Tumgik
gerungg · 5 years
Text
Tumblr media
Coffee is Coffee.. And I need Some...
6 notes · View notes
gerungg · 5 years
Video
instagram
Luka itu, Perih itu, Tangis itu,
Semoga buatmu makin dewasa dan jadi dekat dengan Pencipta ☺
Sen @senyumsyukur
https://www.instagram.com/p/B0I5fA6ne4L/?igshid=vj4omzd60dlc
19 notes · View notes
gerungg · 5 years
Text
Tidak Terlihat Dekat dengan Siapapun
Diskusi QuarterLifeCrisis beberapa hari yang lalu masih seputar dunia jodoh. Mungkin bagi teman-teman yang belum mengalami, atau sudah melewati, obrolan semacam ini bisa dianggap membosankan. Tapi bagi yang sedang mengalami, mendiskusikannya dan berusaha mencari jawaban yang menenangkan adalah sebuah proses penting untuk melewati fase tersebut. Salah satunya dengan curhat.
Salah satu teman kami berkesah, setiap kali pulang atau orang tuanya menelpon, sering ditanya sudah punya pacar atau belum (karena orang tuanya tidak tahu kalau anaknya tidak mau pacaran), atau dengan candaan guyonan dari teman-teman yang lain tentang seputar tersebut. Orang tuanya pun seringkali bertanya, kapan rencana menikah? Sudah ada calonnya belum? Atau dalam kalimat-kalimat tidak langsung seperti, “Wah ini undangan ke rumah banyak banget dari teman-teman SD mu, mereka sudah menikah ya, kayak masih kecil kok udah mau nikah aja.” dan lain-lain.
Sementara teman kami ini, ia sama sekali tidak terlihat dekat dengan siapapun. Sama sekali. Bahkan ketika kami tanya, “Emang nggak ada cowok yang lagi pdkt gitu?” Jawabnya, “Enggak ada”. Juga pertanyaan lain yang sejenis,”Nah, lagi deket sama siapa gitu? Meski dia nggak pdkt?” Jawabnya masih sama, “Enggak ada”.
Dan karena ketidak-adaan inilah yang mungkin juga membuat orangtuanya bertanya-tanya, kok anaknya nggak pernah cerita suka sama siapa, atau lagi dekat sama siapa, atau ada yang pdkt dan gimana? Sementara teman-teman sebaya lainnya bahkan sudah ada yang maju melamar, meski pada akhirnya belum juga menikah.
Usianya sudah cukup matang (dalam standar orang tuanya) untuk masuk ke fase berikutnya. Juga mungkin karena melihat anaknya yang santai-santai aja, cenderung biasa-biasa aja dalam menanggapi hal tsb. Semakin membuat orangtuanya cemas.
Terlepas dari semua itu, terlepas dari sikap cueknya dan kesan biasa-biasanya ini. Teman kami bercerita kepada kami, kalau pada akhirnya dia juga berpikir. Berpikir tentang kenapa dia tidak terlihat dekat dengan siapapun? Enggak ada yang pdkt sama dia, apa enggak ada yang tertarik? Menurut kami, aneh kalau tidak ada yang tertarik dengan perempuan semandiri dan semanis dia.
Sampai pada akhirnya, diskusi panjang tanpa solusi itu berakhir dengan sebuah konklusi, barangkali itu adalah cara Allah menjaganya (terutama setelah ia berhijrah dan memutuskan untuk enggak pacaran), barangkali itu adalah bentuk perlindungan, menyingkirkan laki-laki yang mau mendekatinya tapi tidak dalam levelnya. Dan tentu saja sudah bisa kami tebak, dengan salah satu sifat tegas yang dia miliki, laki-laki kalau cuma mau pdkt untuk pacaran pasti sudah ditendangnya jauh-jauh.
Dan akhirnya, hal terbaik yang bisa manusia lakukan atas apa yang terjadi dalam hidupnya adalah bersyukur. Bersyukur sebab ia tidak terlihat dekat dengan siapapun, bahkan tidak ada yang mencie-ciekan dirinya dengan siapapun. Seperti itulah caraNya menjaga kehormatannya, izzah-nya
Yogyakarta, 17 Oktober 2017 | ©kurniawangunadi
2K notes · View notes
gerungg · 5 years
Text
Resep Cumi Cumi Cabe Ijo Spesial
Resep Cumi Cumi Cabe Ijo Spesial
Resep Cumi Cumi Cabe Ijo. Buat penggemar seafood khususnya olahan cumi-cumi, sajian spesial ini pastinya bisa memuaskan selera anda. Cumi asin yang empuk dengan rasa gurih dipadu dengan irisan cabai ijo dan tomat hijau yang renyah segar membuat santapan ini selalu dirindukan.
Tumblr media
Membuatnya cukup simpel, semua bahan dan bumbu ditumis hingga aroma khas bumbu menjadi harum, kemudian cumi-cumi…
View On WordPress
7 notes · View notes
gerungg · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
A penguin friend to motivate you this week! 💖🐧
Loading Penguin Hugs | Instagram | Patreon  
12K notes · View notes
gerungg · 5 years
Text
Dua orang yang baru dekat, bisa terus istimewa karena mereka masih baru. Tapi, kalau sudah lama, magic itu pelan-pelan akan lenyap dan euforia keduanya semakin berkurang. Alurnya selalu begitu, kan?
– Karena, aku tidak tahu sampai kapan kamu akan tetap sama seperti pertama. Namun, setidaknya saat ini, untuk menghapus sedihku, kamu sudah cukup.
323 notes · View notes
gerungg · 6 years
Text
I am getting older..
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
…so does she
938 notes · View notes
gerungg · 6 years
Text
Tentang Menikah
Bagi saya, memutuskan untuk menikah adalah tentang mendudukkan dua kalimat ini dengan adil: “kalau ga siap, mending jangan nikah” dan “kalau nunggu sempurna, kapan siapnya.” Dua sudut pandang yang fatal akibatnya kalau saya memihak salah satunya membabi buta.
Tak ada yang salah. Tapi tentu setiap pilihan ada resikonya. Dan cara meminimalisirnya adalah dengan bersikap tengah-tengah. Menyegerakan tapi tak buru-buru. Menyiapkan tapi tak buang-buang waktu.
Memang pada akhirnya kembali ke diri masing-masing orang jika yang kita bicarakan adalah perihal ukuran. ‘Segera’ itu kapan waktunya, dan ‘siap’ itu apa batas minimumnya.
Menjustifikasi orang dengan bilang, “Lo kelamaan, nunggu apa lagi sih,” atau, “gila cepet amat, mau dikasih makan apa ntar istrinya,” tak akan memecahkan masalah apa-apa.
Ukuran kita tak sama. Kamu tak tau pasti beban apa yang seseorang tanggung sehingga dia masih belum menikah. Sama halnya kamu tak mengerti seberapa besar tekad seseorang dan seberapa yakin dia dengan rencana hidupnya sehingga dia berani menikah dalam kondisi yang menurutmu terlalu dini.
Sangat cepat atau sangat siap bukan jaminan dan bukan satu-satunya parameter kebaikan. Bersikaplah pertengahan.
Jika ini tentang dirimu, jangan tertekan dengan kata orang. Dari semua manusia, kamu yang paling mengerti dirimu. Jika ini tentang orang lain, sebelum bicara hendaknya kamu do'akan dulu. Sudah?
— Taufik Aulia
2K notes · View notes
gerungg · 6 years
Text
Tentang Menikah
Bagi saya, memutuskan untuk menikah adalah tentang mendudukkan dua kalimat ini dengan adil: “kalau ga siap, mending jangan nikah” dan “kalau nunggu sempurna, kapan siapnya.” Dua sudut pandang yang fatal akibatnya kalau saya memihak salah satunya membabi buta.
Tak ada yang salah. Tapi tentu setiap pilihan ada resikonya. Dan cara meminimalisirnya adalah dengan bersikap tengah-tengah. Menyegerakan tapi tak buru-buru. Menyiapkan tapi tak buang-buang waktu.
Memang pada akhirnya kembali ke diri masing-masing orang jika yang kita bicarakan adalah perihal ukuran. ‘Segera’ itu kapan waktunya, dan 'siap’ itu apa batas minimumnya.
Menjustifikasi orang dengan bilang, “Lo kelamaan, nunggu apa lagi sih,” atau, “gila cepet amat, mau dikasih makan apa ntar istrinya,” tak akan memecahkan masalah apa-apa.
Ukuran kita tak sama. Kamu tak tau pasti beban apa yang seseorang tanggung sehingga dia masih belum menikah. Sama halnya kamu tak mengerti seberapa besar tekad seseorang dan seberapa yakin dia dengan rencana hidupnya sehingga dia berani menikah dalam kondisi yang menurutmu terlalu dini.
Sangat cepat atau sangat siap bukan jaminan dan bukan satu-satunya parameter kebaikan. Bersikaplah pertengahan.
Jika ini tentang dirimu, jangan tertekan dengan kata orang. Dari semua manusia, kamu yang paling mengerti dirimu. Jika ini tentang orang lain, sebelum bicara hendaknya kamu do'akan dulu. Sudah?
— Taufik Aulia
2K notes · View notes
gerungg · 6 years
Text
Luruskan Niat Menikahmu
Bagi yang paham, apabila sedang berada dalam proses menuju pernikahan, saat ditanya perihal niatan menikah, maka mayoritas jawabannya adalah sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Subhanallah.. betapa mulianya niat tersebut. Nah.. pertanyaannya, betulkah niatnya lurus untuk Allah dan hanya karena Allah? Hehehe.. biasanya, saat ditanya demikian, kita akan mengangguk yakin bahwa niatannya betul-betul lurus untuk ibadah kepada Allah.  Tapi sekali lagi, betulkah demikian?
Melalui postingan kali ini, yuk kita sama-sama analisis kelurusan niatan menikah kita. As usual based on my own experiences
Subhanallah.. Allah sungguh luar biasa. Pada saat saya sedang berproses ta’aruf kemarin, kami dipertemukan dengan seorang ustadz yang luar biasa pula, dan memang berkapasitas untuk menasihati orang-orang mengenai ilmu-ilmu pernikahan dalam Islam, terutama yang sedang dalam proses ta’aruf seperti kami.
Masih tampak jelas dalam ingatan saya, sore itu kami duduk di ruang buku ustadz tersebut, bersiap untuk mendengarkan berbagai wejangan demi kemudahan proses kami menuju pernikahan. Saya pribadi pada saat itu membayangkan akan menerima nasihat-nasihat indah yang menggiring harapan baik menuju pernikahan idaman. Hati saya dipenuhi pengharapan akan mendapatkan penjelasan mengenai langkah demi langkah yang jelas, untuk mencapai pernikahan yang barakah.
Pertemuan pertama saya dengan ustadz memperlihatkan saya pada sosok bapak yang tampak sangat bijaksana. Beliau ini merupakan mantan preman, yang setelah hijrah, malah semakin melesat dan kini sudah mendirikan banyak sekali rumah tahfidz untuk para santri penghafal Al Qur’an, subhanallah. Tak hanya itu, dunia kini justru berduyun-duyun mengejarnya.
Ustadz membuka percakapan melalui perkenalan dengan kami terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan bertanya mengenai kesibukan kami sehari-hari. Obrolan kami berlangsung sangat santai seperti sedang silaturahim biasa, bukan berguru atau memohon nasihat. Kami pun akhirnya menyampaikan niat kedatangan kami. Ustadz tersebut tersenyum memandangi kami yang saat itu sedang dalam proses ta’aruf. Bukannya memberikan nasihat, beliau malah meluncurkan pertanyaan, yang hingga sekarang menjadi pedoman kuat saya dalam pelurusan niat menikah. Simak baik-baik ya..
“Nak.. kalau kalian yang sudah berproses hingga sejauh ini ternyata  pada akhirnya kalian tidak berjodoh, tidak bisa sampai ke pernikahan..” beliau menghela nafas sebentar, kemudian menatap kami, “Bagaimana perasaan kalian?”
Seketika kami terdiam. Bagi saya pribadi, itu merupakan hal yang tidak pernah saya bayangkan sama sekali sebelumnya. Saking saya menikmati proses ta’arufyang indah sesuai syariat Allah, tidak sekalipun terlintas dalam benak saya apabila kelak ternyata kami sebetulnya tidak berjodoh. Saya terdiam cukup lama, merenungkan seandainya hal tersebut benar-benar terjadi. Tidak terbayang sama sekali.
Ustadz memecah keheningan kami dengan mengulang kembali pertanyaan yang sama, “Bagaimana seandainya ternyata setelah berproses sejauh ini, ternyata kalian tidak bisa sampai ke pernikahan sebab kalian memang tidak ditakdirkan Allah untuk berjodoh?” Kami terdiam kembali dan benar-benar membayangkan apabila kelak hal tersebut benar terjadi. Dan akhirnya ustadz bertanya kembali, “Bagaimana perasaannya? Ternyata berat ya membayangkan bila setelah berproses sejauh ini ternyata tidak bisa sampai ke pernikahan?” Saya mengangguk dalam hati. Sungguh berat sekali membayangkan apabila benar suatu hari ternyata proses kami harus terhenti atas alasan apapun, sebab proses kami indah sekali, khususnya bagi saya.
“Nak.. rasa berat hati saat membayangkan seandainya diri tidak berjodoh dengan pasangan yang sedang berproses sekarang merupakan tanda bahwa niat menikahmu belum lurus untuk Allah SWT.”
Subhanallah.. JLEB!!
“Ucapanmu mengenai niatan menikah karena Allah, demi ibadah yang lebih lengkap, pengutuhan keimanan, dll.. mudah sekali diuji kebenarannya dengan cara demikian tadi. Bayangkan bila seandainya tidak berjodoh. Ucapanmu diuji melalui rasa hatimu yang jelas tidak bisa berdusta.”
Seketika itu diri ini diliputi muhasabbah yang sangat dalam. Pernyataan ustadz tersebut berputar-putar di kepala. Saya menunduk. Benar, sangat benar. Rasa hati yang berat itu merupakan bukti nyata bahwa niatan menikah saya belumlah lurus karena Allah. Ustadz tersenyum. Tampak dari wajahnya, beliau sangat memahami jawaban dalam hati kami.
Beliau kemudian melanjutkan,
“Sebetulnya, bila niatan menikahnya benar-benar lurus, rasa berat hati apabila ternyata tidak bisa bersatu dalam pernikahan itu tidak akan ada. Hati yang lapang menerima dengan ikhlas atas apapun ketentuan-Nya bisa dengan mudah dimiliki apabila diri sudah sangat yakin bahwa apapun yang terjadi di muka bumi ini, sebenarnya merupakan ketentuan baik dari Allah. Lagipula, bila benar ternyata tidak berjodoh, berarti Allah sedang siapkan yang benar-benar terbaik menurut-Nya. Apa yang harus disedihkan?”
Saya menenggelamkan diri dalam muhasabbah yang lebih dalam lagi. Saya mengangguk lebih kencang dalam hati. Iya benar, itu benar, sangat benar. Ustadz melanjutkan kembali, “Jadi untuk menggapai pernikahan yang barakah, pertama-tama.. luruskan dulu niat menikahmu, sebab itu yang sebetulnya cukup sulit. Bila niatan sudah lurus, selebihnya insyaAllah akan dimudahkan.”
Ustadz menyampaikan kalimat demi kalimat dengan penuh ketenangan dan diwarnai senyuman yang sangat bijaksana. Sungguh, hari itu merupakan pembelajaran luar biasa. Yang awalnya mengharapkan nasihat langkah demi langkah menuju pernikahan barakah, justru dihadiahi nasihat yang sangat mendasar dan menjadi pondasi kokoh diri sebelum melangsungkan proses pernikahan.
Perjumpaan kami hari itu ditutup dengan sebuah pemaparan indah dari ustadz.
“Nak.. tidak ada masalah sama sekali dengan hasil akhir yang tidak sesuai dengan harapan sekalipun, apabila dalam prosesnya kalian sama-sama menjalaninya penuh ketaatan kepada Allah disertai dengan niat yang lurus. Dan sekali lagi, niat yang lurus bisa diukur dengan bertanya pada diri sendiri perihal ikhlas atau beratkah bila ternyata tidak saling berjodoh. Yakinlah Allah pasti berikan keputusan yang terbaik bagi hamba-Nya. Jadi sebetulnya tak ada alasan bagi kita berberat hati terhadap apapun yang tak sesuai dengan harapan. Saya doakan, semoga niat lurus selalu bersemayam dalam hati kalian. Dan bila belum lurus, maka berlatihlah terus.”
Subhanallah.. sebuah perjumpaan yang sangat bermakna. Sejak saat itu, setiap hari saya melatih diri meluruskan niat saya menikah. Setiap ada sedikit perasaan yang beranjak semakin dalam pada calon pasangan, seketika saya menarik diri dan meluruskan niat saya kembali, hanya untuk Allah, dan karena Allah. Hari demi hari saya berulang kali memaksakan diri meluruskan niat menikah yang sejujurnya tidak mudah, hingga akhirnya saya menemukan diri saya terbiasa dengan niatan menikah yang lurus, insyaAllah.
Alhamdulillah, sebuah pertemuan singkat dengan ustadz tersebut mampu mengkokohkan pondasi utama proses menikah, yaitu dalam hal pelurusan niat menikah.  Hingga akhirnya saya menyadari, tidak ada kekhawatiran sedikitpun aapabila ternyata jodoh saya bukanlah dia yang sedang berproses dengan saya. Cukuplah saya menjalankan prosesnya sesuai dengan yang Allah suka, dan hasilnya biar Allah yang tentukan, suka-suka Allah saja. Tapi bukan berarti saya tidak serius menjalankannya. Saya hanya berpegang teguh bahwa apapun yang jadi ketentuan Allah, pastilah yang terbaik. Menikah kapanpun pada waktu terbaik-Nya, dengan siapapun pilihan terbaik-Nya. Alhamdulillah, ringan sekali rasanya menjalani kehidupan dimana segala sesuatu hal digantungkan harapannya hanya kepada Allah dan hanya untuk Allah. Sebuah anugerah yang tidak semua orang bisa miliki bila ia tidak yakin kepada-Nya. Terimakasih ya Rabb, I love You more WA dari temen thanks bro, sudah mau mengingatkan
Sumbernya masih nyari sampai sekarang :) Siapapun yang menulis tulisan ini semoga senantiasa mendapat ridho dan petunjuk-Nya. Memanen pahala dari setiap yang baca Terimakasih 
1K notes · View notes
gerungg · 6 years
Text
Lelaki Jangan Brengsek, Perempuan Jangan Bodoh (1)
Tumblr media
Lelaki sangat mengerti kesetiaan, lelaki tak mau dikhianati. Sekali dikhianati, ia tak segan mengusir atau meninggalkan pergi. Baginya pengkhianatan adalah cacat seumur hidup yang tak bisa sembuh. Maklum, akalnya dominan. Meski begitu, ada lelaki yang suka bermain dengan perasaan dan kesetiaan wanita. Tak suka dikhianati, tapi berkhianat kemana-mana. Lebih dominannya akal daripada perasaan membuat mereka lebih mudah melakukannya, meskipun tidak semua lelaki seburuk ini.
Sedangkan perempuan sangat kental perasaan, lebih lagi terhadap perhatian. Ia mengerti bahwa pengkhianatan itu sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan. Hanya saja perasaannya yang dominan dan kebutuhannya akan perhatian membuatnya menyerah, sekalipun kepada pengkhianat. Pintu maafnya terlalu lebar. Kesempatan kedua adalah hal yang rasanya tidak bisa ditolak untuk diberikan selagi perhatian mengalir deras.
Aku punya teman, dia perempuan. Didekati lelaki yang sudah berpasangan, dia tenang saja, dianggapnya teman. Diam-diam dia senang karena perhatian. Sesungguhnya dia pun tidak mengerti kenapa dan bagaimana, yang dia tahu hanya teman biasa. Aku tak habis pikir bagaimana dia bisa merasa biasa saja padahal bagiku jelas ada yang tak biasa. Bagaimana mungkin lelaki seperhatian itu pada seorang perempuan?
Dalam hitungan bulan semua jadi rumit. Jelas-jelas mereka sedekat hubungan cinta. Sama-sama mengaku cinta, sama-sama tak tahu harus bagaimana. Salah sendiri.
Kesetiaan si lelaki bercabang dua. Ini pengkhianatan, brengsek! Atau memang si lelaki yang sekampret itu, berkhianat tapi mengakunya cinta dan setia yang bercabang dua. Aduh, akalmu itu lebih dominan, mestilah dari awal kau sadar. Bohong bila kau terbawa perasaan yang tak mampu kau kendalikan. Kau sebenarnya sedang sangat menikmati permainan ini, kan?
Perasaan si perempuan luluh begitu saja. Pelan-pelan hatinya nyaman dan tertawan. Lelaki pengkhianat itu masih dianggap lelaki penuh perhatian yang pantas diberikan kesempatan. Ia mengerti ini salah, tapi…. nyaman. Ah bagaimanalah, akal sudah tak kuasa lagi menanggung rasa. Maaf, ini bodoh namanya! Bagaimana bisa berbagi banyak hal pada pengkhianat? Bagaimana bisa lelaki dapat dipercaya sedangkan pada saat yang sama dia sedang berkhianat di depan mata?
Bila kau tanyakan padaku harus bagaimana, maka jawabku sederhana saja: sudahi saja sesakit apapun rasanya. Sudahi saja tanpa bertele-tele, sudahi tanpa syarat apapun. Pergi dan jangan pernah beri kesempatan.
Para lelaki jangan sebrengsek itu. Bukan setia namanya bila diam-diam kau menawan banyak hati. Hati-hati memberi perhatian, sebab satu perhatian lelaki bisa menjadi banyak arti bagi perempuan. Bodoh bila perhatianmu yang tak biasa dan terus-menerus itu kau sebut hanya ingin jadi teman saja. Atau barangkali kau memang si brengsek yang senang bermain-main dengan perasaan wanita. Bila memang begitu, hati-hati saja hal serupa akan menimpa anak perempuanmu di masa depan.
Para perempuan hati-hati menerima harapan. Tidak semua harapan layak disimpan dan dibiarkan tumbuh. Bila tahu berurusan dengan pengkhianat, segera sudahi saja, bahkan sejak sebelum semuanya dimulai. Bagimu, tentu mencegah lebik baik daripada mengobati, kan?
Pasar Rebo, 2 Oktober 2016
Hujan reda, kamu tidak
@taufikaulia
1K notes · View notes
gerungg · 6 years
Text
Lelaki Jangan Brengsek, Perempuan Jangan Bodoh (2)
Tumblr media
Kasihan lelaki, selalu jadi kambing hitam perihal harapan dan pengkhianatan, padahal tidak selamanya demikian. Tidak semua lelaki itu brengsek. Ada lelaki yang tulus dan setia. Lelaki yang sebenarnya, bila memang cinta ia akan setia. Lelaki sejati setia pada janji, apalagi pada hati yang ia sudah tertambat padanya.
Sedangkan perempuan tidak selamanya menjadi korban perasaan lelaki hidung belang. Sudah kodratnya perempuan akan cenderung kepada perhatian, kemapanan, dan kenyamanan. Inilah pertimbangan bagi perempuan dalam memilih laki-laki. Ketika kadar perhatian, kemapanan, dan kenyamanan mulai jauh dari harapan, disini kesetiaan perempuan diuji.
Aku punya teman, mereka sepasang. Sudah lama menjalin hubungan. Aku mengenal mereka sebagai orang baik yang tidak macam-macam.
Waktu terus berjalan, orang-orang berubah. Aku dapat kabar mereka sudah berpisah. Berpisah karena orang ketiga. Aku tak habis pikir, setan apa yang merasuki temanku yang perempuan ini.
Di sudut yang lain temanku yang lelaki berakhir menyedihkan. Ditinggal pergi di saat-saat berat dalam hidupnya. Hubungan yang sudah dibina bertahun-tahun harus kandas karena orang ketiga. Barangkali ini resiko dari hubungan yang tidak diikat sah, sehingga faktor eksternal begitu mudah datang menyerang.
Si perempuan gusar dengan perkembangan hidup si lelaki yang tidak menyenangkan. Dia merasa ini sudah tidak seperti ekspektasi awalnya, lelaki mapan yang hangat dan penuh perhatian, selalu ada dan siap jadi pendengar yang baik, bisa diajak jalan kemana saja, dan sesekali memberi kejutan istimewa.
Si perempuan tentu mengerti setia itu bagaimana seharusnya. Dia orang baik. Pada saat yang sama datang lelaki rekan kerjanya mengulur perhatian, sebagai teman anggapnya. Ia buka pintu, ia butuh teman cerita. Toh tidak masalah kan, sekadar makan siang bersama dan berbalas pesan singkat yang memang seperlunya, dalih dalam hatinya.
Semuanya masih seperti biasa, namun lelaki tetaplah lelaki. Lelaki orang ketiga ini ingin lebih, dia datang dan terus datang sambil membawa perhatian yang lama-lama tak biasa. Siapa perempuan tidak senang diperlakukan istimewa. Mau menolak, tapi sungkan, nanti yang bersangkutan tersinggung. Mau menolak, tapi senang, ah cuma teman ini. Ditanggapi positif saja, mungkin orangnya memang sebaik ini. Begitu naifnya si perempuan.
Di tempat yang lain si lelaki temanku masih berjibaku dengan masalah dan kesulitannya. Dia sedang berjuang.
Yang sebenarnya terjadi adalah si perempuan kehilangan sosok lelaki yang selalu ada waktu untuknya. Dia lupa bahwa si lelaki ini sedang berjuang. Dia hanya fokus pada dirinya yang butuh perhatian. Dia lupa untuk bersabar dan menjadi pendukung terbaik bagi si lelaki yang sedang tersudut oleh kehidupan.
Perkara hati siapa yang tau. Perisai hati, mudah saja tembus oleh perhatian yang bertubi-tubi. Apalagi ini perempuan yang sangat halus perasaannya. Keadaan pun rumit seketika, si perempuan terjebak. Antara merasa utang budi atau mulai butuh. Antara memilih setia atau berkhianat. Salah sendiri buka pintu sembarangan.
Bukan perkara mudah, namun tidak lama si perempuan sudah nyaman bersama lelaki orang ketiga. Sudah sama-sama saling mengerti isi hati. Tapi bagaimanalah, si perempuan masih ingin setia pada lelaki temanku itu. Yang begini, sudah bukan setia namanya bila kau buka pintu dan biarkan orang lain masuk.
Aku tak tahu, apakah si perempuan memilih pergi bersama lelaki orang ketiga itu atau tidak pada akhirnya. Tapi bagi temanku si lelaki, pun bagi kami para lelaki, tidak ada kesempatan kedua bila masalahnya adalah pengkhianatan. Sedikit atau banyak pengkhianatan itu, telah membakar habis semua memori dan kepercayaan.
Para lelaki yang sedang jatuh, jangan biarkan dirimu terpuruk. Selalu ada harapan untuk bangkit. Ingat, hidup bukan cuma hari ini. Seterpuruk apapun, selalu ada masa depan yang layak diperjuangkan sebaik-baiknya. Dengan atau tanpa dukungan siapapun, nikmati saja prosesnya. Percayalah, badai pasti berlalu.
Para lelaki jangan sebrengsek itu. Menjadi orang ketiga adalah perbuatan paling hina di muka bumi. Tidak perlu berpura-pura jadi orang baik yang datang dengan segunung kepedulian. Orang baik pasti mengerti batas. Bila tidak, brengsek namanya.
Para perempuan jangan sebodoh itu. Kau gadaikan kesetiaan hanya karena kesepian dan butuh perhatian. Bodohnya, kamu tidak mengerti sedang masuk ke dalam perangkap perasaan. Bila ujungnya adalah pengkhianatan, lama-lama si bodoh ini pun jadi brengsek pula. 
Dear para perempuan, ada kalanya kesepian dan ego untuk selalu mendapat perhatian harus dikalahkan. Mengertilah tentang seorang lelaki yang sedang jatuh. Sejatuh apapun, lelaki tetaplah seorang pejuang. Ketika jatuh bukan berarti ia memilih untuk terus terpuruk. Sebenarnya ia sedang belajar untuk bangkit dan menjadi lebih kuat lagi di masa depan. Ia membutuhkanmu lebih dari sebagai penyejuk dan pendukung paling hebat di saat-saat kritisnya. Datanglah menjadi alasannya untuk bangkit dan berjuang berkali lipat. Bila yang datang darimu itu berupa celaan atau cemooh keragu-raguan, maka tidak perlu seorang kamu bukan?
Pasar Rebo, 7 Oktober 2016 Hujan reda, kamu tidak @taufikaulia
970 notes · View notes
gerungg · 6 years
Photo
Tumblr media
Just Someone Who Immortally Mellow,Silly And Over Romantic ....
2 notes · View notes
gerungg · 6 years
Text
Fwudwfytdffhhhhffrrrryytrrr
1 note · View note
gerungg · 7 years
Text
Mungkin.
Mungkin bukan aku
Mungkin juga bukan kamu
Kita tau ini mungkin saja benar
Kita juga tau mungkin ini bisa saja salah
Tapi apa kita mengerti apa itu "kita" ?
Tapi apa (mungkin) "kita" mengerti cara untuk menjadi "kita" ?
Apa Aku, Kamu dan (mungkin) "kita" itu bukan siapa-siapa?
Aku masih bingun dan (mungkin) tak tau.
Apa (mungkin) kamu tau jawabnya barangkali. .
1 note · View note
gerungg · 7 years
Quote
Singkat kata, aku mencintaimu di keadaan yang tak semestinya. Tak kau hiraukan, tak kau anggap, dan tak kau balas.
(via mbeeer)
Lebih dari sekedar di abaikan
1K notes · View notes
gerungg · 7 years
Quote
Kurasa mengalah tidak ada salahnya jika itu bisa membuatmu tetap tinggal. Terlebih, mengalah untuk hatimu adalah kemenanganku.
(via mbeeer)
1K notes · View notes