Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
a dream tragically cut short
Terkadang hidup memang tidak berjalan sesuai dengan rencana. Seperti hidupku. Sejak kecil, musik telah menjadi bagian tak terpisahkan dariku. Aku selalu bermimpi menjadi penyanyi terkenal, menginspirasi orang-orang melalui musikku dan berbagi cerita melalui lagu-lagu yang aku buat. Aku kira, karena orang tua yang tidak terlalu mengurusi hidupku, mereka tidak akan melarang untuk menggapai mimpiku yang satu ini. Tapi salah. Ternyata, mereka melarangku mati-matian. Bahkan, itu satu-satunya permintaan yang mereka utarakan selama aku hidup. JANGAN. JADI . MUSISI.
Aku tidak langsung menyerah, tentu saja. Selama beberapa bulan, suasana rumah sempat tegang karena aku yang masih ngotot ingin jadi penyanyi. Aku berusaha meyakinkan mereka tetapi nihil hasilnya. Memenangkan perlombaan bernyanyi saja tidak membuat mereka terenyuh. Mereka tetap pada pendirian mereka soal melihat musisi adalah pilihan pekerjaan yang terlalu gambling.
Pada titik itu, aku mulai merasa putus asa. Pikirku, mungkin, suatu hari nanti, aku bisa kembali mengejar impian terpendam ini. Tapi untuk sekarang, sepertinya aku harus menerima kenyataan dan mencoba mencari kebahagiaan dalam hal lain.
Aku masih mencintai musik, dan inilah alasan kenapa aku mendalami k-pop. At least, mereka tidak melarangku menjadi seorang penggemar, kan?
That's more than enough.
0 notes
Text
who is Issa?
Lahir di Semarang, 24 tahun yang lalu. Kini sedang merantau bersama adik kecilnya, Arneill Oesman ke Jakarta. Kesibukannya selain mencari pekerjaan yang sesuai dengan skill dan passionnya adalah menjadi seorang kpopers dan otaku.
Ia adalah seorang lulusan Ilmu Komunikasi yang sedikit banyak bisa menggunakan aplikasi edit. Ia sekarang menikmati hidupnya di sebuah kosan sederhananya sambil menjadi pekerja lepas. Tidak mau bergantung pada orang tuanya lagi, ia pun mencoba berbagai pekerjaan. Dari model, akting, hingga reseller merchandise unofficial kpop dan anime dan affiliate e-commerce yang sering membanjiri kolom komentar warga twitter.
Saat ini tujuannya adalah menonton konser grup favoritenya (ralat, favorite orang yang disukainya) di korea. Menabung merupakan hal terberat yang sedang ia lakukan. Menutup mata ketika melihat printilan bias dan karakter favoritnya bukanlah hal yang mudah. Tapi, demi berangkat ke korea bersama Rayasa, dia berjanji pada diri sendiri untuk tetap konsisten menabung dan menjauhkan sisi konsumerismenya beberapa waktu ke depan.
"Aku janji, kalau nanti berhasil nonton DAY6 bareng kak Yasa di korea, aku bakalan confess di venue konsernya pas lagu I like you dimainin."
0 notes
Text
Issa, 2024.
Merantau ke Jakarta adalah keputusan yang sulit bagiku. Dari lahir hingga meraih gelar sarjana, aku tidak pernah jauh dari rumah. Kepergianku justru menyadarkan betapa beruntungnya aku dengan segala kecukupan yang aku miliki. Meski orang tuaku sering absen, segala kebutuhanku selalu terpenuhi.
Namun, di balik segala kemudahan materi, ada kekosongan yang merayap dalam hidupku. Seperti berjalan di tempat, hari-hariku terasa monoton dan aku merasa tidak berkembang. Aku mulai bertanya, apakah kemudahan dan kenyamanan ini bisa membawaku pada kebahagiaan?
Akhirnya, mengikuti jejak teman-teman dan orang yang kusukai, aku memutuskan merantau ke Jakarta. Kota penuh hiruk-pikuk dan kesempatan, namun juga tantangan.
Tapi, sesampainya di Jakarta, kenyataan tidak seindah bayangan. Hampir tiga tahun di sini, aku masih luntang-lantung mencari pekerjaan tetap. Setiap hari aku bangun dengan harapan baru, melamar pekerjaan di berbagai perusahaan, menghadiri wawancara yang penuh tekanan, namun selalu berakhir dengan penolakan. Aku mulai meragukan diriku sendiri. Apakah aku benar-benar bisa bersaing di kota besar ini? Apakah keputusanku untuk merantau adalah keputusan yang tepat?
0 notes