Text
Dulu saya kira hidup adalah tentang mencari kebahagiaan, kebahagiaan yang entah apa titik penentunya. Lalu sadar bahwa diri ini belum bahagia pun sudah menjadi salah 1 tahap kesadaran diri yang saya alami saat itu.
Tapi nyatanya semakin banyak hal yang saya hadapi untuk mencari kebahagiaan itu, tak pernah ada sekalipun saya merasakan sebuah ketenangan. Apa mencari kebahagiaan memang tak pernah menenangkan?
Dan mungkin di detik ini jawab bagi diri saya adalah ya, memang mencari kebahagiaan tak pernah menenangkan. Karena Tuhan tak pernah menjanjikan kebahagiaan yang hakiki di dunia, namun cukup. Cukup atas segala yang didapatkan dalam hidup, cukup untuk meminta dan mencari lebih lagi.
Kini, rasanya bagi saya kata cukup menghantarkan pada ketenangan yang tak pernah bahagia tawarkan. Namun justru sebaliknya. Saat hidup terasa cukup, hati merasa tenang, diri ini akan merasa selalu bersyukur dan mencapai titik kebahagiaan yang berbeda. Lagi, untuk saya sendiri, semuanya menghantarkan rasa sedih dan malu atas bagaimana diri ini hidup hingga detik ini.
Betapa terpaku pada bahagia di dunia tak pernah benar-benar menjanjikan bahagia. Be content and at ease.
0 notes
Text
Seringkali kita hanya menilai apa yang tampak. Padahal, kita ga akan pernah bisa mengukur seberapa dalam lautan kalau kita ga pernah berenang di dalamnya. Kita ga akan pernah tau seberapa dalam pemikiran seseorang kalau kita ga pernah mau mencoba mengenal orang tsb lebih jauh.
Hidup berdampingan itu tentang menerima, menjaga, dan tumbuh bersama. Menerima baik buruk, menjaga diri agar tak saling tersesat, menjaga ego agar tak saling menyakiti, sampai akhirnya setiap luka, duka, dan cita membimbing kita untuk tumbuh bersama.
1 note
·
View note
Text
Duhai Tuhan semesta alam, berkahilah kami nikmat Iman, Islam, dan Ihsan dalam setiap hembusan nafas kami.
0 notes
Text
Perjuangan itu tentang kesiapan. Bukan hanya tentang angan akan masa depan yang mungkin ada dalam damba.
Meski payung lebar menjadi pelindungmu di kala hujan, semua tak akan terasa cukup saat kamu bahkan tak merasa sanggup untuk melangkahkan kaki keluar. Pada akhirnya, akan ada seseorang yang lebih membutuhkan payung tersebut di kala ia sedang terburu dan harus menembus hujan.
0 notes
Text
Melampaui batas bukanlah sebuah kesalahan.
Tapi yang salah, saat kita ga menyadari batas apa yang melekat di diri.
Tentang diri sendiri, dan diri orang-orang di sekitar kita.
Jadi, manusia selalu punya batas?
Iya, manusia terlahir dengan segala keterbatasannya. Bukan berarti tak punya kemampuan untuk berjuang lebih, tapi sebagai penyeimbang akan keserakahan dan tuntutan dalam diri.
Segala sesuatunya ditentukan oleh Sang Kuasa, even if you try to broke the prophecy you were born to till your last breath.
0 notes
Text
Ego tak akan pernah tau kapan berhenti, bahkan saat kamu merasa abai dan membiarkan ego itu terus hadir membara dalam diri, kedatangan angin hanya akan memercik api dan mendorong ego untuk menggelora.
Seringkali kita terlena dengan amarah, kekecewaan, dan kebencian hanya untuk memenuhi ego. Menambahkan bahan bakar ke dalam api yang berkobar besar, yang tanpa sadar perlahan membakar habis jiwa kita.
Ego seperti apa yang kita pertahankan? Rasa puas untuk menyalahkan seseorang atas yang terjadi pada diri kita?
Lalu apa pengaruhnya saat pengakuan dan permohonan maaf hadir di hadapan kita? Akankah itu menghentikan kobaran ego dalam dirimu? atau justru ego-mu akan meminta pengorbanan yang lebih?
0 notes
Text
The bigger hatred we have, so is the bigger love we once had.
0 notes
Text
Makhluk Pemaksa
Banyak manusia yang bersembunyi di balik ucapan "Tidak ada hal mustahil bagi Tuhan", sembari menaruh harapan besar tentang segala yang didamba dan diperjuangkan akan berhasil terwujud.
Sayangnya di saat semua tak tercapai, sebagian menyesal dan tak menerima atas jalan yang telah mereka tempuh dan menyalahkan setiap variabel yang memengaruhi perjalanannya.
Padahal mereka juga melupakan sesuatu, bahwa ketidaktercapaian harapan itu sendiri, juga bagian dari apa yang mereka yakini, "ketidakmustahilan bagi Tuhan".
Bukankah sudah jelas, manusia itu pada dasarnya pemaksa?
Tidak lekas menerima dan hanya ingin meyakini apa yang menurut dirinya benar. Banyak bertanya, tapi juga tak menyadari jawaban dari Tuhannya. Menolak lekas mengimani firman Tuhan dan ingin menemukan jawaban yang memuaskannya.
Memang apa yang ingin dipuaskan? Nafsu dunia?
0 notes
Text
Saat kita merasa hidup terhenti, kenyataannya waktu tetap berjalan.
0 notes
Text
(ber)taut
kadang kita lupa, saat kita terlalu condong terhadap satu kubu, di saat ada aliran negatif sedikit yang mengalir, itu akan buat kita terpental lebih jauh dari yang kita duga.
setiap orang punya preferensi nya masing-masing. dari situ mereka mulai mengotak-ngotakan apa yang ada dalam pikiran mereka, antara mana yang harus diambil dan mana yang harus dipisahkan. begitupun dengan perspektif, cara berfikir, dan opini. seringkali kita memiliki opini dan berbagai pemahaman masing-masing untuk dipertahankan. bertemu dengan orang yang kemudian satu kaca mata atau satu frekuensi membuat kita semakin kuat mempertahankan idealisme kita dan meyakini diri, bahwa apa yang selalu kita yakini itu benar. sebagian tumbuh menjadi orang bijak, dan sebagian lainnya menjadi pembajak.
sayangnya, karena hal yang namanya preferensi kadang kita lupa, kalau apa yang ada di luar lingkaran kita beberapa mungkin sebetulnya layak untuk dipertimbangkan. dan saat ada yang menyusup masuk tanpa diundang ke dalam lingkaran, itu malah merubah penilaian kita terhadap lingkungan atau sesuatu yang kita yakini. contohnya, orang di sekitar kita.
saat kita merasa ada di satu jalur yang sama, semakin jauh perjalanan kita bersama mereka kita merasa kita paling mengenal mereka, kita merasa kita paling tahu mereka dan merasa sanggup untuk menebak jalan pikir mereka dan tindakan apa yang akan mereka lakukan. hal yang mungkin ga pernah kita sadari, kita tenggelam terbawa arus bersama mereka semakin dalam tanpa bisa mencari pegangan. bagi mereka yang merasa hal itu mulai keliru, mereka memilih mencari batu untuk menjadi penahan agar mereka bisa berhenti dari dorongan arus yang deras. dengan semakin derasnya arus, sebagian mereka mulai menyalahkan kekeliruan tersebut, namun sebagian yang lain terlena begitu saja.
kita pasti pernah berada di posisi orang-orang yang merasa keliru dengan derasnya arus. dari situ pandangan kita terhadap bagaimana arus berjalan menjadi lebih skeptis. kekeliruan menumbuhkan keraguan dan tanda tanya besar. seperti peribahasan nila setitik rusak susu sebelanga yang tidak pernah keliru.
kesamaan dalam pandangan di antara kita dan orang-orang terdekat bisa menjadi pemersatu atau pemecah manakala kekeliruan terjadi hanya sekali.
apa yang kita lihat jernih rasanya menjadi keruh dalam seketika, sama halnya dengan orang.
saat kita melihat orang yang memiliki satu persepsi dan frekuensi kita akan semakin terikat hingga saat satu waktu terjadi perbedaan pendapat yang terjadi kita malah memilih membenci perbedaan pendapat tersebut.
jadi, seberapa jauh kita harus saling bertaut?
0 notes
Quote
Meskipun hidup telah menempamu sedemikian beratnya, tetaplah ingat kita ada untuk berpulang kesana.
0 notes
Text
Mengembangkan diri dan memperbaiki diri itu perlu, tapi ga ada yg berhak untuk buat kita terburu-buru. Setiap orang punya timeline tertentu.
Meskipun orang bilang lebih cepat lebih baik, kalau bukan sekarang kapan lagi. Tapi kadang ga setiap orang bisa relate dengan hal yang lagi kita hadapi.
Semoga kita selalu diberi kemudahan untuk segera tumbuh dan berkembang. Yakinin aja dulu.
0 notes
Text
Dear, November
there were two immature soul
impulsively obsessive
pretending okay in a cracked boat
‘know the river is not clear as it is
the muddy river getting them nowhere
the canoe was broken
he was frustrated
and he was hurt
because he was expecting the ship
to sail farther than it is
but she said,
“sorry, for taking you to a lonely space,
and leaving no trace,
'know you will find your happiness,
hope you got no less,
thank you, dear”
0 notes
Quote
Seringkali kita bertanya bukan karena tidak tahu, melainkan hanya karena butuh dibantu.
0 notes
Text
Kita hidup karena harapan orang lain
Dulu, kita semua pernah punya mimpi yang menggebu.
Berlari di bawah langit terik.
Beriringan dengan roda yang berputar, awan berjalan, hingga akhirnya turunlah hujan di perjalanan pulang.
Mencari jejak perjuangan panjang, asa yang mengawang, namun tak kunjung sampai untuk dipegang.
Kita sadar, selama ini kita berjalan di atas benang harapan untuk orang lain. Harapan tentang sehat, punya hidup yang layak, dan bisa menikmati hidup.
Kebiasaan kita berharap atas hidup oranglain tanpa sadar buat kita lupa, kalau hidup kita sendiri butuh harapan. Tapi rasanya sulit untuk tiba-tiba melupakan harapan dan doa untuk orang lain begitu saja. No, we're not being a Saint.
Tapi mungkin di satu titik kita akan melihat perspektif lain, bahwa saat kita menjalani hidup di atas harapan oranglain, itu mungkin salah satu fase dimana kita merasa paling terpuruk sekaligus fase terbaik kita, yang membentuk kita dari segala kesalahan dan kegagalan kita.
Meski di samping semua itu kita sempat lupa, atau mungkin abai, bahwa ternyata ada orang yang juga memiliki harapan untuk hidup kita. Mereka tidak semua berekspektasi kita jadi yang terbaik, tapi mereka mengharapkan kita hidup dengan baik, dan bahagia.
Sejenak itu jadi buat saya berpikir, 'apa jangan-jangan orang yang selama ini saya doakan dan harap hidupnya baik serta layak, mereka pun kenyataan nya tak memiliki harapan samasekali?'
0 notes