Tumgik
greazzychisss · 2 days
Text
Tumblr media
what if his suit WASN'T shrink wrapped
9K notes · View notes
greazzychisss · 2 days
Text
Tumblr media Tumblr media
Sooooo hello everyone I'm Juli and I don’t know how tumblr works (because I found the internet in 2016)
I needed a place to dump my DP art, sketches, doodles, warmups (you get it) without having it all between my business stuff on my insta and figured here would be the perfect spot. let’s see if that was a good idea
6K notes · View notes
greazzychisss · 13 days
Note
Obsessed with little Lima Bean Baby Dami. I feel like Bruce would pass out from cuteness if he witnessed his child looking like that.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Talia should send Damian's baby pics to Bruce lol
11K notes · View notes
greazzychisss · 20 days
Text
I apologize for calling Macklemore cringe
62K notes · View notes
greazzychisss · 3 months
Text
The Viewers
Danny and Tucker move in together for college in Gotham
Tucker decided to make tiktoks just for fun, he could teach people about technology and help give tips.
He didn't realize that his viewers could see Danny in the background in some clips.
Danny being Danny was never caught doing something normal instead it was always something weird.
~
Tucker: "So you just switch this piece here-"
Danny in the background more than half his body in the fridge, the fridge is very noticeably growling
Tucker who is so used to it, it doesn't even register in his mind that it's not normal.
~
Tucker fan-boying about the new Wayne tech
His viewers looking behind him at Danny
Danny running around fighting his food which is also growling & flying
~
Tucker modifying his tech for the viewers
Danny's voice in the distance: "Bye Tuck, I need to go soup this guy real quick!"
Viewers: "Cannibalism?!"
~
Tucker: "Ah yes a very normal video!"
His viewers watching Danny:
Tumblr media
~
Just an Idea
11K notes · View notes
greazzychisss · 3 months
Text
DDVAU SPOILERS
MOTHER SPORE
ddvau by @kitsuneisi and @xmaruu11
7K notes · View notes
greazzychisss · 3 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
MOTHER SPORE
Part II
Thanks so much for the waiting! I know we kinda hype up the chapter too much but I hope it can live up to y'all guys expectations Once again thanks so much to maru for doing the flat colors and also for being an amazing writter and friend in general
14K notes · View notes
greazzychisss · 3 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Cuteness aggression
4K notes · View notes
greazzychisss · 7 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
When the Hunter gets Hunted.
Nobody messes with his sisters. NOBODY!!!
14K notes · View notes
greazzychisss · 7 months
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
After School Ghost Theory 101 with Professor Fenton
Switch to light mode or Classic Blue to get the full transparency effect!
[Image ID: A four page comic that starts with Danny Fenton standing in front of a whiteboard holding up a white cat. “Question: Do ghosts purr?” 
Tucker: “Danny when was the last time you slept?” Danny: “Irrelevant.” 
Danny info-dumps: “The answer is yes, but also no. Technically, all beings that possess a core are constantly "purring”, a.k.a. Core Vibrations. Core Vibrations are a nonverbal, emotion-based communication system between Ghosts, similar to how some living species use pheromones to communicate. The exact tone of each ghost is different the same way people’s voices are different. Humans can only hear these vibrations when the frequency passes through their audible range (20Hz - 20KHz), hence the ‘purring’ sound. When the range dips into infrasound (16 - 20Hz) it can cause feelings of fear and unease in humans that they often associate with ghosts and the supernatural. Also known as the ‘Heebie Jeebies.’”
Danny, wiping off the whiteboard: “Any questions before we move on?“
Danny’s audience consists of Wes Weston, Tucker Foley, Sam Manson, Danny’s clone Ellie, and Dash Baxter in a classroom. Wes is seated at a desk at the front taking notes. Tucker is sitting on Sam’s lap playing on a Switch, Ellie is sitting on a desk behind them. Dash is asleep at the back of the room.
Ellie, now holding the cat: “Is this Vlad’s first cat!?” Wes: "Could you tone down the floating eyes before the next part? They’re kinda distracting.” Danny: “What eyes?” Wes: “Please stop gaslighting me.”
A transparency trick on the last page reveals dark shadows and eyes all around Danny when viewed in dark mode. /.End ID]
An Extended Image ID is available under the read more because it’s over 1k. Side by side light and dark mode versions of the transparency trick is also available under the cut.
Keep reading
33K notes · View notes
greazzychisss · 1 year
Photo
Tumblr media Tumblr media
Hopping late onto @wassup-its-e ‘s sunflower dress dtiys train 😅
1K notes · View notes
greazzychisss · 1 year
Photo
Tumblr media Tumblr media
Getting to know each other.
3K notes · View notes
greazzychisss · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Niki posted lots of baby photos of Zuko and I'm melting. One of these has also been part of my header since the beginning of this blog!
289 notes · View notes
greazzychisss · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Part 4: City
7K notes · View notes
greazzychisss · 2 years
Text
Di Bawah Bulan Merah
Bahasa Indonesia | tw : death
Tumblr media
Di tengah perjalanannya, seorang anak laki terhuyung - huyung sambil menyeret badannya. Udara menyesakkan dari pohon - pohon besar yang membungkusnya membuat nafasnya terengah - engah. Sang raja siang memanggang punggung belakangnya, tetapi anak itu tidak berhenti. Air matanya jatuh ke tanah, begitu dia jatuh kedua tangannya menyentuh tanah bumi. Anak itu lompat terkejut, mendengar teriakan amarah yang perlahan menggema mendekati. Hatinya berdebar, darahnya mengalir bagaikan sungai, adrenalin yang dirasakan menutupi rasa sakit di lukanya. 
Namun, Erik tetap melanjutkan perjalannya. Perlahan - lahan bayangannya membuntuti di belakangnya. Tak kenal waktu yang telah berlalu, matahari telah meninggalkan sisinya. Pada saat itu, bulan mengintip di balik awan bersama dedaunan yang ikut menari mengikuti alunan musik malam. Warna darah merah menyinari malam, bagaikan api yang berkedip - kedip. Erik berjalan dengan susah payah, tidak meninggalkan satu langkah pun di belakang. Tidak ada tujuan di dalam pikirannya, Erik tidak tahu apayang harus dia lakukan. Anak laki ini tersesat.
Dingin, sepi, gelap mencekam, hanya tersisa tubuh yang dipeluk malam, menggigil kedinginan.Tidak tersisa lagi kampung halamannya, diserbu akibat peperangan antar kerajaan. Anak kecil seperti Erik tidak tahu apa di balik permasalahan di Kerajaan, tetapi perang tidak pernah kasihan kepada siapapun.
Tapi dengan tidak sadar, kaki Erik membawanya ke depan sebuah goa. Teriakan raungan mengguncang goa. Tubuh Erik mematung, tapi tepat di depan matanya, seekor naga tergeletak di dalam kegelapan. Kulit bagaikan merah darah, cakarnya setajam pisau, mata melotot emas. Perlahan, nagas naga itu terengah - engah, lemas di tubuhnya. Erik perlahan mendekati naga merah itu. Meskipun naga itu menggeram padanya, Erik tidak mundur. Namun, dia perlahan berbaring di samping naga itu. Melihat naga merah itu mengingatkannya pada dirinya sendiri. Nasib dunia sepertinya sedang runtuh kepada mereka berdua. 
“Apa yang kamu lakukan, manusia lemah,” Gerutu Naga Merah. “Kamu terlihat kesepian,” Erik menguap sambil berkata, “aku tidak suka kesepian, takut aku…” Naga Merah mendengus, “Pergilah sebelum aku membunuhmu, makhluk sepertiku lebih suci dari manusia yang berdosa sepertimu.” 
Naga Merah itu heran akan anak ini. Anak kecil ini tidak takut padanya. Walaupun terluka, anak ini hanya diam berbaring di sampingnya. Penasaran, Naga Merah bertanya, “Katakan padaku nak, dimana keluargamu.” Erik mengerjap polos, “Tidak tahu, Ibu hanya menyuruhku untuk lari … terdengar banyak teriakan di sana.” Naga Merah pun tidak berkata apa - apa, berbaring diam menatap cahaya merah yang bersinar di luar goa. Malam ini, bukanlah hal yang biasa, bulan merah hanya terjadi setiap beberapa bulan sekali, dengan tanggal yang ambigu. Kekacauan selalu terjadi pada malam berbulan merah. Waktu pun berlalu dengan pesat. Erik dan Naga Merah itu hanya berbaring dalam keheningan yang nyaman. 
“Apa namamu, bocah kecil.” Naga itu tiba - tiba bertanya. Erik berbalik menatap Naga Merah. “Erik,” jawabnya. “Erik, apa kamu ingin hidup?” Naga itu tanya lagi. Erik terdiam, apa maksud Naga Merah ini? “Jawab pertanyaannya, Bocah.” Naga Merah menggeram. Erik tahu dari cerita - cerita dahulu kala, manusia tidak pernah menjalin hubungan yang baik dengan naga - naga, selalu siklus saling memburu satu sama lain. 
“Kita dipersatukan oleh keinginan untuk hidup,” ujar Naga Merah. “Buatlah sebuah perjanjian denganku, dengan begitu kita berdua bisa hidup. Akan tetapi, aku tidak bisa menanggung kematianmu,” kata Naga Merah, “Bagaimana? Hidup … atau kematian.” Bagi Naga Merah, ini adalah pertaruhan untuk membuat perjanjian dengan seorang manusia. Namun, sesuatu memberi tahu Naga bahwa Erik ini akan membawa masa depan yang menarik. Erik merenung, dan dia tanya, “Jika aku membuat perjanjian denganmu, apakah aku akan sendiri lagi?” Naga  Merah itu menghembus nafasnya ke depan muka Erik. “Aku akan berada di sisimu,” katanya dengan lembut. 
Dengan ragu, Erik mengangguk, Naga Merah pun perlahan mendekatkan cakarnya ke dada Erik. “Dengan ini kita adalah satu, atas nama ***** kita satu dalam jiwa dan roh.” Naga Merah itu bernyanyi. Seketika cahaya muncul dan bersinar di antara mereka berdua. Erik bisa merasakan kehangatan cahaya, suatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Mata Erik tertutup saat Naga Merah membuat perjanjiannya. Tak sadar semua luka - luka di badannya sembuh total, sama seperti Naga Merah itu mendapatkan kembali kekuatan semulanya. 
Pada malam merah itu menandakan awal baru untuk mereka berdua. Bagi Erik itu adalah sesuatu yang penuh harapan, sesuatu yang harus dipertahankan dalam hidup. Dengan Naga Merah di sampingnya, Erik mulai move on dari kehidupan masa lalunya. Bagi Naga Merah, ini merupakan perubahan yang sangat besar di hidupnya. Selama berabad - abad, Naga Merah selalu membenci manusia. Manusia adalah makhluk yang menghabiskan kawan - kawannya, selalu serakah dan egois untuk keinginan mereka sendiri. Namun, Erik menunjukkan kepadanya sebuah dunia yang sama sekali berbeda dari itu. Begitu polos, namun begitu rendah hati. Senyumannya seindah embun pagi yang menyegarkan, Naga Merah itu tidak tahu apa yang dia bisa lakukan apabila Erik meninggalkannya. Anak ini telah meruntuhkan dinding besi yang membungkus hatinya. 
Burung bernyanyi di pagi hari, angin berbisik menyampaikan salam. Erik sedang menjelajahi hutan di sekitar gua untuk mencari sarapan. Sudah hampir setahun Erik hidup bersama Naga Merah di tengah hutan. Jauh dari kerajaan - kerajaan, jauh dari perang. Akan tetapi,  Naga Merah tidak pernah sekalipun memberikan nama aslinya kepada Erik. Sudah berkali - kali Erik mengganggu Naga Merah untuk memberi namanya, tapi sayangnya Naga Merah itu kuat dalam perkataannya. “Tidak akan kuberikan namaku kepada seorang manusia, nama merupakan sesuatu yang sangat berharga, yang dibanggakan oleh naga - naga.” Naga Merah itu berkata dengan tegas. Erik hanya bisa cemberut dan menuruti kata - kata Naga Merah. 
Padahal sudah beberapa bulan, Erik tidak punya kabar tentang kampungnya. Apakah masih berdiri? Atau dihancurkan menjadi debu oleh perang? Pertanyaan demi pertanyaan menumpuk di benaknya, namun dia tidak memiliki keberanian untuk kembali. Kampung Erik merupakan salah satu wilayah dari Kerajaan Rolethia. Kerajaan Rolethia selalu bermasalah, maka dari itu Ibunya membawa dia pergi untuk hidup di perbatasan kerajaan. Jauh dari ibukota utama kerajaan. Erik heran akan ibunya, mengapa ibu melakukan itu? Apakah dia melarikan diri dari sesuatu? Namun Erik tidak memperdulikannya, dan terus dia mencari sarapan. 
Di sudut matanya, Erik melihat batu tergeletak di dekat pepohonan. Batu itu diukir dengan kata-kata, Erik mulai membaca ukiran yang di batu itu. “Jangan bicarakan Sang Pengamat, Jangan gambarkan Sang Pengamat, Tulis bukan Sang Pengamat, Pahat bukan Sang Pengamat, Nyanyikan bukan Sang Pengamat, Jangan sebutkan nama Sang Pengamat.” Erik bergumam. Apa maksudnya dengan seorang pengamat? Ukiran di batu itu terlihat seperti perintah, seolah - olah seseorang sengaja mengukir ini untuk menyebarkan sebuah berita. Namun, siapa yang mengukir ini di tengah hutan? 
Dengan tak terduga, terdengar suara terompet yang membelah angkasa. Erik ketakutan dengan apa yang akan datang, mulai bergegas kembali ke goa, hendak memperingatkan bahaya datang. Namun, tiba - tiba Erik mendengar suara ibunya memanggilnya dari jauh. “Erik, Anakku!” Dengan kaget, Erik berbalik dan menghentikan langkahnya. Tidak mungkin itu ibunya, Erik meninggalkan ibunya di kerajaan Rolethia untuk melarikan diri. Tapi Erik yakin bahwa suara itu adalah ibunya, suara yang selalu menyambutnya dengan hangat dan penuh kasih cinta. Suara yang menyanyikan lagu tiap malam sebelum Erik tidur. Erik berbalik badan dan berlari. Jauh di depannya adalah seorang wanita berpakaian compang-camping. “Ibu! Apakah itu Ibu?” Erik berteriak, putus asa untuk mencari jawaban. Satu langkah, dua langkah, setiap langkah mendekat, wajah wanita itu semakin jelas, itu adalah Ibunya. Pada saat itu, Erik mengharapkan kelegaan dari Ibunya, sebuah pelukan dari Ibunya setelah kian lama. 
Mata Ibunya penuh dengan panik dan takut. 
“Ibu-” tepat saat Erik hendek menggenggam tangan Ibunya, sebuah tangan menariknya dari ibunya, dan mendorongnya ke tanah. Panik, Erik tidak tahu harus berbuat apa, seseorang berpakaian seperti pendeta mencengkeram tangan Erik dengan kuat. “S- Siapa kau!?” Erik menggeliat di bawah tatapan pendeta itu. Erik melirik ibunya, yang menundukkan kepalanya. Kenapa ibu tidak membantu Erik? 
“Nama saya Ithar,” berkata pendeta itu dengan suara monoton, “kau yang telah bercampur tangan dengan tuhan kami, bukan?” Ithar melihat batu ukiran yang tergeletak di tanah. “Sepertinya kau telah membaca perjanjian kami.” Perjanjian? Tuhan? Sejak kapan Erik bertemu dengan seorang tuhan, satu-satunya makhluk yang Erik jumpai hanya Naga Merah - “Apa maksudmu Naga Merah?” 
Mata Ithar mengeras, mengerutkan keningnya pada Erik. “Jangan kau bicara nama tuhan kami.” kata Ithar dengan suara mengancam, pendeta itu melihat balik kepada ibunya. “Ini adalah putra terakhir dari Ulysses, bukan?” Ulyesses adalah Raja Tiran Rolethia, salah satu penyebab terjadinya perang. Apa hubungan Erik dengan seorang bangsawan, terutama Rajanya? Erik dengan panik menggelengkan kepalanya, namun Ithar hanya menyeringai dengan tak percaya. “Warna matamu permata biru, hanya orang-orang keturunan raja yang mempunyainya, dan kebetulan kau salinan persis dari raja bajingan itu.” Ithar terkekeh, “jika kau tak percaya dengan saya, bagaimana kalau kau tanya kepada ibumu tersayang? Bagaimana Eleanor?” 
Erik ingin menolak apa yang dikatakan pendeta ini, tidak mungkinkan? Ibunya sudah bersusah payah agar Erik dapat lari dari Kerajaan - dari perang. Ibunya tidak akan meninggalkannya dengan pendeta ini kan? Erik bergidik melihat tatapan ibunya. “Tidak! Aku tidak akan ikut dengan kamu! Naga Merah pasti akan mencariku!” 
Sayangnya, Erik tidak menyadari gagang pedang di belakang kepalanya, kepalanya dipukul menyebabkan dia pingsan. Ithar memanggul tubuhnya yang lemas itu di pundaknya. Erik tidak bisa melihat apa yang telah dilakukan Ithar maupun ibunya, hal terakhir yang Erik lihat adalah bola emas terang di tangan pendeta itu. Erik harus memperingatkan Naga Merah! Namun, Erik tidak bisa berbuat apa-apa. Pendeta itu membawa anak kecil itu keluar dari hutan, menatapi Eleanor terakhir kalinya dan melemparkan sekantong emas di tanah. “Tugasmu sudah selesai, pergilah dari hadapanku,” kata Ithar dengan jijik. Eleanor tersentak dan memegang kantung emas dengan erat. “... kau tidak akan menyakiti anak itu kan?” 
Ithar tidak menjawabnya, dan berjalan pergi meninggalkan wanita itu di hutan sendirian. Ibunya Erik berlutut di tanah dan mulai menyadari apa yang telah dia lakukan. Seorang ibu yang berat hati berpisah dengan anaknya, untuk hanya menjual anaknya demi kelangsungan hidup. Air mata jatuh ke tanah, pada pagi itu awan-awan menangis menutupi bumi. Apa yang bisa dia lakukan? Pendeta itu adalah orang yang membawa kehancuran di kerajaan Rolethia. Bagaimana bisa seorang wanita seperti dia mendapatkan anaknya kembali? Merasa tak berdaya, Eleanor hampir melupakan satu hal yang dipentingkan oleh pendeta itu. “Naga Merah,” bisiknya sambil terkesiap, dan mulailah wanita itu berlari ke dalam hutan. Ini tidak akan menjadi akhirnya, dan Eleanor akan memastikan itu. 
Di dalam goa, Naga Merah mengharapkan Erik datang dengan sarapan. Dia terkejut melihat seorang wanita berlari menuju goanya. Naga Merah itu main hakim terhadap wanita itu, Naga Merah menggeram mengancam. Wanita itu berhenti tepat di luar goanya, dan tiba-tiba jatuh ke kakinya berlutut. Naga Merah itu merasa gelisah akan situasi ini. Di mana Erik? “Naga Merah yang Agung! Ini aku Eleanor, ibunya Erik! Aku punya penawaran untukmu!” Naga Merah mengejek wanita itu. Penawaran? Jangan buat dia tertawa, jelas di mata Naga Merah tidak ada Erik di sisinya, mengapa Naga Merah harus menyetujui penawaran wanita ini. “Manusia bodoh, beraninya kamu datang ke wilayahku.” Naga Merah menggeram mengancam. Tapi bagaimanapun Naga Merah prihatin dengan teman kecilnya. Ke mana Erik pergi? 
“Erik telah diambil oleh Empire! Naga Merah yang Agung! Aku telah membuat kesalahan yang besar! Aku mohon, aku tidak tahu apa yang mereka akan lakukan pada anakku, tapi tolong,” Eleanor memohon dengan suara serak, ‘Tolong selamatkan anakku.” Pada saat itu Naga Merah merasakan darahnya menjadi dingin. Teman kecilnya telah ditangkap oleh manusia-manusia malang. “Baiklah, pimpin jalannya wanita. Ku hanya melakukan ini karena anak kecil itu telah membuat perjanjiannya dengan ku.” Begitulah perjalanan seorang ibu dan seekor naga demi mencari anak kecil ini. 
Di kerajaan Rolethia, Erik didorong ke dalam penjara bawah tanah. Takut, dan dinging di dalam tempat kecil terkunci. Erik tersentak ketika pintu besi penjara terbuka, masuklah pendeta yang menakutkan itu. Ithar memandang rendah kepada Erik tanpa moralitas. Menjongkok untuk menatap ke depan anak itu. Ithar menyeringai dan menarik dagu Erik ke wajahnya, “Kau benar-benar terlihat seperti ayahmu, sebuah keajaiban bahwa tidak ada yang mengetahui ini.” Erik gemetar ketakutan, “Apa yang kamu inginkan dariku?” katanya dengan suara kecil. Pendeta ini telah menghancurkan kampungnya, mengambil ibunya, apa lagi yang Ia mau? 
Tiba-tiba, Ithar mulai terkekeh, Erik terkejut dengan tawa histeris itu dan mulai menangis. “Apa yang saya inginkan dari kau? Apa yang bisa saya dapatkan dari darah anak kotor seperti kau? Satu - satu kegunaan kau di dunia ini adalah persembahanmu kepada tuhan kami. Darah anak yang ternoda akan diberikan kepada tuhan. Hendak para Pengamat tertawa gembira, bahwa ini akan menjadi hari yang baru. Itulah yang dikatakan leluhur saya. Kau anak haram dari Kerajaan ini adalah kunci untuk kehidupan abadi!” 
“Tapi Naga Merah-” Ithar menatap Erik dengan jijik, dan mengejeknya, “bahkan ibumu tak peduli dengan mu, kau pikir tuhan saya peduli dengan orang sepertimu. Kau hanya seorang manusia, mengapa makhluk hebat seperti tuhan saya peduli dengan kau? Kau tahu? TUHAN SAYA BAHKAN MEMUTUSKAN PERJANJIANNYA DENGAN KAU!”
Itu tidak mungkin, Erik pikir. Perjanjiannya dengan Naga Merah tidak akan terputus semudah itu. “Itu tidak mungkin,” bisik Erik dengan putus asa. Mata Ithar melebar kesal dan pendeta itu menampar pipi anak kecil itu. Erik memegangi pipinya dan megap-megap kesakitan, namun pendeta itu tidak peduli. “Kurasa tidak ada cara lain untuk mengatakannya, tapi lihat.” Ithar mengeluarkan bola kuning, awan kabut muncul dari bola dan menutupi penjara. Erik melihat bayangan Naga Merah, terkejut melihat Naga Merah sedang mengamuk. 
“Anak pengganggu itu bukan apa-apa bagiku. Tidak pernah perjanjian itu resmi. Manusia-manusia seperti kalian akan selalu keji.” 
“Jadi tetapkah di sini, bocak kecil, hari-hari kau sudah terhitung.” Ithar tersenyum dingin, meninggalkan penjara itu dan Erik di dalamnya. Erik hanya bisa meringkuk di sudut dan menangis. Apa yang dia lakukan untuk mendapatkan ini? Ibu dan Naga Merah, semua orang yang Erik sayangi selalu pergi meninggalkannya sendirian. Mengapa? 
Hari - hari berlalu, dan akhirnya Eleanor dan Naga Merah sampai di kerajaan Rolethia. Eleanor memucat saat melihat perbatasan kerajaan. Naga Merah hanya menatapnya dengan kesal, “Ada apa wanita?” 
“U- upacara nya. Hari ini upacaranya!” Eleanor menjerit histeris, Naga Merah terkejut akan emosi yang menyerang wanita itu. “Upacara apa? Ada apa hari ini?” Naga Merah melihat prajurit-prajurit di perbatasan berpesta. Spanduk - spanduk ditempel di perbatasan, Naga Merah kaget melihat gambar di spanduk itu. Dengan jelas, spanduk itu tertera gambar naga. “Apa maksud ini, wanita?” 
“Setelah Rolethia jatuh, Empire mulai menguasai kerajaan ini. Mereka membawa kepercayaan untuk menyembah para-para makhluk yang bukan manusia. Salah satu pujian mereka adalah kepada kaum naga-naga,” Eleanor berkata dengan pusing, “mereka panggil kaum kalian dengan nama Pengamat.” Naga Merah tidak mempedulikannya, bingung tentang cara manusia, dan tidak pertanyakan lagi. 
Saat mereka masuk ke dalam istana, orang - orang menatap Naga Merah dengan penuh harapan, sesuatu yang tidak biasa ditemukan dari kalangan manusia. Seolah - olah mereka bukan manusia yang sama yang mencoba berburu naga. Tiba - tiba segerombolan prajurit datang ke arah mereka, “Itu wanita pelacur! Tangkap dia!” 
Eleanor bingung harus berbuat apa, mulai melarikan diri dari para prajurit, tapi sayangnya salah satu pedang prajurit mengiris Eleanor, sehingga ia tak bisa lari lagi. “Pergilah tanpaku! Carilah Erik!” Eleanor teriak.  Naga Merah membalas, “Dia anakmu! Kau akan meninggalkannya untuk kedua kalinya!?” Eleanor tersenyum dengan sakit. Cahaya di mata Eleanor perlahan memudar. Naga Merah tidak berbuat apa-apa selain menyaksikan kematian ibu temannya. Para prajurit itu meraung dengan girang, mereka telah membunuh wanita jahat yang dikatakan Ithar. 
Salah satu prajurit itu mendekati Naga Merah, dan berlutut, “tuhanku, Pendeta Ithar sedang menunggu kedatanganmu di katedral.” 
Naga Merah tidak bisa menahan diri untuk mendengus jijik. Apakah ini sifat asli manusia? Namun, Naga Merah hanya menurutinya, karena Ia tahu bahwa manusia-manusia aneh ini tidak akan menyerangnya. Karena menjadi apa yang mereka sembah sebagai ‘tuhan’. Naga Merah tidak akan membiarkan usaha Eleanor sia-sia, naga itu tahu betapa besar cinta seorang ibu untuk anaknya. 
Bagian dalam katedral sangat luas, kursi-kursi yang dipenuhi puluhan orang. Hymne dimainkan di pintu masuk, bagaikan hari ini merupakan hari kedatangan keajaiban. Namun, Naga Merah merasa ada yang tidak beres, mata emas naga itu menyusuri ruangan. Memeriksa sesuatu yang tidak biasa, ketika matanya mendarat di altar. Di sana tidak ada domba atau kambing untuk dikurbankan. Tidak ada buah-buahan ataupun sayuran yang berlimpah, bahkan tidak ada perhiasan berupa emas atau perak. Di atas altar adalah anak yang dikenal naga itu. 
Membeku di tempat, Naga Merah hanya bisa melihat anak itu berjuang akan rantainya. Mencoba melepaskan diri dari batasannya, dengan mata yang penuh dengan terror. Naga Merah tahu percis siapa anak ini. 
Ithar yang berdiri di depan altar, menyambut Naga Merah dengan penuh semangat. “Anda telah datang ke upacara tuhanku! Ini akan menjadi hari yang menyenangkan!” Ithar berseru. “Apa artinya ini?” Naga Merah menggeram pada Ithar. Pendeta itu melirik kembali ke naga dengan kebingungan bodoh di wajahnya. “Ini persembahan kami, tuhanku. Apakah tidak tuhan tahu tentang perjanjian akan dunia ini?” Ithar berkata, sambil memanggil salah satu pelayannya untuk membawakannya sebuah gulungan kitab suci. Ithar menggulung buka gulungan itu dan mulai membaca, “Seperti yang dinubuatkan,  Darah anak yang ternoda akan diberikan kepada tuhan. Hendak para Pengamat tertawa gembira, bahwa ini akan menjadi hari yang baru. Karena itu para Pengamat akhirnya akan dapat kembali pada masa kejayaan mereka, orang-orang akan tinggal di dalam kehidupan abadi di dalam surga!” Ithar tersenyum gila, “Bukankah ini luar biasa tuhanku? Kau dapat mempertahankan kemuliaan penuhmu! Saudara-saudaramu akan menguasai dunia ini lagi, dan hanya dengan darah satu makhluk tak berarti, semuanya akan terpenuhi!” 
Naga Merah tercengang oleh prajurit itu. Ithar mulai memuji lagi dan lagi. Bagaimana dia telah membunuh seluruh anggota keluarga kerajaan Rolethia, raja tiran Ulysses, betapa senangnya pendeta itu ketika dia mengetahui bahwa anak dengan darah kotor itu ada di tangan tuhannya. “Tuhanku, kau benar-benar penyelamat kami. Untuk memberikan belas kasihanmu pada anak darah kotor seorang bangsawan. Yah! Kita tidak punya waktu lagi! Mari kita mulai!” 
“Tunggu!” Naga Merah mengaung. Namun Ithar tidak mempedulikan amarah Naga itu. “tuhanku , silahkan duduk dan nikmatilah pertunjukannya.” “Apakah aku bukan tuhanmu! Beraninya kau manusia!” Naga Merah teriak mengancam. Sekali lagi Ithar kembali tidak menghiraukan Naga Merah. Tiba-tiba Naga Merah menyadari kelakuan akan Ithar. “Kau telah dirasuki oleh ilmu hitam, itu sebabnya kamu dibutakan oleh kebohongan.” 
Ithar cemberut, “Tolong tuanku, jangan ganggu upacara ini! Jadi kenapa jika saya menggunakan sihir hitam? Tujuan akan membenarkan caranya. Jadi tolong diam tuhanku.” Dengan satu lambaian tangan, Naga Merah ditangkap oleh sihir hitam yang mengikatnya di tempat. Naga Merah berjuang dalam cengkeramannya, saat itu Naga Merah pun melihat Ithar perlahan berjalan ke altar sambil mengacungkan pedang. Tidak Erik!
“Hari ini akan menjadi hari dimana tuhan kita akan membawa kehidupan abadi kita! Para Pengamat di atas! Kalian akan menguasai dunia kami!” Ithar mengacungkan pedang pengorbanannya di atas Erik. “Untukmu tuhan kami! Saya berikan persembahan darah kotor kerajaan!” 
Pedang itu terjun ke perut Erik. 
Erik tidak berteriak, namun mulutnya membentuk jeritan tanpa suara. Itu terjadi begitu tiba-tiba. Rasa sakit membutakannya saat anak kecil itu berhenti meronta-ronta. Jari-jari kecil yang melilit pedang perlahan-lahan lepas kekuatan. Penglihatannya mulai memudar, hal terakhir yang dia lihat adalah mata emas Naga Merah. Dewi malam memancarkan cahayanya pada malam ini. 
Perjanjian antara anak itu dan Naga Merah itu teriak duka, karena belahan jiwa itu perlahan-lahan sekarat. Dalam sekejap mata, Naga Merah mengetahui kehidupan Erik. Visi masa lalu, kebohongan dalam kata-kata, rasa sakit dari anak kecil ini. Begitu lambat namun begitu cepat, perjanjian itu mengungkapkan Erik. Bagaimana Erik menderita sendirian. Untuk dikucilkan oleh dunia. 
Naga Merah mengaum dengan marah. Merah menutupi penglihatannya, anaknya… mati di tangan manusia fana. Beraninya mereka melakukan ini padanya? Kepada Erik! Naga Merah melihatnya dengan jelas, betapa putus asanya Erik berusaha untuk bebas. Bebas dari siksaan dunia. Namun, takdir akan selalu mengecewakan mereka yang berharap. Naga Merah hanya bisa menangis putus asa atas kematian temannya - belahan jiwanya. Naga Merah lepas dari sihir hitam pendeta kejam itu, dan mengamuk menghancurkan apapun yang ada di depannya. 
“TUHAN KITA MARAH, LARI!” Seru para Empire. Melarikan diri? Beraninya mereka mencoba untuk lari dari kematian mereka. Setelah semua hal mengerikan yang mereka lakukan kepada Erik. Mereka tidak pantas memiliki satu darah pun di dalamnya. Api meledak di udara saat menyeka setiap keberadaan di jalurnya. Tidak ada belas kasihan, hanya penuh dengan kebencian dan kedengkian. Tangisan manusia yang menyedihkan terdengar di udara. Pada saat itu pun mereka tahu begitu kematian mereka, memprovokasi kemarahan seekor Naga, seakan manusia memohon untuk dibunuh. 
“S-sang Naga, tapi kau tuhan kami! Kenapa! Kami menyembahmu! Kami telah membawakanmu pengorbanan yang tertulis dalam kitab suci! Manusia yang mempunyai keturunan darah biru Ulysses! Dimana surga kami!” seru Ithar, menggaruk lehernya dengan takut. Ini bukan apa yang dia inginkan. Kitab suci mengatakan bahwa para Pengamat membenci darah kotor! Jadi Kenapa!
Namun Naga Merah memelototinya dengan jijik. Ithar tersentak melihat tatapan benci itu. Naga Merah menggeram keras di depan wajahnya, “ Kau telah membunuh satu - satunya alasanku di alam fana ini. Apa lagi yang mau kau mohon?” Pada saat itu, Ithar tidak berdiri lagi, Tewas dalam satu sapuan. Naga Merah melihat dari jauh, di altar depan. Hanya memikirkan satu hal. Erik. 
Di atas altar, terbaring anak berdarah itu. Ujung jarinya gemetar biru, penglihatannya memudar. Erik hanya inginkan kebebasan. Namun, mengapa dunia selalu berpaling darinya. Erik hanya berdoa untuk tidur abadi. Tetapi, di sudut matanya Erik melihat Naga Merah. 
“N- Naga?” Erik serak. “Apakah kamu beneran disini?” 
“Aku disini, anak kecil. Jangan khawatir … aku di sini.” Naga Merah tersedak isak tangisnya. 
“Kau tahu Naga? Aku selalu menyukai waktuku bersamamu. itu selalu menjadi bagian yang paling berkesan dalam hidupku.” Erik batuk darah, dan pada saat itu pun Naga Merah itu tahu bahwa Erik tidak punya banyak waktu lagi. “Apa yang ada di akhirat Naga?” 
“Damai … sebuah surga.” 
“Ah… tapi aku akan meninggalkanmu sendirian di sini… Maaf.” Erik mengeluarkan isakan gemetar. “maaf.”
Naga Merah bisa merasakan kekuatan hidup Erik terkuras habis. Ini akan menjadi saat - saat terakhirnya di bumi ini. Naga Merah itu berduka, namun Erik tiba - tiba tersenyum. “Mengapa kau tersenyum?” Naga Merah bertanya bingung. 
“Kau tidak pernah memberitahu namamu, Naga.” Erik tertawa kecil, “Sedikit ironis, tapi karena-”
“Uriel.” Naga itu terisak. “Namaku Uriel. Kamu adalah orang pertama dan terakhir yang tahu namaku.” Mata Erik melebar mendengar deklarasi dari Naga- bukan dari Uriel. Erik senyum dengan apapun tenaga yang tersisa di dalamnya. “Uriel… nama yang indah ya” 
Uriel berbaring dekat Erik saat Ia menghembuskan nafas terakhirnya. “Istirahatlah. Erik.” 
Anak kecil itu mengeluarkan udara terakhirnya. Naga merah itu mengaum putus asa. Ter Catatlah tragedi di atas dunia, dan kekacauan di bawah bulan merah akhirnya mulai. 
2 notes · View notes
greazzychisss · 2 years
Text
*cough cough
Commission.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
1 note · View note
greazzychisss · 2 years
Text
Turns into Pochita live on stream
Tumblr media Tumblr media
249 notes · View notes