Tumgik
gilangahs · 4 years
Text
Dalam Kota
Dalam kota yang melewati lembah, menyusuri tebing dan menerjang angin, aku terpukau.
Dalam kota yang dinginnya menusuk tulang, teriknya membakar kulit dan risaunya menentang hati, aku terpukau.
Dalam kota yang sunyinya menenangkan dan ramainya yang menentramkan aku terpukau.
Dalam kota, dalam ingatan, mencoba menyelam ke yang paling dalam hingga tenggelam.
Ahh. Bagaimana bisa secepat ini aku harus menghadapi rindu. Padahal rasanya baru saja kemarin kita bertukar tawa, mencoba mengubah suasana dengan liar. Baru saja kutemukan, kupikir akan menjadi mentari terbit, ternyata hanya sebuah senja. Tinggal kuhitung saja tiap detik dengan jariku yg utuh.
Tapi aku dan kamu kan bukan kita, jadi untuk apa memaksa. Biar kamu dan dia jadi kalian. Aku disini saja tetap menyeduh kopi, menyaksikan dentuman jam yang terasa begitu cepat. Apa ya....... sebut saja ini rindu. Iya.......kamu.
Atambua, 10 Juli 2020
2 notes · View notes
gilangahs · 4 years
Text
Kota itu aku, terdiri dari beribu-ribu kata. Terhampar berjuta-juta kisah.
Rindu itu kamu, terhimpun dari ratusan sendu. Tertahan dari puluhan kilo jauh.
Harap itu kita, tak terukur rasa dan tak terlihat mata.
Takdir itu Dia, yang mengatur segala dan pemilik segala asa.
Bersama bukan, terjadi tidak dan menghilang. Aku bersama segala, sedangkan kau dengan mereka.
Atapupu, 23 Juni 2020
0 notes
gilangahs · 4 years
Text
Kenapa tidak kau saja yang menanggungnya bangsat. Aku marah dicekam rindu. Kenapa tidak adil, sedang mengingat saja aku rapuh.
0 notes
gilangahs · 5 years
Text
Tolong Beri Judul
Sering aku berunding dengan semesta, memintamu untuk tetap ada, bukan.... bukan karna kau tak ada, hanya hatimu saja yang tak tau kemana. Bahkan setelahmu pun, tak ada satupun yang bisa sama. Ya... manusia tercipta memang berbeda. Tapi setidaknya bisakah kutemukan bias sepertimu? Hahahaha tertawa saja aku masih kaku.
Kupunguti satu persatu rindu, yang dulunya itu satu. Entahlah, tak bisa kurangkai lagi. Mungkin karna semesta tak merestui. Yah.. kubiarkan saja bercecar, agar suatu hari nanti kau sadar bahwa perjuangan ini bukan sekedar kelakar.
Hampir setiap hari kuberbisik pada bumi, berharap dibawa langit dan sampai padamu. Suatu mantra penghilang sendu, berharap tiap waktu malaikat menjagamu.
Tapi terima kasih, darimu aku belajar banyak arti. Aku percaya, bukan karna kau tak mengerti, tapi memang semesta yang tak meridhoi. Semoga sejalan dengan apa yang memang seharusnya terjadi. Tak ada yang kebetulan, semua ini setingan. Biar Tuhan yang bermain, Dia yang paling mengerti.
Biar ku lebih mengakrabkan diri padaNya, dan semesta tetap pada hakikatnya. Sudah dulu, kopiku sudah menunggu. Oh.. satu lagi pintaku, titip salam buat ibu...!
Atapupu, 03 November 2019
2 notes · View notes
gilangahs · 5 years
Text
Semesta dan kelucuannya
Semesta memang lucu, kadang dia mendekatkan tapi tidak menyatukan. Menghanyutkan lalu menenggelamkan.
Semesta punya caranya sendiri untuk bisa memainkan, dan kita hanya peran. Peran yang diciptakan dan dijalankan sesuai kehendaknya. Ahh semesta...
Aku sering mendengar kisah tentang rindunya hujan berjumpa dengan mentari. Atau kisah tentang pelangi yang merindukan hujan, bagaimana pelangi selalu ingin beriringan dengan hujan namun tak bisa.
Tuhan begitu banyak menulis kisah, ribuan jutaan milyaran sampai triliunan. Dan kisah kisah itu selalu asyik untuk diceritakan, sebab takdirNya senantiasa indah.
Sekarang pun bisa kurasakan bagaimana rindunya seorang rose pada jack ketika titanic tenggelam. Hahaha semesta memang unik.
Jadi kisah yang mana yang telah Tuhan hadirkan untukmu? Pasti menarik. Simpanlah rapi sampai nanti kelak akan kau ceritakan pada dia yang akan kau naungi hidupnya.
Aku selalu kecewa pada senja yang membawamu pergi. Oh matahariku, tetap bersinar di lain sisi. Aku disini saja menyaksikan senja membawa semua yang aku cinta perlahan lahan hilang.
.
.
Sumbawa, 31 Agustus 2019
7 notes · View notes
gilangahs · 5 years
Text
“Melihatmu baik baik saja sudah cukup membuat bahagia”
- unknown -
0 notes
gilangahs · 5 years
Text
Rindu Tau Tempatnya Pulang
Kan sudah kubilang, tenang saja sebab rindu tau tempatnya pulang.
Jika kau saja masih merengek ketika yang lain sedang sibuk dengan anak tangganya.
Kamu masih saja bergelut dengan nestapa, dimana yang lain sedang asyik asyik nya berdamai dengan rasa.
Ketika yang lain menggoreskan pena pena kehidupan, kamu malah terpuruk oleh perasaan.
Sudahlah...........
Kan sudah kubilang... Rindu tau tempatnya pulang.
Sumbawa, 08 Juli 2019
3 notes · View notes
gilangahs · 5 years
Text
“Karna disetiap seduhan kopi, ada kamu yang menemani. Walau sebatas imajinasi, candu nya tak mampu kuatasi. “
- Pendaki kalem -
0 notes
gilangahs · 5 years
Text
Hai...!!!
Hai, hari ini .....
Tidur tanpa semoga mimpi indah.
Bangun tanpa selamat pagi.
Pagi tanpa jangan lupa sarapan.
Kerja tanpa semoga lancar.
Siang tanpa selamat istirahat
Dan malam tanpa cerita-cerita tadi
kutunggu...
Tak ada...
Ya sudah...
Sumbawa, 02 Mei 2019
2 notes · View notes
gilangahs · 5 years
Text
Tulisan adalah bentuk ketidakmampuan mulutku mengungkapkan.
- kroco mumet -
2 notes · View notes
gilangahs · 5 years
Text
Kamu tau rasanya rindu?
Ah, mana mungkin.... rindu dan kamu itu satu.
- kroco mumet -
3 notes · View notes
gilangahs · 5 years
Text
Biar Esok Rindu Yang Mencariku
Ada ada saja mereka. Hura hura dalam redupnya asa.
Sudah aku terlanjur jauh melangkah, tak kutemui jalan yang katamu ada.
Apa mungkin yang kau maksud hanya cerita saja?
Aku berbalik, menikmati senja
Yang dari tadi tertegun menyaksikan ku dalam gelisah.
Ingin saja kuceritakan jika aku bisa.
Namun apalah daya, celotehku menambah marahnya.
Lantas sang senja mengurung diri dalam gelapnya.
Mau kuceritakan kemana lagi?
Bulan? Dia sedang sibuk sendiri.
Bercengkrama dengan bintang malam ini.
Aku harus kembali memulai sepi.
Lagi....
Terkadang pun begitu, aku terlalu rindu. Hingga yang kau baca ini hanyalah imajinasiku.
Kamu aksara senjaku, semoga cepat berlalu.
Sampai nanti kusandarkan pada yang baru.
Biar esok rindu yang mencariku.
Tumblr media
Sumbawa, 29 April 2019
1 note · View note
gilangahs · 6 years
Text
“Hai kau, tak jua kau minum kopimu. Sudah hampir dingin”
“Tak apa, biar saja kali ini ganti aku nikmati rindu yang pahit”
- geser ngopi -
0 notes
gilangahs · 6 years
Text
Geser Ngopi
Kamu......
datang ketika hujan sedang asik-asiknya bercerita tentang harapan
ketika bintang sedang terang-terangnya bersinar
dan ketika kopi sedang hangat-hangatnya
Kamu......
Tiba-tiba hilang ketika hati sedang rindu-rindunya
Ketika angan sedang tinggi-tingginya
dan ketika malam sedang gelap-gelapnya
Semoga saja hujan mu masih tetap sama, menyajikan dingin dengan syahdunya.
Semoga saja malam mu masih sama, menyajikan gelap yang tetap nikmat
jangan lupa kopi mu.
kukabari.... Kopi ku disini mulai dingin, sebab candaan biasanya sudah tidak lagi hangat. Sudah aku coba memanaskan, tapi sia-sia, barangkali mungkin sumber panas nya mulai menjauh.
sudahlah... barangkali tempatnya sudah tak sama. Aku pinda saja
Geser ngopi
Sumbawa, 05 Januari 2018
Tumblr media
0 notes
gilangahs · 7 years
Photo
Tumblr media
DIBALIK SELEMBAR KAIN Pernah aku melihat dalam hitam Memang tak tampak, tapi terasa Entahlah, barangkali dari matamu. Pernah sedikit bergejolak. Tak sakit, tapi terasa, barangkali dari sikapmu. Pernah juga terkagum Tak diduga, datangnya pun tiba² Barangkali dari tuturmu. Pernah kutanyakan pada Tuhan ku, tak ada jawab Pernah kutanyakan pada indahnya belantara, mereka hanya tersenyum melambai pelan bersama angin Pernah juga ku tanyakan pada indahnya gagahnya langit, namun mereka hanya tersenyum mengisyaratkan awan nembentuk simpulnya. Dan jawaban dari semua pertanyaan ternyata kamu. Berucap syukur pun hampir ribuan. Dan tak pernah kutemukan teduhnya hati Tak pernah kurasakan tenangnya jiwa. Selain dibalik matamu, yang terpancar cahaya surga. Cahaya surga dibalik selembar kain. Sumbawa besar, 23 Juli 2017
0 notes
gilangahs · 7 years
Photo
Tumblr media
[MASIH INGIN DIJAJAH (?)] Dulu dijajah... diinjak, dihentak dan dirusak... Tangan rentah mencipta jalan di utara jawa dari ujung ke ujung. Sebab apa.? sebab bodoh.... Dulu dijajah... Diasingkan, di-tamu-kan dan di-bawah-kan. Tanah subur, air jernih dan sawah lapang hanya milik tuan. Tuan yang putih kulitnya, yang halus tangannya. Sebab apa.? Sebab bodoh. Dulu dijajah... Dibekap, dibutakan dan ditulikan. Nafsu liar bergentayang menakuti tiap gadis di sudut kamar beralaskan tanah, pengap dan gelap. Jaman dimana kehormatan begitu murah. Sebab apa.? Sebab bodoh. Sekarang bebas (?) Pendidikan bertebaran. Tak perlu letih berjalan, tak perlu sampai air mata bercucuran. Tak perlu takut senapan tak perlu takut pukulan. Nyatanya.? Disudut jalan sepi, pagi sudah pagi siang belum siang, masih banyak yang berseragam dengan tenang menikmati ududnya. Sekarang bebas (?) Sekolah sudah bagus. Tak perlu repot kotor, tak perlu repot berdesakan. Tak usah merasakan lagi sesaknya debu kapur, tak usah merasakan lagi pengapnya ruangan. Nyatanya.? Di bangku taman sepi, pagi sudah pagi siang belum siang, masih banyak yang berseragam berduaan. Menikmati nafsunya yang menggeliat. Bagaimana pak karno bisa tidur tenang, pemudanya begini, pemudinya begitu. Sudah habis badan ditanah, sudah terkenang kata membara. Selamat pagi pak, tidurlah walau memaksa, lelaplah walau tak bisa. Indonesia belum waktunya. Kita semua masih menunggu, harapan yang pernah di angankan orang-orang sepertimu. Surabaya, 2 Mei 2017 Hari Pendidikan Nasional Dari pemudamu yang masih banyak kurangnya. -gilang-
0 notes
gilangahs · 7 years
Text
Untuk yang Ter-rindu
Beribu hari berlari, mencari-cari Tapi pikiran selalu saja kembali Bejuta ruang waktu, tak tentu Hanya mencari yang ditunggu Taukah? warna merah pada mawar nya sudah berganti Taukah? Pohon kecil kini telah berbuah Begitu lama? Ya.... sangat lama Jalan yang sering dilewati kini tak lagi rindang Bangku hijau dulu, tak lagi hangat dan mulai usang Ya... begitu lamanya waktu berlalu, tapi melawan nya pun tak mampu Ingin kulempar keluar saja otak ku Begitu penat bayang-bayang menggeliat Ahhh... andai kembali kemasa itu Aku pilih saja tidak bertemu Biar saja kusimpan rasa kagumku Kalau tau akan begini rindu Tau kah kamu? Ratusan cara kutempuh Membunuh, menghapus, melepas, kenangan yang terus mengganggu Dan pada akhirnya, aku sendiri yang pilu........ Surabaya, 1 April 2017 Untuk yang teramat sangat aku rindu
0 notes