Tumgik
ghostdzilla · 3 years
Text
Sampah
Adalah sebuah keresahan bak gulma di teras rumah sunyimu yang seketika menjelma rindangan kelam lagi suram. Memang terkesan klasik tapi 2020 merupakan seorang bajingan ulung itu benar adanya. Ketakutan yang tak begitu dalam namun tetap terasa. Ketakutan untuk tak berasa. Untuk tak bisa lagi mendengar cerita dari berbagai bunyi. Untuk tak sanggup lagi menyetarakan pesan emosi. Untuk tak mampu lagi mengkhotbahkan alunan. Apakah mimpi hanya sekedar mimpi? Kala kerabat sigap melesat sementara diri ini seolah tercekat.
Memang bodoh sekali rasanya saat rilisan rilisan apik itu akhirnya menjadi sia sia (bagi diri sendiri tentunya). Mulai dari Nadin hingga Bapak, semua terlewati. Ilham yang diturunkan akhirnya hanya dapat disesali. Emosinya tentu tak akan sama lagi. Lantas apa guna ku saat melakukan ini tepat di saat ini? Mengisi tanpa berisi.
Lalu pula romansa kelas teri. Satu dua tiga dan selanjutnya silih berganti hanya untuk memanipulasi hati. Sudah tau mati masih saja diberi. Bodoh? Tidak. Egois? Mungkin. Jahat? Persetan. Bukankah semua hal di dunia ini sejatinya adalah tentang diri sendiri?
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Quote
Star Wars, Wes Anderson, Mastodon, logical fallacy jokes, intimate small gigs, being a snob. Voila! The golden ticket is yours!
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Quote
Siapa rupanya menjadi seburuk buruknya diksi. Memori hanya bermuara tanya. Tiada raga dan jiwa untuk melabuh. Aku telah mati.
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Text
Umpamanya Sebuah Gaya
Oke anggep aja ini tentang fashun. Dalam kamus pribadi, pilihannya cuma dua. Antara kaos band atau kemeja dengan motif yang aneh aneh. Sebagai seorang penikmat sekaligus snob, memakai kaos band adalah sebuah kode etik tak tertulis. Memamerkan apa yang menjadi kesukaan adalah kebahagiaan. Menggunakan kaos band yang tak didengar adalah sebuah pantangan. Tak ada bedanya dengan pemuda pemudi sok gaul dengan kaos bootleg di badan. Kaya pada denger Metallica sama Iron Maiden aja.
Jaman jaman kuliah tuh bener bener tiap hari kaos gue kaos band. Bahkan kalo gak ada kegiatan yang Cuma laptopan di kos gue tetep make kaos band. Kalo dipikir pikir sih sayang juga. Kaos bandnya jadi gampang belel. Tapi gapapa lah namanya juga suka. Gue make karena emang beneran seneng. Apa lagi anak kuliahan yang duitnya gak seberapa. Make kaos band luar yg harganya lumanyun itu lumayan bikin congkak. Intinya, citra gue di mata orang orang mah make kaos band mulu. Gak band juga sih, bisa musisi solo atau yang lain. Dan kaos musik musikan ini kebanyakan warna hitam atau gak warna gelap. Jadi tiap hari yaaa gue make kaos warna hitam.
Pernah suatu ketika gue baru sampe Bandung dari Bekasi, langsung nongski di Kedai Cas. Karena emang anak anak biasa nongski di sana. Jaman skripsian kalo pusing juga suka ke sana. Ke sana mulu deng wkwk. Sekalian bantuin Firman closingan. Man apa kabar lo???? Oke balik ke cerita. Baru sampai Kedai Cas gue langsung dapet sambutan yang amat sangat hangat,
“Dih apaan sih lo make sweater biru?” “Anjir ya sumpah gak cocok banget” “Kau ni apa pula, Wak?”
Si anjinggg gue dikomenin gara gara make sweater doang. Emang itu sweater gue ambil asal aja dari rumah biar di travel gak kedinginan. Padahal itu sweater kalo dilepas juga dalemnya kaos band jugak hhhh.
Terus ada cerita lain lagi nih. Gue kan udah bilang tuh suka kemeja yang motifnya aneh aneh. Sebagai mantan mahasiswa di Bandung, gak mungkin banget gak pernah ngetrhift di Gedebage. Pas maba gue pernah ngetrhift dapet kemeja polos merah marun sabi. Tapi selain itu gue juga dapet kemeja motif indian indian gitu terus ukurannya gede. Gue mikir “anjir keren tapi kegedean. Buat bokap kali ye” akhirnya gue beli tuh. Tapi sampe sekarang gapernah dipake bokap wkwkwk. Padahal bahannya flannel anjir. Keren lah pokoknya. Emang gak edgy aja doi, dikasih kemeja sabi padahal.
Di kegiatan thrifting lainnya, gue kembali mendapatkan kemeja lucuk. Warna ijo ijo laut gitu deh. Terus motifnya gambar ikan, bintang laut, batu karang, kerenlah pokoknya. Unik. Suka gue. Selama kuliah juga sering dipake. Suatu ketika, itu kemaja gue bawa ke rumah. Kayanya pas liburan semester. Terus gue cuci dan gue jemur. Pas pagi pagi, gue ketemu bokap di ruang cuci. Doi lagi mau jemur jemurin baju yang dia cuci. Sambil berkegiatan, doi liat kemeja gue dan nanya,
“itu kemeja kamu, Mas?”
Tentu gue jawab “iya”. Dan lo tau apa yang bokap bilang? Doi langsung bales gini,
“Kaya kemeja murahan”
Anjing sebel bener dengernya. Ya emang murah sih tapi kan tapi kan tapi kannn. Ah yaudahlah. Semenjak itu gue jadi jarang make kemeja itu lagi. Bukan kemakan omongan doi juga sih. Tapi gatau kenapa jadi jarang aja. Pan kapan pake lagi kali ye.
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Text
DARAH YANG LAIN
Otak lebih pinter.
Lebih kalem.
Saving money skillnya lumayan sabi.
Sedang memasuki fase snob. Entah akan selalu menjadi snob atau hanya sebatas fase.
Teledornya minta ampun.
Awareness minus.
Tapi yaudahlah ya.
Lagi ngejar cita cita jadi psikolog. Itu juga kalo diizinin ibuk karena ibuk mau anaknya ada yang jadi dokter. Sedangkan aku? Mau jadi Tuhan.
Sekian.
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Text
RANCU, HANYA JUMPA YANG BISA MENJELASKANNYA.
Terlalu abai dan tak bijak rasanya membicarakan siapa kawan terbaik. Dari yang terbaik memang ada yang lebih baik lagi. Tapi aku tak akan membahas ini. Seolah ikatan antar kawan hanya menjadi objek perlombaan. Kalian yang tersebut dalam ucapan terima kasih di lembar suci skripsiku pasti tau maksudku.
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Text
Sesesenyummmmmm
Sebagai seorang yang lumayan gampang moody, gue terbilang cukup mudah untung bahagia. Tapi sejatinya bahagia bahagia minor itu memang mudah didapatkan. Seperti hari ini.
Paketku sudah datang dari Yogya. Isinya dua album Mastodon dan satu album Down. Langsung gue buka, naik ke atas, masuk kamar, puter di laptop dan liatin artworknya sembari baca baca lirik dan informasi yang tertera di album. Remission menjadi santapan pertama. Alih alih bercumbu dengan Remission, gue ngebuka Album Leviathan dari Mastodon dan Album Nola dari Down. Fvkk!  Paul Romano memang sebaik baiknya illustrator buat Mastodon. Selalu memanjakan mata. Buagosss!. Pada saat itu gue udah gak sabar mau nyetel Leviathan sambil liat liatin artworknya.
Mendengarkan sebuah lagu dengan cara konservatif lagi primitif adalah salah satu cara terbaik. Siapkan pemutar perangkat, setel, duduk manis, dengarkan sambil melihat keseuluruhan bagian album. Dan BOOMMM!!! SELAMAT DATANG DI DIMENSI YANG LAIN. Jujur udah lama juga gue gak kaya gini. Denger musik dengan cara seperti ini.
***
Lalu kebahagiaan kedua terjadi barusan saat gue beres beres dapur. Ngelap ngelap kompor, Nyuciin piring piring kotor, ngelap semua bagian, sampai menata piring yang masih menyisakan lauk malam ini. Semua dilakukan sambil mendengarkan lagu. Oh iya, mendengarkan lagu sambil beres beres juga merupakan salah satu panduan yang baik. Ada rasa riang yang tercipta. Sudah lebih dari cukup untuk memulihkan moodmu yang berantakan itu.
Bila hal hal kecil bisa merusak kebahagiaan, maka hal hal kecil lainnya seharusnya bisa menciptakan kebahagiaan. Hidup ini seputar keseimbangan bukan? Bahagia tak melulu besar, tak melulu megah, tak melulu meriah. Mungkin dia ada di celah celah. Mungkin ia sedang terduduk sambil tersenyum. Menunggumu untuk menjemputnya.
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Text
Roh
Menulis di akhir akhir waktu memang kebiasaan yang amat buruk. Membuatku seolah tak bertindak sepenuh hati pada apa yang aku cintai. Saat ini pukul sebelas malam lewat empat puluh satu menit. Bangsat memang.
Baiklah, akan kuceritakan saja bagaimana musik bekerja ketika aku masih sekolah menengah dulu.
Masa masa SMP dan SMA ku habiskan di sekolah berbasis asrama dan agama alias pesantren. Pesantrenku saat SMP menganut aliran ahlus-sunnah wal jamaah. Iya, yang celananya cingkrang cingkrang, jenggot panjang panjang, jilbab lebar dan bercadar, dan berbagai ciri khas yang melekat lainnya. Mengaku modern tapi konservatifnya minta ampun. Di pesantren ini musik adalah hal yang haram. Aku setuju. Musik memang haram, kalau jelek. Kalau bagus ya halal halal saja. 
Satu satunya kesempatanku mendengarkan musik adalah ketika dijenguk lalu izin keluar untuk ke warnet. Di sana bisa kuhabiskan waktu untuk bercumbu dengan musik. Saat kembali ke pesantren aku tak memiliki gawai apapun untuk mendengarkan musik. Tapi bukan berarti aku tak dapat mendengar alunan alunan suci itu. Saking tingginya hasrat mendengarkan musik. Aku bisa mendengar musik hanya dengan terduduk diam dan memejamkan mata. Aku seperti memasuki pemutar musik versiku sendiri. Tinggal kupilih lagu yang ingin kumainkan. maka bebunyian bebunyian itu terdengar di kepala. Mulai dari intro, pertengahan lagu, outro, lirik, ketukan ketukan aneh, riff riff jahanam, dan semua elemen musik lainnya terputar secara rapih dan runtut. Tidak terpotong potong. Tidak kelebihan atau kekurangan durasi. Semua sempurna.
Musik adalah roh yang amat suci. Ketika kau menjual jiwamu kepadanya, sungguh ia akan mendatangimu ketika kau benar benar butuh. Dan aku selalu butuh hadirnya roh roh itu.
Saat ini pukul sebelas malam lewat lima puluh lima menit. Ingin rasanya ku ceritakan pengalaman menakjubkan lainnya tentang musik. Tapi durasi tidak memungkinkan. Bertaruh dengan waktu memang selalu menyenangkan, walau terkadang juga terasa menjengkelkan. Harusnya bisa kutulis sedikit lagi cerita tentang musik. Tapi aku lebih memilih untuk mengeluh. Lalu pada akhirnya, tulisan ini akan sama seperti yang lainnya. Tak bernyawa dan nirmakna. Payah.
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Text
WASPADA! KENAIFAN ABADI!
Ya ya ya, menjadi sendiri memang menyenangkan hingga kau berada di titik paling sunyi. Di lorong paling sepi. Saat semua kawan tak ada yang bisa dihubungi. Saat Netflix dan Youtube terasa membosankan. Saat Spotify mulai memainkan senyap. Saat itu pula kau merasa butuh seseorang.
Memang peluang drama sering kali muncul. Patah hati, putus asa, tak ingin memulai lagi dari awal, dan pelbagai “efek samping” lainnya seolah mendoktrin kita untuk tidak memulai hubungan kembali. Suatu siklus yang kerap terjadi hingga kita kembali pada lingkaran kesepian.
Kawanku pernah berkata “lebih baik galau dari pada hampa”. Memang fluktuatif hati itu perlu adanya. Menjadi sendiri dan bahagia itu hanya mantra pemanis saja. Buka hati, mata, jiwa, dan kembali pada realita.
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Text
Lapisan Diri, Tentang Para Penebar Benih.
Aku tak banyak menyabdakan ini pada banyak lawan niskala. Asa adalah antonim niscaya semarak. Sudah terlalu gelap. Atau mungkin setitik terang menyeruak? Terima kasih titik, kanjeng sudah menyalakan terang itu. Hingga sukma dan raga masih berselaras di sini. Bahkan bisa bersinggungan dengan buah kemajuan saat ini. Di detik ini.
Acuhilah, dari jamak jamak parak hanya serupa bilangan jemari yang menjadi sanad. Bila luluh lantak sekat olehmu, selamat! ku ucapkan ucapan reka jabat tangan untukmu.
Jelilah. Telaahlah. Masih ada di bawah. Aku tak pernah berdamai dengan pemegang tahta phallus. Aku lebih cerdas dari Sigmund saat ini. Oedipus complexnya terlalu binal dan dangkal.
Sesekali aku bersimpati. Tapi tak ku biarkan diriku berempati. hal hal seperti ini ku beri enggan untuk kembali. Karena tiap kali ku mainkan hati, ia kembali tersakiti.
Sudah terlalu banyak liku. Sudah terlalu redup di tiap simpang. Sudah terlalu penat tempat tempat. Sudah terlalu kecil untuk peduli. Dan aku sudah terlalu lelah menjadi dalang. Mungkin ini berujung tak berinti. Tapi dengan berlakon Tuhan, akan ku firmankan
 “Nikah tuh kalo udah siap semua muanya, bukan karena pemenuhan ego dan perasaan semata. Hhhhh. Dah, dadah!”
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Text
Mau Kemana?
Ya Japun lah gila kali. Orang orangnya beyond semua. Apa sih yang gak fantastis dari Jepang? Sebagai negara maju yang tradisinya disukai banyak orang di dunia aja udah keren banget. Apa lagi kalo ngeliat subkultur di dalamnya.
Misi budaya Jepang itu berhasil. Murni. Otentik. Indah. Gak kaya Ameriki yang dibuat buat banget. Walaupun hegemoni Paman Sam kerasa banget sih.
Seperti yang kita tau, di Jepang anime dan manga itu udah jadi budaya. Industrinya ketat. Keren gaksiiiii. Kalo di mari mah boro boro. Ada sih pasar sama celahnya, cuma kan tetep aja. Udah gitu cerita anime sama manga ini keren keren. Menembus sisi sisi manusia yang barang kali enggan kita jamah atau mungkin sama sekali gak terjamah sama kita. Makanya pas nonton suka mind blowing. Kebayang gaksi lo tinggal di sana terus ikut ngerasain euforia nunggu chapter paling barunya One Piece atau manga lainnya.
Terus kalo ngomongin musik, musisi musisi Jepang mah ngaco ngaco. Mulai dari band post rock yang dark banget kaya Mono, band yang semua lagunya gak pernah jelek kaya Tokyo Incidents, sampai band noise rock begajulan yang tersesat jauh dari berbagai pakem permusikan semua ada di Jepang.
Mafia di sana juga teran terangan ada. Gerakannya emang bawah tanah tapi udah jadi rahasia umum. Dan emang jadi penyeimbang ekosistem di Japun. Jadi selama lo gak tergabung sama Yakuza ya aman aman aja.
Gue pribadi suka sama mental dan tabiat orang Jepang yang jauh sama orang Indonesia. Manusia berjalan sebagaimana mestinya. Gak ada nerobos nerobos lampu merah. Gak ada telat. Pada tau diri sama orang lain. Tau mana hal tabu sama gak tabu. Kayanya gue akan seneng kalo tinggal di sana. Belom lagi bahas makanannya haduhhhh sabi banget. Makan sushi yang emang beneran di bar yang menunya suka suka kokinya. Selanjutnya, udah pasti gue akan main Pokemon Go sama wibu wibu setempat sih. Jujur gue gak tau pada gimana tampilannya. Kalo di Indo kan wibu banget.
Terakhir, apa yang gue sampaikan di atas cuma berdasarkan pikiran gue pribadi sebagai orang yang belom pernah ke Japun tapi pengen ke sana. Thanks to tehnolokhy masa kini yang melahirkan arus informasi super cepat. Semoga gue, lo, kita semua bisa ke Japun ya!
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Text
Bobby Haribudi
Sekitar 20 tahun lalu gue adalah seorang siswa bandel yang jadi masalah bagi guru guru. Sebagaimana kisah kisah di sekolah pada umumnya, bila ada siswa bandel berarti ada siswa penurut dan jadi favorit guru guru. Namanya Bobby. Udah belajar beladiri, kalem, dan bisa baca. Sedangkan gue kebalikannya. Tapi gue bisa baca kok.
Gue sering berantem sama Bobby. Gue nganggep dia anak manja yang cuma jadi secara beruntung disukai guru guru. Gue gak cemburu. Buat apa juga. Toh gue lebih seneng jadi public enemy pada saat itu. Dasar anak TK kurang ajar. Heu.
Suatu ketika gue sama Bobby berantem. Karena dia yang disenengin guru, udah pasti dia yang dibela. Klasik, batin gue saat itu. Tapi gue gak mau diem gitu aja. Harus dibales nih kapan kapan. Pucuk dicinta ulam tiba. Pas jam istirahat, gue liat Bobby lagi duduk di ban yang tertanam sebagian. Tau gak sih loh ban yang setengahnya ketanem di tanah. Yang suka ada di sekolah TK. Nah itu deh pokoknya.
Gue samper lah Si Bobby yang lagi duduk adem ayem.
Sambil menjulurkan tangan gue berujar, “Bob gue minta maaf”. Ketika Bobby menyambut tangan gue, gue pegang erat tangannya terus gue tarik sekenceng mungkin ke bawah. Bener. Bobby jatoh. Gue ketawa. Sekali lagi. Dasar anak TK kurang ajar :(
Dengan posisi yang masih ketawa, Bobby nangis sambil lari nyari guru. Doi ngadu. Bobby beserta beberapa guru menuju TKP. Gue diceramahin dikit. Terus Bobby digandeng buat dipisahin dari gue. Pas ngelewatin gue, kepala gue digeplak sama Bobby. Gue malah makin ketawa kenceng. Sorry ni wkwk :(
Untuk sekarang kayanya sampe sini dulu karena masih ada kisah kisah lain antara gue sama Bobby. Ciaow!
0 notes
ghostdzilla · 4 years
Text
Mukoddimah
Dan seperti perilaku yang selalu berlalu. Mencaci mereka yang terlalu pop adalah sebuah ritual tanpa adat. Entah apa tujuan dan acuannya tapi selalu dilakukan. Sering kali popies melahirkan poser poser bajingan dengan beribu sabda beralas bias. Pesta omong kosong. Parade tepuk dada nirmakna. Lalu beberapa membela atas nama hak manusia. Cih!
Maka berjumpa kita pada topik yang baru. Kiat kiat menggengam api. Nabi Muhammad bilang, 
“di zaman kalian nanti memegang agama sama dengan memegang bara api”. 
Apakah aku perlu meminta maaf pada Muhammad bila yang ku pegang adalah bara yang lain? Bara apiku sendiri. Yang ku bawa sejak lahir. Yang kian membesar tiap kali dipadamkan. Yang kian membara tiap kali disenyapkan. Yang membawaku untuk sampai di koma ini. Ya koma. Semua tak kan berhenti. Api ku akan membawa ku pada tahta yang lebih tinggi.
Apa bila ternyata serupa bualan, ketahuilah aku berkawan bersama juang. Hidup di tengah norma ketimuran dan adat jawa. Belum lagi konservatif dan racun pikirnya. Hanya menjadi diri sendiri terkadang dipandang menjadi kriminal. Tapi tak apa, apa guna menjadi dewasa bila tak bersikap bodoamat pada hal yang tak perlu.
Satu hal yang aku tau, tiap orang punya berhalanya masing masing. Kala Tuhan yang benar benar dipercaya tergantikan tahtanya pada hal hal dunia. Hidup ini adalah tentang menjilat. Bahkan ibadah pun adalah kegiatan menjilat Tuhan. Bukankah Tuhan sendiri yang bilang bahwa ia tak butuh ibadah kita. Kita lah yang butuh atas ibadah yang kita lakukan. Maka jilatlah Tuhan, ibadah setekun dan seikhlas mungkin agar mendapat kasih dan sayangNya.
Aku pun kembali ke dimensi saat ini. Setelah beberapa kali menyiasati waktu untuk menyelami pikiran sendiri. Jemari mulai mengambil alih. Mencaci kinerja otak yang tak tahu harus mengetik apa lagi. Tapi yang ku tau pasti, kau bisa mampir ke sini selama 29 hari lagi.
0 notes
ghostdzilla · 5 years
Text
Akhiri atau Peti, Bacotanmu adalah Tiket Mati
Saat mimpi terbakar caci maki.
Kawan lama muncul kembali.
Sebuah ganduh tikai hati.
Tindak lanjut atau terhenti. Kala harap memantra benci.
Sukma taktis telaah ilahi.
Kiat cekat siapkan manipulasi.
Semua telah terjadi, momok itu tak lagi bersembunyi. Tiba asa berorasi sepi.
Porak poranda segala harmoni.
Geram terampil lepas kendali.
Mari kembali berserah diri pada emosi.
-Ghostdzilla, Bandung 2019-
0 notes
ghostdzilla · 5 years
Text
FUCK THAT, DAD!
Jumat malam kemarin menjadi begitu kelam. Sabtu besoknya keluarga besar bakal dateng ke Bandung karena ada nikahan anak dari sepupu jauh bokap. Males sebenernya. Males banget. Karena nanti pasti bakal ditanyain seputar skripsi gue yang gak beres beres. Berlanjut ke pertanyaan “emang bahas apa sih?”
Setelah gue bilang dan jelasin seputar konsep diri, maka respon selanjutnya dari mereka kalo gak “oh yaudah” yaaaa ngerendahin tema gue. Jurusan yang gue ambil di mata keluarga besar pun kayanya merupakan jurusan yang aneh. Padahal jurusan komunikasi gak aneh kan ya? Alah capek gue ikutin EYD. Setelah ini gue gak peduli terhadap tata baku EYD beserta cara tulisnya. Bodoamat.
***___***___***
Singkat cerita, setelah dari nikahan,  keluarga gue kumpul di suatu restoran yang terletak searah sama tol pasteur untuk makan bareng. Kita make meja yang memanjang, bukan yang kotak gede gitu. Sebelah kanan gue adalah tante jauh yang merupakan sepupu bokap, sebelah kiri gue bokap. Depan gue adalah om bokap gue. Serong kanan depan juga omnya bokap. Betul sekali, yang menjadi tokoh utama bukan mereka.
Tapi suaminya sepupu bokap yang berada serong kiri gue (depan depanan sama bokap). Om jauh gue ini nyapa dan nanya tentang skripsi. Gue jelasinlah tentang konsep diri. Di luar dugaan, doi antusias banget. Kurleb gini lah percakapannya.
Om: konsep diri tuh gimana dam?
Gue: kasarannya, bagaimana seseorang melihat dirinya sendiiri om.
Om: self branding ya? (di sini gue cukup kaget, karena om jauh gue yang profesinya adalah dokter tulang tau tentang self branding)
Gue: oh bukan om, selfbranding kan lebih ke selebgram, rockstar, dll yang berguna buat menimbulkan citra dirinya yang nanti jadi bahan buat memasarkan diri mereka lagi.
Om: kamu gak tertarik bahas komunikasi politik? Judul kamu apa sih?
Gue: enggak om, tapi itu sabi banget sih kan lagi pemilu juga, jadi pasti pas kalo bahas komunikasi politik. Judul aku “Konsep Diri Anggota Komunitas Penahitam Bandung”. Dia komunitas gambar gitu om.
Om; oh suka gambar kamu? Digital apa handdrawing? (kaget part dua)
Gue: dulu handdrawing om, skillnya juga standar udah gak pernah gambar lagi, sekarang mah mau nyoba nyoba digital.
Om: tapi basicnya tetep dari hand drawing kan? Eh kamu anak komunikasi kan? Ngikutin youtube dong? Vlogger gitu kamu ngikutin ga?
Gue: gak terlalu om, tapi ada beberapa yang diikutin sih.
Om: tau mael lee gak? yang preman terkuat di bumi yang mantan sopirnya Dicky Chandra (oke ini gue baru tau kalo doi mantan supirnya Dicky Chandra, mantep juga nih om gue)
Gue: ohh tau tau om
Om: itu dia bagus loh, dia punya konten dan ketika aku melihat vlog dia, aku terhibur.
Gue: emang om, konten sih yang penting. Maksudnya disamping editing dll, konten kan yang naikin nilai orisinalitas. Dan godok ide kontennya juga perjuangan.
Om: ya itu! Bener bener! *tiba tiba om ngadepin badan ke bokap gue*
Om: mas itu dia aja ads dari instagram bisa ratusn juta perbulannya
Bokap gue kaya yang iya iya kaku gak ngerti, tentu gue seneng liatnya.
***___***___***
Obrolan gue berlanjut ke dunia advertising dan ke copywriting. Terus tiba tiba adeknya kakek gue nyeletuk “mau gondrong lagi kamu dam?” tapi nadanya tuh yang bercanda asik gitu, bukan ngerendahin. Gue bilang aja “namanya juga manager band haha”. Langsung sekeluarga pada ketawa dan om gue antusias. Walaupun belom manager manager amat sih tapi namanya mimpi kan harus dikejar ya gaksi? Btw denger astrodoom di spotify ya! Bentar lagi mau rilis single lagi. 
Om gue jadi nanyain seputar band bandan dan musik, tentunya sambil bahas tentang dunia industri kreatif. Sedangkan bokap di sebelah kaya yang planga plongo doang. Di situ lah pertama kali gue bilang ke keluarga besar kalo gue seneng musik musikan, tertarik sama copywriting, pernah nulis nulis script juga buat salah satu acara tv. Di situ pula bokap gua kaget.
Bokap cuma diem gak bisa ngikutin obrolan sama kaget. Mampus! Gue seneng setengah mati. Lo pada mau beranggapan gue anak gak sopan, kurang ajar, dll ya bodoamat. Lo gak tau cerita dibalik itu kenapa gue bisa sebenci itu sama bokap. Untuk sahabat sahabat dekat gue, you know who you are!.
Setelah gue inget inget ternyata om gue sekitar 2,5 – 3 tahun lalu pernah nanya gue mau ambil magang dimana. Gue bilang pengennya di rollingstone, walaupun ternyata cuma jadi mimpi. Tapi dari obrolan itu gue keinget bahwa ternyata om jauh gue ini juga suka dengan hal hal yang ada di seni dan industri kreatif. Gue gak sok sokan nyeni sih btw, cuma seneng aja nemu orang yang bisa diajak ngomong ginian di keluarga besar dan itu dari orang yang gak gue duga. Secara gue sama om gue ini ketemu jarang banget dan interaksi juga alakadar.
Inti dari tulisan ini adalah gue seneng karena bisa ngobrolin hal hal yang ada di industri kreatif di depan keluarga besar. Tapi yang paling penting adalah gue bisa bikin bokap gue diem tanpa bisa menimpali pembicaraan. It’s been 23 years dad dan lo bener bener gak tau gimana anak lo. Fuck that, Dad!
-Ghostdzilla, Bandung 2019-
0 notes
ghostdzilla · 6 years
Text
PENOLAKAN
Matahari menolak terbenam.
Mencaci maki para serdadu temaram.
Kelelawar masih membacakan mantra mantra kelam.
Berharap hari berganti malam.
Tapi mentari tak tinggal diam.
Dalam gua gua tempat kelelawar bersemayam,
Matahari menghunus teriknya dengan kejam.
Seketika kelelawar binasa tanpa terpejam.
Mentari tak peduli bisikan alam.
Ia tak ingin hari menjadi padam.
Tentu karena ia sedang menikmati hasil karya anak adam.
Suatu cemilan berbungkus beruang gemay bernama nyam nyam.
-Ghostdzilla, Bandung 2018-
0 notes
ghostdzilla · 6 years
Text
WIII APANI APANI?
Dalam sujud palsuku
di malam hari demi
suksesnya usaha dalam
menjilat tuhan,
panggilan revisi sialan
terus menemani manisnya
lamunan fana siang hari.
ALLAHUAKBAR!!!
IPK ku tak kunjung
naik!!!
Bunuh diri memang
bukan solusi.
Tapi setidaknya, aku
bisa menjadi biri-biri
yang penuh nutrisi.
Menjadi santapan hangat
Adam dan Hawa setelah
berbagi birahi.
-Ghostdzilla, Bandung 2017-
2 notes · View notes