mendomestikasikan hewan dan tumbuhan—bahan baku makanan kita—karena semuanya bisa kita dapatkan hanya dengan menyentuh layar telepon pintar dari kamar sambil tidur-tiduran. Pertanian dan peternakan memang tetap ada dan akan terus ada, namun mereka tinggal sebagai komoditas dan bukannya metode bertahan hidup, dan sejak saat itu pulalah politik dagang lahir.
Bagaimana mungkin mempertahankan kepurbaan itu sementara apa-apa yang lebih modern, seperti menulis keterangan di karcis, menenun pakaian, atau mengantarkan surat ke kantor pos, pun sudah kita tinggalkan?
Kita telah melesat jauh meninggalkan pola dan cara-cara kuno itu, untuk kemudian menahbiskan diri sebagai homo sapiens “yang lebih beradab”. Dengan kemampuan berimajinasi yang tak dipunyai makhluk hidup lain, kita menciptakan sistem-sistem, norma-moral, keyakinan-keyakinan, adat-istiadat, teknologi, dan pelbagai alat lainnya dengan maksud memudahkan hidup kita.
Dengan itu semua kita kemudian membangun bermacam-macam institusi, termasuk di antaranya sekolah, dengan model dan perangkat pembelajaran yang diandaikan paling ideal untuk diaplikasikan di atas bumi ini. Berbagai macam ilmu pengetahuan kita pelajari di sana.
Kita bisa tahu tentang jarak bumi ke bulan, tentang penemuan mesin uap, tentang zat kimiawi yang bisa mengubah racun menjadi obat, tentang sosok-sosok heroik di masa lalu, tentang ribuan kosakata dan tata bahasa asing yang dibakukan sebagai bahasa internasional, dan banyak lagi. Ringkasnya, ada banyak hal yang jauh dari jangkauan kita yang bisa kita ketahui berkat sekolah.
Tetapi, dalam gegas menuju apa yang kita anggap sebagai kemajuan itu, kita kerap tak menyadari bahwa sesungguhnya kita selamanya akan tetap “purba”: makan, kawin, beranak-pinak, dan saling bersaing untuk bertahan hidup—untuk tidak menyebut saling membunuh. Dalam “kepurbaan” yang inheren itu kita semakin kehilangan modal penting yang semestinya kita miliki–yang dalam kaitannya dengan pendidikan yakni kemampuan dan pengetahuan tentang alam, terutama apa-apa yang berada di sekeliling kita–untuk “bertahan hidup”.
Ya, kata kuncinya adalah bertahan hidup. Dalam kemodernan (beserta segala kecanggihannya) maupun dalam kepurbaan, tujuan kita belajar intinya adalah demi bertahan hidup, demi persaingan, demi prinsip survival of the fittest. Namun justru, dalam konteks bertahan hidup itu saya kira kemodernan dan kepurbaan adalah dua hal yang–semestinya–tak terpisahkan.
Di bawah kondisi tak sadar tadi kita melupakan—nyaris sama sekali—cara berburu dan cara membuat api dengan bantuan sinar matahari, misalnya. Di saat yang sama, sebagian besar kita memandang orang-orang yang masih menjalankan pola-pola hidup purba itu dengan tatapan merendahkan, menganggapnya aneh atau—paling banter—unik dan lucu.
Saya kira sistem pendidikan, setidaknya yang diterapkan di Indonesia, tidak jauh-jauh dari ketaksadaran semacam itu. Dari situ kita bisa paham, mengapa anak-anak kita, bahkan juga teman-teman kita yang kini sudah bergelar sarjana, tidak mengenal tumbuhan dan hewan-hewan yang ada di sekitar lingkungan tempat mereka tinggal. Setiap hari mereka memapasi tumbuhan dan hewan-hewan itu tanpa merasa perlu mengetahuinya, karena semuanya memang tidak pernah dianggap sebagai pelajaran oleh sistem pendidikan yang ada.
Suatu hari, seorang keponakan saya yang duduk di bangku kelas IV SD, meminta pertolongan saya untuk mengupaskan rambutannya. Dari ibunya saya tahu bahwa keponakan saya itu tidak tahu cara mengupas rambutan. Bagi saya itu sungguh celaka. Sama celakanya dengan seorang perempuan bersuami yang tak pandai mengupas salak (benar atau tidaknya dia tak pandai mengupas salak tidak penting. Untuk apa yang hendak saya sampaikan dalam tulisan ini, anggaplah dia memang benar-benar tak bisa mengupas salak.)
Saya membayangkan, seandainya orang macam ini dicampakkan ke hutan bersama beberapa orang lain yang fasih soal tumbuh-tumbuhan, saya pikir dialah yang lebih dulu akan mati (tentu perkiraan ini bisa meleset oleh sebab faktor-faktor lain, dan karenanya pengandaian ini hanya bersifat olok-olok).
Mengaitkan fenomena orang yang tak pandai mengupas salak dengan sistem pendidikan yang tak beres barangkali terdengar tidak nyambung. Namun dalam pikiran saya, keduanya berkelindan sebagai bagian dari hukum sebab-akibat. Karena sekolah tempat orang itu menimba ilmu tak pernah mengajarkannya cara mengupas salak (sebab), maka dia menjadi tak pandai mengupas salak (akibat). Menyalahkan orang tua dan gaya hidup yang bersangkutan? Oh, itu hal lain dan tentu bisa dibahas di tempat lain.
Apakah hal seperti ini ditanggapi secara serius? Sayangnya, tidak. Orang-orang hanya tahu menertawakan, mengejek, atau mengumpat, tanpa merenungkan mengapa hal demikian bisa terjadi. Pembuat kebijakan sekalipun juga tidak.
Tak pandai mengupas salak, tak tahu cara membelah durian, tak tahu kalau ciplukan yang banyak tumbuh di sawah itu enak rasanya, tak tahu kalau buah yang kulitnya bercangkang seperti telur yang merambat di semak-semak itu bernama gambutan dan rasanya manis seperti markisa, atau tak tahu cara membedakan jenis-jenis mangga yang tumbuh di sekitar lingkungan tempat tinggal, pada dasarnya adalah senapas.
Hal-hal “tak penting” ini hendaknya tidak ditanggapi sebagai sekadar soal pengetahuan tentang buah-buahan atau tumbuhan belaka. Jangan. Ini adalah tentang bagaimana kita, utamanya anak-anak kita, belajar mengenal hal-hal yang dekat dengan keseharian kita. Tahu cara mengupas buah hanyalah satu hal, dan itu bisa menjadi “pintu masuk ingin tahu” bagi anak kita untuk memperoleh pengetahuan yang lebih kaya. Lewat “pintu masuk ingin tahu” itu anak kita akan belajar tentang bagaimana menikmati buah-buah tersebut, mengenali ciri-cirinya, mempelajari aromanya, membedakan kualitasnya yang baik dan yang buruk, dan belajar merasakan sensasi memakannya.
Berikutnya mereka akan (mencari) tahu bagaimana cara perkembangbiakannya, pola berbuahnya, hubungan antara satu tumbuhan dengan tumbuhan lain, memeriksa kemiripan dan perbedaannya, sebelum kemudian mempelajari anatomi biologisnya. Prinsip pembelajaran seperti ini, saya ragu bakal diadakan di sekolah-sekolah. Sebab di sekolah, yang lebih penting adalah tahu dan hafal tentang kingdom, filum, kelas, dan nama latin buah-buahan, ketimbang tahu, misalnya, membedakan mangga arum manis dan lokmai yang tumbuh di pekarangan rumah sendiri.
Seorang menteri pendidikan dengan otak bisnis yang gilang-gemilang mungkin tak akan menganggap hal ini sebagai persoalan yang perlu dievaluasi secara serius. Kalaupun kemudian dia merasa harus bertindak, yang dilakukannya barangkali adalah menyediakan layanan jasa berbasis aplikasi dengan nama ‘Go-Kupas Buah’, dan orang-orang akan menyambutnya dengan gegap-gempita dan menjadikannya tolok ukur pencapaian intelektualitas.
362 notes
·
View notes
Text
Pentingnya meraih Ridha Allah semata
Kita semua adalah orang biasa dalam
pandangan orang-orang yang tidak mengenal
kita. Kita adalah orang yang menarik di mata
orang yang memahami kita. Kita adalah
istimewa dalam penglihatan orang-orang yang
mencintai kita. Kita adalah pribadi yang
menjengkelkan bagi orang yang penuh
kedengkian terhadap kita. Kita adalah orang
orang jahat di dalam tatapan orang-orang
yang iri akan kita. Pada akhirnya, setiap orang
memiliki pandangannya masing masing,
maka tak usah berlelah-lelah agar tampak
baik di mata orang lain. Cukuplah dengan
ridha Allah bagi kita, sungguh mencari ridha
manusia adalah tujuan yang takkan pernah
tercapai. Sedangkan Ridha Allah, destinasi
yang pasti sampai, maka tinggalkan segala
upaya mencari keridhaan manusia, dan fokus
saja pada ridha Allah . InsyaAllah
0 notes
Text
#2 : Mencari Teman
Mungkin ini hanya dialami segelintir orang saja. Para remaja atau dewasa awal yang sedang mengalami krisis. Atau mungkin hanya aku? Ah semoga tidak.
Mencari teman sering menjadi PR tersendiri. Teman makan, teman nonton, teman skripsian. Bisa jadi karena syukurnya ada banyak teman yang bisa diajak. Atau justru karena teman-teman lain sudah pergi duluan dan yang tersisa tinggal beberapa lalu mereka semua tidak bisa. Hehe mahasiswa tingkat lanjut can relate.
Yang pasti, lingkaran pertemanan memang akan terus mengecil sementara jaringan memang harus diperluas. Tinggal tentukan saja ingin terlihat seperti apa di setiap orang. Tidak semua orang perlu dan mau melihatmu apa adanya.
Dibanding bergantung pada satu orang, aku lebih memilih membagi perhatian dan cerita. Seolah tiap teman punya tema sendiri untuk aku ajak diskusi. Dan tiap orang selalu punya cara berbeda, darisitu aku belajar menyesuaikan. Gaya pertemanan setiapnya jadi beragam. Ada yang enak diajak main, diajak diskusi, diajak ngayal, diajak gajelas sekalipun.
Namun pada akhirnya setiap orang hanya membutuhkan satu teman; untuk jadi teman sehidup sesurga. Jika ditanya pasangan seperti apa yang kuinginkan, mudah saja menjawabnya: teman cerita, teman berbagi dan teman jalan sampai mati. Iya mudah menjawabnya, menemukannya susah.
Haha topikku selalu mengarah kesini. Abaikan.
3 notes
·
View notes
Text
Kamu Perempuan Hebat
Hai, kamu. Perempuan ..
Yang mungkin tidak pernah mengenal sosok seorang ayah semasa hidupnya.
Yang mungkin merindukan kehadiran ibunya.
Yang mungkin berada dalam keluarga tak selalu bahagia atau bahkan tak pernah bahagia.
Yang mungkin pernah dilecehkan oleh keluarganya, kekasihnya, temannya, atau bahkan orang asing yang tak pernah dia kenal sebelumnya.
Yang mungkin berkali-kali patah hati lantaran tak secantik perempuan lainnya.
Yang mungkin selalu sendirian dan terlupakan.
Yang mungkin pernah mencoba mengakhiri hidup karna beban terlalu berat dipikul.
Yang mungkin cita-citanya kandas karna keadaan.
Yang mungkin selalu diremehkan, di anggap tak mampu, di pandang tak sepadan.
Yang mungkin cintanya tak terbalaskan.
Yang mungkin sudah memberikan seluruh cintanya, tapi tak pernah memiliki cinta untuknya.
Yang mungkin pernah di sakiti kedua orang tuanya.
Yang mungkin pernah di rundung teman-teman sebayanya.
Yang mungkin merasa hidupnya tak pernah aman.
Yang mungkin pernah di peras orang-orang terdekatnya.
Yang mungkin selalu di singkirkan lantaran tak memenuhi standar "kecantikan".
Yang mungkin harus bersusah payah banting tulang demi menafkahi keluarganya.
Yang mungkin sampai lupa makan dan tak sempat merebahkan badan karna harus mengurus anak-anaknya sendirian.
Yang mungkin tak dihargai pasangannya, namun tetap memilih bertahan.
Yang mungkin setiap bulan harus menahan sakit.
Yang mungkin tak memiliki kesempatan mengandung seorang anak.
Yang mungkin saat ini sedang berjuang bertahan hidup.
Yang mungkin harus menanggung malu karna kesalahan masa lalu yang tak pernah bisa terhapuskan.
Yang mungkin melupakan keadaan dirinya sendiri karna waktunya sudah habis untuk memikirkan kebahagiaan orang lain.
Yang mungkin merasa sangat lelah, namun harus berpura-pura kuat.
Yang mungkin saat ini hidupnya hancur tak beraturan.
Kamu tidak rusak, kamu tidak cacat. Kamu sempurna, kekuatanmu menyempurnakanmu. Tak perlu memiliki sayap dan tak harus menjadi malaikat untuk terlihat indah. Senyummu indah, tatapanmu hangat, tak peduli berapa berat badanmu, dalam sakit maupun sehat, tak mengurangi sedikitpun kadar cantik dan pesonamu.
Tidak semua perempuan bisa melewati ini. Tak peduli seburuk apapun masa lalumu, sehancur apapun mimpi-mimpimu, seremuk apapun hatimu, sebanyak apapun hambatan dalam hidupmu, kamu masih bisa tersenyum saja sudah lebih dari cukup.
Memaafkan keadaan dan berdamai dengan hidup bukanlah pekerjaan yang mudah, namun kamu masih bisa membuka matamu sampai hari ini, melangkahkan kakimu melewati waktu, mendongakkan kepala meski bahumu kepayahan menahan beban. Kamu hebat.
Terima kasih.
Terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Terima kasih sudah memenangkan banyak cobaan. Terima kasih sudah memutuskan untuk tak cepat menyerah.
Tetaplah menjadi dirimu yang sebenarnya. Tak perlu berusaha menjadi orang lain, hidupmu sudah melelahkan, jangan menambahnya dengan berbagai tekanan dan tanggung jawab hanya untuk menyenangkan orang lain. Kamu sudah cukup hebat.
Kepada kamu, perempuan-perempuan hebat. Mari bertahan bersama, mari menjadi kuat bersama.
8.49 am. Tue, 7 January. 2020
258 notes
·
View notes
Text
“Ada kejanggalan dalam hatiku. Aku tak ingin kau kembali, namun aku juga benci melihat kau hidup bersamanya.”
— (via mbeeer)
718 notes
·
View notes
Text
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,
"Hari-hari berlalu dan aku pun tidak tahu. Apakah aku semakin bertambah dekat dengan Allah ataukah semakin menjauh dari-Nya?"
(Al-Qaul al-Mufid 'ala Kitab at-Tauhid, hlm 83)
183 notes
·
View notes
Text
Kurasa aku cukup kuat bertahan di 2019 , di 2020 aku akan bahagia

0 notes