"Datang membawa suka, diam-diam pergi memberi luka"
1 note
·
View note
Lihatlah kedalam ruang penuh kehampaan yang kau ciptakan
Intip aku di sudut otakmu yang tengah meringkuk dan berdebu
Bukan salahmu yang banyak bicara, aku yang salah karena bergantung pada ucapanmu
Perkataanmu lemah, selemah penghargaanmu kepada seseorang
Tak apa, pergilah...
Toh pada akhirnya aku hanya kau anggap sebagai figuran
Peran yang kumainkan hanyalah remeh, tidak pernah penting
Bagaimana rasanya? Apakah egomu sudah terpenuhi? Apakah sudah merasa bangga?
5 notes
·
View notes
Semesta memang Suka Bercanda
Sedari dulu aku selalu meyakini bahwa ada alasan mengapa kita dipertemukan oleh seseorang. Entah itu akan menjadi peran yang aktif dalam hidup ataukah yang hanya sekedar lewat memberi pelajaran yang membekas.
Dan kini otakku mulai lelah mencari arti 'pertemuan' kita. Hatiku sakit ketika memikirkanmu yang mampu menjalani hari-hari seperti biasa. Sementara diriku tertatih menjalani malam tanpa lelap, tidur tanpa nyenyak.
Berkenalan dengan orang baru terasa melelahkan bagiku. Bertanya-tanya "kira-kira berapa lama lagi hingga rasa penasarannya akan habis?" Sebelum akhirnya menghilang, seperti dirimu.
0 notes
Apa memang sudah hukumnya...
Manusia punya keinginan, Semesta punya kenyataan
Aku ingin kau kesini, kenyataannya malah kesana
Aku inginnya kau rindu, tapi nyatanya acuh
Aku ingin kita bersatu, kenyataanya kita beradu
Perasaan yang sama, otak yang berbeda
Saling melengkapi di waktu yang salah
Pernah bahagia yang berakhir buruk
Jika boleh ku meminta, Jangan Lupakan Aku, Tuan.
0 notes
"Sesuatu yang t'lah rusak, apakah dia tak se-berharga itu untuk diperbaiki, sehingga harus mencari yang baru? "
1 note
·
View note
"Menumpahkan seluruh perasaanmu pada seseorang yang selalu memakai logika itu menyakitkan kan, Tuan? "
1 note
·
View note
"Apalagi yang lebih menyiksa selain merindukan seseorang yang tak pantas dirindukan?"
2 notes
·
View notes
"Bukan dirimu yang tidak perhatian, hanya aku yang terlalu kesepian"
5 notes
·
View notes
"Tenanglah, Aku tak akan lagi segila kemarin. Mari asing tuk selamanya"
2 notes
·
View notes
Darah mengalir melalui sela-sela jemarimu
Kedua kakimu menggantung bergerak tak tentu arah mencari pijakan
Ranting penuh duri kau genggam erat seakan dialah satu-satunya penopang hidup
Sedang aku, tak lelah mengulurkan tangan menunggu untuk kau genggam
Namun kepalamu seolah menolak tuk menengadah
3 notes
·
View notes
“Jangan sebut tulisanku sok puitis Kaulah yang ajariku bahasa melankolis”
—
6 notes
·
View notes
Ku melirikmu yang mengintip di sudut ruang
Ku tengah jatuh, berdarah, dan menangis
Kau terdiam membisu menungguku bangkit menghampiri
Senyum pahit terukir di bibir,
"Sudah tau namun pura-pura tidak tau"
Adakah yang lebih pecundang di banding itu?
4 notes
·
View notes
"I miss your sweetness you gave me before"
1 note
·
View note